Anda di halaman 1dari 4

LEMBAR JAWABAN

Mata Kuliah : Kesehatan Ibu dan Anak

DOSEN : Ingka Kristina Pangaribuan, SST, M.Kes

Ria Herlina 1919002205

Kelas C

PRODI SARJANA TERAPAN

STIKes MITRA HUSADA MEDAN

TA 2019-2020
1. Salah satu tujuan MDgs yaitu meningkatkan kesehatan ibu dana anak. Dalam
pencapaian ini indonesia masih sangat kurang dalam pencapaian target tersebut.
Hal ini membuat MDgs harus menjadi pembahasan seluruh masyarat contohnya
setiap pemerintah menekankan seluruh pfasilitas kesehatn untuk rutin melakukan
penyuluhan kepada masyarakat supaya seluruh masyarakat dapat mengerti hal
apa saja yang dapat meningkatkan kesehatan ibu dan anak.
Tujuan SDGs salah satunya yaitu menajaminkehidupan sehatn dan meningkatkan
kesejahteraan penduduk dosegala usia. SDGs memiliki strategi sendiri untuk
mencapai ketertinggalan yang belum sesuai target pada MDgs yaitu pemenuhan
akses pelayanan kesehatan ibu dan anak yang bermutu, mempercepat perbaikan
gizi masyarakat, meningkatkan pengendalian penyakit dan penyehatan
lingkungan, dan meningkatkan promosi kesehatan.
2. Menurut analisa saya pada Profil Kesehatan Indonesi tahun 2018 program KIA
yang sedangkan berjalan yaitu Pembinaan Gizi Masyarakat, Pembinaan Keluarga
Berencana, Penyehatan Lingkungan, Promosi Kesehatan. Pada Profil Kesehatan
Indonesia yang sedang berjalan yaitu Pembinaan Gizi Masyarakat.
3. Cakupan pertolongan persalinan tenaga kesehatan Di Kabupaten Bantul Tahun
2013-1017 yaitu tahun 2013 mencapai 99,96%, pada tahun 2014 mencapai
99,98%, pada tahun 2015 mencapai 99,96%, pada tahun 2016 mengalami
peningkatan mencapai 100% dan pada tahun 2017 mengalami penurunan
kembali menjadi 99,98%.
Kemudian mengapa bidan lebih memilih bersalin dengan dukun, menurut
pengalaman saya bekerja diPustu daerah saya tinggal alasan mereka ialah karna
biaya, karena sudah dari kebiasaan keluarga yang bersalin dengan pertolongan
dukun, mereka juga memiliki kepercayaan bahwa bersalin dengan dukun ia
merasa aman dan cepat.
4. Presentasi stunting di Indonesia pada tahun 2015 yaitu 36,4%, di provinsi
Sumatera Utara lokasi stunting tertinggi yaitu pada daerah Langkat dengan
prsentasi 23,28%. Upaya saya untuk mencegah stunting yaitu dengan
meningkatkan promosi kesehatan terutama masalah gizi buruk seperti mencukupi
kebutuhan zat besi, asam folat dan yodium dari sedini mungkin.
5. Menurut Survey Angka Sensus tahun 2015, situasi angka kematian ibu bekisar
305 per 100.000 kelahiran hidup. Dari 14.640 total kematian ibu yang dilaporkan
hanya 4.999, berarti ada 9.641 yang tidak dilaporkan ke pusat. Sedangkan data
yang dipaparkan terbaca angka kematian neonatal (AKN) 15 per 1.000 kelahiran
hidup.
6. Tidak sesuainya persepsi antara pengelola Provinsi dengan pengelola yang ada di
Kabupaten. Dan juga masih banyak fasilitas kesehatan yang kurang diwilayah
wilayah terpencil.
7. Permasalahan dalam menyusun kebijakanprogram KIA yaitu akses pelayanan
yang kurang, kurang berfungsinya mekanisme rujukan dengan baik, dan adanya
ketidaksamaan persepsi antara pengelola Provinsi dengan pengelola Kabupaten.
8. Usulan saya yaitu perlu ditempatkan bidan atau poskesdes untuk wilayah-
wilayah yang sulit dijangkau supaya masyarakat yang membutuhkan pelayanan
ataupun ada masalah dalam kesehatan dapat segera mendapat fasilitas yang baik
dan tepat waktu. Contohnya ibu hamil yang tidak pernah melakukan kunjungan
selama kehamilan dikarenakan jangkauan fasilitas kesehatan, maka dari itu
diperlukan bidan atau poskesdes didaerah terpencil supaya dapat mengurangi
angka kematian ibu dan bayi di Indonesia.
9. Masa balita merupakan masa emas atau periode kritis mengapa ? masa emas
pada balita dimulai dari usia 1-5 tahun. Pada masa ini otak mengalami
perkembangan yang sangat pesat. Sehingga banyak yang mengatakan masa balita
bagi seseorang merupakan masa yang paling penting dalam pertumbuhan dan
perkembangannya. Karena itu peran orang dewasa yang ada disekeliling anak
terutama orang tua sangat penting dalam perkembangan psikologi anak balita
karena akan mempengaruhi perkembangan anak di masa selanjutnya.
10. Cangkupan pemberian imunisasi pada balita di Indonesia dalam lima tahun
terakhir tidak mengalami perkembangan yang signifikan. Kementrian RI tahun
2018 menunjukkan cakupan status imunisasi dasar lengkap pada anak usia 12-23
bulan menurun dari tahun 2013 – 2018 yaitu 59,2% menjadi 57,9%. Angka
imunisasi dasar lengkap anak di perdesaan lebih rendah (59,6%) dibandingkan
anak-anak di perkotaan yaitu 61,5%.

Anda mungkin juga menyukai