Anda di halaman 1dari 25

Pakan Sapi/Ternak dan Pembuatannya

PENDAHULUAN
Ternak-ternak dipelihara untuk dimanfaatkan tenaga/diambil hasilnya dengan cara
mengembangbiakkannya sehingga dapat meningkatkan pendapatan para petani. Agar ternak
peliharaan tumbuh sehat dan kuat, sangat diperlukan pemberian pakan. Pakan memiliki
peranan penting bagi ternak, baik untuk pertumbuhan ternak muda maupun untuk
mempertahankan hidup dan menghasilkan produk (susu, anak, daging) serta tenaga bagi
ternak dewasa. Fungsi lain dari pakan adalah untuk memelihara daya tahan tubuh dan
kesehatan. Agar ternak tumbuh sesuai dengan yang diharapkan, jenis pakan yang diberikan
pada ternak harus bermutu baik dan dalam jumlah cukup. Pakan yang sering diberikan pada
ternak kerja antara lain berupa: hijauan dan konsentrat (makanan penguat).
J E N I S PAKAN
1. Hijauan Segar
Hijauan segar adalah semua bahan pakan yang diberikan kepada ternak dalam bentuk segar,
baik yang dipotong terlebih dahulu (oleh manusia) maupun yang tidak (disengut langsung
oleh ternak). Hijauan segar umumnya terdiri atas daun-daunan yang berasal dari rumput-
rumputan, tanaman bijibijian/ jenis kacang-kacangan.Rumput-rumputan merupakan hijauan
segar yang sangat disukai ternak, mudah diperoleh karena memiliki kemampuan tumbuh
tinggi, terutama di daerah tropis meskipun sering dipotong/disengut langsung oleh ternak
sehingga menguntungkan para peternak/pengelola ternak. Hijauan banyak mengandung
karbohidrat dalam bentuk gula sederhana, pati dan fruktosa yang sangat berperan dalam
menghasilkan energi.
a. Rumput-rumputan
Rumput Gajah (Pennisetum purpureum), rumput Benggala (Penicum maximum), rumput
Setaria (Setaria sphacelata), rumput Brachiaria (Brachiaria decumbens), rumput Mexico
(Euchlena mexicana) dan rumput lapangan yang tumbuh secara liar.
b. Kacang-kacangan.
Kacang-kacangan: lamtoro (Leucaena leucocephala), stylo (Sty-losantes guyanensis), centro
(Centrocema pubescens), Pueraria phaseoloides, Calopogonium muconoides dan jenis
kacang-kacangan lain.
c. Daun-daunan:
Daun nangka, daun pisang, daun turi, daun petai cina dll.
2. Jerami dan hijauan kering
Termasuk kedalam kelompok ini adalah semua jenis jerami dan hijauan pakan ternak yang
sudah dipotong dan dikeringkan. Kandungan serat kasarnya lebih dari 18% (jerami, hay dan
kulit biji kacang-kacangan).
3. Silase
Silase adalah hijauan pakan ternak yang disimpan dalam bentuk segar biasanya berasal dari
tanaman sebangsa padi-padian dan rumput-rumputan
4. Konsentrat (pakan penguat)
Contoh: dedak padi, jagung giling, bungkil kelapa, garam dan mineral.
MANFAAT PAKAN
1. Sumber energi
Termasuk dalam golongan ini adalah semua bahan pakan ternak yang kandungan protein
kasarnya kurang dari 20%, dengan konsentrasi serat kasar di bawah 18%. Berdasarkan
jenisnya, bahan pakan sumber energi
dibedakan menjadi empat kelompok, yaitu:
a. Kelompok serealia/biji-bijian (jagung, gandum, sorgum)
b. Kelompok hasil sampingan serealia (limbah penggilingan)
c. Kelompok umbi (ketela rambat, ketela pohon dan hasil sampingannya)
d. Kelompok hijauan yang terdiri dari beberapa macam rumput (rumput gajah, rumput
benggala dan rumput setaria).
2. Sumber protein
Golongan bahan pakan ini meliputi semua bahan pakan ternak yang mempunyai kandungan
protein minimal 20% (berasal dari hewan/tanaman).
Golongan ini dibedakan menjadi 3 kelompok:
a. Kelompok hijauan sebagai sisa hasil pertanian yang terdiri atas jenis daun-daunan
sebagai hasil sampingan (daun nangka, daun pisang, daun ketela rambat, ganggang
dan bungkil)
b. Kelompok hijauan yang sengaja ditanam, misalnya lamtoro, turi kaliandra, gamal dan
sentero
c. Kelompok bahan yang dihasilkan dari hewan (tepung ikan, tepung tulang dan
sebagainya).
3. Sumber Vitamin dan Mineral
Hampir semua bahan pakan ternak, baik yang berasal dari tanaman maupun hewan,
mengandung beberapa vitamin dan mineral dengan konsentrasi sangat bervariasi tergantung
pada tingkat pemanenan, umur, pengolahan, penyimpanan, jenis dan bagian-bagiannya (biji,
daun dan batang). Disamping itu beberapa perlakuan seperti pemanasan, oksidasi dan
penyimpanan terhadap bahan pakan akan mempengaruhi konsentrasi kandungan vitamin dan
mineralnya.Saat ini bahan-bahan pakan sebagai sumber vitamin dan mineral sudah tersedia di
pasaran bebas yang dikemas khusus dalam rupa bahan olahan yang siap digunakan sebagai
campuran pakan, misalnya premix, kapur, Ca2PO4 dan beberapa mineral.
KEBUTUHAN DAN KONSUMSI PAKAN
1. Kebutuhan Pakan.
Kebutuhan ternak terhadap pakan dicerminkan oleh kebutuhannya terhadap nutrisi.
Jumlah kebutuhan nutrisi setiap harinya sangat bergantung pada jenis ternak, umur, fase
(pertumbuhan, dewasa, bunting, menyusui), kondisi tubuh (normal, sakit) dan lingkungan
tempat hidupnya (temperatur, kelembaban nisbi udara) serta bobot badannya. Maka, setiap
ekor ternak yang berbeda kondisinya membutuhkan pakan yang berbeda pula.Rekomendasi
yang diberikan oleh Badan Penelitian Internasional (National Research Council) mengenai
standardisasi kebutuhan ternak terhadap pakan dinyatakan dengan angka-angka kebutuhan
nutrisi ternak ruminansia. Rekomendasi tersebut dapat digunakan sebagai patokan untuk
menentukan kebutuhan nutrisi ternak ruminansia, yang
akan dipenuhi oleh bahan-bahan pakan yang sesuai/bahan-bahan pakan yang mudah
diperoleh di lapangan.
2. Konsumsi Pakan
Ternak ruminansia yang normal (tidak dalam keadaan sakit/sedang berproduksi),
mengkonsumsi pakan dalam jumlah yang terbatas sesuai dengan kebutuhannya untuk
mencukupi hidup pokok. Kemudian sejalan dengan pertumbuhan, perkembangan kondisi
serta tingkat produksi yang dihasilkannya, konsumsi pakannya pun akan meningkat
pula.Tinggi rendah konsumsi pakan pada ternak ruminansia sangat dipengaruhi oleh faktor
eksternal (lingkungan) dan faktor internal (kondisi ternak itu sendiri).
a. Temperatur Lingkungan
Ternak ruminansia dalam kehidupannya menghendaki temperatur lingkungan yang
sesuai dengan kehidupannya, baik dalam keadaan sedang berproduksi maupun tidak. Kondisi
lingkungan tersebut sangat bervariasi dan erat kaitannya dengan kondisi ternak yang
bersangkutan yang meliputi jenis ternak, umur, tingkat kegemukan, bobot badan, keadaan
penutup tubuh (kulit, bulu), tingkat produksi dan tingkat kehilangan panas tubuhnya akibat
pengaruh lingkungan.
Apabila terjadi perubahan kondisi lingkungan hidupnya, maka akan terjadi pula
perubahan konsumsi pakannya. Konsumsi pakan ternak biasanya menurun sejalan dengan
kenaikan temperatur lingkungan. Makin tinggi temperatur lingkungan hidupnya, maka tubuh
ternak akan terjadi kelebihan panas, sehingga kebutuhan terhadap pakan akan turun.
Sebaliknya, pada temperatur lingkungan yang lebih rendah, ternak akan membutuhkan pakan
karena ternak membutuhkan tambahan panas. Pengaturan panas tubuh dan pembuangannya
pada keadaan kelebihan panas dilakukan ternak dengancara radiasi, konduksi, konveksi dan
evaporasi.
b. Palatabilitas
Palatabilitas merupakan sifat performansi bahan-bahan pakan sebagai akibat dari
keadaan fisik dan kimiawi yang dimiliki oleh bahan-bahan pakan yang dicerminkan oleh
organoleptiknya seperti kenampakan, bau, rasa (hambar, asin, manis, pahit), tekstur dan
temperaturnya. Hal inilah yang menumbuhkan daya tarik dan merangsang ternak untuk
mengkonsumsinya.
Ternak ruminansia lebih menyukai pakan rasa manis dan hambar daripada asin/pahit. Mereka
juga lebih menyukai rumput segar bertekstur baik dan mengandung unsur nitrogen (N) dan
fosfor (P) lebih tinggi.
c. Selera
Selera sangat bersifat internal, tetapi erat kaitannya dengan keadaan “lapar”. Pada
ternak ruminansia, selera merangsang pusat saraf (hyphotalamus) yang menstimulasi keadaan
lapar. Ternak akan berusaha mengatasi kondisi ini dengan cara mengkonsumsi pakan. Dalam
hal ini, kadang-kadang terjadi kelebihan konsumsi (overat) yang membahayakan ternak itu
sendiri.
d. Status fisiologi
Status fisiologi ternak ruminansia seperti umur, jenis kelamin, kondisi tubuh
(misalnya bunting atau dalam keadaan sakit) sangat mempengaruhi konsumsi pakannya
e. Konsentrasi Nutrisi
Konsentrasi nutrisi yang sangat berpengaruh terhadap konsumsi pakan adalah
konsentrasi energi yang terkandung di dalam pakan. Konsentrasi energi pakan ini berbanding
terbalik dengan tingkat konsumsinya. Makin tinggi konsentrasi energi di dalam pakan, maka
jumlah konsumsinya akan menurun. Sebaliknya, konsumsi pakan akan meningkat jika
konsentrasi energi yang dikandung pakan rendah
f. Bentuk Pakan
Ternak ruminansia lebih menyukai pakan bentuk butiran (hijauan yang dibuat pellet
atau dipotong) daripada hijauan yang diberikan seutuhnya. Hal ini berkaitan erat dengan
ukuran partikel yang lebih mudah dikonsumsi dan dicerna. Oleh karena itu, rumput yang
diberikan sebaiknya dipotong-potong menjadi partikel yang lebih kecil dengan ukuran 3-5
cm.
g. Bobot Tubuh
Bobot tubuh ternak berbanding lurus dengan tingkat konsumsi pakannya. Makin
tinggi bobot tubuh, makin tinggi pula tingkat konsumsi terhadap pakan. Meskipun demikian,
kita perlu mengetahui satuan keseragaman berat badan ternak yang sangat bervariasi. Hal ini
dapat dilakukan dengan cara mengestimasi berat badannya, kemudian dikonversikan menjadi
“berat badan metabolis” yang merupakan bobot tubuh ternak tersebut. Berat badan ternak
dapat diketahui dengan alat timbang. Dalam praktek di lapangan, berat badan ternak dapat
diukur dengan cara mengukur panjang
badan dan lingkar dadanya. Kemudian berat badan diukur dengan menggunakan
formula:Berat badan = Panjang badan (inci) x Lingkar Dada2 (inci) / 661 Berat badan
metabolis (bobot tubuh) dapat dihitung dengan cara meningkatkan berat badan dengan nilai
0,75Berat Badan Metabolis = (Berat Badan)0,75
h. Produksi
Ternak ruminansia, produksi dapat berupa pertambahan berat badan (ternak potong),
air susu (ternak perah), tenaga (ternak kerja) atau kulit dan bulu/wol. Makin tinggi produk
yang dihasilkan, makin tinggi pula kebutuhannya terhadap pakan. Apabila jumlah pakan yang
dikonsumsi (disediakan) lebih rendah daripada kebutuhannya, ternak akan kehilangan berat
badannya (terutama selama masa puncak produksi) di samping performansi produksinya
tidak optimal.
Kandungan Nutrisi Pakan Ternak.
Setiap bahan pakan atau pakan ternak, baik yang sengaja kita berikan kepada ternak
maupun yang diperolehnya sendiri, mengandung unsur-unsur nutrisi yang konsentrasinya
sangat bervariasi, tergantung pada jenis, macam dan keadaan bahan pakan tersebut yang
secara kompak akan mempengaruhi tekstur dan strukturnya. Unsur nutrisi yang terkandung di
dalam bahan pakan secara umum terdiri atas air, mineral, protein, lemak, karbohidrat dan
vitamin. Setelah dikonsumsi oleh ternak, setiap unsur nutrisi berperan sesuai dengan
fungsinya terhadap tubuh ternak untuk mempertahankan hidup dan berproduksi secara
normal. Unsur-unsur nutrisi tersebut dapat diketahui melalui proses analisis terhadap bahan
pakan yang dilakukan di laboratorium. Analisis itu dikenal dengan istilah “analisis
proksimat”.
PEMBUATAN PAKAN TERNAK
1. Macam-Macam Silo
Silo dapat dibuat dengan berbagai macam bentuk tergantung pada lokasi, kapasitas, bahan
yang digunakan dan luas areal yang tersedia. Beberapa silo yang sudah dikenal adalah
a. Pit Silo: silo yang dirancang berbentuk silindris (seperti sumur) dan di bangun di
dalam tanah.
b. Trech Silo: silo yang dibangun berupa parit dengan struktur membentuk huruf V.
c. Fench Silo: silo yang bentuknya menyerupai pagar atau sekat yang terbuat dari bambu
atau kayu.
d. Tower Silo: silo yang dirancang membentuk sebuah menara menjulang ke atas yang
bagian atasnya tertutup rapat.
e. Box Silo: silo yang rancangannya berbentuk seperti kotak.
2. Cara Memformulasi Pakan
Dalam memformulasikan penyusunan ransum atau pakan, perlu menggunakan Tabel Patokan
Kebutuhan Nutrisi. Sebagai contoh kebutuhan nutrisi dalam penyusunan ransum bagi sapi
perah adalah sebagai berikut :
Sapi perah betina muda berat 350 kg, satu setengah bulan menjelang eranak(melahirkan pada
umur 36 bulan), membutuhkan pakan dengan kandungan nutrisi sebagai berikut:
a. Kebutuhan hidup pokok dan reproduksi : Bahan Kering=6,4 Kg, ME=13 Mcal,
Protein=570 gram, Mineral=37 kg.
b. Laktasi I :
ahan Kering=1,0 Kg, ME=2,02 Mcal, Protein=93,6 gram, Mineral=5 kg.
c. Sehingga jumlah Bahan Kering=7,4 kg, ME=15,02 kg, Protein=663,6 gram,
Mineral=42 gram.

Dari kebutuhan nutrisi tersebut, kebutuhan pakannya dapat diformulasikan dengan suatu
metode. Misalnya bahan-bahan pakan yang tersedia adalah:

Dari kebutuhan nutrisi tersebut, kebutuhan pakannya dapat diformulasikan dengan suatu
metode. Misalnya bahan-bahan pakan yang tersedia adalah:

Rumput gajah:
Bahan Kering=16%, ME=0,33 Mcal, Protein=1,8 gram%BK, Mineral=2,5 gram%BK
Rumput Kedele:
Bahan Kering=93,5%, ME=3,44 Mcal, Protein=44,9 gram%BK, Mineral=6,3 gram
%BK

Bungkil kelapa:
Bahan Kering=86%, ME=2,86 Mcal, Protein=18,6 gram%BK, Mineral=5,5 gram
%BK

Rumput gajah akan digunakan untuk memenuhi kebutuhan bahan kering sebanyak 80%
= 80/100X7,4 kg = 5,92 kg BK.

Maka kandungan protein yang sudah dapat dipenuhi rumput adalah: sebanyak
= 1,8/100 X 5,92 kg = 106,56 gram protein.

Kekurangan:
Bahan kering = 7,4 - 5,92 kg = 1,48 kg
Protein = (663,6 - 106,56) gram = 557,04 kg atau 557,04/1480 X 100% = 37,64%.

Bungkil kedelai akan memenuhi kekurangan tersebut sejumlah:


19,04/26,3 X 1,48 kg = 1,07 kg BK.

Bungkil kelapa akan memenuhi kekurangan tersebut sejumlah:


7,26/26,3 X 1,48 kg = 0,41 kg BK.

Jadi, jumlah bahan pakan segar yang dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan ternak dengan
kondisi tersebut di atas adalah:
Rumput gajah = 5,92 X 100/16 kg = 37 kg
Bungkil kedelai = 1,07 X 100/93,5 kg = 1,14 kg
Bungkil kelapa = 0,41 X 100/86 kg = 0,48 kg.

TEKNOLOGI PAKAN
Teknologi pakan ternak ruminansia meliputi kegiatan pengolahan bahan pakan yang
bertujuan meningkatkan kualitas nutrisi, meningkatkan daya cerna dan memperpanjang masa
simpan. Sering juga dilakukan dengan tujuan untuk mengubah limbah pertanian yang kurang
berguna menjadi produk yang berdaya guna.Pengolahan bahan pakan yang dilakukan secara
fisik (pemotongan rumput sebelum diberikan pada ternak) akan memberi kemudahan bagi
ternak yang mengkonsumsinya. Pengolahan secara kimiawi (dengan menambah beberapa
bahan kimia pada bahan pakan agar dinding sel tanaman yang semula berstruktur sangat
keras berubah menjadi lunak sehingga memudahkan mikroba yang hidup di dalam rumen
untuk mencernanya.

Banyak teknik pengolahan telah dilakukan di negara-negara beriklim subtropis dan tropis,
akan tetapi sering menyebabkan pakan menjadi tidak ekonomis dan masih memerlukan
teknik-teknik untuk memodifikasinya, terutama dalam penerapannya di tingkat
peternak.Beberapa teknik pengolahan bahan pakan yang mudah dilakukan di lapangan
adalah:

Pembuatan Hay

Hay adalah tanaman hijauan pakan ternak, berupa rumputrumputan/ leguminosa yang
disimpan dalam bentuk kering berkadar air: 20-30%. Pembuatan Hay bertujuan untuk
menyeragamkan waktu panen agar tidak mengganggu pertumbuhan pada periode berikutnya,
sebab tanaman yang seragam akan memilik daya cerna yang lebih tinggi. Tujuan khusus
pembuatan Hay adalah agar tanaman hijauan (pada waktu panen yang berlebihan) dapat
disimpan untuk jangka waktu tertentu sehingga dapat mengatasi kesulitan dalam
mendapatkan pakan hijauan pada musim kemarau.

Ada 2 metode pembuatan Hay yang dapat diterapkan yaitu:


a. Metode Hamparan
Merupakan metode sederhana, dilakukan dengan cara meghamparkan hijauan yang sudah
dipotong di lapangan terbuka di bawah sinar matahari. Setiap hari hamparan di balik-balik
hingga kering. Hay yang dibuat dengan cara ini biasanya memiliki kadar air: 20 - 30% (tanda:
warna kecoklat-coklatan).
b. Metode Pod
Dilakukan dengan menggunakan semacam rak sebagai tempat menyimpan hijauan yang telah
dijemur selama 1 - 3 hari (kadar air ±50%). Hijauan yang akan diolah harus dipanen saat
menjelang berbunga (berkadar protein tinggi, serat kasar dan kandungan air optimal),
sehingga hay yang diperoleh tidak berjamur (tidak berwarna “gosong”) yang akan
menyebabkan turunnya palatabilitas dan kualitas.
2. Pembuatan Silase
Silase adalah bahan pakan ternak berupa hijauan (rumput-rumputan atau leguminosa) yang
disimpan dalam bentuk segar mengalami proses ensilase. Pembuatan silase bertujuan
mengatasi kekurangan pakan di musim kemarau atau ketika penggembalaan ternak tidak
mungkin dilakukan. Prinsip utama pembuatan silase:
a) menghentikan pernafasan dan penguapan sel-sel tanaman.
b) mengubah karbohidrat menjadi asam laktat melalui proses fermentasi kedap
udara.
c) menahan aktivitas enzim dan bakteri pembusuk.Pembuatan silase pada temperatur 27-35
derajat C., menghasilkan kualitas yang sangat baik. Hal tersebut dapat diketahui secara
organoleptik, yakni:
a) mempunyai tekstur segar
b) berwarna kehijau-hijauan
c) tidak berbau
d) disukai ternak
e) tidak berjamur
f) tidak menggumpal

Beberapa metode dalam pembuatan silase:

1. Metode Pemotongan

Hijauan dipotong-potong dahulu, ukuran 3-5 cm


- Dimasukkan kedalam lubang galian (silo) beralas plastik
- Tumpukan hijauan dipadatkan (diinjak-injak)
- Tutup dengan plastik dan tanah

Metoode Pencampuran

Hijauan dicampur bahan lain dahulu sebelum dipadatkan (bertujuan untuk mempercepat
fermentasi, mencegah tumbuh jamur dan bakteri pembusuk, meningkatkan tekanan osmosis
sel-sel hijauan. Bahan campuran dapat berupa: asam-asam organik (asam formiat, asam
sulfat, asam klorida, asam propionat), molases/tetes, garam, dedak padi, menir /onggok
dengan dosis per ton hijauan sebagai berikut:

- asam organik: 4-6kg,


- molases/tetes: 40kg

- garam : 30kg

- dedak padi: 40kg

- menir: 35kg

- onggok: 30kg

Pemberian bahan tambahan tersebut harus dilakukan secara merata ke seluruh hijauan yang
akan diproses. Apabila menggunakan molases/tetes lakukan secara bertahap dengan
perbandingan 2 bagian pada tumpukan hijauan di lapisan bawah, 3 bagian pada lapisan
tengah dan 5 bagian pada lapisan atas agar terjadi pencampuran yang merata.

Metode Pelayuan

Hijauan dilayukan dahulu selama 2 hari (kandungan bahan kering


40% - 50%)

- Lakukan seperti metode pemotongan

3. Amoniasi

Amoniasi merupakan proses perlakuan terhadap bahan pakan limbah pertanian


(jerami) dengan penambahan bahan kimia: kaustik soda (NaOH), sodium hidroksida (KOH)
atau urea (CO(NH2) 2. Proses amoniasi dapat menggunakan urea sebagai bahan kimia agar
biayanya murah serta untuk menghindari polusi. Jumlah urea yang diperlukan dalam proses
amoniasi: 4 kg/100 kg jerami. Bahan lain yang ditambahkan yaitu : air sebagai pelarut (1 liter
air/1 kg jerami).

4. Pakan Pemacu

Merupakan sejenis pakan yang berperan sebagai pemacu pertumbuhan dan


peningkatan populasi mikroba di dalam rumen, sehingga dapat merangsang penambahan
jumlah konsumsi serat kasar yang akan meningkatkan produksi. Molases sebagai bahan dasar
pakan pemacu merupakan bahan pakan yang dapat difermentasi dan mengandung beberapa
mineral penting. Dapat memperbaiki formula menjadi lebih kompak, mengandung energi
cukup tinggi sehingga dapat meningkatkan palatabilitas serta citarasa. Urea merupakan bahan
pakan sumber nitrogen yang dapat difermentasi. Setiap kilogram urea mempunyai nilai yang
setara dengan 2,88 kg protein kasar (6,25X46%). Dalam proporsi tertentu mempunyai
dampak positif terhadap peningkatan konsumsi serat kasar dan daya cerna.

Proses Pembuatan

Dilakukan dalam suasana hangat dan bertahap

- Molases (29% dari total formula) dipanaskan pada suhu ± 50 derajat C.

- Buat campuran I (tapioka 16%, dedak padi 18%, bungkil kedelai 13%).

- Buat campuran II (urea: 5%, kapur 4%, garam 9%).

- Buat campuran III (tepung tulang 5% dan mineral 1%).

- Buat campuran IV dari campuran I, II, III yang diaduk merata.

- Masukkan campuran IV sedikit sedikit ke dalam molases, diaduk hingga


merata (±15 menit).

- Masukkan dalam mangkok/cetakan kayu beralas plastik dan padatkan.

- Simpan di tempat teduh dan kering.

Kualitas Nutrisi

Hasil analisis proksimat, pakan pamacu yang dibuat dengan formulasi tersebut mempunyai
nilai nutrisi sebagai berikut: Energi 1856 Kcal, protein 24%, kalsium 2,83% dan fosfor 0,5%.

Jumlah dan Metode Pemberian

Pemberian pakan pamacu dapat meningkatkan konsentrasi amonia dalam rumen dari (60-
100) mgr/liter menjadi 150-250 mgr/liter. Jumlah pemberian pakan pemacu disesuaikan
dengan jenis dan berat badan ternak. Untuk ternak ruminansia kecil (domba/kambing)
maksimum 4 gram untuk setiap berat badan. Untuk ternak ruminansia besar (sapi) 2 gram
untuk setiap berat badan dan 3,8 gram untuk kerbau. Pemberian pakan pemacu sangat cocok
bagi ternak ruminansia yang digembalakan dan diberi sisa tanaman pangan seperti jerami
atau bahan pakan berkadar protein rendah.

5. Pakan Penguat
Pakan penguat atau konsentrat yang berbentuk seperti tepung adalah sejenis pakan komplet
yang dibuat khusus untuk meningkatkan produksi dan berperan sebagai penguat. Mudah
dicerna, karena terbuat dari campuran beberapa bahan pakan sumber energi (biji-bijian,
sumber protein jenis bungkil, kacang-kacangan, vitamin dan mineral). Beberapa hal yang
perlu diperhatikan dalam pembuatan pakan penguat:
1. Ketersediaan Harga Satuan Bahan Pakan

Beberapa bahan pakan mudah diperoleh di suatu daerah, dengan harga bervariasi, sedang di
beberapa daerah lain sulit didapat. Harga perunit bahan pakan sangat berbeda antara satu
daerah dan daerah lain, sehingga keseragaman harga per unit nutrisi (bukan harga per unit
berat) perlu dihitung terlebih dahulu.+
2. Standar kualitas Pakan Penguat

Kualitas pakan penguat dinyatakan dengan nilai nutrisi yang dikandungnya terutama
kandungan energi dan potein. Sebagai pedoman, setiap Kg pakan penguat harus mengandung
minimal 2500 Kcal energi dan 17% protein, serat kasar 12%.
3. Metode dan Teknik Pembuatan
Metode formulasi untuk pakan penguat adalah metode simultan, metode segiempat
bertingkat, metode aljabar, metode konstan kontrol, metode ekuasi atau metode grafik
4. Prosedur Memformulasi
- Buat daftar bahan pakan yang akan digunakan, kandungan nutrisinya (energi, potein), harga
per unit berat, harga per unit energi dan harga per unit protein
- Tentukan standar kualitas nutrisi pakan penguat yang akan dibuat.
- Memformulasi, dilakukan pada form formulasi
- Tentukan sebanyak 2% (pada kolom %) bahan pakan sebagai sumber vitamin dan mineral
- Tentukan sebanyak 30% bahan pakan yang mempunyai kandungan energi lebih tinggi
daripada kandungan energi pakan penguat, tetapi harga per unit energinya yang paling murah
(dapat digunakan lebih dari 1 macam bahan pakan).
- Jumlahkan (% bahan, Kcal energi, % protein dan harganya), maka 50% formula sudah
diperoleh
- Lakukan pengecekan kualitas dengan membandingkan kualitas nutrisi %0% formula dengan
kualitas nutrisi 50% pakan penguat.
FPSI Kab. Madiun
tabel pakan

Tabel 2.1. Komposisi Bahan (%) Pakan Sapi Bali di Bali


No Jenis Pakan Musim Pemantaatan Lahan Klasifikasi Sapi
Hu Kema Sa Tegalan Ke Pe Ke In Pejan
jan rau wah bun det biri duk tan
1 Rumput 79 49 85 70 80 78 78 72 80
2 Leguminosa 2 1 0 2 0 2 0 0 0
3 Semak dan 14 32 6 23 15 11 17 20 9
Pohon
4 Jerami 2 6 3 1 1 5 2 2 3
5 Batang Pisang 1 9 2 2 1 0 1 2 3
6 Lainnya 2 3 4 2 2 4 2 4 5
Sumber : Nitis, 2001

Tabel 2,2, Komposisi Bahan Pakan Ternak


N0. Nama Bahan BK PK TDN ME Ca P
(%) (%) (%) (Mcal/kg) (%) (%)
1 Jerami Kacang Tanah 38,1 15,2 63,3 2,37 1,40 0,20
2 Jerami Kedelai 86,0 16,6 56,0 2,03 1,20 0,31
3 Jerami Padi 40,0 4,3 39,5 1,53 - -
4 Daun Lantoro 29,1 23,2 63,1 2,70 2,20 0,31
5 Rumput Benggala 40,0 4,9 45,3 1,61 0,25 0,26
6 Rumput Gajah 15,7 11,4 53,1 1,89 0,70 0,40
7 Rumput Panicum maxsimum 40,0 4,9 45,3 4,61 0,25 0,26
8 Dedak Padi 86,0 14,0 87,6 3,32 0,10 0,80
9 Bungkil Kelapa 86,0 21,6 78,0 2,85 0,16 0,72
Sumber : Tellman, A.D dkk Ilmu Pakan Ternak Dasar
Tabel 2.3. Kebutuhan Nutrisi Sapi Bali
Bobot Sapi Tambahan Makan- Makanan PK TDN ME Ca P
Bali Bobot an BK Kasar (%) (%) Mcak/kg (%) (%)
150 Jantan 0,0 2,8 100 8,7 55 2,0 0,18 0,18
0,7 3,9 55 12,6 70 2,5 0,46 0,36
200 Jantan 0,0 2,8 100 8,7 55 2,0 0,18 0,18
0,7 5,7 75 10,5 64 2,3 0,23 0,28
150 Betina 0,0 2,8 100 8,7 55 2,0 0,18 0,18
0,5 4,1 75 11,0 61 2,2 0,34 0,29
200 Betina 0,0 3,5 100 8,5 55 2,0 0,18 0,18
0,5 6,0 75 10,2 64 2,3 0,32 0,27
300- Bunting - 10,5 85 5,9 56 1,9 0,21 0,20
400
300- Menyusui - 10,8 85 10,9 55 2,0 0,24 0,38
400
Misalnya, jika di kebun tersedia rumput Benggala dan daun lantoro dan saat itu terdapat sapi
bunting dengan berat 300 kg. Bila sapi itu diberikan pakan yang terdiri atas 70% rumput
benggala dan 30% daun lantoro, maka susunan ransom kita adalah :
Sapi Bali bunting memerlukan pakan dalam bentuk BK sebanyak = 10,5 kg
Perhitungan BK :
Rumput benggala = 70/100 x 10,5 = 7,35 kg
Daun Lantoro = 30/100 x 10,5 = 3,15 kg
Perhitungan Berat Basah
Rumput benggala = 100/40 x 7,35 = 18,375kg
Daun Lantoro = 100/29 x 3,15 = 10,825 kg
Tabel 2.4. Susunan Ransum sapi Bali Bunting Bertat 300 Kg.
No, Nama Berat BK PK TDN ME Ca P
Bahan Bahan (kg) (kg) (kg) (kg) (Mcal) (kg) (kg)
1 Rumput 18,375 7,35 0,36 3,33 11,834 0,0184 0,0191
Benggala
2 Daun 10,825 3,15 0,73 1,99 8,505 0,0193 0,0098
Lantoro
Total 29,200 10,5 1,09 5,32 20,339 0,0877 0,0289
Yang Diperoleh 10,5 10,40% 50,7% 1,9Mcal/kg 0,83% 0,28%
Standar Gizi 10,5 5,90% 56,0% 1,9Mcal/kg 0,21% 0,30%

Tabel 2.5. Susunan Ransum Sapi Bunting dengan Empat Bahan Baku Pakan
No, Nama Berat BK PK TDN ME Ca P
Bahan Bahan (kg) (kg) (kg) (kg) (Mcal) (kg) (kg)
1 Rumput 18,375 7,350 0,36 3,33 11,834 0,0184 0,0191
Benggala
2 Daun 5,412 1,575 0,365 0,994 4,325 0,00346 0,005
Lantoro
3 Dedak Padi 1,191 1,024 0,143 0,897 3,3997 0,0010 0,008
4 Bungkil 0,641 0,551 0,119 0,430 1,570 0,055 0,004
Kelapa
Total 25,619 10,5 0,987 5,651 21,055 0,055 0,0361
Yang Diperoleh 10,5 9,4% 53,8% 2,0Mcal/kg 0,52% 0,34%
Standar Gizi 10,5 5,90% 56,0% 1,9Mcal/kg 0,21% 0,30%
kesehatan hewan

PENYAKIT PADA SAPI/SAPI PERAH


OLEH :
Drh. Mohammad Mahfud, Msi
DINAS PETERNAKAN DAN PERIKANAN KAUPATEN MADIUN
- bakteri - Mekanis
- virus - Thermis
- protozoa - Toksin
- Parasit - Nutrisi
- Jamur/cendawan
- Riketsia
Kasus Penyakit Non Infeksius, al
1. Grain Poisoning (keracunan HMT)
Produksi asam laktat dalam rumen meningkat
Tanda -tanda Klinis
- Sakit perut, sapi menendang-nendang perutnya
- Gigi bergeritan
- Perut kembung, diare berbau busuk
- Kondisi berat, sapi seperti mabuk, buta, jatuh, mati
Therapi
- Drenching garam inggris 400 gram
- Drenching Sodium bicarbonat 110 gram, ulangi tiap 8 jam selama 2 hari

2. BLOAT (KEMBUNG)

Produksi gas dalam rumen berlebihan

Tanda-tanda Klinis

• Ternak gelisah

• Sulit bernapas

• Perut sebelah kiri membesar, bunyi drum

• Masih ada gerak rumen

• Mulut , mata kebiruan, kurang oksigen

• Kematian

Pengobatan

• Broom stick therapy

• Meningkatkan air liur

• Pemberian obat : minyak goreng, kayu putih, atsiri ditambah air hangat oral
3. INDIGESTI

Low protein ration (serat kasar tinggi)

Tanda Klinis

- Tidak mau makan, lesu, malas bergerak, kembung, konstipasi

Therapi

- Clisma (pengeluaran feces secara rektal)

- Drenching garam inggris 100-400 gram

4.PROLAPSUS UTERI

• Kelainan, penyembulan rahim ke luar, menggantung melalui vagina, setelah melahirkan.

• Sapi umur tua, > 4 th, kurang gerak, dikandangkan terus : penggantung rahim kendur,
lemah, rahim tidak kembali ke keadaan semula, seperti sebelum bunting.

• Gejala klinis : turun napsu makan, temperatur tinggi, peningkatan denyut nadi, selalu
merejan.

• Jika segera ditangani, bisa sembuh. Jika dibiarkan, tjd infeksi, keracunan.

5.RETENSI PLASENTA

• Terjadi setelah melahirkan anak.

• Banyak terjadi pada sapi perah

• Plasenta anak, tetap bertahan, menempel pada plasenta induk.

• Mengikuti kejadian abortus, terutama yg terjadi setelah kebuntingan mencapai 5 bln.

• Birahi kembali setelah kelahiran akan diperpanjang.

PENYEBAB RETENSI PLASENTA


DAN GEJALA KLINIS

PENYEBAB :

• Akibat infeksi uterus selama kebuntingan, kurang kontraksi uterus setelah pedet
dilahirkan.

• Pakan berlebihan energi pada sapi bunting tua (8-9 bln), melebihi 150% dari kebutuhan.

GEJALA KLINIS :
• Sebagian selaput janin menggantung keluar dari vulva 12 jam atau lebih setelah
kelahiran normal, abortus atau distokia.

• Kadang-kadang selaput fetus tidak keluar , tetap bertahan dalam uterus atau vagina.

PENANGANAN RETENSI PLASENTA

• Bisa dilakukan : 24-36 jam setelah melahirkan

• Sesudah 48 jam, sulit , karena uterus sudah menutup, sulit memasukkan tangan ke dalam
uterus.

• Pengupasan plasenta anak dari plasenta induk, sebelumnya dianastesi.

• Suntikan hormon oksitosin, dosis 100 IU, melalui sc atau im atau dengan dietilstilbestrol
dalam minyak sebanyak 15 – 60 mg (im), diulangi selama 4 hr.

6. MILK FEVER

• Penyakit metabolik : kambing dan sapi

• Ca rendah, normal : 9 -12 mg/dl turun : 5mg/dl

Faktor Predisposisi :

• bertambah tua

• > 5 th : 20%

• herediter

• Sapi produksi susu tinggi

• Kemauan makan sapi

Gejala klinis :

• Napsu makan menurun

• Turun suhu tubuh

• Leher melipat

• Pupil tdk bereaksi thd cahaya

Pengobatan

• Suntikan preparat Ca (boroglukonat calcicus) : 50 -100 ml pada kambing. Sapi : 10 kali


(separo secara iv dan separo secara sc).
Pencegahan

• 30 hr menjelang kelahiran : Ca diturunkan, setelah melahirkan Ca ditingkatkan


pemberian

Kasus Penyakit Infeksius, al

1. MASTITIS

• Radang ambing pada sapi perah

• Disebabkan kuman

• 2 macam jenis mastitis : klinis dan subklinis

• Kuman penyebab telah resisten thd tetrasiklin (37,46%), ampisillin (25%) dan
gentamisin (21,87%) (Salasia dkk, 2005).

• Kerugian : menurunkan produksi air susu, meningkatkan ongkos perawatan, pengobatan,


meningkatkan air susu yang terbuang, meningkatkan penggantian sapi, pedet
mati/tumbuh lambat.

FAKTOR -2 MASTITIS

FAKTOR KUMAN

• Jenis : Streptococcus agalactiae, Str. Disgalactiae, Str. Uberis, Str.zooepidemicus,


Staphylococcus aureus, Escherichia coli, Enterobacter aerogenees dan Pseudomonas
aeroginosa

• Jumlah dan keganasan

• Kuman masuk melalui lubang keluar susu pd puting (spincter), beberapa saat setelah
pemerahan, karena saat itu spincter masih terbuka, sel darah putih, antibodi juga
habis, ikut terperah.

FAKTOR -2 MASTITIS

FAKTOR TERNAK

• Bentuk ambing yg terlalu menggantung

• Puting dengan spincter kendur, lubang puting terlalu lebar

• Letak kuartir : kiri belakang (34,3%), kanan depan (30,1%)

• Umur

• Produksi
• Bangsa : sapi persilangan lebih besar drpd sapi lokal.

• GEJALA MASTITISAKUT : kebengkakan ambing, panas saat diraba, rasa sakit,


warna kemerahan dan terganggunya fungsi. Air susu berubah sifat, seperti :
pecah, bercampur endapan atau jonjot fibrin, reruntuhan sel maupun gumpalan
protein. Ternak masih mau makan dan suhu tubuh masih normal.

• KRONIS : infeksi berlangsung lama, dari suatu periode laktasi ke periode


berikutnya. Proses berakhir dengan atropi kelenjar mammae.

PENCEGAHAN

• Dipping puting setelah pemerahan dengan antiseptik : alkohol 70 %, Chlorhexidine


0,5%, kaporit 4% dan Iodophor 0,5 – 1%, biosid 3000 IU (3,3 mililiter/liter air).

• Air susu pancaran pertama saat pemerahan ditampung di strip cup dan diamati terhadap
ada tidaknya mastitis.

Pengobatan Mastitis

• Lincomycin, Erytromycin dan Chloramphenicol

• Desinfeksi puting dengan alkohol dan infusi antibiotik intra mamaria

• Injeksi kombinasi penicillin, dihydrostreptomycin, dexamethasone dan antihistamin

• Streptococcus sp masih bisa diatasi dengan penicillin, karena Streptococcus sp masih


peka terhadap penicillin.

2.KEGUGURAN (BRUCELLOSIS)

• Disebabkan oleh 3 spesies, yaitu Brucella melitensis, yang menyerang pada kambing,
Brucella abortus, pada sapi dan Brucella suis pada babi.

• Kambing : 4 - 6 minggu terakhir dari kebuntingan,

• Sapi : kebuntingan 5 - 8 bulan.

• Pada sapi perah, brucellosis dapat menyebabkan penurunan produksi susu.

Gejala Klinis :

• Pada kambing : keguguran antara 4 – 6 minggu terakhir kebuntingan

• Sapi : keguguran 5- 8 bulan kebuntingan dan majir, cairan janin keruh. Air susu
mengandung kuman, meskipun gejala klinis tidak terjadi.

Brucellosis diikuti :

• Bisa bunting, tapi tingkat kelahiran rendah, pedet lahir


mati, plasenta tertahan (retensi plasenta).

Perubahan Pasca Mati

• Penebalan plasenta

• Cairan janin keruh, coklat, darah, nanah

• Pada pejantan : nekrosis testes

Pencegahan : Sanitasi

• Hapus hama terhadap sisa-sisa abortus, fetus dan plasenta dibakar, vagina diirigasi dg
antiseptik selama 1 minggu

• Alat dan kandang didesinfeksi

• Istirahat kawin, pejantan yg mengawini dicuci preputiumnya dg antiseptik.

• Anak penderita disusui induk lain

Pengobatan

• Tidak ada

3.ANTHRAX

• Hospes : ruminansia

• Penyebab : Bacillus anthracis

• Perdarahan subkutan dan subserosa, bengkak limfa

• Zoonosis

• Kerugian : kematian ternak, hilang prod daging, susu, kulit, tenaga kerja pembajak
sawah.

Penyebab

• Bacillus anthracis

• Berspora, batang, susun tunggal atau berantai, berselubung, gram positif

• Tahan puluhan tahun di tanah

PENULARAN

• Tdk lazim menular dari ternak ke ternak secara langsung


• Tanah netral, berkapur cocok untuk pertumb kuman

• Spora terbawa burung liar pemakan bangkai.

• Vektor : lalat penghisap darah : Tabanus/lalat kandang

• Rumput di lahan tercemar mengandung spora

• Adanya luka mempercepat kejadian infeksi : gigitan serangga

• Ternak lain memakan tepung tulang penderita

• Mengkonsumsi pakan, air tercemar

• Memakan daging (oral), pernafasan, luka pada manusia

Gejala Klinis

• Per akut, akut dan kronis

• Perakut : mati mendadak, perdarahan otak (2-6 Jam) : sesak napas (mortalitas : 100%)

• Akut : temperatur meningkat, gelisah, susah bernafas, kejang dan mati. Susu berwarna
sangat kuning atau kemerahan, bengkak tenggorok dan lidah (mortalitas : 90%).

• Kronis : lepuh lokal terbatas pada lidah, trakhea.

Perubahan Pasca Mati

• Bangkai Dilarang diautopsi

• Bangkai cepat busuk, sepsis, menggembung

• Darah hitam keluar dari lubang-lubang alami

• Penyembulan rektum disertai perdarahan

Pencegahan

• Daerah bebas antrax : pengaturan ketat lalu lintas ternak ke daerah tsb.

• Daerah wabah : vaksinasi setiap tahun. Sapi : 1 cc dan kb, db, bb, kd : 0,5 cc (sc)

• Ambil darah dari telinga untuk diagnosis pd hewan mati mendadak. Jangan bedah
bangkai, ambil salah satu daun telinga, bawa ke lab.

• Penderita mati, dibakar dikubur 2 meter, tutup kapur

• Kulit dan bulu dimusnahkan.


Pengobatan

• Kombinasi antiserum dengan antibiotik (PPG, streptomisin atau kombinasi keduanya


analisa usaha ternak sapi

FAKTOR - FAKTOR KEBERHASILAN BETERNAK


Panca Usaha Peternakan :
1. Bakalan
2. Pakan
3. Insfrastruktur Kandang
4. Perawatan
5. Panen
SISTEM BUDIDAYA PETERNAKAN
1. Metode Pengadaan Awal / Pola kemitraan
2. Stabilisasi Harga
3. Efisiensi dan Ekfektifitas Pakan
4. Pola Pemeliharan
5. Penanganan Panen
ANALISA PRODUKSI PENGGEMUKAN
HARGA POKOK PRODUKSI
> Berat Awal Sapi (Ternak) :
450 Kg x Rp. 23.000 = Rp. 10.350.000,-
> Biaya Produksi (Pakan, gaji karyawan dan peralatan):
120 Hari x Rp. 15.000 = Rp. 1.500.000,-
> Total = Rp. 11.850.000,-
∙ RASIO KEUNTUNGAN
> 120 Hari x ADG 1,3 Kg = 156 Kg + 450 (Berat Awal) = 606 Kg
= 606 Kg x Rp. 22.000 = Rp. 13.332.0000,-
> KEUNTUNGAN = Rp. 1.480.000 / 120 Hari
= Rp. 13.000 / Hari
METODE PEMBERIAN PAKAN INTENSIF
BULAN I
> Berat Awal :
450 Kg x 3,5 % = 16 Kg
> Komposisi Pemberian Pakan :
9 Kg Serat
7 Kg Konsentrat
> ADG = 1 Kg
> Prediksi Berat Akhir Bulan = 480 Kg
∙BULAN II
> Berat Awal :
480 Kg x 3,5 % = 17 Kg
> Komposisi Pemberian Pakan :
9 Kg Serat
8 Kg Konsentrat
> ADG = 1,2 Kg
> Prediksi Berat Akhir Bulan = 516 Kg
BULAN III
> Berat Awal :
516 Kg x 4 % = 21 Kg
> Komposisi Pemberian Pakan :
12 Kg Serat
9 Kg Konsentrat
> ADG = 1,25 Kg
> Prediksi Berat Akhir Bulan = 554 Kg
∙BULAN IV
Berat Awal :
554 Kg x 4,5 % = 25 Kg
> Komposisi Pemberian Pakan :
15 Kg Serat
10 Kg Konsentrat
> ADG = 1,4 Kg
> Prediksi Berat Masa Panen = 600 Kg

Anda mungkin juga menyukai