DAFTAR ISI ii
materi#1 i
PERENCANAAN DRAINASE JALAN _____________________________________ i
11 1
SALURAN TERBUKA ________________________________________________ 1
11.1 Bahan Saluran ____________________________________________ 1
11.2 Penampang Saluran________________________________________ 2
11.3 Kemiringan Memanjang Saluran _____________________________ 6
11.4 Waktu Pengaliran Saluran Terbuka ___________________________ 6
11.5 Analisa Hidrologi __________________________________________ 7
11.6 Kemiringan melintang perkerasan dan bahu jalan _______________ 7
11.7 Pengendalian Erosi Untuk Saluran Samping ____________________ 9
11.8 Saluran Samping (Side Ditch) _______________________________ 10
11.9 Gorong-Gorong (Box Culvert) _______________________________ 12
11.9.1 Kapasitas Gorong-Gorong ________________________________________14
11.9.2 Bangunan Transisi Dan Kecepatan Aliran ____________________________16
11.9.3 Kehilangan Tinggi Tekan (Head Loss) _______________________________19
11.9.4 Tipe Gorong-Gorong Dan Ukuran Standar ___________________________21
11.9.5 Tebal lapisan tanah penutup _____________________________________26
11.10 Saluran Penangkap (Catch Ditch) ____________________________ 27
11.11 Perhitungan debit aliran rencana (Q) _________________________ 29
11.12 Perhitungan Dimensi dan Kemiringan Saluran serta Gorong-Gorong 32
Soal 66
Mulyono,T (2015), Infrastruktur Jalan: Perenc. Geometrik & Drainase Jalan, Jakarta: Transportasi - UNJ | ii
Mulyono,T (2015), Infrastruktur Jalan: Perenc. Geometrik & Drainase Jalan, Jakarta: Transportasi - UNJ |3
MATERI#1 & #2
PERENCANAAN DRAINASE JALAN
Mulyono,T (2015), Infrastruktur Jalan: Perenc. Geometrik & Drainase Jalan, Jakarta: Transportasi - UNJ |i
Mulyono,T (2015), Infrastruktur Jalan: Perenc. Geometrik & Drainase Jalan, Jakarta: Transportasi - UNJ |2
11
SALURAN TERBUKA
Perencanaan saluran terbuka secara hidrolika dinamakan aliran terbuka
(open channel) yaitu pengaliran air dengan permukaan bebas atau terbuka. Saluran
terbuka dapat berupa saluran samping jalan ataupun digunakan untuk perencanaan
gorong-gorong.
Mulyono,T (2015), Infrastruktur Jalan: Perenc. Geometrik & Drainase Jalan, Jakarta: Transportasi - UNJ |1
Tabel 11.2: Kecepatan Rencana yang diijinkan berdasarkan Jenis Material (SNI 03-
3424-1994)
Jenis Material Saluran Kecepatan aliran air yang diijinkan,
𝑽, (𝒎/𝒅𝒆𝒕𝒊𝒌)
Pasir halus 0,45
Lempung kepasiran 0,50
Lanau Aluvial 0,60
Kerikil halus 0,75
Kerikil kasar 1,20
Lempung kokoh 0,75
Lempung padat 1,10
Batu-batu besar 1,50
Pasangan Batu 1,50
Beton atau Beton bertulang 1,50
Bentuk Trapesium
2| Mulyono,T (2015), Infrastruktur Jalan: Perenc. Geometrik & Drainase Jalan, Jakarta: Transportasi - UNJ
Tabel 11.3: Penampang Drainase Jalan
Potongan Melintang & Tipe Saluran Samping Bahan Yang Dipakai
Pasangan batu kali atau
tanah asli
Bentuk Segitiga
Pasangan batu kali
Bentuk Trapesium
Pasangan batu kali
Saluran Terbuka |3
Tabel 11.3: Penampang Drainase Jalan
Potongan Melintang & Tipe Saluran Samping Bahan Yang Dipakai
Beton bertulang pada
bagian dasar diberi
lapisan pasir + 10 cm,
pada bagian atas
ditutup dengan plat
beton bertulang
Bentuk segi empat Beton bertulang tertutup
Metal gelombang,
beton bertulang atau
beton tumbuk, besi cor
dan lain-lain.
4| Mulyono,T (2015), Infrastruktur Jalan: Perenc. Geometrik & Drainase Jalan, Jakarta: Transportasi - UNJ
Tabel 11.3: Penampang Drainase Jalan
Potongan Melintang & Tipe Saluran Samping Bahan Yang Dipakai
Pipa lengkung tunggal atau lebih
Beton bertulang
Saluran Box Culvert adalah saluran gorong-gorong dari beton bertulang yang
berbentuk kotak yang memiliki sambungan pada setiap segmennya sehingga bersifat
kedap air. Box Culvert ini umumnya digunakan untuk saluran drainase. Ukuran yang
besar bisa digunakan sebagai jembatan.
Saluran Terbuka |5
11.3 Kemiringan Memanjang Saluran
2
𝑉𝑠 𝑛 (11.1)
𝑖𝑠 = [ 2]
𝑅3
6| Mulyono,T (2015), Infrastruktur Jalan: Perenc. Geometrik & Drainase Jalan, Jakarta: Transportasi - UNJ
𝑇𝑐 = 𝑡1 + 𝑡2 (11.2)
0,467
2 𝑛𝑑 (11.3)
𝑡1 = ( 3,28𝐿0 )
3 √𝑖𝑠
𝐿 (11.4)
𝑡2 =
60𝑉
Data curah hujan diperoleh dari Badan Meteorologi dan Geofisika (BMG)
yaitu stasiun curah hujan yang tedetak pada daerah layanan saluran samping jalan.
Jika daerah layanan tidak memiliki data curah hujan, maka dapat digunakan data dari
stasiun di luar daerah layanan yang dianggap rnasih dapat mewakili. Jumlah data
curah hujan yang diperlukan minimal 10 tahun terakhir. Periode ulang karakteristik
hujan menunjukkan bahwa hujan yang besar tertentu mempunyai periode ulang
tertentu. Periode ulang untuk pembangunan saluran drainase ditentukan 5 tahun,
disesuaikan dengan peruntukannya.
Intensitas curah hujan adalah ketinggian curah hujan yang terjadi pada suatu
kurun waktu dimana air tersebut berkonsentrasi. Formulasi perhitungan intensitas
curah hujan Perhitungan ini dilakukan sesuai SNI 03-2415-1991, Metode perhitungan
Debit Banjir. Debit banjir rencanan dihitung sebagai debit aliran air (Q) menggunakan
rumus rasional Error! Reference source not found..
Saluran Terbuka |7
Kemiringan perkerasan dan bahu jalan mulai dari tengah perkerasan (as
jalan) menurun/melandai ke arah saluran drainase jalan (Gambar 11.1) untuk daerah
jalan yang datar dan lurus. Besamya kemiringan bahu jalan diambil 2% lebih besar
daripada kemiringan permukaan jalan. Kemiringan melintang normal pada
perkerasan jalan dapat dilihat pada Tabel 11.5.
Gambar 11.1: Kemiringan melintang normal pada daerah datar dan lurus
Tabel 11.5: Kemiringan melintang perkerasan dan bahu jalan (DPU, 2006)
Jenis lapisan perkerasan jalan Kemiringan melintang
Aspal, Beton 2–3
Japat (jalan yang dipadatkan) 2–4
Kerikil 3–6
Tanah 4–6
Pada bahu jalan di daerah datar (kemiringan 0 – 6%) yang terbuat dari tanah
lempung atau lanau dan tidak diperkeras, air hujan agar tidak meresap ke dalam
bahu jalan dibuat saluran-saluran kecil yang melintang bahu jalan (Error! Reference
source not found.)
Daerah yang lurus pada tanjakan atau turunan perlu dibuat suatu saluran
inlet dengan sudut kemiringan sekitar 60-75 derajat (Error! Reference source not
found.) agar aliran air dapat mengalir ke drainase (waliupun tidak akan seluruhnya).
Untuk menentukan kemiringan perkerasan jalan, gunakan nilai-nilai dari Tabel 3.
8| Mulyono,T (2015), Infrastruktur Jalan: Perenc. Geometrik & Drainase Jalan, Jakarta: Transportasi - UNJ
Untuk menghindari perkerasan jalan tidak rusak oleh aliran air hujan, maka pada
badan jalan, pada jarak tertentu dibuat saluran kecil melintang bahu jalan.
Saluran Terbuka |9
(2) Apabila kelandaian dasar saluran samping lebih besar dari 10% maka saluran
harus direncanakan dengan diberi lapisan pasangan batu atau beton, serta
dikombinasikan dengan pembuatan bangunan pematah arus sehingga
kecepatan aliran di saluran tetap dapat direncanakan kurang dari 1,50
m/detik.
Aliran sub kritis (𝐹 < 1, terjadi aliran sub-kritis) adalah aliran dengan
kedalaman air di atas kedalaman kritis, aliran ini biasanya ditandai dengan kecepatan
aliran yang lambat serta landai saluran yang kecil.
Aliran super kritis (𝐹 > 1, terjadi aliran super kritis) adalah aliran dengan
kedalaman air di bawah/kurang dari kedalaman kritis. Aliran super kritis ditandai
10 | Mulyono,T (2015), Infrastruktur Jalan: Perenc. Geometrik & Drainase Jalan, Jakarta: Transportasi - UNJ
dengan aliran yang sangat cepat serta kemiringan saluran yang curam. Aliran ini
biasanya terjadi pada pada saluran di daerah pegunungan atau di saluran pada
lokasi-lokasi yang mempunyai lereng alami yang curam. Perencanaan saluran
dengan aliran super kritis harus sedapat mungkin dihindarkan, karena akan
menyebabkan ketidakstabilan saluran dan biaya konstruksi yang mahal. Jika suatu
saluran alirannya berubah dari sub kritis menjadi super kritis kemudian berubah lagi
menjadi sub kritis, maka pada ruas saluran tersebut akan tejadi Ioncatan hidrolis.
Kondisi perubahan aliran seperti itu biasanya terjadi di peredam energi, yang
digunakan dengan maksud agar pengaruh erosi di saluran dapat lokalisir.
Saluran Terbuka | 11
Gambar 11.2: Standar penampang melintang saluran drainase samping jalan (DPU,
2005c)
Tabel 11.6: Kapasitas saluran drainase sarnping jalan yang tidak dilapis
Kelandaian dasar saluran Panjang maksimum antar outlet
(meter
% Perbandingan Debit Maksium Medan rata Medan berbukit
(Vertikal : di Outlet dan & pegunungan
Horizontal) Saluran bergelombang
(m3/detik)
0,5 1 : 200 0,277 150 400
1,0 1 : 100 0,392 200 600
2,0 1 : 50 0,554 300 900
4,0 1 : 25 0,783 400 1200
5,0 1 : 20 0,876 450 1300
12 | Mulyono,T (2015), Infrastruktur Jalan: Perenc. Geometrik & Drainase Jalan, Jakarta: Transportasi - UNJ
gorong-gorong tenggelam. Dalam kondisi gorong-gorong tenggelam, maka jenis
aliran yang terjadi adalah aliran tekan (aliran pipa) dimana seluruh potongan
melintang berada di bawah permukaan air (tidak ada ruang bebas). Biaya pembuatan
gorong-gorong tenggelam umumnya lebih murah, tetapi bahaya tersumbat lebih
besar.
Saluran Terbuka | 13
Gambar 11.3: Bagian konstruksi gorong-gorong
Gorong-gorong harus cukup besar untuk melewatkan debit air rencana
secara maksimal dari daerah pengaliran dan mengalirkannya secara efisien.
Pembangunannya terdiri dari tiga konstruksi utama (Gambar 11.3), yaitu:
14 | Mulyono,T (2015), Infrastruktur Jalan: Perenc. Geometrik & Drainase Jalan, Jakarta: Transportasi - UNJ
(1) Pipa kanal air utama yang berfungsi untuk mengalirkan air dari bagian hulu ke
bagian hilir secara langsung;
(2) Apron (dasar) dibuat pada tempat masuk untuk mencegah terjadinya erosi dan
dapat berfungsi sebagai dinding penyekat lumpur;
(3) Bak penampung diperlukan pada kondisi pertemuan antara gorong-gorong
dan saluran tepi dan pertemuan lebih dari dua arah aliran.
Saluran Terbuka | 15
Jalan Tol 25 Tahun
Jalan Arteri 10 Tahun
Jalan Kolektor 7 Tahun
Jalan Lokal 5 Tahun
Desain kapasitas gorong-gorong untuk aliran bebas (free surface flow) dapat
menggunakan Persamaan 11.5 dan aliran tekan/aliran pipa (flow under pressurelpipe
flow) menggunakan Persamaan 11.6
2𝑔𝑆𝐿 (11.5)
𝑄 = 𝐴𝑉 = 𝐴
√1,5 + 2𝑔𝐿
4
𝐾𝑠 2 𝑅 3
dimana :
𝑄 = debit rencana (m3/det)
𝐴 = luas penampang basah (m2)
𝑉 = kecepatan aliran (m/detik)
𝑔 = percepatan gravitasi (9,81 m/det2)
𝑆 = kemiringan memanjang gorong-gorong
𝐿 = panjang gorong-gorong (meter)
𝐾𝑠 = koefisien kekasaran "Strickler (m1/3/det) (Tabel 11.8)
𝑅 = jari-jari hidrolis (m)
𝑃 = keliling penampang basah (m)
𝐴𝑔𝑟 = luas penampang gorong-gorong (m2)
ℎ1 = kedalaman muka air di bagian masuk (inlet) gorong-gorong (meter)
ℎ𝑔𝑟 = diameter/tinggi penarnpang melintang gorong-gorong (meter).
16 | Mulyono,T (2015), Infrastruktur Jalan: Perenc. Geometrik & Drainase Jalan, Jakarta: Transportasi - UNJ
Kondisi Saluran koefisien kekasaran
"Strickler (m1/3/det),
𝑲𝒔
Saluran lama dengan dinding-dinding sangat kasar > 36
Saluran lama dengan dinding-dinding kasar 38
Saluran drainase yang akan diberi tanggul dan saluran 40
tersier
Saluran drainase baru 43,5
Saluran Primer dan sekunder dengan Debit < 7,5 45 – 47,5
m3/det
Saluran terpelihara baik dengan Debit > 10 m3/det 50
Saluran dengan pasangan batu kosong 50
Saluran dengan pasangan batu bela yang baik dan 60
beton tidak dihaluskan termasuk gorong-gorong
pasangan batu
gorong-gorong beton 70
gorong-gorong baja bergelombang 80
Saluran dengan dinding halus, Dinding kayu 90
Saluran Terbuka | 17
terjadi. Apabila bangunan transisi dibuat dari tanah maka kecepatan aliran yang
diijinkan di dalam gorong-gorong adalah 1,00 m/detik, sedangkan kalau diplilih
bangunan transisi dari pasangan batu atau beton maka kecepatan aliran yang
diijinkan mengalir di dalam gorong-gorong adalah 1.50 m/detik. Dimensi minimum
gorong-gorong berdiamater 80 cm, dengan kedalaman dari permukaan jalan
tergantung tipe dan minimal antar 1,0 – 1,5 m. Kecepatan rencana minimum agar
tidak terjadi sedimentasi sebesar 0,7 m/detik, dan kecepatan maksimum tergantung
bahan dasarnya (Tabel 11.9). Kecepatan yang melebih batas maksimum dapat
diijinkan sepanjang ada jenis perlindungan pada keluarannya atau dengan bangunan
peredam energi ataupun pencegah erosi pada daerah hilir gorong-gorong.
18 | Mulyono,T (2015), Infrastruktur Jalan: Perenc. Geometrik & Drainase Jalan, Jakarta: Transportasi - UNJ
Kemiringan rnemanjang gorong-gorong (S) disarankan antara 0,50% - 2,00%
dengan pertimbangan faktor-faktor lain yang dapat rnengakibatkan terjadinya
pengendapan dan erosi di inlet dan outlet gorong-gorong. Kemiringan dan kekasaran
gorong-gorong merupakan faktor utama yang mempengaruhi kecepatan. Ukuran
dan jenis gorong-gorong dipilih setelah debit rencana dan lokasi gorong-gorong
ditentukan. Gorong-gorong dapat berbentuk tunggal atau lebih tergantung debit
rencana.
Gambar 11.4: Tembok kepala (head wall) dan tembok sayap (wing wall) (a) dan (b)
Dinding ujung gorong-gorong, dinding sisi dan apron beton (c) Dinding ujung
gorong-gorong batu (d) Dinding ujung gorong-gorong bata dan apron beton
(pemasukan menyudut pada aliran)
Saluran Terbuka | 19
Penggunaan gorong-gorong bulat berganda, jarak antar gorong-gorong
dibuat agar adukan pasangan atau beton dapat dengan mudah dikerjakan. Tebal
bantalan untuk pemasangan gorong-gorong, tergantung pada kondisi tanah dasar
dan berat gorong-gorong dan beban yang bekerja di atasnya. Bantalan dapat dibuat
dari Beton non-struktural atau Pasir urug. Urugan minimum di atas gorong-gorong
yang diijinkan tergantung dari kekuatan ijin bahan konstruksi gorong-gorong dan
beban yang bekerja di atasnya.
Pemasangan tembok sayap (wing wall) dan kepala (head wall) pada gorong-
gorong (Gambar 11.4) dimaksudkan untuk melindungi gorong-gorong dari bahaya
longsoran tanah yang terjadi di atas dan samping gorong-gorong akibat adanya erosi
atau bahan lalulintas yang berada di atas gorong-gorong.
Jarak gorong-gorong pada daerah datar maksimum 100 meter, untuk daerah
pegunungan besarnya bisa dua kali lipat. Kemiringannya antara 0,5% - 2% dengan
pertimbangan faktor-faktor antara lain sedimentasi di inlet, Untuk daerah daerah
yang berpasir, bak kontrol dibuat/direncanakan sesuai kondisi setempat.
20 | Mulyono,T (2015), Infrastruktur Jalan: Perenc. Geometrik & Drainase Jalan, Jakarta: Transportasi - UNJ
Kehilangan tinggi energi pada bagian transisi inlet dan outlet dapat dihitung
dengan menggunakan 'Rumus Borda" (DPU, 2005c; DPU, 1986) menggunakan
Persamaan 11.7 dan 11.8.
(𝑉𝑎 − 𝑉1 )2 (11.7)
∆𝐻𝑀𝑎𝑠𝑢𝑘 = 𝜀𝑚𝑎𝑠𝑢𝑘
2𝑔
(𝑉𝑎 − 𝑉2 )2 (11.8)
∆𝐻𝐾𝑒𝑙𝑢𝑎𝑟 = 𝜀𝑘𝑒𝑙𝑢𝑎𝑟
2𝑔
dimana :
∆𝐻𝑀𝑎𝑠𝑢𝑘 , ∆𝐻𝐾𝑒𝑙𝑢𝑎𝑟 = kehilangan tinggi energi di inlet dan outlet (m)
𝜀𝑚𝑎𝑠𝑢𝑘 , 𝜀𝑘𝑒𝑙𝑢𝑎𝑟 = faktor kehilangan energi yang tergantung pada bentuk
hidrolis peralihan di bagian inlet dan outlet
𝑉𝑎 = kecepatan aliran di gorong-gorong (m/det)
𝑉1, 𝑉2 = kecepatan aliran di saluran hulu dan saluran hilir (m/det)
Saluran Terbuka | 21
𝑉 2 𝑉 2𝐿
∆𝐻𝑓 = 𝐶𝑓 = (11.9)
2𝑔 𝐶 2 𝑅
dimana:
∆𝐻𝑓 = kehilangan tinggi energi akibat gesekan (meter)
𝑉 = kecepatan aliran dalam gorong-gorong (m/detik)
𝐿 = panjang gorong-gorong (meter)
𝐶 = 𝐾𝑠 𝑅1/6
𝐾𝑠 = koefisien kekasaran "Strickler (m1/3/det) (Tabel 11.8)
1
𝑅 = jari-jari hidrolis (meter), untuk pipa dengan diameter D maka, 𝑅 = 4 𝐷
22 | Mulyono,T (2015), Infrastruktur Jalan: Perenc. Geometrik & Drainase Jalan, Jakarta: Transportasi - UNJ
Tabel 11.10: Koefisien kehilangan tinggi energi untuk peralihan – peralihan dari
bentuk trapesium ke segi empat dengan permukaan air bebas dan
sebaliknya (Bos & Reinink, 1981; Idel'Cik, 1960; DPU, 1986)
Deskripsi Gambar Ilustrasi Kehilangan Energi
Peralihan
𝜺𝒎𝒂𝒔𝒖𝒌 𝜺𝒌𝒆𝒍𝒖𝒂𝒓
Pipa gorong- 0,50 1,00
gorong sampai ke
Peralihan Samping
Saluran
Saluran Terbuka | 23
Tabel 6.1: Koefisien kehilangan tinggi energi untuk peralihan – peralihan dari saluran
trapesium ke pipa dan sebaliknya dengan aliran tekan (Simmons, 1964;
Idel'Cik, 1960; DPU, 1986)
Deskripsi Peralihan Gambar Ilustrasi Kehilangan Energi
𝜺𝒎𝒂𝒔𝒖𝒌 𝜺𝒌𝒆𝒍𝒖𝒂𝒓
Saluran Pipa sampai ke 0,65 1,00
Peralihan Samping
Saluran (Dianjurkan)
Dianjurkan: Dipandang dari segi konstruksi tipe-tipe itu mudah dibuat dan kuat.
24 | Mulyono,T (2015), Infrastruktur Jalan: Perenc. Geometrik & Drainase Jalan, Jakarta: Transportasi - UNJ
Tabel 11.11: Keuntungan dan Kerugian Gorong-gorong
Tipe Gorong- Keuntungan Kerugian
Gorong
gorong- • Dapat menahan beban • Pengangkutan ke lokasi
gorong pipa kendaraan yang agak berat. pekerjaan cukup sulit.
beton • Tersedia dalam beragam • Kapasitasnya terbatas
ukuran di pasaran, khususnya untuk rnenampung debit
untuk pipa-pipa dengan aliran yang besar.
diameter kecil (< 1 m). • Pemeliharaannya cukup
• Dapat dilaksanakan sulit, karena diarneternya
pengecoran di tempat (in- tidak besar.
situ).
Gorong- • Pemasangan dapat dilakukan • Tidak terdapat di pasaran
gorong pipa di ternpat pekerjaan bebas dan harus dipesan
baja • Pengangkutan lebih rnudah ke pabrik.
bergelombang dibanding pipa beton. • a Dapat terjadi korosi.
• Kapasitas mengalirkan debit • Pernasangannya perlu
lebih besar dari pipa beton keahlian khusus
Gorong- • Tidak ada kendala dalarn • Pekejaan harus
gorong menarnpung debit rencana dilaksanakan oleh orang
persegi (box yang besar. yang berpengalaman
culvert) • Tidak ada kendala terhadap dengan pengawasan yang
tinggi tirnbunan ilntuk ketat.
penutup gcrong-gorong. • Untuk daerah terpencil,
• Perneliharaan relatif mudah. terdapat kemungkinan
sulitnya untuk
• Pengecoran dapat dilakukan
mendapatkan material
di lokasi pekerjaan (in-situ)
yang dibutuhkan.
atau di ternpat lain yang
kemudian diangkut ke lokasi • Untuk dapat dilalui
pekerjaan. Hal tersebut kendaraan, maka harus
tergantung dari kondisi lokasi menunggu proses
pekerjaan. pengeringan sesuai
ketentuan umur beton
• Dapat dilalui kendaraan berat
yang diperlukan
Saluran Terbuka | 25
140 cm. Bila dibutuhkan dimensi yang lebih besar, maka dapat digunakan gorong-
gorong baja bergelombang berbentuk ellips atau pipa lengkung. Gorong-gorong
dengan bahan baja bergelombang umumnya adalah buatan pabrik.
(a) (b)
(c)
Gambar 11.5: box culvert (a) Single; (b) Double; (c) Triple
26 | Mulyono,T (2015), Infrastruktur Jalan: Perenc. Geometrik & Drainase Jalan, Jakarta: Transportasi - UNJ
Tabel 11.12: Dimensi Box Culvert Beton Bertulang Sesuai Standar Bina Marga
Single Box Culvert Double Box Culvert Triple Box Culvert
L (cm) T (cm) h (cm) L (cm) T (cm) h (cm) L (cm) T (cm) h (cm)
100 100 16 150 100 20 150 100 16
100 150 17 200 100 24 150 250 17
100 200 18 200 150 24 150 200 18
200 100 22 200 200 24 150 250 22
200 150 23 200 250 25 150 300 26
200 200 25 200 300 26 200 100 20
200 250 26 250 150 26 200 150 22
300 300 28 250 200 26 200 200 25
300 150 28 250 250 26 200 250 26
300 200 30 250 300 28 200 300 30
300 250 30 300 150 30 250 150 28
300 300 30 300 200 30 250 200 28
300 250 30 250 250 28
300 300 30 250 300 30
300 150 30
300 200 30
300 250 30
300 300 30
Saluran Terbuka | 27
diperkirakan tidak akan terpenuhi, maka pertimbangkan untuk menaikkan timbunan
badan jalan
Menghasilkan dimensi saluran samping jalan yang masih cukup tepat dan
atau tidak terlampau besar serta untuk menghindari terjadinya erosi pada lereng
tebing di samping jalan, maka tidak seluruh aliran air ditampung ke dalam saluran
samping jalan, tapi ditangkap/dicegat dulu oleh saluran penangkap/pencegat (catch
ditch) yang dibuat di sebelah atas saluran samping/di bagian atas lereng galian. Air
dari saluran penangkap selanjutnya dibuang ke tempat lain.
Saluran Terbuka | 29
atau pasangan batu kali. Bilamana kecepatan aliran tidak terlalu tinggi, maka saluran
diberi gebalan rumput.
Langkah perhitungan debit aliran rencana (Q) yaitu sesuai diagram alir
Gambar 11.7 dengan penjelasan sebagai berikut:
30 | Mulyono,T (2015), Infrastruktur Jalan: Perenc. Geometrik & Drainase Jalan, Jakarta: Transportasi - UNJ
| 31
Saluran Terbuka
Gambar 11.7: Bagan alir perhitungan debit rencana dan debit saluran
Gambar 11.8: Bagan alir perhitungan dimensi saluran dan kemlrlngan saluran
32 | Mulyono,T (2015), Infrastruktur Jalan: Perenc. Geometrik & Drainase Jalan, Jakarta: Transportasi - UNJ
11.12 Perhitungan Dimensi dan Kemiringan Saluran serta Gorong-Gorong
Saluran Terbuka | 33
(d) Hitung tinggi jagaan (W) saluran dengan Error! Reference source not
found. atau Error! Reference source not found..
(3) Cek debit saluran harus Iebih kecil dari debit aliran, Jika tidak sesuai, maka
perhitungan dimensi harus diulang.
(4) Hitung kemiringan saluran menggunakan Persamaan 11.1
(5) Periksa kemiringan tanah di lokasi yang akan dibangun saluran dengan
menggunakan Error! Reference source not found..
(6) Bandingkan kemiringan saluran hasil perhitungan (is hitungan) dengan
kemiringan tanah yang diukur di lapangan (ip lapangan)
(a) Jika (is hitungan) < (ip lapangan) artinya bahwa kemiringan saluran yang
direncanakan sesuai dengan i perhitungan;
(b) Jika (is hitungan) > (ip lapangan) berarti saluran harus dibuatkan pematah
arus, sesuai Error! Reference source not found., untuk perencanaan
gorong-gorong, bandingkan kemiringan gorong-gorong dengan
kemiringan yang diijinkan.
Contoh C11.1:
34 | Mulyono,T (2015), Infrastruktur Jalan: Perenc. Geometrik & Drainase Jalan, Jakarta: Transportasi - UNJ
• panjang jalan = 20 km
• lebar perkerasan = 6 m
• lebar bahu jalan kanan dan kiri = 2 x 1,50 m
Direncanakan saluran drainase samping jalan di ruas jalan tersebut dan perlu
dibangun gorong-gorong baru untuk mengalirkan alur sungai kecil melintasi bagian
lain dari ruas jalan tersebut.
Catchment area dari samping jalan (side ditch) sepanjang 5 km2 tersebut
adalah 0,5 km2, dengan lokasi titik terjauh aliran air yang akan ditampung saluran
samping sejauh 150 m sepanjang 5 km. Kemiringan lereng sebesar 6,5% dan area
catchment merupakan tanah kohesif tertutup rumput. Jalan relatif datar dengan
kelandaian vertikal dari 2% sampai 3,5%.
Data-data alur sungai kecil yang melintasi jalan yang akan dibuat gorong-
gorong adalah sebagai berikut :
Saluran Terbuka | 35
• Jarak horisontal antara bagian hulu sungai dengan lokasi perpotongan
sungai dan jalan raya, L = 7,5 km.
• Elevasi tertinggi berada di ketinggian + 105 m dan di inlet gorong-
gorong dengan elevasi +78 m
• Catchment area seluas 4,5 km2, dengan tata guna lahan (land use)
terdiri dari Ladang/huma.
Ditanyakan :
1. Curah hujan rencana rerata daerah dengan periode ulang 5 tahun dan 10
tahun, serta kurva "intensitas-durasi-frekwensi curah hujan (IDF curve)" untuk
kedua periode ulang curah hujan rencana tersebut dengan menggunakan
Metode Distribusi Gumbel I serta data-data pengamatan Weduwen dan rumus
Mononobe.
2. Tentukan Debit banjir rencana untuk perencanaan side ditch dengan periode
ulang 5 tahun dengan Weduwen dan Mononobe, serta dimensi side ditch yang
direncanakan dengan saluran terbuka galian tanpa lapisan (saluran tanah)
yang merupakan lempung padat berbentuk trapesium dengan saluran yang
direncanakan dibuat menggunakan excavator dimana tingkat pekerjaan
dengan hasil yang baik.
3. Debit banjir rencana untuk perencanaan gorong-gorong beton berbentuk Box-
Culvert dengan permukaan bebas untuk periode ulang 10 tahun?, serta
dimensi gorong-gorong yang diperlukan jika panjang rencana gorong-gorong
36 | Mulyono,T (2015), Infrastruktur Jalan: Perenc. Geometrik & Drainase Jalan, Jakarta: Transportasi - UNJ
10 meter dan jika menggunakan bangunan peralihan gunakan peralihan tipe V
- Peralihan punggung patah dengan sudut pelebaran sekitar 1:5.
Penyelesaian:
• Stasiun A:
𝑠𝑋𝐴 21,272
𝑎= = = 20,015
𝑠𝑛 1,0628
𝑠𝑥𝐴
𝑋 = 𝑋̂ + (Y − Y𝑛 ) = 116,00 + 20,015(𝑌 − 0,5236)
𝑆𝑛
= 116,00 + 20,015𝑌 − 10,48
𝑋 = 105,52 + 20,015𝑌
• Stasiun B:
𝑠𝑋𝐵 26,079
𝑎= = = 24,538
𝑠𝑛 1,0628
𝑠𝑥𝐴
𝑋 = 𝑋̂ + (Y − Y𝑛 ) = 122,10 + 24,538(𝑌 − 0,5236)
𝑆𝑛
= 122,10 + 24,538𝑌 − 12,85
Saluran Terbuka | 37
𝑋 = 109,25 + 24,538𝑌
Tabel C11.2: Curah Hujan Maksimum (𝑋 = 105,52 + 20,015𝑌) untuk Periode Ulang,
𝑻 dengan Gumbel Type-I
Periode Ulang, T (Tahun) Peluang Y Curah Hujan Maksimum, 𝑿𝑻
2 0,500 0,366 112,85
5 0,800 1,510 135,74
10 0,900 2,250 150,55
20 0,950 2,970 164,96
50 0,980 3,900 183,58
100 0,990 4,600 197,59
200 0,995 5,290 211,40
500 0,998 6,210 229,81
1000 0,999 6,900 243,62
38 | Mulyono,T (2015), Infrastruktur Jalan: Perenc. Geometrik & Drainase Jalan, Jakarta: Transportasi - UNJ
1000 0,999 6,900 278,56
Tabel C11.4: Curah Hujan Maksimum R24 Stasiun A dan B untuk Periode Ulang 5 dan
10 Tahun
Curah Hujan Maksimum, 𝑿𝑻
Periode Ulang, T (Tahun) Peluang Y
Stasiun A Stasiun B
5 0,800 1,510 135,74 146,30
10 0,900 2,250 150,55 164,46
Saluran Terbuka | 39
Tinggi rata-rata curah hujan di dalam suatu daerah aliran dengan cara
arithmatic mean merupakan salah satu cara yang sangat sederhana. Biasanya cara
ini dipakai pada daerah yang datar dan banyak stasiun curah hujannya, dengan
anggapan bahwa di daerah tersebut sifat curah hujannya adalah sama rata (uniform
distribution). Tinggi rata-rata curah hujan didapatkan dengan mengambil nilai rata-
rata pengukuran hujan di pos penakar hujan di dalam areal tersebut. Cara
perhitungannya menggunakan Error! Reference source not found..
𝑛
𝑅1 + 𝑅2 + 𝑅3 … 𝑅𝑛 𝑅𝑖
𝑅= =∑
𝑛 𝑛
𝑖=1
𝑅1 + 𝑅2 135,74 + 146,30
𝑅5 = = = 141,02 𝑚𝑚/24 𝑗𝑎𝑚
𝑛 2
𝑅1 + 𝑅2 150,55 + 164,46
𝑅10 = = = 157,51 𝑚𝑚/24 𝑗𝑎𝑚
𝑛 2
40 | Mulyono,T (2015), Infrastruktur Jalan: Perenc. Geometrik & Drainase Jalan, Jakarta: Transportasi - UNJ
9 87,5 9,72 13,71 21,60
12 89 7,42 10,46 16,47
15 90 6,00 8,46 13,33
18 91,98 5,11 7,21 11,35
21 92 4,38 6,18 9,73
24 100 4,17 5,88 9,26
Pengamatan yang dilakukan deh Ir. JP. Der Weduwen untuk daerah Jakarta
(tahun 1937) memberikan hubungan antara durasi (dalam Jam) dengan prosentase
terhadap curah hujan harian dan berdasarkan Rumus Mononobe, sesuai Error!
Reference source not found., hasilnya seperti Dari Tabel C11.5 dan Tabel C11.6.
Saluran Terbuka | 41
24 100,0 4,17 5,88 9,26
Gambar C11.3: Kurva Intensitas Durasi Frekuensi (IDF) dengan cara Weduwen
42 | Mulyono,T (2015), Infrastruktur Jalan: Perenc. Geometrik & Drainase Jalan, Jakarta: Transportasi - UNJ
Gambar C11.4: Kurva Intensitas Durasi Frekuensi (IDF) dengan cara Mononobe
2. Debit banjir rencana untuk perencanaan side ditch dengan periode ulang 5
tahun, serta dimensi side ditch.
• Menghitung debit
Catchment area < 30 km2 (3000 Ha) atau luas pengalirannya menurut (DPU,
2005c) kurang dari 25 km2 (2500 ha) dapat menggunakan rumus rasional dengan
Error! Reference source not found..
1
𝑄𝑝 = 𝐶𝐼𝐴 = 0,278𝐶𝐼𝐴 atau 𝑄𝑝 = 0,278𝐶𝐼𝐴
3,6
𝑇𝑐 = 𝑡1 + 𝑡2
Saluran Terbuka | 43
0,467
2 𝑛𝑑
𝑡1 = ( 3,28𝐿0 )
3 √𝑖𝑠
dan
𝐿
𝑡2 =
60𝑉
Sehingga
0,467 0,467
2 𝑛𝑑 2 0,4
𝑡1 = ( 3,28𝐿0 ) = ( 3,28(150) ) = 18,46 𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡
3 √ 𝑖𝑠 3 √0,065
Bahan yang digunakan pada bangunan saluran menentukan besarnya
kecepatan rencana aliran air (𝑉) yang mengalir di saluran jalan tersebut. Besarnya
rencana kecepatan aliran untuk saluran tanah lempung padat dari Error! Reference
source not found. didapatkan 𝑉 = 1,10 𝑚/𝑑𝑒𝑡𝑖𝑘 .
𝐿 5000 𝑚
𝑡2 = = = 75,76 𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡
60𝑉 (60)1,10 𝑚/𝑑𝑒𝑡
44 | Mulyono,T (2015), Infrastruktur Jalan: Perenc. Geometrik & Drainase Jalan, Jakarta: Transportasi - UNJ
jam. Secara analitis hitungan Itensitas Monobe dapat dicari dengan Error! Reference
source not found.
1
𝑄𝑝=5 𝑡𝑎ℎ𝑢𝑛 = 𝐶𝐼𝐴 = 0,278 (0,22)(44)(0,5) = 1,34 𝑚3 /𝑑𝑒𝑡𝑖𝑘
3,6
1
𝑄𝑝=5 𝑇𝑎ℎ𝑢𝑛 = 𝐶𝐼𝐴 = 0,278 (0,22)(36,19)(0,5) = 1,11 𝑚3 /𝑑𝑒𝑡𝑖𝑘
3,6
Gambar C11.5: Ploting 𝑇𝑐 = 94,22 𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡 (1,57 𝑗𝑎𝑚) Kurva Intensitas Durasi
Frekuensi (IDF) dengan cara Weduwen
Saluran Terbuka | 45
Gambar C11.6: Ploting 𝑇𝑐 = 94,22 𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡 (1,57 𝑗𝑎𝑚) Kurva Intensitas Durasi
Frekuensi (IDF) dengan cara Mononobe
Perhitungan dimensi side ditch atau saluran samping menggunakan nilai
terbesar yaitu dengan cara Weduwen dengan debit 𝑄 = 1,34 𝑚3 /𝑑𝑒𝑡𝑖𝑘. Saluran
direncanakan berbentuk Trapesium, didapatkan luas melintang saluran
𝑄 1,34 𝑚3 /𝑑𝑒𝑡𝑖𝑘
𝐴= = = 1,22 𝑚2
𝑉 1,10 𝑚/𝑑𝑒𝑡𝑖𝑘
• Kemiringan Saluran
Sesuai dengan Tabel 11.4 𝑄 = 1,34 𝑚3 /𝑑𝑒𝑡𝑖𝑘, maka kemiringan talud 1:1,5
(Debit 0,75 – 15 𝑚3 /𝑑𝑒𝑡𝑖𝑘). Dari Error! Reference source not found., untuk
Trapesium, 𝑚 = 𝑧 = 1,5, sesuai Gambar C11.7
46 | Mulyono,T (2015), Infrastruktur Jalan: Perenc. Geometrik & Drainase Jalan, Jakarta: Transportasi - UNJ
Gambar C11.7: Rencana Geometri Saluran
0,485
𝑏= = 0,693 ~0,7 𝑚
0,7
𝐴 = 1,22 𝑚2
1 2 1
𝑉= 𝑅3 𝑆 2
𝑛
1 2 1
1,1 = (0,38)3 𝑆 2
0,02
𝑆 = 0,001759 ~0,18%
Saluran Terbuka | 47
• Pemeriksaan jenis aliran yang terjadi dilakukan dengan menghitung
angka Froude
𝑉 1,10
𝐹 = = = 0,42
√𝑔𝐷 √9,81 (0,7)
• Tinggi Jagaan
• Dimensi Saluran
48 | Mulyono,T (2015), Infrastruktur Jalan: Perenc. Geometrik & Drainase Jalan, Jakarta: Transportasi - UNJ
Alternatif 1:
𝐿 2500 𝑚
𝑡2 = = = 37,88 𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡
60𝑉 (60)1,10 𝑚/𝑑𝑒𝑡
1
𝑄𝑝=5 𝑡𝑎ℎ𝑢𝑛 = 𝐶𝐼𝐴 = 0,278 (0,22)(58)(0,25) = 0,87 𝑚3 /𝑑𝑒𝑡𝑖𝑘
3,6
𝑄 0,87 𝑚3 /𝑑𝑒𝑡𝑖𝑘
𝐴= = = 0,81 𝑚2
𝑉 1,10 𝑚/𝑑𝑒𝑡𝑖𝑘
Saluran Terbuka | 49
(𝑏 + 𝑧𝑦)𝑦 = 𝐴 = (0,6 + 1,5𝑦)𝑦 = 0,81
−𝑏±√𝑏 2 −4𝑎𝑐
𝑥= ; maka 𝑦 = 0,56 𝑚
2𝑎
𝑉 1,10
𝐹 = = = 0,47 < 1 aliran sub kritis (𝑂𝐾)
√𝑔𝐷 √9,81 (0,56)
Alternatif 2:
50 | Mulyono,T (2015), Infrastruktur Jalan: Perenc. Geometrik & Drainase Jalan, Jakarta: Transportasi - UNJ
Dengan penambahan 3 buah culvert/gorong-gorong setiap ¼ bagian panjang
sisi saluran samping, maka luas catchment area side ditch sekarang rnenjadi 𝐴 =
1
0,5 𝑘𝑚2 = 0,125 𝑘𝑚2
4
𝐿 1250 𝑚
𝑡2 = = = 18,94 𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡
60𝑉 (60)1,10 𝑚/𝑑𝑒𝑡
1
𝑄𝑝=5 𝑡𝑎ℎ𝑢𝑛 = 𝐶𝐼𝐴 = 0,278 (0,22)(64)(0,125) = 0,489 𝑚3 /𝑑𝑒𝑡𝑖𝑘
3,6
𝑄 0,489 𝑚3 /𝑑𝑒𝑡𝑖𝑘
𝐴= = = 0,44 𝑚2
𝑉 1,10 𝑚/𝑑𝑒𝑡𝑖𝑘
−𝑏 ± √𝑏 2 − 4𝑎𝑐
𝑥=
2𝑎
𝑦 = 0,40 𝑚
𝐴
𝑅= = 0,23 𝑚
𝑃
Saluran Terbuka | 51
𝑆 = 0,003505~0,35%
𝑉 1,10
𝐹 = = = 0,47 < 1 aliran sub kritis (𝑂𝐾)
√𝑔𝐷 √9,81 (0,4)
Tinggi saluran = 0,4 + 0,4 = 0,8 𝑚~80 𝑐𝑚 dan Lebar dasar = 0,5 𝑚~50 𝑐𝑚.
Hitungan alternatif-2 dianggap efisien dengan dimensinya (Gambar C11.11)
𝑉 = 1,5 𝑚/𝑑𝑒𝑡𝑖𝑘
𝑄 0,489 𝑚3 /𝑑𝑒𝑡𝑖𝑘
𝐴= = = 0,326 𝑚2
𝑉 1,50 𝑚/𝑑𝑒𝑡𝑖𝑘
1
Luas Penampang (A), luas penampang penuh 𝐴 = 4 𝜋𝑑 2 = 0,326,
52 | Mulyono,T (2015), Infrastruktur Jalan: Perenc. Geometrik & Drainase Jalan, Jakarta: Transportasi - UNJ
Tinggi jagaan lingkaran sesuai Error! Reference source not found.
Sehingga tinggi air 𝑦 = 0,8 − 0,16 = 0,64 𝑚, yang sesuai Gambar C6.12
2 2
1 1
√
𝑇 = 2 ( 𝑑0 ) − (𝑦 − 𝑑0 ) = 2√0,16 − 0,06 = 0,64 𝑚
2 2
1
(𝑦− 𝑑0 )
−1 2
Sudut yang terbentuk di AOB = 2 cos 𝛼 =[ 1 ] = 0,6
𝑑
2 0
𝛼 = 2 (53,130 ) = 106,260
253,740 1
𝐴= 𝜋(0,8)2 = 0,354 𝑚2 > 0,326 𝑚2 − −𝑂𝐾
3600 4
𝑄 0,489 𝑚3 /𝑑𝑒𝑡𝑖𝑘
𝑉= = = 1,38 𝑚/𝑑𝑒𝑡
𝐴 0,354 𝑚2
Kemiringan gorong-gorong:
Saluran Terbuka | 53
1 2 1
𝑉= 𝑅 3 𝑆 2 = 1,38 = 1/0,2
𝑛
1 2 1
1,38 = (0,2)3 𝑆 2
0,02
𝑆 = 0,00652 ~0,65%
𝑉 1,5
𝐹 = = = 0,60 < 1 terjadi aliran sub kritis (OK)
√𝑔𝐷 √9,81 (0,64)
Catchment area < 30 km2 (30 Ha) atau luas pengalirannya menurut (DPU,
2005c) kurang dari 25 km2 (25 ha) dapat menggunakan rumus rasional dengan
Persamaan 5.37.
1
𝑄𝑝 = 𝐶𝐼𝐴 = 0,278𝐶𝐼𝐴 atau 𝑄𝑝 = 0,278𝐶𝐼𝐴
3,6
Data-data alur sungai kecil yang melintasi jalan yang akan dibuat gorong-
gorong adalah:
• Catchment area seluas 𝐴 = 4,5 𝑘𝑚2 , dengan tata guna lahan (land
use) terdiri dari Ladang/huma, menggunakan Error! Reference source
not found.𝐶 = 0,10 – 0,30 dalam hal ini digunakan nilai maksimum
sebesar 𝐶 = 0,2 (nilai tengah)
• Jarak horisontal antara bagian hulu sungai dengan lokasi perpotongan
sungai dan jalan raya, 𝐿 = 7,5 𝑘𝑚.
• Elevasi tertinggi berada di ketinggian + 105 m dan di inlet gorong-
gorong dengan elevasi +78 m sehingga beda tinggi = 27 m = 𝐻 =
0,027 𝑘𝑚
• Error! Reference source not found..
54 | Mulyono,T (2015), Infrastruktur Jalan: Perenc. Geometrik & Drainase Jalan, Jakarta: Transportasi - UNJ
𝐻 0,6 0,027 0,6
𝑉 = 72 ( ) = 72 ( ) = 2,46 𝑘𝑚/𝑗𝑎𝑚
𝐿 7,5
𝐿 7,5
𝑡𝑐 = = = 3,048 𝐽𝑎𝑚
𝑉 2,46
Dari Grafik pada Gambar C11.3: Kurva Intensitas Durasi Frekuensi (IDF)
dengan cara Weduwen, untuk 𝑡𝑐 = 3,048 𝑗𝑎𝑚 didapatkan Intensitas untuk periode
ulang 10 tahun sebesar, 𝐼 = 50 𝑚𝑚/𝑗𝑎𝑚, Jadi debit puncak banjir
1 1
𝑄𝑝 = 𝐶𝐼𝐴 = (0,2)(50)(4,5) = 12,5 𝑚3 /𝑑𝑒𝑡
3,6 3,6
𝑄𝑝 = 12,5 𝑚3 /𝑑𝑒𝑡
𝑉𝑖 = 1,5 m/𝑑𝑒𝑡
12,5
𝐴𝑝𝑒𝑟𝑙𝑢 = = 8,33 𝑚2
1,5
Saluran Terbuka | 55
Dicoba tipe gorong-gorong dengan double box culvert dengan sketsa
penampang seperti Gambar C11.13 dengan 𝐿 = 250 𝑐𝑚; 𝑇 = 200 𝑐𝑚 dan ℎ =
28 𝑐𝑚
𝐴 9,686
𝑅= = = 0,580 𝑚
𝑃 16,688
12,5 𝑚3 /𝑑𝑒𝑡
𝑉𝑟 = = 1,290 m/𝑑𝑒𝑡 < 𝑉𝑖 = 1,5 m/𝑑𝑒𝑡
9,686 𝑚2
2𝑔𝑆𝐿
𝑄 = 𝐴𝑉 = 𝐴
√1,5 + 2𝑔𝐿
4
𝐾𝑠 2 𝑅 3
56 | Mulyono,T (2015), Infrastruktur Jalan: Perenc. Geometrik & Drainase Jalan, Jakarta: Transportasi - UNJ
2(9,81)𝑆(10)
12,5 = (9,686)
√1,5 + 2(9,81)(10)
4
(70)2 (0,58)3
2(9,81)(10)
(1,290)2 (1,5 + 4) = 2(9,81)𝑆(10)
2
(70) (0,58)3
𝑆 = 0,013434
Kehilangan tinggi energi yang akan terjadi karena mengalirnya air di dalam
culvert (Gambar C11.14), adalah sebagai berikut :
Saluran Terbuka | 57
trapesium ke segi empat dengan permukaan air bebas dan sebaliknya didapatkan
𝜀𝑚𝑎𝑠𝑢𝑘 = 0,2 dan 𝜀𝑘𝑒𝑙𝑢𝑎𝑟 = 0,4.
Gambar C11.15: Peralihan punggung patah dengan sudut pelebaran sekitar 1:5
𝑉𝑎 = 1,290 𝑚/𝑑𝑒𝑡 (kecepatan aliran di gorong-gorong) dan kecepatan aliran
di saluran hulu dan saluran hilir ditentukan 𝑉1 = 𝑉2 = 1,1 𝑚/𝑑𝑒𝑡
(1,29 − 1,1)2
∆𝐻𝑀𝑎𝑠𝑢𝑘 = 0,2 = 0,001942 𝑚
2(9,81)
𝑉 2 𝑉 2𝐿
∆𝐻𝑓 = 𝐶𝑓 =
2𝑔 𝐶 2 𝑅
𝐶𝑓 = 𝐾𝑠 𝑅1/6
(1,290)2 (10)
∆𝐻𝑓 = = 0,007019 m = 0,7 cm
(63,933)2 (0,580)
58 | Mulyono,T (2015), Infrastruktur Jalan: Perenc. Geometrik & Drainase Jalan, Jakarta: Transportasi - UNJ
(𝑉𝑎 − 𝑉2 )2 (1,29 − 1,1)2
∆𝐻𝐾𝑒𝑙𝑢𝑎𝑟 = 𝜀𝑘𝑒𝑙𝑢𝑎𝑟 = 0,4 = 0,003883 𝑚
2𝑔 2(9,81)
Jadi, elevasi dasar outlet = elevasi dasar inlet - pengaruh kemiringan pipa -
Contoh C11.2:
Hitung dan rencanakan saluran samping jalan tanpa aliran bawah permukaan
dengan data (Gambar C11.16 dan C11.17) sebagai berikut:
Saluran Terbuka | 59
Gambar C11.17: Tampak Atas Melintang Jalan
• Daaerah layanan
Hasil Plot rute jalan di peta topografi panjang segmen 1 saluran (L) = 250 m
ditentukan dari rute jalan yang memungkinkan adanya pembuangan di ujung
segmen. Diasumsikan bahwa saluran yang akan dibuat merupakan saluran awal
sehingga tidak ada debit lain yang masuk selain dari areal A1; A2; dan A3, dengan
daerah perumahan tidak padat dengan kemiringan 3% dan permukaan licin dan
kokoh. Gorong-gorong merupakan pipa terbuat dari beton direncanakan diujung
segmen aliran air akan dibuang ke sungai melalui gorong-gorong melintang badan
jalan.
60 | Mulyono,T (2015), Infrastruktur Jalan: Perenc. Geometrik & Drainase Jalan, Jakarta: Transportasi - UNJ
perkerasan jalan (aspal) lebar 2 x 3,5 meter dengan kemiringan 2%
bahu jalan lebar 2 meter dengan Tanah berbutir halus dengan kemiringan 2%
Jarak titik terjauh ke perumahan (luar jalan) = 10 meter
• Data curah hujan dari pos pengamatan adalah sesuai Tabel C11.7.
Penyelesaian:
Saluran Terbuka | 61
𝑠𝑥𝐴
𝑋 = 𝑋̂ + (Y − Y𝑛 ) = 115,00 + 32,6213(𝑌 − 0,5268)
𝑆𝑛
= 115,00 + 32,6213𝑌 − 16,9598
𝑋 = 98,0402 + 32,6213𝑌
𝑹𝟏𝟎 = 𝟏𝟕𝟎, 𝟒𝟖
𝑹𝟐𝟎 = 𝟏𝟗𝟑, 𝟔𝟔
𝑹𝟓𝟎 = 𝟐𝟐𝟑, 𝟔𝟎
𝑹𝟐 = 𝟏𝟎𝟗, 𝟖𝟐
𝑹𝟓 = 𝟏𝟒𝟔, 𝟔𝟓
62 | Mulyono,T (2015), Infrastruktur Jalan: Perenc. Geometrik & Drainase Jalan, Jakarta: Transportasi - UNJ
(7)=(3)x(𝑅20 )
(8)=(3)x(𝑅50 )
(6)=(3)x(𝑅10 )
(4)=(3)x(𝑅2 )
(5)=(3)x(𝑅5 )
(3)=(2)/(1)
(1)
(2)
Saluran Terbuka | 63
• Koefisien pengaliran rata-rata:
𝐴1 𝐶1 + 𝐴2 𝐶2 + +𝐴3 𝐶3 𝑓𝑘 875(0,9) + 500(0,65) + 2500(0,6)(1,5)
𝐶= =
𝐴1 + 𝐴2 + 𝐴3 875 + 500 + 2500
= 𝟎, 𝟖𝟔𝟖
Gambar C11.18: Kurva Intensitas Durasi Frekuensi (IDF) dengan cara Mononobe
• Waktu konsentrasi (𝑇𝑐 )
• 𝑇𝑐 = 𝑡1 + 𝑡2
• 𝑡1 , inlet time dihitung menggunakan Persamaan 6.6 dan 𝑡2 yang
dihitung dengan Persamaan 6.7
0,467
2 𝑛𝑑 𝐿
𝑡1 = (3 3,28𝐿0 ) dan 𝑡2 = 60𝑉
√𝑖𝑠
64 | Mulyono,T (2015), Infrastruktur Jalan: Perenc. Geometrik & Drainase Jalan, Jakarta: Transportasi - UNJ
• Dari Bahu dengan 𝐿0 = 2,0 𝑚), Koefisien Hambatan Error! Reference
source not found. tanah (𝑛𝑑 = 0,02) dan 𝑖𝑠 = 2%
2 0,02 0,467
𝑡1 = ( 3,28(2,0) ) = 0,799 𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡
3 √0,02
• Dari Perumahan dengan 𝐿0 = 10,0 𝑚), Koefisien Hambatan Error!
Reference source not found. tanah diasumsikan licin dan kokoh
(𝑛𝑑 = 0,10) dan 𝑖𝑠 = 3%
2 0,10 0,467
𝑡1 = ( 3,28(10) ) = 3,268 𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡
3 √0,03
Total 𝑡1 = 4,915 𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡
• Waktu di dalam salauran dengan 𝑉 = 1,5 𝑚/𝑑𝑒𝑡
𝐿 250
𝑡2 = = = 2,78 𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡
60𝑉 60(1,5)
𝑇𝑐 = 𝑡1 + 𝑡2 = 4,915 + 2,78 = 7,693 𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡 = 0,13 𝑗𝑎𝑚
Menggunakan Gambar C11.18 dengan memplot 𝑇𝑐 didapatkan
intensitas curah hujan atau dapat menggunakan rumus Mononobe
dengan Error! Reference source not found., untuk periode ulang 5
tahun 𝑅24 = 146,65 mm
• Besar debit
Luas (𝐴 = 3362,5 𝑚2 ); 𝐶 = 0,868; 𝐼 = 199,947 𝑚𝑚/𝑗𝑎𝑚
1 1
𝑄= 𝐶𝐼𝐴 = (0,0033625 )(0,868)(199,947)
3,6 3,6
= 0,162056 𝑚3 /𝑑𝑒𝑡
• Menentukan dimensi saluran
Saluran Terbuka | 65
Penentuan dinmensi direncanakan menggunakan bahan beton dengan
kecepatan saluran direncanakan 1,5 m/det dengan bentuk penampang segiempat.
Kemiringan saluran diijinkan sampai dengan 7,8%. Angka kekasaran permukaan
saluran Manning (n=0,013). Kemiringan memanjang jalan 3%, kemiringan saluran
menyesuaikan kemiringan jalan, jadi sebesar 3%. Diambil nilai kecepatan 𝑉 =
1,25 𝑚/𝑑𝑒𝑡
1 2 1
𝑉= 𝑅 3 𝑆 2 = 1,25 𝑚/𝑑𝑒𝑡
𝑛
𝑄 0,162056
𝐴= = = 0,130 𝑚2
𝑉 1,25
Saluran berbentuk segi empat A= bh, diambil b=0,5 didapatkan tinggi saluran
h=0,2593 dibulatkan menjadi 0,25 meter, jadi 𝐴 = 0,140 𝑚2 dan Kecepatan didalam
saluran
𝑄 0,162056
𝑉=𝐴= = 1,30 𝑚/𝑑𝑒𝑡𝑖𝑘 < 1,5 𝑚/𝑑𝑒𝑡𝑖𝑘
0,125
Perencanaan gorong-gorong
66 | Mulyono,T (2015), Infrastruktur Jalan: Perenc. Geometrik & Drainase Jalan, Jakarta: Transportasi - UNJ
ℎ − 0,5𝐷
𝜃 = cos −1 ( ) = 53,1301
0,5𝐷
𝜋𝐷2 𝜃
𝐴= (1 − ) + (ℎ − 0,5𝐷)2 tan 𝜃
4 180
𝜋𝐷2 53,1301
= (1 − ) + (0,64 − 0,5(0,8))2 tan 53,1301
4 180
= 0,4311 𝑚2
𝜃 𝜃53,1301
𝑃 = 𝜋𝐷 (1 − ) = 𝜋(0,8) (1 − ) = 1,771 𝑚
180 180
𝐴
𝑅= = 0,243 𝑚
𝑃
𝑄 0,662
𝑉= = = 1,535781 𝑚/𝑑𝑒𝑡
𝐴 0,4311
2 1
1
Kemiringan gorong-gorong = 1,535781 = 0,012 (0,243)3 𝑆 2
Soal
Saluran Terbuka | 67
Mulyono,T (2015), Infrastruktur Jalan: Perenc. Geometrik & Drainase Jalan, Jakarta: Transportasi - UNJ | 68