PENDAHULUAN
Akibat dari aktivitas pertambangan ini tentu saja akan berpengaruh terhadap
kondisi sosial-ekonomi serta fisik daerah sekitarnya, baik dampak positif maupun
negatif. Dampak pada kondisi sosial-ekonomi pada penelitian ini dikaji melalui
1
peluang berusaha, peningkatan pendapatan dan perubahan mata pencaharian.
perubahan Dampak pada kondisi fisik meliputi pencemaran air yang diakibatkan
kontaminasi dengan limbah hasil sisa dari kegiatan pertambangan, pencemaran udara
karena tercemar oleh gas hasil buangan dari kegiatan pertambangan, maupun polusi
suara karena kegiatan pertambangan seperti (blasting) ataupun truk pengangkut barang
tambang. Kerusakan jalan yang disebabkan oleh kegiatan pertambangan baik
pengangkutan keperluan pertambangan seperti alat berat maupun kebutuhan bahan
bakar juga turut memberikan dampak negative terhadap kondisi fisik di daerah
pertambangan. Dampak kondisi fisik merupakan dampak yang ditimbulkan oleh
adanya aktivitas pertambangan pada kondisi pencemaran pada air, udara, polusi suara,
kerusakan jalan dan pembukaan hutan di sekitar wilayah pertambangan.
2
BAB 2
TINJAUAN UMUM
Batubara adalah salah satu bahan bakar fosil. Pengertian umumnya adalah
batuan sedimen yang dapat terbakar, terbentuk dari endapan organik, utamanya adalah
sisa-sisa tumbuhan dan terbentuk melalui proses pembatubaraan. Unsur-unsur
utamanya terdiri dari karbon, hidrogen dan oksigen. Batubara juga adalah batuan
organik yang memiliki sifat-sifat fisika dan kimia yang kompleks yang dapat ditemui
dalam berbagai bentuk. Pembentukan batubara memerlukan kondisi-kondisi tertentu
dan hanya terjadi pada era-era tertentu sepanjang sejarah geologi. Penambangan
batubara adalah eksploitasi penambangan batubara dari bumi. Batubara digunakan
sebagai bahan bakar. Batubara juga dapat digunakan untuk membuat coke untuk
pembuatan baja. Tambang batubara tertua terletak di Tower Colliery di Inggris. Di
Indonesia, endapan batubara yang bernilai ekonomis terdapat di cekungan Tersier,
yang terletak di bagian barat Paparan Sunda (termasuk Pulau Sumatera dan
Kalimantan). Pada umumnya endapan batubara ekonomis tersebut dapat
dikelompokkan sebagai batubara berumur Eosen atau sekitar Tersier Bawah, kira-kira
45 juta tahun yang lalu dan Miosen atau sekitar Tersier Atas, kira-kira 20 juta gambut
pada iklim purba sekitar khatulistiwa yang mirip dengan kondisi kini.
3
(PTBA. Tbk) memiliki total kadar air 24,00% ad, kadar abu 5,30% ad, zat terbang
34,60% ad, belerang 0,49% ad dan nilai energi 5300 (ad) kkal/kg.
4
BAB 3
PEMBAHASAN
Di samping itu, sarara dan prasarana pertambangan juga belum dipenuhi secara
baik. Sebagai contoh adalah untuk transportasi pengangkutan batubara dari daerah
tambang ke lokasi penjualan, Perusahaan tambang sebenarnya memiliki beberapa opsi
pengangkutan batubara yaitu melalui jalur darat (Truk dan Kereta Api) dan jalur air
(Kapal Tongkang). Akan tetapi dari ketiga opsi yang tersedia tersebut memiliki
kendala masing – masing. Sebagai contoh untuk sarana pengangkutan jalur darat
menggunakan truk Pemerintah provinsi Sumatera Selatan belum mengambil langkah-
langkah pasti dalam pembuatan jalur khusus untuk kendaraan tambang sehingga
kendaraan tambang yang beroperasi masih menggunakan jalur khusus kendaraan
umum padahal Perda nomor 5 tahun 2011 tentang pelaksanaan kegiatan usaha
pertambangan mineral dan batubara pada pasal 52 telah menyatakan dengan jelas
5
bahwa pengangkutan batubara lintas kabupaten/kota harus melalui jalan khusus yang
ditetapkan dalam keputusan Gubenur. Adapun jalur khusus yang tersedia kualitasnya
tidak cukup baik untuk dipergunakan dalam mengangkut muatan batubara. Akibatnya
kendaraan pengangkut lebih memilih untuk mempergunakan jalan untuk kendaraan
umum non-tambang sehingga jalan mengalami kerusakan akibat menerima tekanan
bobot yang melebihi kapasitas yang mampu didukung oleh jalan. Sama halnya dengan
akses jalur kereta api yang juga terbatas dan tidak mencapai pelabuhan sehingga harus
tetap menyambung angkutan menggunakan truk kembali.
6
dengan masalah di atas tentu erat kaitannya dengan perilaku masyarakat sebagaimana
yang diungkapkan pemerintah daerah Muara Enim, maraknya aktivitas Tambang
Batubara Rakyat yang saat ini terjadi, telah memberikan sejumlah dampak buruk.
Mulai dari kecelakaan yang menelan korban hingga kerusakan lingkungan. Tidak
hanya itu, aktivitas Tambang Batubara Rakyat juga sangat merugikan pemerintah
daerah karena harus kehilangan retribusi dan pajak pendapatan bagi Pendapatan Asli
Daerah (PAD).
Hal ini tentu sangat merugikan, bukan saja karena tidak ada jaminan untuk
keselamatan diri sendiri, namun kelestarian alam juga akan ikut terancam. Berdasarkan
data dari forum organisasi masyarakat telah terjadi sebanyak empat kali pencemaran
terhadap sungai-sungai yang ada di Sumatera selatan, oleh perusahaan pertambangan
yang beroperasi di Kabupaten Muara Enim dan Lahat. Salah satu sungai yang tercemar
tersebut adalah sungai enim dan sampai saat ini sungai yang tercemar tersebut belum
juga di pulihkan.
7
Pengambilan data sekunder rata-rata kualitas air dengan indikator fisika (TSS
dan TDS) dan Kimia (pH, DO, BOD, COD, Minyak & Lemak, Ammonia, Besi,
Mangan, Phosfat), sebelum dan setelah dilakukan aktivitas tambang Batubara di
Sungai Enim, Tahun 2014 dari BLH Kab. Muara Enim.
Tabel 1. Sungai Enim Sebelum Dan Sesudah Melintasi Aktivitas Tambang Batubara di
Kabupaten Muara Enim.
8
dapat juga mengakibatkan efek pencahar. Efek lain dari konentari tingginya TDS juga
mempengaruhi kejernihan air, penurunan fotosintesis, penggabungan senyawa beracun
dan logam berat sehingga menyebabkan peningkatan suhu air. Sempel pH menunjukan
adanya penurunan yang signifikan. Penurunana ini terjadi dimungkinkan adanya
aktivitas penambangan batubara yang menghasilkan air limpasan. Sempel DO
menunjukan adanya penurunan yang signifikan. Penurunan 5% terjadi dikarenakan
lipasan air dari tambang batubara yang membawa endapan lumpur ke badan sungai
menjadikan TSS dan TDS naik. Sempel BOD dan COD menunjukan adanya
peningkatan yang signifikan. Peningkatan ini terjadi dimungkinkan karena ada
limpasan air dari pemindahan material batubara. Sempel Amoniak menunjukan adanya
peningkatan. Peningkatan ini terjadi biasanya karena adanya pencemaran bahan
organic yang berasal dari pembongkaran tanah penutup (top soil) dari aktivitas
pemindahan material pada tambang batubara. Sempel Besi menunjukan adanya
penurunan 17%. Sempel Phosfat menunjukan adanya peningkatan yang signifikan
sebesar 227%. Hal ini terjadi karena dipengaruhi oleh adanya masukan limbah
penduduk seperti buangan detergen dari aktivitas mandi, cuci, kakus (MCK),
9
BAB 4
KESIMPULAN
Dari uraian materi yang telah disampaikan pada bagian sebelumnya, maka
ditarik beberapa kesimpulan antara lain :
1. Penambangan Batubara adalah salah satu upaya Pemerintah dalam rangka
meningkatkan devisa negara, yang merupakan salah satu modal untuk
mensejahterakan rakyat, juga merupakan komoditi bahan galian yang telah banyak
memberikan kontribusi dalam penerimaan devisa negara dan menggerakkan roda
perekonomian.
2. Dampak kondisi fisik merupakan dampak yang ditimbulkan oleh adanya aktivitas
pertambangan pada kondisi pencemaran pada air, udara, polusi suara, kerusakan
jalan dan pembukaan hutan di sekitar wilayah pertambangan.
3. Masalah penambangan batubara sangat rentan terjadi kerusakan lingkungan seperti
pencemaran udara, air dan banjir, oleh karena itu sangat urgen untuk diperhatikan.
4. Kondisi Kualitas air Sungai Enim sebelum dilakukan penambangan. Menujukkan
rata-rata parameter mengalami peningkatan di musim kemarau. Sebaliknya kondisi
kualitas air Sungai Enim setelah dilakukan penambangan. Menujukkan rata-rata
parameter mengalami peningkatan di musim hujan.
5. Dampak aktivitas tambang batubara terhadap kualitas air Sungai Enim yakni
limpasan air tambang batubara yang mengalir ke sungai dikatakan memberikan
pengaruh yang signifikan terhadap perubahan tingkat kualitas air.
10