Keperawatan Anak II
Disusun Oleh 1:
5. Pramesti Lupitasari
1
TAHUN AKADEMIK 2019/2020
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT dengan rahmat dan karunianya penulis telah
dapat menyelesaikan makalah ini yang berjudul “AUTISME” Selawat beriring salam
penulis kirimkan kepada junjungan Alam Nabi Muhammad SAW beserta keluarga dan
sahabat beliau sekalian.
Dalam penyelesaian penulisa makalah ini, penulis mendapat bimbingan,
arahan dan bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima
kasih yang sebesar-sebesarnya.
Segala usaha telah dilakukan untuk menyempurnakan makalah ini. Namun
penulis menyadari bahwa dalam makalah ini mungkin masih ditemukan kekurangan
dan kekhilafan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang dapat
dijadikan masukan guna perbaikan di masa yang akan datang.
Penulis
2
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian ........................................................................................... 6
B. Klasifikasi ............................................................................................ 7
C. Manifestasi ........................................................................................... 8
D. Penyebab ............................................................................................. 10
E. Patofisiologi ........................................................................................ 10
F. Macam-macam terapi .......................................................................... 12
G. Penatalaksanaan .................................................................................. 15
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan .......................................................................................... 19
B. Saran........ ............................................................................................. 19
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................... 20
3
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
B. RUMUSAN MASALAH
Dari batasan masalah yang telah dibuat maka perumusan masalah makalah ini,
antara lain:
C. TUJUAN PENULISAN
Adapun tujuan penulisan dari makalah ini adalah untuk mengetahui lebih dalam
bagaimana anak luar biasa, terutama anak autis. Yang mana ingin mengetahui:
4
2. Gejala-gejala anak autis
4. Penyebab autisme
5
BAB II
PEMBAHASAN
6
Gangguan autisme terjadi pada masa perkembangan sebelum usia 36 bulan
“Sumber dari Pedoman Penggolongan Diagnotik Gangguan Jiwa” (PPDGJ III)
Autisme adalah suatu kondisi yang mengenai seseorang sejak lahir ataupun saat
masa balita, yang membuat dirinya tidak dapat membentuk hubungan social atau
komunikasi yang normal. Hal ini mngekibatkan anak tersebut terisolasi dari
manusia lain dan masik dalam dunia repetitive, aktivitas dan minat yang obsesif.
(Baron-Cohen, 1993). Jadi anak autisme merupakan anak yang mengalami
gangguan perkembangan yang sangat kompleks yang dapat diketahui sejak umur
sebelum 3 tahun mencakup bidang komunikasi, interaksi sosial serta perilakunya.
Ditinjau dari segi pendidikan : anak autis adalah anak yang mengalami gangguan
perkembangan komunikasi, sosial, perilaku pada anak sesuai dengan kriteria
DSM-IV sehingga anak ini memerlukan penanganan/layanan pendidikan secara
khusus sejak dini. Ditinjau dari segi medis : anak autis adalah anak yang
mengalami gangguan/kelainan otak yang menyebabkan gangguan perkembangan
komunikasi, sosial, perilaku sesuai dengan kriteria DSM-IV sehingga anak ini
memerlukan penanganan/terapi secara klinis. Ditinjau dari segi psikologi : anak
autis adalah anak yang mengalami gangguan perkembangan yang berat bisa
ketahui sebelum usia 3 tahun, aspek komunikasi sosial, perilaku, bahasa sehingga
anak perlu adanya penanganan secara psikologis.
Ditinjau dari segi sosial anak autis adalah anak yang mengalami gangguan
perkembangan berat dari beberapa aspek komunikasi, bahasa, interaksi sosial,
sehingga anak ini memerlukan bimbingan ketrampilan sosial agar dapat
menyesuaikan dengan lingkungannya. Jadi Anak Autisme merupakan salah satu
gangguan perkembangan fungsi otak yang bersifat pervasive (inco) yaitu meliputi
gangguan kognitif, bahasa, perilaku, komunikasi, dan gangguan interaksi sosial,
sehingga ia mempunyai dunianya sendiri.
Menurut Yatim (2002) klasifikasi anak autis dikelompokkan menjadi tiga, antara
lain :
1. Autisme Persepsi : dianggap autisme yang asli karena kelainan sudah timbul
sebelum lahir. Ketidakmapuan anak berbahasa termasuk pada penyimpangan
7
reaksi terhadap rangsangan dari luar, begitu juga ketidakmampuan anak
bekerjasama dengan orang lain, sehingga anak bersikap masa bodoh.
3. Autisme yang timbul kemudian : terjadi setelah anak agak besar, dikarenakan
kelainan jaringan otak yang terjadi setelah anak lahir. Hal akan mempersulit
dalam hal pemberian pelatihan dan pelayanan pendidikan untuk mengubah
perilakunya yang sudah melekat.
C. Manifestasi Klinis
Manifestasi klinis yang ditemuai pada penderita Autisme :
1. Penarikan diri, kemampuan komunikasi verbal (berbicara) dan nonverbal yang
tidak atau kurang berkembang mereka tidak tuli karenadapat menirukan lagu-
lagu dan istilah yang didengarnya, sertakurangnya sosialisasi mempersulit
estimasi potensi intelektualkelainan pola bicara, gangguan kemampuan
mempertahankan percakapan, permainan sosial abnormal, tidak adanya empati
danketidakmampuan berteman.Dalam tes non verbal yang memilikikemampuan
bicara cukup bagus namun masih dipengaruhi, dapatmemperagakan kapasitas
intelektual yang memadai. Anak austikmungkin terisolasi, berbakat luar biasa,
analog dengan bakat orangdewasa terpelajar yang idiot dan menghabiskan
waktu untuk bermain sendiri.
2. Gerakan tubuh stereotipik, kebutuhan kesamaan yang mencolok,minat yang
sempit, keasyikan dengan bagian-bagian tubuh.
3. Anak biasa duduk pada waktu lama sibuk pada tangannya,
menatap pada objek. Kesibukannya dengan objek berlanjut dan mencoloksaat
dewasa dimana anak tercenggang dengan objek mekanik.
4. Perilaku ritualistik dan konvulsif tercermin pada kebutuhan anakuntuk
memelihara lingkungan yang tetap (tidak
menyukai perubahan), anak menjadi terikat dan tidak bisa dipisahkan darisuatu
objek, dan dapat diramalkan .
8
5. Ledakan marah menyertai gangguan secara rutin.
6. Kontak mata minimal atau tidak ada.
7. Pengamatan visual terhadap gerakan jari dan tangan,
pengunyahan benda, dan menggosok permukaan menunjukkan penguatankesad
aran dan sensitivitas terhadap rangsangan, sedangkanhilangnya respon terhadap
nyeri dan kurangnya respon terkejutterhadap suara keras yang mendadak
menunjukan menurunnyasensitivitas pada rangsangan lain.
8. Keterbatasan kognitif, pada tipe defisit pemrosesan kognitif tampak pada
emosional
9. Menunjukan echolalia (mengulangi suatu ungkapan atau kata secaratepat) saat
berbicara, pembalikan kata ganti pronomial, berpuisiyang tidak berujung
pangkal, bentuk bahasa aneh lainnya berbentukmenonjol. Anak umumnya
mampu untuk berbicara pada sekitarumur yang biasa, kehilangan kecakapan
pada umur 2 tahun.
Ciri yang khas pada anak yang austik :
a. Defisit keteraturan verbal.
b. Abstraksi, memori rutin dan pertukaran verbal timbal balik.
c. Kekurangan teori berfikir
D. PENYEBAB AUTISME
b. Faktor genetik (ada gen tertentu yang mengakibatkan kerusakan pada sistem
limbic (pusat emosi)
9
Beberapa ahli (Kanner dan Bruno Bettelhem) autisme dianggap sebagai
akibat hubungan yang dingin, tidak akrab antara orang tua (ibu) dan anak.
Demikian juga dikatakan, orang tua/pengasuh yang emosional, kaku, obsesif,
tidak hangat bahkan dingin dapat menyebabkan anak asuhnya menjadi autistik.
2. Teori Biologis
a. Faktor genetic: Keluarga yang terdapat anak autistik memiliki resiko lebih
tinggi dibanding populasi keluarga normal.
b. Pranatal, Natal dan Post Natal yaitu: Pendarahan pada kehamilan awal,
obat-obatan, tangis bayi terlambat, gangguan pernapasan, anemia.
3. Keracunan logam berat misalnya terjadi pada anak yang tinggal dekat tambanga
batu bara, dlsb.
E. PATOFISIOLOGI
Sel saraf otak (neuron) terdiri atas badan sel dan serabut untukmengalirkan
impuls listrik (akson) serta serabut untuk menerima impulslistrik (dendrit). Sel
saraf terdapat di lapisan luar otak yang berwarnakelabu (korteks). Akson
dibungkus selaput bernama mielin, terletak di bagian otak berwarna putih. Sel
saraf berhubungan satu sama lain lewatsinaps. Setelah anak
lahir, terjadi proses pengaturan pertumbuhan otak berupa bertambah
dan berkurangnya struktur akson,dendrit, dan sinaps. Proses ini dipengaruhi
secara genetik melaluisejumlah zat kimia yang dikenal sebagai brain growth
factorsdan proses belajar anak. Makin banyak sinaps terbentuk, anak makincerdas
10
. Pembentukan akson, dendrit, dan sinaps sangat tergantung padastimulasi dari
lingkungan. Bagian otak yang digunakan dalam belajarmenunjukkan pertambahan
akson, dendrit, dan sinaps.
11
kecilmenyebabkan reaksi atensi lebih lambat, kesulitan memproses persepsiatau
membedakan target, over selektivitas, dan kegagalanmengeksplorasi lingkungan.
Pembesaran otak secara abnormal jugaterjadi pada otak besar bagian depan yang
dikenal sebagai lobusfrontalis. Kemper dan Bauman menemukan berkurangnya
ukuran sel
Anak autisme dapat dilatih melalui terapi sesuai dengan kondisi dan kebutuhan
anak antara lain:
1. Terapi Wicara: Untuk melancarkan otot-otot mulut agar dapat berbicara lebih
baik.
6. Sensory Integration therapy : untuk melatih kepekaan dan kordinasi daya indra
anak autis (pendengaran, penglihatan, perabaan)
10. Terapi Musik : untuk melatih auditori anak, menekan emosi, melatih kontak
mata dan konsentrasi.
12
G. PENATALAKSANAAN
1. Non medikamentosa
13
d. Terapi okupasi/fisik Intervensi ini dilakukan agar individu dengan autisme
dapat melakukan gerakan, memegang, menulis, melompat dengan
terkontrol dan teratur sesuai kebutuhan saat itu.
14
b. Jika perilaku repetitif menjadi target terapi Neuroleptik (Risperidon) dan
SSRI dapat dipakai untuk mengatasi perilaku stereotipik seperti melukai
diri sendiri, resisten terhadap perubahan hal-hal rutin dan ritual obsesif
dengan anxietas tinggi.
15
ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
1. Identitas diri
2. Factor predisposisi
3. Psikososial
4. Konsep diri
5. Status mental
6. Mekanisme koping
C. Rencana Keperawatan
1. Ketidakmampuan koping individu berhubungan dengan tidak adekuat
keterampilan pemecahan masalah.
Tujuan : Klien mampu memecahkan masalah dengan koping yang efektif
Kriteria evaluasi: Koping teratasi, mampu membuat keputusan, mampu
mengendalikan impuls, mampu memproses informasi
Intervensi :
1) Bina hubungan saling percaya dengan klien dan
keluarganya.
2) Beri kesempatan kepada anak untuk mengungkapkan
masalahnya
3) Beri bimbingan kepada anak untuk dapat mengambil
keputusan
16
4) Anjurkan kepada orang tua untuk lebih sering bersama
anaknya.
5) Ciptakan lingkungan yang aman dan nyaman untuk
mengurangi tingkat stress anak.
2. Harga diri rendah berhubungan dengan respon negatif teman sebaya, kesulitan
dalam berkomunikasi.
Tujuan : klien dapat meningkatkan kepercayaan dirinya.
Kriteria evaluasi : Mengungkapkan penerimaan diri secara verbal,
mempertahankan postur tubuh tegak, mempertahankan
kontak mata, mempertahankan kerapihan/hygiene,
menerima kritikan dari orang lain
Intervensi :
1) Beri motivasi pada anak.
2) Beri kesempatan anak mengungkapkan perasaannya.
3) Beri latihan intensif pada anak untuk pemahaman belajar
berkomunikasi.
4) Modifikasi cara belajar sehingga anak lebih tertarik.
5) Beri reward pada keberhasilan anak.
6) Gunakan alat bantu/peraga dalam belajar berkomunikasi.
7) Berikan suasana yang nyaman dan tidak menegangkan.
8) Anjurkan kepada keluarga untuk mendekatkan anak pada
sibling.
17
2) Anjurkan orang tua untuk memberikan anaknya bimbingan
belajar intensif.
3) Anjurkan orang tua agar selalu memantau prilaku anak.
4) Kolaborasi dengan ahli gizi untuk keseimbangan gizi ana
5) Anjurkan orang tua untuk membawa anaknya ke dokter bila
perlu.
6) Beri penjelasan tentang kondisi anak kepada orang tua.
4. Kurang pengetahuan pada orang tua berhubungan dengan cara mengatasi anak
dengan kesulitan berkomunikasi.
Tujuan : pengetahuan keluarga bertambah
Kriteria evaluasi: Mengidentifikasi keperluan untuk penambahan informasi
menurut penanganan yang di anjurkan, menunjukkan
kemampan melaksanaan aktivitas
Intervensi :
1) Anjurkan orang tua bersama dengan anak untuk membuat
jadwal belajar berkomunikasi.
2) Luangkan waktu kepada orang tua untuk mendengarkan
keluhan.
3) Anjurkan orang tua untuk lebih memperhatikan perkembangan
anak.
4) Berikan anak makanan seimbang, 4 sehat 5 sempurna untuk
menutrisi otak.
5) Berikan suplemen bila perlu
6) Kenali cara/metoda belajar anak
7) Biarkan anak menggunakan inisiatif/pemikirannya selama
masih dalam batas yang wajar.
18
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Anak Autisme merupakan salah satu gangguan perkembangan fungsi otak
yang bersifat pervasive yaitu meliputi gangguan kognitif, bahasa, perilaku,
komunikasi, dan gangguan interaksi sosial, sehingga ia mempunyai dunianya
sendiri. Layanan pendidikan bagi anak autis bagitu beragam antara lain; kelas
transisi, program pendidikan inklusi, program pendidikan terpadu, program
sekolah di rumah, panti rehabilitasi autis. Bentuk layanan ini rasanya begitu cocok
diterapkan bagi anak autis tersebut agar ia kelak lebih mandiri dan
mengembangkan potensi yang ada pada dirinya.
B. SARAN
Dari hasil makalah yang telah dibuat, penulis menyarankan agar kita lebih
peduli bagi anak-anak barkebutuhab khusus terutama bagi anak autis. Sebagai
manyarakat secara umum kita harus bisa menerima anak-anak tersebut. Semoga
makalah ini menjadi rujukan bagi kita untuk bisa memberikan layanan pendidikan
bagai anak-anak autis.
19
DAFTAR PUSTAKA
Ellah Siti Chalidah (2005), Terapi permainan bagi anak yang memerlukan layanan
Sutadi Rudi, Bawazir L.A. Tanjung Nia, Adeline Rina (2003) Penatalaksanaan
Holistik autisme. Jakarta Pusat Informasii dan Penerbitan Bagian Ilmu penyakit
Dalam. Jakarta: FK UI
20