Sistem Pendidikan Nasional Full Bab 2
Sistem Pendidikan Nasional Full Bab 2
PEMBAHASAN
A. Definisi
1. Definisi Pendidikan
Plato (filosof Yunani yang hidup dari tahun 429 SM-346 M) menjelaskan
bahwa, Pendidikan itu ialah membantu perkembangan masing-masing dari jasmani
dan akal dengan sesuatu yang memungkinkan tercapainya kesemurnaan.
M.J. Langeveld, pendidikan adalah setiap pergaulan yang terjadi adalah setiap
pergaulan yang terjadi antara orang dewasa dengan anak-anak merupakan lapangan
atau suatu keadaan dimana pekerjaan mendidik itu berlangsung.
Wikipedia, Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan
suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif
mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan,
pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang
diperlukan dirinya dan masyarakat.
Kamus Besar Bahasa Indonesia (1991), Pendidikan diartikan sebagai proses
pembelajaran bagi individu untuk mencapai pengetahuan dan pemahaman yang lebih
tinggi mengenai obyek-obyek tertentu dan spesifik. Pengetahuan tersebut diperoleh
secara formal yang berakibat individu mempunyai pola pikir dan perilaku sesuai
dengan pendidikan yang telah diperolehnya. Sistem adalah suatu perangkat yang
saling bertautan, yang tergabung menjadi suatu keseluruhan.
Menurut Undang-undang No.20 Tahun 2003 Pasal 1 ayat 1 yang dimaksud
dengan Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana
belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan
potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,
kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya,
masyarakat, bangsa dan negara.
3
nilai-nilai agama, kebudayaan nasional Indonesia dan tanggap terhadap tuntutan
perubahan zaman.
4
untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan
bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu cakap,
kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.
C. Kelembagaan Pendidikan
Menurut Undang-undang No.20 tahun 2003 pada BAB VI membahas mengenai
Jalur,Jenjang dan Jenis Pendidikan.
1. Jalur Pendidikan
Menurut UU No.20 tahun 2003 pasal 1 ayat 7 Jalur pendidikan adalah wahana
yang dilalui peserta didik untuk mengembangkan potensi diri dalam suatu proses
pendidikan yang sesuai dengan tujuan pendidikan.
a. Pendidikan Formal
Menurut Undang-undang No.20 tahun 2003 pasal 1 ayat 11 Pendidikan formal
adalah Jalur pendidikan yang terstruktur dan berjenjang yang terdiri atas
pendidikan dasar, pendidikan menengah dan pendidikan tinggi.
b. Pendidikan Non-formal
Pendidikan Non-formal di jelaskan pada Undang-undang no.20 tahun 2003
pasal 1 Ayat 12. Pendidikan Non-formal adalah jalur pendidikan di luar
pendidikan formal yang dapat dilaksanakan secara terstruktur dan berjenjang.
Pendidikan nonformal diselenggarakan bagi warga masyarakat yang
memerlukan layanan pendidikan yang berfungsi sebagai pengganti, penambah,
dan/atau pelengkap pendidikan formal dalam rangka mendukung pendidikan
sepanjang hayat.
Pendidikan nonformal berfungsi mengembangkan potensi peserta didik
dengan penekanan pada penguasaan pengetahuan dan keterampilan fungsional
serta pengembangan sikap dan kepribadian profesional. Pendidikan nonformal
meliputi pendidikan kecakapan hidup, pendidikan anak usia dini, pendidikan
kepemudaan, pendidikan pemberdayaan perempuan, pendidikan keaksaraan,
pendidikan keterampilan dan pelatihan kerja, pendidikan kesetaraan, serta
pendidikan lain yang ditujukan untuk mengembangkan kemampuan peserta didik.
5
Satuan pendidikan nonformal terdiri atas lembaga kursus, lembaga pelatihan,
kelompok belajar, pusat kegiatan belajar masyarakat, dan majelis taklim, serta
satuan pendidikan yang sejenis. Kursus dan pelatihan diselenggarakan bagi
masyarakat yang memerlukan bekal pengetahuan, keterampilan, kecakapan hidup,
dan sikap untuk mengembangkan diri, mengembangkan profesi, bekerja, usaha
mandiri, dan/atau melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi.
Hasil pendidikan nonformal dapat dihargai setara dengan hasil program
pendidikan formal setelah melalui proses penilaian penyetaraan oleh lembaga
yang ditunjuk oleh Pemerintah atau Pemerintah Daerah dengan mengacu pada
standar nasional pendidikan.
c. Pendidikan Informal
Pendidikan Non-formal di jelaskan pada Undang-undang no.20 tahun 2003
pasal 1 ayat 13. Pendidikan informal adalah jalur pendidikan keluarga dan
ingkungan. Kegiatan pendidikan informal yang dilakukan oleh keluarga dan
lingkungan berbentuk kegiatan belajar secara mandiri. Hasil pendidikan Informal
dapat diakui sama dengan peendidikan formal dan noformal.
2. Jenjang Pendidikan
Jenjang pendidikan adalah tahapan pendidikan yang ditetapkan berdasarkan
tingkat perkembangan peserta didik, tujuan yang akan dicapai, dan kemampuan yang
dikembangkan. Jenjang pendidikan terdiri atas Pendidikan Dasar, Pendidikan
Menengah dan Pendidikan Tinggi.
a. Pendidikan Dasar
Menurut Undang-undang No.20 tahun 2003 pada BAB VI pasal 17
menjelaskan mengenai Pendidikan dasar. Pendidikan dasar merupakan jenjang
pendidikan yang melandasi jenjang pendidikan menengah.
Pendidikan dasar berbentuk Sekolah Dasar (SD) dan Madrasah Ibtidaiyah
(MI) atau bentuk lain yang sederajat serta Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan
Madrasah Tsanawiyah (MTs), atau bentuk lain yang sederajat.
b. Pendidikan Menengah
6
Menurut Undang-undang No.20 tahun 2003 pada BAB VI pasal 18
menjelaskan mengenai Pendidikan menengah. Pendidikan menengah merupakan
lanjutan pendidikan dasar. Pendidikan menengah terdiri atas pendidikan
menengah umum dan pendidikan menengah kejuruan.
a) Pendidikan Menengah Umum
Pendidikan menengah umum diselenggarakan oleh sekolah menengah
atas (SMA) (sempat dikenal dengan "sekolah menengah umum" atau SMU)
atau madrasah aliyah (MA). Pendidikan menengah umum dikelompokkan
dalam program studi sesuai dengan kebutuhan untuk belajar lebih lanjut di
perguruan tinggi dan hidup di dalam masyarakat. Pendidikan menengah umum
terdiri atas 3 (tiga) tingkat.
b) Pendidikan Menengah Kejuruan
Pendidikan menengah kejuruan diselenggarakan oleh sekolah
menengah kejuruan (SMK) atau madrasah aliyah kejuruan (MAK).
Pendidikan menengah kejuruan dikelompokkan dalam bidang kejuruan
didasarkan pada perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan/atau seni,
dunia industri/dunia usaha, ketenagakerjaan baik secara nasional, regional
maupun global, kecuali untuk program kejuruan yang terkait dengan upaya-
upaya pelestarian warisan budaya. Pendidikan menengah kejuruan terdiri atas
3 (tiga) tingkat, dapat juga terdiri atas 4 (empat) tingkat sesuai dengan tuntutan
dunia kerja.
c. Pendidikan Tinggi
Menurut Undang-undang No.20 tahun 2003 pada BAB VI pasal 19
menjelaskan mengenai Pendidikan tinggi. Pendidikan tinggi merupakan jenjang
pendidikan setelah pendidikan menengah yang mencakup program pendidikan
diploma, sarjana, magister, spesialis, dan doktor yang diselenggarakan oleh
perguruan tinggi. Pendidikan tinggi diselenggarakan dengan sistem terbuka.
Maksud dari sistem terbuka adalah sistem yang berhubungan dan terpengaruh
dengan lingkungan luarnya atau system yang dapat menerima pengaruh dari luar.
Misalnya study banding dengan perguruan tinggi lainnya,
a) Jenis program
7
Maksud jenis program di sini adalah program akademik (S1, S2, S3),
vokasi (D1, D2, D3, D4), dan profesi (gelar profesi).
Universitas, institut, dan sekolah tinggi memungkinkan untuk memiliki
program akademik, vokasi, dan profesi. Sementara itu akademi dan politeknik
hanya memiliki program vokasi.
b) Jenis Keilmuan
Akademi
Akademi menyelenggarakan program pendidikan profesional
dalam satu cabang atau sebagian cabang ilmu pengetahuan, teknologi,
dan/atau kesenian tertentu.Bisa dibilang terdiri dari satu jurusan.
Contoh :Akademi keperawatan, Akademi kefarmasian, akademi
kebidanan, akademi pariwisata dan akademi bahasa asing.
Sekolah Tinggi
Sekolah Tinggi menyelenggarakan program pendidikan akademik dan/
atau profesional dalam lingkup satu disiplin ilmu tertentu. Bisa dibilang
terdiri dari satu fakultas. Misalnya: Sekolah Tinggi A mempelajari ilmu
ekonomi, jadi terdiri dari jurusan-jurusan yang berkaitan dengan ilmu
ekonomi saja.
Contoh : STIE, STIA, STMIK, STIKES,STIS
Politeknik
Politeknik menyelenggarakan program pendidikan profesional dalam
sejumlah bidang pengetahuan khusus. Sama seperti Sekolah Tinggi, yang
membedakan adalah jenis programnya
Contoh : Politeknik Negeri Jakarta, Politeknik Manufaktur Bandung,
Politeknik Kesehatan Jakarta.
Institut
Institut menyelenggarakan program pendidikan akademik dan/atau
profesional dalam sekelompok disiplin ilmu pengetahuan, teknologi
dan/atau kesenian yang sejenis. terdiri dari beberapa fakultas yang berada
8
dalam satu jenis keilmuan. Misal: Institut B punya Fakultas Teknologi
Informatika, Fakultas Teknologi Industri, Fakultas Teknologi Perkapalan.
Contoh : ITB,ITS,IPB
Universitas
Universitas menyelenggarakan program pendidikan akademik dan/atau
profesional dalam sejumlah disiplin ilmu pengetahuan, teknologi
dan/atau kesenian tertentu. terdiri dari beberapa fakultas yang beragam
jenis keilmuannya. Misal: Universitas A punya Fakultas Kedokteran,
Fakultas Hukum, Fakultas Bahasa.
Contoh : UHAMKA,UI,UNJ,UGM
b. Pendidikan Kedinasan
Pendidikan Kedinasan dijelaskan pada Undang-undang no.20 tahun 2003 pada
Bab VI pasal 29. Pendidikan kedinasan merupakan pendidikan profesi yang
diselenggarakan oleh departemen atau lembaga pemerintah nondepartemen.
9
Pendidikan kedinasan berfungsi meningkatkan kemampuan dan keterampilan
dalam pelaksanaan tugas kedinasan bagi pegawai dan calon pegawai negeri suatu
departemen atau lembaga pemerintah nondepartemen. Pendidikan kedinasan
diselenggarakan melalui jalur pendidikan formal dan nonformal.contoh dari jalur
pendidikan formal yaitu seperti lembaga pemerintahan departemen dan
nondepartemen sedangkan jalur pendidikan informal yaitu seperti BLK (Balai
Latihan Kerja)
Lembaga pemerintah departemen dipimpin oleh seorang menteri yang
merupakan pembantu presiden dalam melaksanakan tugas-tugas pemerintahan di
departemen yang dia pimpin, dan merupakan kabinet bentukan
presiden.contohnya yaitu :
a) Kementerian Dalam Negeri
Institut Pemerintahan Dalam Negeri (IPDN), gabungan dari STPDN dan
IIP
b) Kementerian Energi Dan Sumber Daya Mineral
Akademi Minyak Dan Gas Bumi (Akamigas), Cepu, Blora, Jawa Tengah
c) Kementrian Hukum Dan Hak Asasi Manusia
Akademi Imigrasi (AIM), Gandul (Cinere, Kota Depok, Jawa
Barat)Akademi
Ilmu Pemasyarakatan (AKIP), Gandul (Cinere, Kota Depok, Jawa Barat)
d) Kementrian Kebudayaan dan Pariwisata
Sekolah Tinggi Pariwisata Bandung(STPB), Bandung, Jawa Barat
Sekolah Tinggi Pariwisata Bali (STB Bali)
Akademi Pariwisata Medan
Akademi Pariwisata Makasar
e) Kementrian Keuangan
Sekolah Tinggi Akuntansi Negara (STAN), Kabupaten Tangerang
f) Kementerian Kelautan dan Perikanan
Sekolah Tinggi Perikanan (STP), Jakarta, DKI Jakarta
Akademi Perikanan Bitung (APB), Bitung, Sulawesi Utara
Akademi Perikanan Sidoarjo, (APS), Sidoarjo, Jawa Timur
Akademi Perikanan Sorong, (APSOR), Sorong, Papua Barat
Sekolah Tinggi Perikanan Bogor,(STP Jurluhkan), Bogor, Jawa Barat
10
Bagian Administrasi Pelatihan Perikanan Lapangan Serang, (BAPPL
Serang), Serang, Banten
Sekolah Usaha Perikanan Menengah Negeri Ladong, (SUPMN Ladong),
Nanggroe Aceh Darussalam
Sekolah Usaha Perikanan Menengah Negeri Pariaman, (SUPM N
Pariaman), Pariaman, Sumatera Barat
Sekolah Usaha Perikanan Menengah Negeri Tegal, (SUPM N
Tegal),Tegal, Jawa Tengah
Sekolah Usaha Perikanan Menengah Negeri Bone, (SUPM N Bone), Bone,
Sulawesi Selatan
Sekolah Usaha Perikanan Menengah Negeri Kota Agung, (SUPM N Kota
Agung), Kota Agung, Lampung
Sekolah Usaha Perikanan Menengah Negeri Pontianak, (SUPM N
Pontianak), Pontianak, Kalimantan Barat
Sekolah Usaha Perikanan Menengah Negeri Waeheru, (SUPM N
Waeheru), Maluku, Ambon
Sekolah Usaha Perikanan Menengah Negeri Sorong, (SUPM N Sorong),
Sorong, Papua
g) Kementrian Komunikasi dan Informasi
Sekolah Tinggi Multimedia MMTC (STTM MMTC), Yogyakarta
h) Kementrian Kesehatan
Akademi Fisioterapi Surakarta, Jawa Tengah
Akademi Keperawatan
Akademi Teknik Medik
i) Kementrian Perhubungan
Sekolah Tinggi Transportasi Darat Bekasi, Jawa Barat
Sekolah Tinggi Ilmu Pelayaran Jakarta, DKI Jakarta
Sekolah Tinggi Penerbangan Indonesia Curug, Jawa Barat
Akademi Teknik Keselamatan Penerbangan Medan, Sumatra Utara
Akademi Teknik Keselamatan Penerbangan Surabaya, Jawa Timur
Akademi Teknik Keselamatan Penerbangan Makassar, Sulawesi Selatan
Akademi Perkeretaapian Madiun, Jawa Timur
Balai Pendidikan dan Pelatihan Ilmu Pelayaran Tangerang, Banten
11
Politeknik Ilmu Pelayaran Makassar, Sulawesi Selatan
j) Kementerian Perindustrian RI
Sekolah Tinggi Teknologi Tekstil Bandung (ST3), Bandung, Jawa Barat
Sekolah Tinggi Manajemen Industri Jakarta (STMI), Jakarta, DKI Jakarta
Akademi Teknologi Kulit Yogyakarta (ATK), Yogyakarta, DIY
Akademi Pimpinan Perusahaan Jakarta (APP), Jakarta
Akademi Teknologi Industri Padang (ATIP), Padang, Sumatra Barat
Akademi Teknik Industri Makassar (ATIM), Makassar, Sulawesi Selatan
Pendidikan Teknologi Kimia Industri Medan (PTKI), Medan, Sumatra
Utara
Akademi Kimia Analisis Bogor – (AKA), Bogor, Jawa Barat
k) Kementrian Pertahanan Nasional
Akademi Militer (TNI Angkatan Darat), Magelang, Jawa Tengah
Akademi Angkatan Laut (TNI Angkatan Laut), Surabaya, Jawa Timur
Akademi Angkatan Udara (TNI Angkatan Udara), Yogyakarta
Sekolah Tinggi Teknologi Angkatan Laut (TNI Angkatan Laut), Surabaya,
Jawa Timur
Sekolah Tinggi Teknologi Angkatan Darat (TNI Angkatan Darat), Malang,
Jawa Timur
l) Kementrian Pertanian, Perkebunan ; Kehutanan
Politeknik LPP Yogyakarta (PLPP), Yogyakarta,DI Yogyakarta
Sekolah Tinggi Ilmu Pertanian Agribisnis Perkebunan (STIP-AP), Medan,
Sumatera Utara
Sekolah Tinggi Penyuluhan Pertanian Medan (STPP Medan), Medan,
Sumatera Utara
Sekolah Tinggi Penyuluhan Pertanian Magelang (STPP Magelang),
Magelang, Jawa Tengah
Sekolah Tinggi Penyuluhan Pertanian Gowa (STPP Gowa), Makassar,
Sulawesi Selatan
Sekolah Tinggi Penyuluhan Pertanian Malang (STPP Malang), Malang,
Jawa Timur
Sekolah Tinggi Penyuluhan Pertanian Bogor (STPP Bogor), Bogor, Jawa
Barat
12
m) Kementrian Sosial
Sekolah Tinggi Kesejahteraan Sosial (STKS), Bandung, Jawa Barat
c. Pendidikan Keagamaan
13
Pendidikan Kedinasan dijelaskan pada Undang-undang no.20 tahun 2003 pada
Bab VI pasal 30. Pendidikan keagamaan diselenggarakan oleh Pemerintah
dan/atau kelompok masyarakat dari pemeluk agama, sesuai dengan peraturan
perundang-undangan.
Pendidikan keagamaan berfungsi mempersiapkan peserta didik menjadi
anggota masyarakat yang memahami dan mengamalkan nilai-nilai ajaran
agamanya dan/atau menjadi ahli ilmu agama. Pendidikan keagamaan dapat
diselenggarakan pada jalur pendidikan formal, nonformal, dan informal.
Pendidikan keagamaan berbentuk pendidikan diniyah, pesantren, pasraman,
pabhaja samanera, dan bentuk lain yang sejenis.
2. Kurikulum
Menurut Undang-undang no 20 tahun 2003 pasal 1 ayat 19 mengtakan bahwa
kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan
bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan
kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu.
Secara garis besar kurikulum merupakan hal terpenting dalam sebuah sistem
pendidikan, dimana seperangkat rencana dan pengaturan mengenai isi, bahan
pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan
pembelajaran termaktub dalam kurikulum. Dan juga kurikulum sebagai wahana
untuuk mewujudkan tujuan pendidikan pada masing-masing jenis/jenjang satuan
pendidikan untuk mencapai tujuan pendidikan Nasional.
a. Kurikulum Nasional
Kurikulum dalam perkembangnya, mengalami perkembangan dari masa-
kemasa, dimana sejak dikumdangkan proklamasi kemerdekaan Negara Kesatuan
Republik Indonesia (NKRI) pada 17 Agustus 1945 hingga saat ini (2014),
Kurikulum Nasional Pendidikan mengalami peruberubah 10 kali kali, (kurikulum
Tahun 1947, 1952, 1964, 1968, 1975, 1984, 1994, 2004, 2006 dan 2013) dan
sekarang kurikulum 2013 sudah diterapkan pada tahun ajaran 2013-2014 M.
a) Rencana Pelajaran 1947
Kurikulum pertama pada masa kemerdekaan namanya Rencana Pelajaran
1947. Ketika itu penyebutannya lebih populer menggunakan leer plan (rencana
15
pelajaran) ketimbang istilah curriculum dalam bahasa Inggris. Rencana
Pelajaran 1947 bersifat politis, yang tidak mau lagi melihat dunia pendidikan
masih menerapkan kurikulum Belanda, yang orientasi pendidikan dan
pengajarannya ditujukan untuk kepentingan kolonialis Belanda. Asas
pendidikan ditetapkan Pancasila. Situasi perpolitikan dengan gejolak perang
revolusi, maka Rencana Pelajaran 1947, baru diterapkan pada tahun 1950.
Oleh karena itu Rencana Pelajaran 1947 sering juga disebut kurikulum 1950.
Susunan Rencana Pelajaran 1947 sangat sederhana, hanya memuat dua
hal pokok, yaitu daftar mata pelajaran dan jam pengajarannya, serta garis-garis
besar pengajarannya. Rencana Pelajaran 1947 lebih mengutamakan
pendidikan watak, kesadaran bernegara, dan bermasyarakat, daripada
pendidikan pikiran. Materi pelajaran dihubungkan dengan kejadian sehari-
hari, perhatian terhadap kesenian, dan pendidikan jasmani. Mata pelajaran
untuk tingkat Sekolah Rakyat ada 16, khusus di Jawa, Sunda, dan Madura
diberikan bahasa daerah. Daftar pelajarannya adalah Bahasa Indonesia, Bahasa
Daerah, Berhitung, Ilmu Alam, Ilmu Hayat, Ilmu Bumi, Sejarah,
Menggambar, Menulis, Seni Suara, Pekerjaan Tangan, Pekerjaan Keputrian,
Gerak Badan, Kebersihan dan Kesehatan, Didikan Budi Pekerti, dan
Pendidikan Agama.
c) Kurikulum 1964
Di penghujung era Presiden Soekarno, muncul Rencana Pendidikan 1964
atau Kurikulum 1964. Fokusnya pada pengembangan daya cipta, rasa, karsa,
16
karya, dan moral (Pancawardhana). Mata pelajaran diklasifikasikan dalam
lima kelompok bidang studi: moral, kecerdasan, emosional/artistik, keprigelan
(keterampilan), dan jasmaniah. Pendidikan dasar lebih menekankan pada
pengetahuan dan kegiatan fungsional praktis.
d) Kurikulum 1968
Kelahiran Kurikulum 1968 bersifat politis: mengganti Rencana
Pendidikan 1964 yang dicitrakan sebagai produk Orde Lama. Tujuannya pada
pembentukan manusia Pancasila sejati. Kurikulum 1968 menekankan
pendekatan organisasi materi pelajaran: kelompok pembinaan Pancasila,
pengetahuan dasar, dan kecakapan khusus. Jumlah pelajarannya 9. Djauzak
menyebut Kurikulum 1968 sebagai kurikulum bulat. “Hanya memuat mata
pelajaran pokok-pokok saja,” katanya. Muatan materi pelajaran bersifat
teoritis, tak mengaitkan dengan permasalahan faktual di lapangan. Titik
beratnya pada materi apa saja yang tepat diberikan kepada siswa di setiap
jenjang pendidikan
e) Kurikulum 1975
Kurikulum 1975 menekankan pada tujuan, agar pendidikan lebih efisien
dan efektif. “Yang melatarbelakangi adalah pengaruh konsep di bidang
manejemen, yaitu MBO (management by objective) yang terkenal saat itu,”
kata Drs. Mudjito, Ak, MSi, Direktur Pembinaan TK dan SD Depdiknas.
Metode, materi, dan tujuan pengajaran dirinci dalam Prosedur Pengembangan
Sistem Instruksional (PPSI). Zaman ini dikenal istilah “satuan pelajaran”,
yaitu rencana pelajaran setiap satuan bahasan. Setiap satuan pelajaran dirinci
lagi: petunjuk umum, tujuan instruksional khusus (TIK), materi pelajaran, alat
pelajaran, kegiatan belajar-mengajar, dan evaluasi. Kurikulum 1975 banyak
dikritik. Guru dibikin sibuk menulis rincian apa yang akan dicapai dari setiap
kegiatan pembelajaran.
f) Kurikulum 1984
Kurikulum 1984 mengusung process skill approach. Meski
mengutamakan pendekatan proses, tapi faktor tujuan tetap penting. Kurikulum
ini juga sering disebut “Kurikulum 1975 yang disempurnakan”. Posisi siswa
ditempatkan sebagai subjek belajar. Dari mengamati sesuatu,
17
mengelompokkan, mendiskusikan, hingga melaporkan. Model ini disebut Cara
Belajar Siswa Aktif (CBSA) atau Student Active Leaming (SAL). Tokoh
penting dibalik lahirnya Kurikulum 1984 adalah Profesor Dr. Conny R.
Semiawan, Kepala Pusat Kurikulum Depdiknas periode 1980-1986 yang juga
Rektor IKIP Jakarta sekarang Universitas Negeri Jakarta periode 1984-1992.
Konsep CBSA yang elok secara teoritis dan bagus hasilnya di sekolah-
sekolah yang diujicobakan, mengalami banyak deviasi saat diterapkan secara
nasional. Sayangnya, banyak sekolah kurang mampu menafsirkan CBSA.
Yang terlihat adalah suasana gaduh di ruang kelas lantaran siswa berdiskusi, di
sana-sini ada tempelan gambar, dan yang menyolok guru tak lagi mengajar
model berceramah.
g) Kurikulum 1994
Kurikulum 1994 bergulir lebih pada upaya memadukan kurikulum-
kurikulum sebelumnya. “Jiwanya ingin mengkombinasikan antara Kurikulum
1975 dan Kurikulum 1984, antara pendekatan proses,” kata Mudjito
menjelaskan. Sayang, perpaduan tujuan dan proses belum berhasil. Kritik
bertebaran, lantaran beban belajar siswa dinilai terlalu berat. Dari muatan
nasional hingga lokal. Materi muatan lokal disesuaikan dengan kebutuhan
daerah masing-masing, misalnya bahasa daerah kesenian, keterampilan
daerah, dan lain-lain. Berbagai kepentingan kelompok-kelompok masyarakat
juga mendesakkan agar isu-isu tertentu masuk dalam kurikulum. Walhasil,
Kurikulum 1994 menjelma menjadi kurikulum super padat
h) Kurikulum 2004
Kurikulum 2004 biasa disebut Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK).
Setiap pelajaran diurai berdasar kompetensi apakah yang harus dicapai siswa.
Sayangnya, kerancuan muncul bila dikaitkan dengan alat ukur kompetensi
siswa, yakni ujian. Ujian akhir sekolah maupun nasional masih berupa soal
pilihan ganda. Bila target kompetensi yang ingin dicapai, evaluasinya tentu
lebih banyak pada praktik atau soal uraian yang mampu mengukur seberapa
besar pemahaman dan kompetensi siswa. Meski baru diujicobakan, di
sejumlah sekolah kota-kota di Pulau Jawa, dan kota besar di luar Pulau Jawa
18
telah menerapkan KBK. Hasilnya tak memuaskan. Guru-guru pun tidak benar-
benar paham apa sebenarnya kompetensi yang diinginkan pembuat kurikulum.
i) Kurikulum 2006
Awal 2006 ujicoba KBK dihentikan. Munculah Kurikulum Tingkat
Satuan Pendidikan (KTSP). Pelajaran KTSP masih tersendat, tinjauan dari
segi isi dan proses pencapaian target kompetensi pelajaran oleh siswa hingga
teknis evaluasi tidaklah banyak perbedaan dengan Kurikulum 2004. Perbedaan
yang paling menonjol adalah guru lebih diberikan kebebasan untuk
merencanakan pembelajaran sesuai dengan lingkungan dan kondisi siswa serta
kondisi sekolah berada. Hal ini disebabkan karangka dasar (KD), standar
kompetensi lulusan (SKL), standar kompetensi dan kompetensi dasar (SKKD)
setiap mata pelajaran untuk setiap satuan pendidikan telah ditetapkan oleh
Departemen Pendidikan Nasional. Jadi pengambangan perangkat
pembelajaran, seperti silabus dan sistem penilaian merupakan kewenangan
satuan pendidikan (sekolah) dibawah koordinasi dan supervisi pemerintah
Kabupaten/Kota.
19
ditetapkan oleh daerah sesuai dengan keadaan dan kebutuhan daerah masing-
masing serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan
belajar-mengajar adalah program pendidikan yang isi dan media
penyampaiannya dikaitkan dengan lingkungan alam, lingkungan sosial, dan
lingkungan budaya serta kebutuhan daerah dan wajib diikuti oleh siswa daerah
itu
(Abdullah, 2007:260) Ialah program pendidikan yang isi dan media
penyampainannya dikaitkan dengan lingkungan alam dan lingkungan budaya
serta kebutuhan daerah dan wajib dipelajari oleh murid di daerah itu
(Dakir, 2004: 102) Lingkungan alam adalah lingkungan alamiah yang
ada di sekitar kehidupan kita, berupa benda-benda mati yang terbagi dalam 4
kelompok: pantai; dataran rendah termasuk daerah aliran sungai; dataran
tinggi; dan gunung atau pegunungan
Lingkungan sosial (masyarakat) adalah lingkungan dimana terjadi
interaksi orang perorang dengah kelompok sosial atau sebaliknya dan diantara
kelompok sosial dengan kelompok yang lain. Pendidikan perlu dirancang
secara matang, karena pada dasarnya pendidikan diperoleh peserta didik
melalui lingkungan keluarga, sekolah, dan masyarakat Lingkungan sosial
(masyarakat) melatar belakangi kebutuhan hidup yang harus
dipertimbangakan dalam pengembangan kurikulum muatan lokal.
Sigit (Dakir, 2004: 102) lingkungan masyarakat terdiri dari tujuh
lapangan hidup:
Mayarakat yang berlapangan hidup dalam bidang ekonomi
Masyarakat yang berlapangan hidup dalam bidang politik
Masyarakat yang berlapangan hidup dalam bidang ilmu pengetahuan
Masyarakat yang berlapangan hidup dalam bidang keagamaan
Masyarakat yang berlapangan hidup dalam bidang olah raga
Masyarakat yang berlapangan hidup dalam bidang kekeluargaan.
Misalnya: gotong royong, silaturahim, jagong, melayat dan sebagainya
Lingkungan budaya adalah daerah dalam pola kehidupan masyarakat
yang berbentuk bahasa daerah, seni daerah, adat-istiadat, serta tatacara dan
tatakrama khas daerah
20
Fungsi kurikulum muatan lokal
Melestarikan dan mengembangkan kebudayaan daerah
Meningkatkan keterampilan dibidang perkerjaan tertentu
Meningkatkan kemampuan berwiraswasta
Meningkatkan kemampuan berbahasa inggris untuk kepentingan sehari-
hari
21
masyarakat pada umumnya sebagai bekal menyesuaikan diri dalam
kehidupan sehari-hari
Memiliki perilaku dan sikap yang selaras dengan nilai-nilai/aturan-aturan
yang berlaku di daerahnya, serta melestarikan dan mengembangkan
nilai-nilai luhur budaya setempat dalam rangka menunjang
pembangunan nasional
22
penyesuaian, sekolah menyesuaikan program pendidikan dengan lingkungan
dan kebudayaan daerah lingkungannya
Integrasi, muatan mendidik kepribadian peserta didik untuk mampu
mengintegrasikan dirinya dalam lingkungan sekitar
Perbedaan, memberi kesempatan pada peserta didik memilik program
pengembangan sesuai dengan perbedaan minat, bakat, kebutuhan,
kemampuannya, lingkungan dan daerahnya
23
Alat komunikasi yang baik dalam menciptakan hubungan baik antara sekolah
dengan masyarakat (stake holders)
Responsif terhadap perkembangan teknologi di lingkungan setempat
24