Anda di halaman 1dari 4

SENSASI INDERA DAN REFLEKS GERAK PADA MANUSIA

LAPORAN
Disusun Untuk Memenuhi Tugas Matakuliah Fisiologi Hewan dan Manusia

yang dibina oleh Dr. Abdul Gofur, M.Si

Oleh :

Kelompok 3 Offering I 2017

1. Anna Iriansyah Noor (170342615532)


2. Annisah Rahma Adi (170342615606)
3. Farindra Septyanto (170342615512)
4. Fransiska P (1703426155)
5. Indah Fitriyah (170342615519)

UNIVERSITAS NEGERI MALANG

FAKULTAS MATEMATIKA DAN PENGETAHUAN ALAM

JURUSAN BIOLOGI

OKTOBER 2018
PEMBAHASAN

16. Adaptasi Olfaktori

Olfaktori adalah organ pendeteksi bau yang berasal dari makanan. Saraf olfaktori atau
saraf kranial I adalah saraf pertama dari dua belas saraf kranial. Saraf ini penting dalam
penciuman. (Atkinson, 2014). Berdasarkan data pengamatan yang telah dilakukan,
didapatkan data bahwa aroma yang pertama kali tercium membutuhkan waktu lebih cepat
dibandingkan pada saat aroma tersebut menghilang. Hal ini di karenakan apabila olflaktori di
otak telah merespon stimulus bau dari minyak cengkeh yang digunakan pada percobaan maka
aroma tersebut akan tercium oleh subyek.

Sedangkan aroma minyak cengkeh akan menghilang dari penciuman subyek


membutuhkan waktu lebih lama dibandingkan pada saat aroma pertama kali tercium. Karena,
impuls yang akan diteruskan ke pusat pembau yang berada di otak melalui saraf olfaktori
bekerja lebih lambat.Hal ini sesuai dengan pendapat (Soewolo, 2003) yang menyatakan
bahwa stimulus reseptor olfaktori berupa uap suatu zat. Apabila uap tersebut mengenai
reseptor olfaktori maka akan menimbulkan impuls yang diteruskan ke pusat pembau yang
berada di otak. Sedangkan apabila impuls tersebut tidak dapat diteruskan ke pusat pembau
maka akan menyebabkan menghilangnya suatu aroma yang sebelumnya telah tertangkap oleh
penciuman.

17. Reseptor Gustatori

Gustatori (pengecap) adalah indera yang berfungsi untuk menangkap rangsangan


senyawa kimia yang larut dalam air. Berdasarkan data pengamatan yang telah dilakukan,
dapat diketahui bahwa ujung lidah dapat merasakan empat macam rasa yaitu rasa manis pada
butiran dan larutan gula, asin pada garam, pahit pada pil kina, dan asam pada nutrisari. Tetapi
terjadi perbedaan waktu pada lidah saat mengecap rasa manis antara butiran dan larutan gula.
Hal ini dikarenakan larutan dapat memberikan stimulus yang berbeda pada lidah untuk
merespon rasa.

Hal ini berbeda dengan pendapat (Soewolo, 2003) yang menyatakan bahwa ujung lidah
lebih sensitif terhadap rasa manis. Ketidaksesuaian ini desebabkan oleh adanya berbagai rasa
yang diujikan berupa larutan, sehingga sangat mudah mengantarkan bahan dengan berbagai
raasa tersebut kepada ujung-ujung pengecap pada lidah. Pendapat berbeda juga diberikan
oleh (Junqueira, et al, 1997) yang menyatakan bahwa area pengecap pada lidah tidak dibatasi
pada rasa manis, asin, pahit dan asam. Sebenarnya semua area pada lidah dapat mengecap
semua rasa. Tetapi ada beberapa area tertentu yang lebih peka terhadap rasa tertentu seperti
area-area diatas.

Berdasarkan data pengamatan juga diketahui bahwa waktu tercepat lidah dapat
mengecap suatu rasa yaitu pada larutan gula dengan waktu 3 detik. Sedangkan yang terlama
yaitu pada pil kina dengan waktu 18,82 detik.

18. Pengecap dan Pembau

Lidah mempunyai reseptor pengecap berupa tunas pengecap. Tunas pengecap terdiri
atas beberapa sel sensori yang mempunyai tonjolan seperti rambut. Berdasarkan data
pengamatan yang telah dilakukan yakni dengan menutup mata dan menjepit hidung subyek
dengan nostril untuk mendeteksi potongan sayuran dan buah yang berbeda pada lidah, terjadi
perbedaan pendapat antara bau dan bahan yang dirasakan. Hal ini sesuai dengan pendapat
(Soewolo, 2003) yang menyatakan bahwa pembau dan pengecap saling berhubungan, sebab
rangsangan bau yang berasal dari makanan dalam rongga mulut dapat mencapai rongga
hidung dan akan diterima oleh reseptor olfaktori.

Hal yang sama juga dikemukakan oleh (Priyono, 2015) bahwa indra pembau dan
pengecap saling berkaitan dalam menerjemahkan stimulus. Bila ada zat kimia berupa uap
atau gas yang masuk bersama udara pernafasan maka
sel pembau tertentu akan terangsang lalu impulsnya akan menjalar ke akson-aksonnya. Oleh
sebab itu, apabila hidung tertutup maka hubungan antara rongga hidung dan rongga mulut
akan terganggu, sehingga uap makanan yang berasal dari makanan yang berada dimulut tidak
dapat mencapai rongga hidung dan makanan seperti tidak memiliki rasa.

KESIMPULAN

 Berdasarkan pengamatan yang telah dilakukan, dapat diketahui bahwa refleks adalah
respon yang cepat dan tidak disadari terhadap perubahan lingkungan interna maupun
lingkungan eksterna. Refleks terjadi lewat suatu lintasan refleks yang disebut dengan
lengkung refleks. Komponen utama dari lengkung refleks adalah reseptor yang
menerima stimulus, efektor yang merespon stimulus, neuron sensorik dan motorik
yang merupakan lintasan komunikasi antara reseptor dan efektor. Macam-macam
refleks pada manusia terdiri atas:
 Refleks patella adalah refleks pada sistem saraf berupa refleks kontraksi otot
di sekitar patella, sehingga apabila dipukul kaki akan terlihat seperti
menendang.
 Refleks achilles adalah refleks sentakan pada pergelangan kaki.
 Refleks kornea adalah reaksi alami kornea terhadap sentuhan atau iritasi.
 Refleks fotopupil/cahaya adalah bila sinar diarahkan ke mata, maka pupil akan
berkonteraksi dengan mengecil.
 Refleks akomodasi pupil adalah penyesuaian pupil terhadap cahaya sehingga
bayangan yang masuk akan jatuh tepat ke retina.
 Refleks konvergensi adalah ketika memusatkan pandangan pada suatu obyek
yang jauh, maka kedua bola mata tepat berada di tengah.
 Macam-macam sensasi indra umum pada manusia adalah sensasi taktil
(sentuhan dan tekanan), sensasi sakit, dan sensasi proprioseptor. Sedangkan
macam-macam sensasi indra khusus pada manusia adalah sensasi penglihatan
dan pendengaran.

DAFTAR RUJUKAN

Atkinson, R. L. 2014. Fungsi Indera Penciuman. Pengantar Psikologi Faal. Hal 255-260.
Universitas Islam Negeri Sunan Ampel. Surabaya.

Junqueira, L. Carlos., Carneiro, J., & Kelley, R. O. 1997. Histologi Dasar Edisi ke-8. ECG
(Penerbit Buku Kedokteran): Jakarta.

Priyono, W. 2015. Anatomi Fisiologi Manusia. Fisiologi Hewan. Universitas Lampung.

Soewolo., Soedjono Basoeki., & Titi Yudani. 2000. Fisiologi Manusia. Malang: Universitas
Negeri Malang.

Anda mungkin juga menyukai