Anda di halaman 1dari 4

TEKNOLOGI PRODUKSI

PENGHARUM RUANGAN ALAMI DARI DAUN MINT

MAKALAH
Disusun Untuk Memenuhi Tugas Matakuliah Entrepreneur

yang dibina oleh Bapak Agung Witjoro, S.Pd., M.Kes dan


Ibu Yunita Rakhmawati, S. Gz., M.Kes

Disusun Oleh :

Offering Pangan 2017

Anna Iriansyah Noor (170342615532)

UNIVERSITAS NEGERI MALANG

FAKULTAS MATEMATIKA DAN PENGETAHUAN ALAM

JURUSAN BIOLOGI

September 2019
Kewirausahaaan (Entrepreneurship) adalah proses mengidentifikasi,
mengembangkan, dan membawa visi ke dalam kehidupan. Visi tersebut bisa berupa ide
inovatif, peluang, cara yang lebih baik dalam menjalankan sesuatu. Hasil akhir dari proses
tersebut adalah penciptaan usaha baru yang dibentuk pada kondisi risiko atau ketidakpastian.
Dalam hal ini saya ingin mencoba membuat usaha yang masih berkesinambungan dalam
bidang biologi yaitu pembuatan pengharum ruangan alami dari daun tanaman mint.

Morfologi Tanaman Mint

Tanaaman mint berasal dari benua eropa. Tanaman ini bisa tumbuh dimana saja
seperti di benua Eropa, Asia, Afrika, Australia dan Amerika Utara. Tanaman mint adalah
tanaman aromatic yang idkenal sebagai salah satu tanaman herbal tertua di dunia. (Gobel,
1994). Kandungan utama daun mint adalah minyak atsiri yang komponennya terdiri dari
menthol, motoerpen lainnya termasuk menthone (10-40%), mentil asetat (1-10%), methofurn
(1-10%), cineol (eucalyptol, 2-13%) dan limonene (0,2-6%). Monoterpen seperti pirinene,
terpinene, myrcene, β-caryophyllene, piperitone, piperitenone oksida, pulegone, eugenol,
menthone, isomenthone, carvone, cadinene, dipentene, linalook, α-phellendrene, ocimene,
sabinene,terpinole, methane dan β-thujone juga hadir dalam jumlah kecil. (Shah, P. et al,
2014). Selain itu daun mint juga mengandung flavonoid, phenolic acids, triterpenes, vitamin
C dan provitamin (precursor vitamin) A, mineral fosfor, besi, kalsium dan potasium (Gobel,
1994).

Daun mint banyak dimanfaatkan dalam industri farmasi, rokok, makanan antara lain
untuk pembuatan pasta gigi, minyak angin, balsam, kembang gula dan lain-lain
(Hadipoentyanti, 2012). Selain itu minyak atsiri yang terkandung didalam daun mint juga
biasanya digunakan sebagai bahan penyedap atau sebagai pewangi dalam berbagai produk
minyak wangi dan pengharum ruangan. (Lutony T, 2000). Menurut beberapa penelitian,
aroma dari daun mint bisa membantu meningkatkan daya ingat dan kewaspadaan sehingga
cocok bagi orang yang sedang mengalami kelelahan. Selain itu, dapat juga menyegarkan dan
menghidupkan kulit (Lorig, 1991)

Adapun alat yang digunakan dalam proses pembuatan pengharum ruangan dengan
berbahan dasar daun mint yaitu gelas piala 1 L, hot plate, oven, timbangan digital, sudip,
termometer, bulb, gunting,, tisu, kain lap, aluminium foil, wadah plastik,plastik resealable,
spidol marker permanen,, nampan plastik dan teknologi texture analyzer yang digunakan
untuk menguji kekuatan gel. Jenis texture analyzer yang digunakan pada penelitian ini adalah
Stable Micro System TA.XT. Yang mana cara kerjanya yaitu dihubungkan dengan komputer
untuk melihat grafik hasil pengujian pada monitor dan keyboard untuk pengoperasian alat.

Bahan yang digunakan adalah daun mint sebagai bahan utama dan bahan tambahan
diantaranya adalah propilen glikol yang berperan sebagai pelarut dan soium benzoat yang
berperan sebagai bahan pengawet.

Pembuatan Gel Pengarum Ruangan

Minyak atsiri dari daun mint dicampur ke dalam hidrokoloid setelah propillen glikol
tercampur rata dan suhu hidrokoloid sudah turun mencapai 65°C. Setelah minyak tercampur,
hidrokoloid dicetak pada wadah plastik. Hidrokoloid yang telah membentuk gel dipindahkan
ke plastik resealable yang diberi kode sampel dan telah digunting segitiga di bagian atasnya.
Gel pengharum ruangan disimpan pada suhu ruangan selama tiga minggu dan diuji setiap
minggunya. Uji yang dilakukan adalah uji zat cair dan uji sensork. Dari kedua uji tersebut
dapat diketahui ketahan wangi dari gel pengharum tersebut.
DAFTAR RUJUKAN

Arum N. F. 2013. Formulasi Gel Pengharum Ruangan Menggunakan Karagenan Dan


Glukomanan Dengan Pewangi Minyak Jeruk Purut dan Kenanga. Institut Pertanian
Bogor.

Gobel H, Schmidt G, Soyka D. 1994. Effects of peppermint and eucalyptus oil preparations
on neurophydiological and experimental algesimetrix headache parameters.
Cephalagia; 14(3):228-234

Hadipoentyanti, E. 2012. Pedoman Teknis Mengenal Tanaman Mentha (Mentha arvensis L.)
Dan Budidayanya. Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Obat. Bogor.

Lorig, T. S., Huffman, E. & DeMartino, A. (1991). The effects of lowconcentration odors on
EEG activity and behavior Journal of Psychophysiology, 5, 69-77

Lutony, T. L. dan Y. Rahmayati. 2000. Minyak Atsiri. Penebar Swadaya. Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai