Anda di halaman 1dari 9

Tugas Filsafat 1

Nama : ABD. RAHMAN J.


NIM : 1825041022

 Apa yang dimaksud dengan ilmu, menurut 3 pendapat yang berbeda...?


JAWABAN :
a. Menurut Hassan Hanafi, Ilmu adalah kesesuaian perasaan dengan dirinya atau
ketentraman dan ketenangan jiwa.(1)
b. Menurut Al Jabbar, Ilmu adalah makna yang meniscayakan ketenangan jiwa subjek
yang mengetahui terhadap objek yang diketahui.(2)
c. Menurut Ashely Montagu, Ilmu adalah pengetahuan yang disusun dalam satu system
yang berasal dari pengamatan, studi dan percobaan untuk menetukan hakikat prinsip
tentang hal yang sedang dikaji.(3)
 Apa yang dimaksud dengan benar dan salah beserta contohnya...?
JAWABAN :
 Kebenaran adalah persesuaian antara pengetahuan dan objek bisa juga diartikan
suatu pendapat atau perbuatan seseorang yang sesuai dengan (atau tidak ditolak
oleh) orang lain dan tidak merugikan diri sendiri. Contohnya, “manusia adalah
makhluk sosial”.
 Sedangkan salah adalah pendapat atau perbuatan yang berlawanan antara
pengetahuan dan objek yang tidak sesuai dengan orang lain. Contohnya, “Toni adalah
seorang muslim yang tidak pernah sholat”.(4)
 Apa yang dimaksud dengan baik dan buruk beserta contohnya...?
JAWABAN :
 Baik adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan yang luhur, bermartabat,
menyenangkan, menguntungkan dan disukai manusia. Contohnya, “Sholeh seseorang
yang sering bersedekah”.
 Buruk adalah suatu yang dinilai sebaliknya dari yang baik dan tidak disukai
kehadirannya. Contohnya, “Dzolim adalah seseorang yang sering membuat masalah
dan pertikaian”.(5)
 Apa yang dimaksud dengan indah dan jelek beserta contohnya...?
 Indah adalah segala sesuatu yang dapat menimbulkan rasa senang, bahagia, kepuasan
dan cantik apabila di pandang. Contohnya, “Melihat pemandangan dari puncak
gunung”.(6)
 Jelek adalah segala sesuatu yang tidak enak di pandang, tidak menyenangkan, buruk,
tidak membahagiakan dan sebagainya. Contohnya, “Pemandangan taman yang
banyak sampah berserakan”.(7)
Referensi atau Daftar Bacaan

(1) Nunu Burhanuddin. 2018. Filsafat Ilmu. Jakarta Timur : Prenadamedia Group, Halaman 66.

(2) Mulyadi Kartanegara. 2003. Menyibak Tirai Kejahilan Pengantar Epistemologi Islam. Bandung :
Mizan, Halaman 4.

(3) Devi cristan, Ilmu pengetahuan, diposting pada tanggal 23 November 2012, diunduh pada tanggal
5 September 2018. https://sites.google.com/site/blogilmupengetahuan/artikelpengetahuan/
definisiilmupengetahuan.

(4) Atrof Ardians, Filsafat dan Ilmu Logika, diposting pada tanggal 3 Maret 2014, diunduh pada tanggal
5 September 2018. http://atrofardians.blogspot.com/2014/03/filsafat-dan-ilmu-logika-arti-benar-
dan.html?m=1.

(5) Taman Ilmu, Baik dan Buruk, diposting pada tanggal 27 Maret 2011, diunduh pada tanggal 5
September 2018. http://gusti-gst.blogspot.com/2011/03/baik-dan-buruk.html?m=1.

(6) Reza, Arti keindahan, diposting pada Mei 2015, di unduh pada tanggal 5 September 2018.
https://masrezaa.blogspot.com/2015/05/arti-keindahan-secara-luas.html?m=1.

(7) Ebta Setiawan, Jelek, diposting pada 2012, diunduh 5 September 2018. https://kbbi.web.id/jelek
Tugas Filsafat 2

Nama : ABD. RAHMAN J.


NIM : 1825041022

 Konsep Ontologi
Ontologi terdiri dari dua suku kata, yakni ontos dan logos. Ontos berarti sesuatu yang
berwujud dan logos berarti ilmu. Ontologi dapat diartikan sebagai ilmu atau teori tentang wujud
hakikat yang ada. Objek ilmu atau keilmuan merupakan dunia empirik, yaitu dunia yang dapat di
jangkau panca indra dan objek ilmu merupakan pengalaman indrawi. Dengan kata lain, ontologi
adalah ilmu yang mempelajari tentang hakikat sesuatu yang berwujud dengan berdasarkan pada
logika semata. Dari teori hakikat (ontologi) ini kemudian muncullah beberapa aliran dalam filsafat,
antara lain: Filsafat Materialisme, Filsafat Idealisme, Filsafat Dualisme, Filsafat Skeptisisme dan Filsafat
Agnotisisme.

Ontologi merupakan salah satu dari tiga kajian Filasafat Ilmu yang paling kuno dan berasal dari
Yunani. Beberapa tokoh Yunani yang memiliki pemikiran yang bersifat ontologis adalah Thales, Plato,
dan Aristoteles. Pada masa Yunani ketika mithology masih memiliki pengaruh yang kuat, kebanyakan
orang belum mampu membedakan antara penampakan dengan kenyataan. Bahkan pada masa
tersebut ada banyak hal yang masih mengkaji kejadian alam dalam bentuk mistis sebagai penanggung
jawab dari fenomena alam yang sulit untuk dimengerti. Ontologi juga dapat diartikan sebagai
keberadaan (The theory of being qua being) atau Ilmu tentang yang ada. Menurut istilah, ontologi
adalah ilmu yang membahas tentang hakikat yang ada, yang merupakan ultimate reality yang
berbentuk jasmani, kongkret maupun rohani atau abstrak (Bakhtiar, 2004).

Term ontologi pertama kali diperkenalkan oleh Rudolf Goclenius pada tahun1636 M, untuk
menamai teori tentang hakikat yang ada dan bersifat metafisis. Dalam perkembangan selanjutnya,
Christian Wolf (1679 – 1754 M) membagi Metafisika menjadi 2 yaitu : Metafisika umum (ontologi
metafisika), dimaksudkan sebagai istilah lain dari ontologi. Jadi metafisika umum atau ontologi adalah
cabang filsafat yang membicarakan prinsip yang paling dasar atau paling dalam dari segala sesuatu
yang ada. Metafisika khusus (kosmologi, psikologi dan teologi) merupakan paham–paham dalam
ontologi (Bakker, 1992). Dalam pemahaman ontologi dapat diketemukan pandangan-pandangan
pokok atau aliran-aliran pemikiran, antara lain: Monoisme, Dualisme, Pluralisme, Nihilisme, dan
Agnotisisme.

Dalam bukunya The Meaning of Truth, James mengemukakan bahwa tidak ada kebenaran
yang mutlak, berlaku umum, bersifat tetap, berdiri sendiri serta lepas dari akal yang mengenal. Apa
yang kita anggap benar sebelumnya dapat dikoreksi atau diubah oleh pengalaman berikutnya.
Nihilisme berasal dari bahasa latin yang berarti nothing atau tidak ada. Doktrin tentang nihilisme
sudah ada semenjak zaman Yunani Kuno, tokohnya yaitu Gorgias (483-360 SM) yang memberikan 3
proposisi tentang realitas yaitu: Pertama, tidak ada satupun yang eksis. Kedua, bila sesuatu itu ada, ia
tidak dapat diketahui. Ketiga, sekalipun realitas itu dapat kita ketahui ia tidak akan dapat kita
beritahukan kepada orang lain. Paham ini mengingkari kesanggupan manusia untuk mengetahui
hakikat benda, baik hakikat materi maupun rohani.
Jujun S. Suriasumantri (1985), menyatakan bahwa pokok permasalahan yang menjadi objek
kajian filsafat mencakup tiga segi, yaitu: logika (benar-salah), etika (baik-buruk) dan estetika (indah-
jelek). Ketiga cabang utama filsafat ini lanjut Suriasumantri, kemudian bertambah lagi, yaitu: pertama,
teori tentang ada: tentang hakikat keberadaan zat, hakikat pikiran serta kaitan antara zat dan pikiran
yang semuanya terangkum dalam metafisika; kedua, kajian mengenai organisasi sosial atau
pemerintahan yang ideal, terangkum dalam politik. Dari kelima cabang filsafat seperti logika, etika,
estetika, metafisika dan politik, menurut Suriasumantri kemudian berkembang menjadi cabang-
cabang filsafat yang mempunyai bidang kajian lebih spesifik lagi yang disebut filsafat ilmu. Dalam hal
ini, ontologi membahas tentang apa yang ingin kita ketahui, seberapa jauh kita ingin tahu, atau dengan
kata lain suatu pengkajian mengenai teori tentang “ada”. Dengan begitu, telaah ontologis akan
menjawab pertanyaan-pertanyaan mengenai:

1. Apa yang dimaksud dengan ada, keberadaan atau eksistensi itu?

2. Bagaimanakah penggolongan dari ada, keberadaan atau eksistensi itu?

3. Bagaimana hubungan antara objek tersebut dengan daya tangkap manusia (seperti berpikir,
merasa, dan mengindera) yang dapat membuahkan pengetahuan?

Soetriono & Hanafie (2007), Ontologi merupakan azas dalam menerapkan batas atau ruang
lingkup wujud yang menjadi obyek penelaahan (objek ontologis atau objek formal dari pengetahuan)
serta penafsiran tentang hakikat realita (metafisika) dari objek ontologi atau objek formal tersebut
dan dapat merupakan landasan ilmu yang menanyakan apa yang dikaji oleh pengetahuan dan
biasanya berkaitan dengan alam kenyataan dan keberadaan.

Pengertian paling umum pada ontologi adalah bagian dari bidang filsafat yang mencoba
mencari hakikat dari sesuatu. Pengertian ini menjadi melebar dan dikaji secara tersendiri menurut
lingkup cabang-cabang keilmuan tersendiri. Pengertian ontologi ini menjadi sangat beragam dan
berubah sesuai dengan berjalannya waktu. Dalam hal ini sebuah ontologi memberikan pengertian
untuk penjelasan secara eksplisit dari konsep terhadap representasi pengetahuan pada
sebuah knowledge base. Sebuah ontologi juga dapat diartikan sebagai sebuah struktur hirarki dari
istilah untuk menjelaskan sebuah domain yang dapat digunakan sebagai landasan untuk
sebuah knowledge base. Dengan demikian, ontologi merupakan suatu teori tentang makna dari suatu
objek, property dari suatu objek, serta relasi objek yang mungkin terjadi pada suatu domain
pengetahuan. Pada tinjauan filsafat, ontologi adalah sebuah studi tentang sesuatu yang ada.
 Konsep Epistemologi

Epistemologi berasal dari bahasa Yunani yaitu episteme, yang berarti pengetahuan
(knowledge) dan logos yang berarti ilmu. Menurut arti katanya, epistemologi ialah ilmu yang
membahas masalah-masalah pengetahuan. Di dalam Webster New International Dictionary,
epistemologi diberi definisi sebagai berikut: Epistimology is the theory or science the method and
grounds of knowledge, especially with reference to its limits and validity, yang artinya Epistemologi
adalah teori atau ilmu pengetahuan tentang metode dan dasar-dasar pengetahuan, khususnya yang
berhubungan dengan batas-batas pengetahuan dan validitas atau berlakunya sebuah pengetahuan
(Darwis. A. Soelaiman, 2007).

Istilah Epistemologi banyak dipakai di negeri Anglo Saxon (Amerika) dan jarang dipakai
di negeri continental (Eropa). Ahli-ahli filsafat Jerman menyebutnya Wessenchaftslehre. Sekalipun
lingkungan ilmu yang membicarakan masalah-masalah pengetahuan itu meliputi teori pengetahuan,
teori kebenaran dan logika, tetapi pada umumnya epistemologi hanya membicarakan tentang teori
pengetahuan dan kebenaran saja.

Epistemologi atau filsafat pengetahuan merupakan salah satu cabang filsafat yang
mempersoalkan masalah hakikat pengetahuan. Apabila kita berbicara mengenai filsafat pengetahuan,
yang dimaksud dalam hal ini adalah ilmu pengetahuan kefilsafatan yang secara khusus hendak
memperoleh pengetahuan tentang hakikat pengetahuan.

J.A Niels Mulder menuturkan, epistemologi adalah cabang filsafat yang mempelajari
tentang watak, batas-batas dan berlakunya dari ilmu pengetahuan. Sedangkan Jacques Veuger
berpendapat bahwa epistemologi adalah pengetahuan tentang pengetahuan serta pengetahuan yang
kita miliki tentang pengetahuan orang lain. Dengan begitu dapat disimpulkan bahwa epistemologi
adalah bagian dari filsafat yang membicarakan tentang terjadinya pengetahuan, sumber
pengetahuan, asal mula pengetahuan, batas-batas, sifat, metode, dan keshahihan pengetahuan. Jadi
objek material dari epistemologi adalah pengetahuan dan objek formalnya adalah hakikat
pengetahuan. Abbas Hammami Mintarejo, memberikan pendapat bahwa epistemologi adalah bagian
filsafat atau cabang filsafat yang membicarakan tentang terjadinya pengetahuan dan mengadakan
penilaian atau pembenaran dari pengetahuan yang telah terjadi. (Surajiyo, 2008).

Epistemologi atau teori pengetahuan yang berhubungan dengan hakikat dari ilmu
pengetahuan, pengandaian, dasar-dasar serta pertanggung jawaban atas pernyataan mengenai
pengetahuan yang dimiliki oleh setiap manusia. Pengetahuan tersebut diperoleh manusia melalui akal
dan panca indera dengan berbagai metode, diantaranya; metode induktif, metode deduktif, metode
positivisme, metode kontemplatis dan metode dialektis.

Metode Filsafat Dalam Memperoleh Pengetahuan

1. Empirisme

Empirisme adalah suatu cara atau metode dalam filsafat yang mendasarkan cara untuk
memperoleh pengetahuan dengan melalui pengalaman. John Locke, seorang bapak empirisme
Britania mengatakan bahwa pada waktu manusia di lahirkan akalnya merupakan jenis catatan yang
kosong (tabula rasa) dan di dalam buku catatan itulah dicatat pengalaman-pengalaman inderawi.
Menurut Locke, seluruh sisa pengetahuan seseorang diperoleh dengan jalan menggunakan serta
membandingkan ide-ide yang diperoleh dari pengindraan serta refleksi yang pertama dan sederhana.
Ia memandang akal sebagai sejenis tempat penampungan yang secara pasif menerima hasil-hasil
pengindraan tersebut. Hal ini menyatakan bahwa semua pengetahuan seseorang dapat dilacak
kembali sampai kepada pengalaman-pengalaman indrawi yang pertama, yang dapat di ibaratkan
sebagai atom-atom yang menyusun objek-objek material. Apa yang tidak dapat atau tidak perlu di
lacak kembali secara demikian itu bukanlah pengetahuan, atau di anggap bukan pengetahuan
mengenai hal-hal yang faktual.

2. Rasionalisme

Rasionalisme adalah sebuah pikiran manusia, hal ini menimbulkan faham rasionalisme, yang
mempercayai adanya kebenaran dan berpendrian bahwa manusia mungkin mengerti dan alat
pengetahuannya berupa akal. Seseorang yang berpegang pada epistemologi menyatakan bahwa
kebenaran dapat ditemukan sebelum adanya pengalaman. Rasionalisme memiliki sumber
pengetahuan yang terletak pada akal seseorang, bukan karena rasionalisme mengingkari nilai
pengalaman, melainkan pengalaman dipandang sebagai sebuah perangsang bagi akal pikiran. Para
penganut rasionalisme meyakini bahwa kebenaran dan kesesatan terletak di dalam ide kita dan
bukannya di dalam diri seseorang. Jika kebenaran mengandung makna atau ide yang sesuai dengan
petunjuk kepada kenyataan, maka kebenaran hanya ada di dalam pikiran seseorang dan hanya dapat
diperoleh dengan akal budi serta dapat melahirkan paham intelektualisme dalam dunia pendidikan.

3. Fenomenalisme

Immanuel Kant membuat uraian tentang pengalaman, yaitu sebagaimana terdapat dalam
dirinya sendiri untuk merangsang alat inderawi dan diterima oleh akal dalam bentuk pengalaman dan
disusun secara sistematis dengan jalan penalaran. Karena itu seseorang tidak pernah mempunyai
pengetahuan tentang sesuatu seperti keadaannya sendiri, melainkan hanya tentang sesuatu seperti
yang menampak kepadanya, artinya pengetahuan tentang gejala (Phenomenon). Bagi Kant para
penganut empirisme benar bila berpendapat bahwa semua pengetahuan didasarkan pada
pengalaman meskipun benar hanya untuk sebagian. Penganut rasionalisme juga benar, karena akal
memaksakan bentuk-bentuknya sendiri terhadap sesuatu serta pengalaman.

4. Intusionisme

Menurut Bergson, intusionisme adalah suatu sarana untuk mengetahui secara langsung dan
seketika. Analisa atau pengetahuan yang diperoleh dengan jalan pelukisan tidak akan dapat
menggantikan hasil pengenalan secara langsung dari pengetahuan intuitif. Salah satu diantara unsur-
unsur yang berharga dalam intuisionisme Bergson ialah, paham ini memungkinkan adanya suatu
bentuk pengalaman di samping pengalaman yang dihayati oleh indera. Dengan demikian, data yang
dihasilkannya dapat merupakan bahan tambahan bagi pengetahuan di samping pengetahuan yang
dihasilkan oleh penginderaan.

5. Dialektis

Dialektis adalah tahap logika yang mengajarkan kaidah-kaidah dan metode penuturan serta
analisis sistematik tentang ide-ide untuk mencapai apa yang terkandung dalam pandangan. Dalam
kehidupan sehari-hari dialektika berarti kecakapan untuk melakukan perdebatan. Dalam teori
pengetahuan, hal ini merupakan bentuk pemikiran yang tidak tersusun dari satu pikiran tetapi
pemikiran itu seperti dalam percakapan serta bertolak pada dua kutub.
6. Metode Induktif

Metode Induksi yaitu suatu metode yang menyimpulkan pernyataan pernyataan hasil
observasi dalam suatu pernyataan yang lebih umum dan menurut suatu pandangan yang dapat
diterima secara luas. Ilmu empiris ditandai oleh metode induktif, disebut induktif bila bertolak dari
pernyataan tunggal seperti gambaran mengenai hasil pengamatan dan penelitian seseorang sampai
pada pernyataan universal.

7. Metode Deduktif

Metode deduksi adalah suatu metode yang menyimpan bahwa data-data empiris diolah lebih
lanjut dalam suatu sistem pernyataan yang harus ada dalam metode deduktif, yaitu adanya
perbandingan logis antara kesimpulan-kesimpulan itu sendiri. Bentuk logis teori bertujuan untuk
apakah teori tersebut mempunyai sifat empiris atau ilmiah serta perbandingan dengan teori-teori lain
dan ada pengujian teori dengan jalan rnenerapkan secara empiris kesimpulan-kesimpulan yang bisa
ditarik dari teori tersebut.

8. Metode Positivisme

Metode ini dikeluarkan oleh August Comte. Metode ini berpangkal dari apa yang diketahui,
yaitu faktual dan bersifat positif dengan menyampingkan segala uraian persoalan diluar yang ada
sebagai fakta, oleh karena itu ia menolak metafisika yang diketahui positif, yaitu segala yang nampak
dalam bidang filsafat dan ilmu pengetahuan diatasi kepada bidang gejala saja.

9. Metode Kontemplatif

Metode ini mengatakan adanya keterbatasan indera dan manusia untuk memperoleh
pengetahuan, sehingga objek yang dihasilkan akan berbeda. Hal ini seharusnya dikembangkan dengan
kemampuan akal yang disebut dengan intuisi.

10. Metode Dialektis

Dalam filsafat, dialektika mula-mula berarti metode tanya jawab untuk mencapai kejernihan
filsafat. Metode ini diajarkan oleh Socrates. Namun Pidato mengartikannya diskusi logika. Kini dialekta
berarti tahap logika yang mengajarkan kaidah-kaidah dan metode-metode penuturan serta analisis
sistematik tentang ide-ide untuk mencapai apa yang terkandung dalam metode peraturan, juga
analisis sistematika tentang ide untuk mencapai apa yang terkandung dalam pandangannya.
 Konsep Aksiologi
Aksiologi merupakan bagian dari filsafat ilmu. Aksiologi berasal dari kata axio (Yunani) yang
berarti nilai, dan logos berarti ilmu. Dengan demikian aksiologi dapat diartikan bahwa bagaimana
manusia menggunakan ilmunya. Pembahasan aksiologi menyangkut masalah nilai kegunaan ilmu.
Berikut pengertian aksiologi menurut para ahli:

 Koento (2003: 13), aksiologi membahas tentang manfaat yang diperoleh manusia dari
pengetahuan yang didapatkannya. Aksiologi merupakan sebuah ilmu yang terdiri dari nilai-nilai
yang bersifat normatif dalam pemberian makna terhadap kebenaran atau kenyataan seperti yang
dijumpai dalam kehidupan yang menjelajahi berbagai kawasan, seperti kawasan sosial, kawasan
simbolik ataupun fisik material.
 Kattsoff (2004: 319), aksiologi sebagai ilmu pengetahuan yang menyelediki hakekat
nilai yang pada umumnya ditinjau dari sudut pandang kefilsafatan.
 Scheleer dan Langeveld (Wiramihardja, 2006: 155-157), Scheleer mengontraskan
aksiologi dengan praxeology, yaitu suatu teori dasar tentang tindakan tetapi lebih sering
dikontraskan dengan deontology, yaitu suatu teori mengenai tindakan baik secara moral.
Langeveld berpendapat bahwa aksiologi terdiri atas dua hal utama: etika dan estetika. Etika
merupakan bagian filsafat penilaian yang membicarakan perilaku seseorang, sedangkan estetika
adalah bagian filsafat tentang nilai dan penilaian yang memandang karya manusia dari sudut indah
dan buruk.

Logika Ilmu Pengetahuan

Dengan mempelajari filsafat ilmu, akan diketahui hakekat ilmu pengetahuan dan hakekat
pengetahuan, kita tidak akan terbenam dalam suatu ilmu yang spesifik sehingga semakin menyempit
dan eksklusif. Dengan mempelajari filsafat ilmu pengetahuan akan membuka perspektif (wawasan)
yang luas, sehingga kita dapat menghargai dan berkomunikasi dengan ilmu lainnya. Dengan demikian
kita dapat mengembangkan ilmu pengetahuan secara interdisipliner.

Ilmu pengetahuan diperoleh dari pengalaman (empiris) dan akal (ratio). Sehingga timbul
paham atau aliran yang disebut empirisme dan rasionalisme. David Hume (1711-1776), John Locke
(1632-1704) dan Berkley menyampaikan bahwa rasionalisme menyusun teorinya berdasarkan ratio.
Metode yang digunakan aliran emperisme adalah induksi, sedangkan rasionalisme menggunakan
metode deduksi. Immanuel Kant merupakan tokoh yang mensintesakan paham empirisme dan
rasionalisme.

Logika adalah ilmu pengetahuan dan kecakapan untuk berpikir lurus (tepat). Ilmu
pengetahuan mempunyai arti yang luas dan yang sempit. Di dalam bahasa asing dipergunakan istilah-
istilah seperti : Science(bahasa Inggris) dan Wissenschaft atau Wetensekap (Jerman). Kata-kata itu ada
persamaannya dengan istilah ilmu pengetahuan tetapi tidak selalu sama. Di dalam science seseorang
harus bersikap kritis, artinya seseorang harus mampu menemukan kenyataan fakta-fakta dan mampu
membedakan antara fakta yang murni dan apa yang telah diberi corak oleh pandangan atau keinginan
tertentu, dimana seseorang cenderung untuk memakai pandangan yang obyektif.

Ilmu pengetahuan adalah kumpulan pengetahuan tentang pokok tertentu. Kumpulan ini
merupakan suatu kesatuan yang sistematis serta memberikan penjelasan yang dapat
dipertanggungjawabkan. Penjelasan ini terjadi dengan menunjukkan sebab-akibatnya. Lapangan ilmu
pengetahuan yang dimaksud adalah asas-asas yang menentukan pemikiran yang lurus, tepat dan
teratur. Agar dapat berpikir lurus, tepat, dan teratur, logika harus menyelidiki dan merumuskan serta
menerapkan hukum-hukum yang tepat. Logika sebagai proses berpikir identik dengan masuk akal dan
penalaran. Penalaran adalah salah satu bentuk pemikiran. Pemikiran adalah pengetahuan tidak
langsung yang didasarkan pada pernyataan langsung, dimana pemikiran dapat benar dan salah.
Definisi logika sangat sederhana, yaitu ilmu yang memberikan prinsip-prinsip yang harus diikuti agar
dapat berpikir valid menurut aturan yang berlaku. Faedah logika menimbulkan kesadaran untuk
menggunakan prinsip-prinsip dalam berfikir secara sistematis, faedah tersebut yaitu :

1. Logika menyatakan, menjelaskan dan mempergunakan prinsip-prinsip abstrak yang dapat


digunakan dalam semua lapangan ilmu pengetahuan.
2. Menambah daya berfikir abstrak, yang menimbulkan sikap intelektual.
3. Mencegah agar tidak tersesat dari segala sesuatu yang kita peroleh berdasarkan authority.

Referensi atau Daftar Bacaan

1. Adib, Mohammad. 2010. Filsafat Ilmu: Ontologi, Efistemologi, Aksiologi dan Logika Ilmu
Pengetahuan. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.
2. Suriasumantri, Jujun . 1996. Filsafat Ilmu: Sebuah Pengantar Populer. Jakarta : Pustaka Sinar
Harapan.
3. Nunu Burhanuddin. 2018. Filsafat Ilmu. Jakarta Timur : Prenadamedia Group.

Anda mungkin juga menyukai