Anda di halaman 1dari 11

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil Penelitian


Sampel-sampel yang telah dibuat dilakukan analisa dari berbagai
parameter, yaitu nilai densitas, vikositas, flash point, nilai kaor dan index cetane
yang dihasilkan dari proses elektrolisis minyak jelantah menjadi biodiesel dari
variasi tegangan listrik, rasio bahan baku, dan jenis persen katalis yang digunakan
sehingga didapatkan hasil penelitian yang ditunjukkan pada tabel sebagai berikut.

Tabel 4.1. Hasil Penelitian (Elektroda Besi)


Tegangan Rasio Jumlah Flash Nilai
Densitas Viskositas
Listrik Bahan Katalis Yield Point Kalor
(kg/m3) (cSt)
(volt) Baku (%) (°C) (cal/gr)
Max
SNI 850-890 2,3-6,0 Min 100
9938,76
0,5 84,6204 887,4 18,1381 260,5 9227,5365
1:5 1 88,9553 892,3 7,7077 215,0 9290,7408
1,5 84,8349 889,6 6,0060 240,0 9420,6350
0,5 91,0989 894,3 15,2151 236,2 9239,5701
20 1:6 1 87,7918 875,8 6,5065 219,6 9309,7109
1,5 82,7277 872,5 5,5055 211,5 9335,3851
0,5 90,0563 908,2 15,2152 222,5 9603,7188
1:7 1 87,5476 887,8 6,0060 213,0 9549,3285
1,5 81,1147 885,8 5,1051 223,5 9335,2824
0,5 81,2651 920,1 19,796 278,4 9225,0370
1:5 1 87,1492 893,6 7,6076 241,5 9255,7037
1,5 79,8098 871,6 5,9059 240,5 9336,8830
0,5 92,9916 908,1 18,2182 218,3 9213,8644
30 1:6 1 89,1209 879,6 6,7067 232,0 9255,9943
1,5 83,5166 880,8 5,7057 227,3 9339,0719
0,5 80,7915 903,7 15,9159 264,0 9191,1481
1:7 1 90,1766 890,0 6,2062 228,5 9283,5289
1,5 83,4009 879,6 5,0050 234,8 9344,5775

21
22

4.2. Pengujian Kadar Free Fatty Acid (FFA) Pada Bahan Baku Minyak
Jelantah
Kadar Free Fatty Acid (FFA) pada minyak jelantah yang didapatkan dari
pengujian kadar asam lemak bebas minyak jelantah dari salah satu toko kerupuk
di Palembang didapatkan nilai FFA pada minyak tersebut sebesar 2,3157%.
Menurut Irawan (2019) Reaksi transesterifikasi dapat diselesaikan dalam satu
tahap karena pembentukan ion H+ dan ion OH- dalam proses elektrolisis maupun
reaksi katalisis. Oleh karena itu, reaksi samping yang merusak seperti saponifikasi
dan kandungan FFA tinggi dalam minyak dapat berhenti. Oleh karena itu bahan
baku minyak jelantah yang digunakan dapat langsung diproses transesterifikasi.

Tabel 4.2. Karateristik Minyak Jelantah


Parameter Hasil Analisa Standar minyak Standar
goreng Biodiesel
Kadar FFA (%) 2,3157 Maksimal 0,3 Maksimal 0,8
Viskositas 52,7 - 2,3 -6,0
kinematika pada
40oC (cSt)
Massa jenis (kg/m3) 922,8 - 850-890
Nilai Kalor (cal/g) 10235,0790 Max 9938,7600

4.3. Pembentukan Biodiesel Melalui Proses Elektrolisis


Elektrolisis adalah peristiwa penguraian elektrolit dalam sel
elektrolisis oleh arus listrik (Irawan dkk, 2019). Produksi biodiesel dari minyak
jelantah yang direaksikan dengan metanol dilakukan menggunakan metode
elektrolisis. Reaksi ini dibantu dengan pengadukan mekanik sebesar 500 rpm
tanpa adanya pemanasan. Dari penilitian terdahulu metanol dipilih karena
merupakan turunan alkohol yang memiliki berat molekul paling rendah sehingga
kebutuhannya untuk proses alkoholis relatif sedikit, lebih murah dan lebih stabil
serta metanol memiliki daya reaktivitas yang tinggi (Zulhardi, 2018).
Proses elektrolisis ini menggunakan garam NaCl yang dilarutkan di dalam
aquadest sebagai larutan elektrolit. Larutan garam akan terurai sehingga transfer
ion yang terjadi antara anoda dan katoda dapat berlangsung lebih efektif.
23

Penggunaan plat besi dipilih karena sulit teroksidasi. Jarak antara anoda dan
katoda ditetapkan sebesar 3 cm karena hal ini mempengaruhi distribusi ion pada
proses elektrolisis. Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi produksi biodiesel
untuk mendapatkan yield yang maksimal diantaranya yaitu tegangan listrik, rasio
bahan baku dan banyaknya jumlah katalis yang digunakan.
Senyawa KOH yang digunakan berwujud padat dan mula-mula
dihomogenkan fasenya berwujud cair dengan metanol agar lebih mudah untuk
bereaksi dengan minyak jelantah yang fasenya adalah cair juga. Senyawa KOH ini
bertindak sebagai katalis pada reaksi ini. Pada reaksi transesterfikasi, 1 mol
trigliserida akan bereaksi dengan 3 mol etanol dengan bantuan katalis KOH
menghasilkan 3 mol biodiesel dan 1 mol gliserol seperti pada persaamaan 4.1

(C17H35COO)3C3H5 + 3CH3OH ↔ 3C17H35COOCH3 + C3H5(OH)3 (4.1)


Reaksi pada anoda (elektroda besi):
2Cl- → Cl2 + 2e- (4.2)
2H2O → O2 + 4H+ + 4e- (4.3)
Reaksi pada katoda (elektroda besi):
2H2O + 4e- → H2 + 2OH- (4.4)
Reaksi Transfer Proton:
CH3OH + OH- ↔ CH3O- + H2O (4.5)
Seperti ditunjukkan pada persamaan di atas, menurut Guoqing Guan
(2009) ketika campuran reaksi yang mengandung NaCl dan H2O dimasukkan ke
dalam sel elektrolisis, terjadi reaksi pada anoda seperti pada persamaan 4.2 dan
4.3. Di sisi lain, ion hidroksil dan hidrogen terbentuk pada katoda, seperti pada
persamaan 4.4. Reaksi Transesterifikasi trigliserida dengan metanol membutuhkan
spesies aktif, yaitu ion metoksida (CH3O-), untuk menghasilkan metil ester. Ion
metoksida dapat terbentuk ketika metanol bereaksi dengan ion hidroksil (OH-),
seperti pada persamaan 4.5. Ion metoksida sangat nukleofilik dan menyerang
gugus karbonil dalam molekul gliserida untuk menghasilkan metil ester. Sehingga
dapat dikatakan biodiesel dapat diproduksi menggunakan metode elektrolisis ini.
24

4.4. Pengaruh Variabel Bebas Terhadap Biodiesel yang Dihasilkan


4.4.1. Pengaruh tegangan listrik, rasio bahan baku, dan jumlah katalis terhadap
yield biodiesel
Yield biodiesel yang dihasilkan melalui metode elektrolisis ini dapat
dilihat pada gambar 4.1. dan 4.2. Dari gambar tersebut diketahui pada tegangan
20V dihasilkan yield tertinggi pada variasi rasio bahan baku (minyak jelantah dan
metanol) 1:6 dengan jumlah katalis 0,5% dari berat minyak, yaitu sebesar
91,0989%. Yield tertinggi yang dihasilkan pada tegangan 30V sebesar 92,9916%,
dengan variasi rasio bahan baku 1:6 dan katalis 0,5%.

94
92
90
yield (%)

88
86
variasi rasio metanol 1:5
84
82 Variasi rasio metanol 1:6
80
78
Variasi rasio metanol 1:7
76
0,5 1 1,5
jumlah katalis (%)

Gambar 4.1. Pengaruh Tegangan Listrik 20V, Rasio Bahan Baku, dan katalis Terhadap
Yield Biodiesel

94
92
90
yield (%)

88
86
variasi rasio metanol 1:5
84
82 Variasi rasio metanol 1:6
80
78
Variasi rasio metanol 1:7
76
0,5 1 1,5
jumlah katalis (%)

Gambar 4.2. Pengaruh Tegangan Listrik 30V Rasio Bahan Baku, dan katalis terhadap
Yield Biodiesel
25

Hasil produk pada tegangan 20V dan 30V dengan rasio bahan baku 1:6
jumlah katalis 0,5% memiliki yield tertinggi. Hal ini sesuai dengan penelitian
terdahulu yang dilakukan oleh Abdullah dkk, (2007), serta penelitian Freedman
dkk., (1984) menyatakan rasio minyak jelantah dan metanol optimum untuk
mendapatkan yield biodiesel yang tinggi sebesar 1:6, jika rasio lebih dari 1:6,
yield yang dihasilkan tidak akan bertambah lagi sehingga untuk rasio bahan baku
1:7 cenderung menurun, pada tegangan 20V maupun 30V. Menurut Widyastuti
(2007) proses transesterifikasi sendiri merupakan reaksi kesetimbangan yang
dapat balik, untuk mendorong reaksi ke arah kanan agar menghasilkan metil ester
maka diperlukan metanol berlebih. Namun, jumlah metanol yang terlalu berlebih
pun kurang baik, dikarenakan dapat mempengaruhi hasil yield biodiesel.
Pengaruh jumlah katalis terhadap yield biodiesel, dilakukannya variasi
jumlah katalis untuk mengetahui nilai optimal persen katalis yang digunakan
dalam produksi biodiesel. Kehadiran KOH membantu reaksi untuk bergerak lebih
cepat ke kesetimbangan dan akibatnya meningkatkan konversi minyak (Shahid,
E.M. dan Jamal, Y., 2011). Yield biodiesel pada tegangan 20V, memiliki nilai
yield yang lebih banyak pada jumlah katalis 0,5%. Sesuai dengan penelitian
terdahalu yaitu Dedi Irawan dkk,(2019) bahwa pada konsentrasi KOH 0,4-0,5%
mendapatkan yield biodiesel yang semakin meningkat.
Pengaruh jumlah katalis terhadap yield biodiesel, pada jumlah katalis 1,5%
hasil produk biodiesel lebih sedikit dibandingkan dengan persen katalis 0,5% dan
1%.. Berdasarkan penelitian yang dilakukan M.Faizal dkk, (2013) menyatakan
bahwa semakin besar jumlah katalis basa yang digunakan dalam reaksi
transesterifikasi pada pembuatan metil ester, maka akan menyebabkan yield yang
dihasilkan semakin berkurang. Hal ini disebabkan oleh reaksi berlebih dari katalis
dengan trigliserida yang membentuk sabun dan jumlah gliserol yang lebih banyak.
4.4.2. Pengaruh tegangan listrik, rasio bahan baku, dan jumlah katalis terhadap
densitas biodiesel
Densitas biodiesel yang dihasilkan melalui metode elektrolisis ini dapat
dilihat pada gambar 4.3. dan 4.4. Densitas biodiesel yang dihasilkan dari
penelitian ini dari 18 sampel, terdapat 11 sampel yang memenuhi SNI biodiesel
26

yaitu 850-890 kg/m3. Pada tegangan 20V, nilai densitas tertinggi dan memenuhi
standar biodiesel terdapat pada variasi rasio bahan baku 1:5 dan jumlah katalis
1,5%, yaitu sebesar 889,6 kg/m3. Nilai densitas tertinggi dan memenuhi standar
biodiesel pada tegangan 30V terdapat pada rasio bahan baku 1:7 dan jumlah
katalis 1% dari berat minyak, yaitu sebesar 890 kg/m3.

920
densitas (kg/m3)

910
900
890
variasi rasio metanol 1:5
880
870 Variasi rasio metanol 1:6
860 Variasi rasio metanol 1:7
850
0,5 1 1,5
jumlah katalis (%)

Gambar 4.3. Pengaruh Tegangan Listrik 20V, Rasio Bahan Baku, dan Katalis Terhadap
Densitas Biodiesel

940
densitas (kg/m3)

920
900
variasi rasio metanol 1:5
880
Variasi rasio metanol 1:6
860
Variasi rasio metanol 1:7
840
0,5 1 1,5
jumlah katalis (%)

Gambar 4.4. Pengaruh Tegangan Listrik 30V, rasio bahan baku, dan Katalis Terhadap
Densitas Biodiesel

Menurut Lisa Adhani dkk, (2016) mengatakan bahwa nilai massa jenis
pada suatu biodiesel menunjukkan bahwa terdapat hubungan dengan nilai kalor
dan daya yang dihasilkan oleh mesin diesel per satuan volume bahan bakar.
Variasi tegangan 20 V dan 30 V pada katalis 0,5% banyak yang tidak memenuhi
syarat, memiliki nilai densitas yang cukup besar 892,3-920,1 diluar dari SNI
biodiesel. Menurut Affandi dkk, (2013) menyatakan bahwa densitas yang tinggi
27

ini kemungkinan besar dipengaruhi oleh tahap pemurnian.. Densitas biodiesel


dipengaruhi oleh jumlah tri, di dan monogliserida dalam biodiesel. Semakin
sedikit jumlah senyawa tersebut dalam biodiesel maka akan semakin kecil nilai
densitas, maka akan semakin turun nilai densitas biodiesel (Ehiman, 2010).
Variasi katalis 1,5% pada tegangan listrik 20V dan 30V memenuhi
kualitas standar biodiesel. Berdasarkan penelitian Rachman dkk, (2018) biodiesel
yang diproduksi menggunakan jumlah katalis 1,5% KOH memiliki densitas 879
kg/m3 sesuai dengan penelitian yang kami lakukan pada jumlah katalis 1,5% nilai
densitas yang didapatkan dominan menunjukkan angka 870 kg/m3.
4.4.3. Pengaruh tegangan listrik, rasio bahan baku, dan jumlah katalis terhadap
viskositas biodiesel
Viskositas biodiesel yang dihasilkan melalui metode elektrolisis ini dapat
dilihat pada gambar 4.5. dan 4.6. Dari 18 sampel, terdapat 7 sampel yang
memenuhi SNI biodiesel yaitu 2,3-6 cSt. Pada tegangan 20V, nilai viskositas
tertinggi dan memenuhi standar biodiesel terdapat pada variasi rasio bahan baku
1:5 dan 1:6 dengan jumlah katalis 1,5%, yaitu sebesar 6,0060 cSt. Nilai viskositas
tertinggi dan memenuhi standar biodiesel pada tegangan 30V terdapat pada rasio
bahan baku 1:5 dan jumlah katalis 1,5% dari berat minyak, yaitu sebesar 5,9059
cSt. Untuk viskositas terendah dan memenuhi standar biodiesel pada tegangan
20V dan 30V terdapat di rasio bahan baku 1:7 dan katalis 1,5%, yaitu 5,1051 cSt.
Nilainya berturut-turut 5,1051 cSt dan 5,0050 cSt.

20
18
viskositas (cSt)

16
14
12
10 variasi rasio metanol 1:5
8
6 Variasi rasio metanol 1:6
4
2 Variasi rasio metanol 1:7
0
0,5 1 1,5
jumlah katalis (%)

Gambar 4.5. Pengaruh Tegangan Listrik 20 V, Rasio Bahan Baku, Katalis Terhadap
Viskositas Biodiesel
28

20
Viskositas (cSt) 18
16
14
12
10 variasi rasio metanol 1:5
8
6 Variasi rasio metanol 1:6
4
2 Variasi rasio metanol 1:7
0
0,5 1 1,5
jumlah katalis (%)

Gambar 4.6. Pengaruh Tegangan Listrik 30 V, Rasio Bahan Baku, Katalis Terhadap
Viskositas Biodiesel

Viskositas harus diturunkan nilainya dari bahan baku dengan cara


transesterifikasi pada proses produksi biodiesel. Tesfa dkk, (2010) menyatakan
bahwa viskositas yang tinggi dapat meningkatkan risiko masalah pada mesin.
Menurut standar dalam SNI untuk parameter viskositas kinematika pada biodiesel,
besaran standarnya adalah 2,3–6,0 cSt. Hasil penelitian menunjukkan tegangan
listrik pada 20V dan 30V dengan persen katalis 1,5% memenuhi syarat viskositas
SNI Biodiesel sedangkan untuk persen katalis 0,5% pada tegangan 20 V dan 30 V
memiliki nilai viskositas yang jauh dari kualitas standar biodiesel.
Banyaknya sampel biodiesel yang belum memenuhi standar biodiesel
dapat disebabkan karena viskositas minyak jelantah yang cukup tinggi yaitu
sebesar 52,7220 cSt. Viskositas juga dapat dipengaruhi oleh kandungan zat
terlarut yang ada pada suatu fluida, dimana semakin banyak kandungan zat
terlarut di dalam biodiesel maka viskositasnya akan semakin besar (Hidayati dkk.,
2017). Nilai viskositas yang terlalu tinggi ini juga dapat disebabkan metanol
sudah menguap sebelum proses reaksi transesterifikasi selesai sehingga biodiesel
yang dihasilkan masih terlalu kental (Siswani dkk, 2012).
4.4.4. Pengaruh tegangan listrik, rasio bahan baku, dan jumah katalis terhadap
flash point biodiesel
Menurut Standar dalam SNI untuk parameter flash point pada biodiesel,
flash point biodiesel tersebut minimal 100oC. Seluruh sampel biodiesel yang
didapatkan pada penelitian ini telah memenuhi syarat standar SNI yang rata-rata
29

melebihi 200oC. Flash point yang paling besar dihasilkan dari sampel biodiesel
tegangan listrik 30V, rasio bahan baku 1:5 dengan persen katalis 0,5% yaitu
sebesar 278,4oC. Nilai flash point pada katalis 0,5% dengan tegangan listrik 20V
dan 30V cenderung memiliki nilai flash point lebih besar dibanding yang lainya.
Flash point yang lebih rendah menandakan bahan tersebut mudah terbakar. Flash
point biodiesel juga dipengaruhi oleh ikatan rantai karbon yang dimiliki oleh
reaktan yang digunakan, sehingga biodiesel yang dibuat dari metanol memiliki
flash point lebih rendah dari biodiesel yang dibuat dari etanol karena etil ester
memiliki ikatan rangkap di gugusnya (Syamsidar, 2010). Hasil flash point pada
penelitian ini dapat dilihat pada gambar 4.7. dan 4.8.

300
250
fllash point (oC)

200
150 variasi rasio metanol 1:5
100 Variasi rasio metanol 1:6
50 Variasi rasio metanol 1:7
0
0,5 1 1,5
jumlah katalis (%)

Gambar 4.7. Pengaruh Tegangan Listrik 20V, Rasio Bahan Baku, Katalis terhadap Flash
Point Biodiesel

300
250
flash point (oC)

200
150 variasi rasio metanol 1:5
100 Variasi rasio metanol 1:6
50 Variasi rasio metanol 1:7
0
0,5 1 1,5
Jumlah Katalis (%)

Gambar 4.8. Pengaruh Tegangan Listrik 30V, Rasio Bahan Baku, Katalis terhadap Flash
Point Biodiesel
30

4.4.5. Pengaruh tegangan listrik, rasio bahan baku, dan jumlah katalis terhadap
nilai kalor biodiesel
Nilai kalor biodiesel yang dihasilkan melalui metode elektrolisis ini dapat
dilihat pada gambar 4.9. dan 4.10. Seluruh sampel dari penelitian ini telah
memenuhi standar biodiesel sesuai SNI, yaitu maksimal 9938,76 cal/gr. Pada
tegangan 20V, nilai kalor tertinggi terdapat pada variasi rasio bahan baku 1:7 dan
katalis 0,5%, yaitu sebesar 9603,7188 cal/gr. Tegangan 30V menghasilkan nilai
kalor tertinggi sebesar 9344,5775 cal/gr pada variasi rasio bahan baku 1:7 dan
jumlah katalisnya 1,5% dari berat minyak. Semakin tinggi nilai kalor bahan bakar
maka energi yang dilepaskan per satuan berat bahan bakar semakin tinggi.

9700
nilai kalor (cal/gr)

9600
9500
9400
variasi rasio metanol 1:5
9300
9200 Variasi rasio metanol 1:6
9100 Variasi rasio metanol 1:7
9000
0,5 1 1,5
jumlah katalis (%)

Gambar 4.9. Pengaruh Tegangan Listrik 20V, Rasio Bahan Baku, Katalis terhadap Nilai
Kalor Biodiesel

9400
nilai kalor (cal/gr)

9350
9300
9250 variasi rasio metanol 1:5
9200 Variasi rasio metanol 1:6
9150 Variasi rasio metanol 1:7
9100
0,5 1 1,5
jumlah katalis (%)

Gambar 4.10. Pengaruh Tegangan Listrik 30V, Rasio Bahan Baku, Katalis terhadap
Nilai Kalor Biodiesel
31

Perbedaan nilai kalor dari 18 sampel dari penelitian ini dapat dipengaruhi
beberapa faktor. Menurut Koesoemadinata, (1980) faktor yang mempengaruhi
nilai kalor salah satunya adalah berat jenis bahan bakar tersebut. Berat jenis pada
penelitian ini yang didapatkan juga berbeda-beda yang menyebabkan nilai kalor
juga berbeda, namun masih memenuhi kualitas nilai kalor SNI biodiesel.

Anda mungkin juga menyukai