21
22
4.2. Pengujian Kadar Free Fatty Acid (FFA) Pada Bahan Baku Minyak
Jelantah
Kadar Free Fatty Acid (FFA) pada minyak jelantah yang didapatkan dari
pengujian kadar asam lemak bebas minyak jelantah dari salah satu toko kerupuk
di Palembang didapatkan nilai FFA pada minyak tersebut sebesar 2,3157%.
Menurut Irawan (2019) Reaksi transesterifikasi dapat diselesaikan dalam satu
tahap karena pembentukan ion H+ dan ion OH- dalam proses elektrolisis maupun
reaksi katalisis. Oleh karena itu, reaksi samping yang merusak seperti saponifikasi
dan kandungan FFA tinggi dalam minyak dapat berhenti. Oleh karena itu bahan
baku minyak jelantah yang digunakan dapat langsung diproses transesterifikasi.
Penggunaan plat besi dipilih karena sulit teroksidasi. Jarak antara anoda dan
katoda ditetapkan sebesar 3 cm karena hal ini mempengaruhi distribusi ion pada
proses elektrolisis. Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi produksi biodiesel
untuk mendapatkan yield yang maksimal diantaranya yaitu tegangan listrik, rasio
bahan baku dan banyaknya jumlah katalis yang digunakan.
Senyawa KOH yang digunakan berwujud padat dan mula-mula
dihomogenkan fasenya berwujud cair dengan metanol agar lebih mudah untuk
bereaksi dengan minyak jelantah yang fasenya adalah cair juga. Senyawa KOH ini
bertindak sebagai katalis pada reaksi ini. Pada reaksi transesterfikasi, 1 mol
trigliserida akan bereaksi dengan 3 mol etanol dengan bantuan katalis KOH
menghasilkan 3 mol biodiesel dan 1 mol gliserol seperti pada persaamaan 4.1
94
92
90
yield (%)
88
86
variasi rasio metanol 1:5
84
82 Variasi rasio metanol 1:6
80
78
Variasi rasio metanol 1:7
76
0,5 1 1,5
jumlah katalis (%)
Gambar 4.1. Pengaruh Tegangan Listrik 20V, Rasio Bahan Baku, dan katalis Terhadap
Yield Biodiesel
94
92
90
yield (%)
88
86
variasi rasio metanol 1:5
84
82 Variasi rasio metanol 1:6
80
78
Variasi rasio metanol 1:7
76
0,5 1 1,5
jumlah katalis (%)
Gambar 4.2. Pengaruh Tegangan Listrik 30V Rasio Bahan Baku, dan katalis terhadap
Yield Biodiesel
25
Hasil produk pada tegangan 20V dan 30V dengan rasio bahan baku 1:6
jumlah katalis 0,5% memiliki yield tertinggi. Hal ini sesuai dengan penelitian
terdahulu yang dilakukan oleh Abdullah dkk, (2007), serta penelitian Freedman
dkk., (1984) menyatakan rasio minyak jelantah dan metanol optimum untuk
mendapatkan yield biodiesel yang tinggi sebesar 1:6, jika rasio lebih dari 1:6,
yield yang dihasilkan tidak akan bertambah lagi sehingga untuk rasio bahan baku
1:7 cenderung menurun, pada tegangan 20V maupun 30V. Menurut Widyastuti
(2007) proses transesterifikasi sendiri merupakan reaksi kesetimbangan yang
dapat balik, untuk mendorong reaksi ke arah kanan agar menghasilkan metil ester
maka diperlukan metanol berlebih. Namun, jumlah metanol yang terlalu berlebih
pun kurang baik, dikarenakan dapat mempengaruhi hasil yield biodiesel.
Pengaruh jumlah katalis terhadap yield biodiesel, dilakukannya variasi
jumlah katalis untuk mengetahui nilai optimal persen katalis yang digunakan
dalam produksi biodiesel. Kehadiran KOH membantu reaksi untuk bergerak lebih
cepat ke kesetimbangan dan akibatnya meningkatkan konversi minyak (Shahid,
E.M. dan Jamal, Y., 2011). Yield biodiesel pada tegangan 20V, memiliki nilai
yield yang lebih banyak pada jumlah katalis 0,5%. Sesuai dengan penelitian
terdahalu yaitu Dedi Irawan dkk,(2019) bahwa pada konsentrasi KOH 0,4-0,5%
mendapatkan yield biodiesel yang semakin meningkat.
Pengaruh jumlah katalis terhadap yield biodiesel, pada jumlah katalis 1,5%
hasil produk biodiesel lebih sedikit dibandingkan dengan persen katalis 0,5% dan
1%.. Berdasarkan penelitian yang dilakukan M.Faizal dkk, (2013) menyatakan
bahwa semakin besar jumlah katalis basa yang digunakan dalam reaksi
transesterifikasi pada pembuatan metil ester, maka akan menyebabkan yield yang
dihasilkan semakin berkurang. Hal ini disebabkan oleh reaksi berlebih dari katalis
dengan trigliserida yang membentuk sabun dan jumlah gliserol yang lebih banyak.
4.4.2. Pengaruh tegangan listrik, rasio bahan baku, dan jumlah katalis terhadap
densitas biodiesel
Densitas biodiesel yang dihasilkan melalui metode elektrolisis ini dapat
dilihat pada gambar 4.3. dan 4.4. Densitas biodiesel yang dihasilkan dari
penelitian ini dari 18 sampel, terdapat 11 sampel yang memenuhi SNI biodiesel
26
yaitu 850-890 kg/m3. Pada tegangan 20V, nilai densitas tertinggi dan memenuhi
standar biodiesel terdapat pada variasi rasio bahan baku 1:5 dan jumlah katalis
1,5%, yaitu sebesar 889,6 kg/m3. Nilai densitas tertinggi dan memenuhi standar
biodiesel pada tegangan 30V terdapat pada rasio bahan baku 1:7 dan jumlah
katalis 1% dari berat minyak, yaitu sebesar 890 kg/m3.
920
densitas (kg/m3)
910
900
890
variasi rasio metanol 1:5
880
870 Variasi rasio metanol 1:6
860 Variasi rasio metanol 1:7
850
0,5 1 1,5
jumlah katalis (%)
Gambar 4.3. Pengaruh Tegangan Listrik 20V, Rasio Bahan Baku, dan Katalis Terhadap
Densitas Biodiesel
940
densitas (kg/m3)
920
900
variasi rasio metanol 1:5
880
Variasi rasio metanol 1:6
860
Variasi rasio metanol 1:7
840
0,5 1 1,5
jumlah katalis (%)
Gambar 4.4. Pengaruh Tegangan Listrik 30V, rasio bahan baku, dan Katalis Terhadap
Densitas Biodiesel
Menurut Lisa Adhani dkk, (2016) mengatakan bahwa nilai massa jenis
pada suatu biodiesel menunjukkan bahwa terdapat hubungan dengan nilai kalor
dan daya yang dihasilkan oleh mesin diesel per satuan volume bahan bakar.
Variasi tegangan 20 V dan 30 V pada katalis 0,5% banyak yang tidak memenuhi
syarat, memiliki nilai densitas yang cukup besar 892,3-920,1 diluar dari SNI
biodiesel. Menurut Affandi dkk, (2013) menyatakan bahwa densitas yang tinggi
27
20
18
viskositas (cSt)
16
14
12
10 variasi rasio metanol 1:5
8
6 Variasi rasio metanol 1:6
4
2 Variasi rasio metanol 1:7
0
0,5 1 1,5
jumlah katalis (%)
Gambar 4.5. Pengaruh Tegangan Listrik 20 V, Rasio Bahan Baku, Katalis Terhadap
Viskositas Biodiesel
28
20
Viskositas (cSt) 18
16
14
12
10 variasi rasio metanol 1:5
8
6 Variasi rasio metanol 1:6
4
2 Variasi rasio metanol 1:7
0
0,5 1 1,5
jumlah katalis (%)
Gambar 4.6. Pengaruh Tegangan Listrik 30 V, Rasio Bahan Baku, Katalis Terhadap
Viskositas Biodiesel
melebihi 200oC. Flash point yang paling besar dihasilkan dari sampel biodiesel
tegangan listrik 30V, rasio bahan baku 1:5 dengan persen katalis 0,5% yaitu
sebesar 278,4oC. Nilai flash point pada katalis 0,5% dengan tegangan listrik 20V
dan 30V cenderung memiliki nilai flash point lebih besar dibanding yang lainya.
Flash point yang lebih rendah menandakan bahan tersebut mudah terbakar. Flash
point biodiesel juga dipengaruhi oleh ikatan rantai karbon yang dimiliki oleh
reaktan yang digunakan, sehingga biodiesel yang dibuat dari metanol memiliki
flash point lebih rendah dari biodiesel yang dibuat dari etanol karena etil ester
memiliki ikatan rangkap di gugusnya (Syamsidar, 2010). Hasil flash point pada
penelitian ini dapat dilihat pada gambar 4.7. dan 4.8.
300
250
fllash point (oC)
200
150 variasi rasio metanol 1:5
100 Variasi rasio metanol 1:6
50 Variasi rasio metanol 1:7
0
0,5 1 1,5
jumlah katalis (%)
Gambar 4.7. Pengaruh Tegangan Listrik 20V, Rasio Bahan Baku, Katalis terhadap Flash
Point Biodiesel
300
250
flash point (oC)
200
150 variasi rasio metanol 1:5
100 Variasi rasio metanol 1:6
50 Variasi rasio metanol 1:7
0
0,5 1 1,5
Jumlah Katalis (%)
Gambar 4.8. Pengaruh Tegangan Listrik 30V, Rasio Bahan Baku, Katalis terhadap Flash
Point Biodiesel
30
4.4.5. Pengaruh tegangan listrik, rasio bahan baku, dan jumlah katalis terhadap
nilai kalor biodiesel
Nilai kalor biodiesel yang dihasilkan melalui metode elektrolisis ini dapat
dilihat pada gambar 4.9. dan 4.10. Seluruh sampel dari penelitian ini telah
memenuhi standar biodiesel sesuai SNI, yaitu maksimal 9938,76 cal/gr. Pada
tegangan 20V, nilai kalor tertinggi terdapat pada variasi rasio bahan baku 1:7 dan
katalis 0,5%, yaitu sebesar 9603,7188 cal/gr. Tegangan 30V menghasilkan nilai
kalor tertinggi sebesar 9344,5775 cal/gr pada variasi rasio bahan baku 1:7 dan
jumlah katalisnya 1,5% dari berat minyak. Semakin tinggi nilai kalor bahan bakar
maka energi yang dilepaskan per satuan berat bahan bakar semakin tinggi.
9700
nilai kalor (cal/gr)
9600
9500
9400
variasi rasio metanol 1:5
9300
9200 Variasi rasio metanol 1:6
9100 Variasi rasio metanol 1:7
9000
0,5 1 1,5
jumlah katalis (%)
Gambar 4.9. Pengaruh Tegangan Listrik 20V, Rasio Bahan Baku, Katalis terhadap Nilai
Kalor Biodiesel
9400
nilai kalor (cal/gr)
9350
9300
9250 variasi rasio metanol 1:5
9200 Variasi rasio metanol 1:6
9150 Variasi rasio metanol 1:7
9100
0,5 1 1,5
jumlah katalis (%)
Gambar 4.10. Pengaruh Tegangan Listrik 30V, Rasio Bahan Baku, Katalis terhadap
Nilai Kalor Biodiesel
31
Perbedaan nilai kalor dari 18 sampel dari penelitian ini dapat dipengaruhi
beberapa faktor. Menurut Koesoemadinata, (1980) faktor yang mempengaruhi
nilai kalor salah satunya adalah berat jenis bahan bakar tersebut. Berat jenis pada
penelitian ini yang didapatkan juga berbeda-beda yang menyebabkan nilai kalor
juga berbeda, namun masih memenuhi kualitas nilai kalor SNI biodiesel.