0 penilaian0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
15 tayangan6 halaman
Dokumen tersebut membahas perbandingan kinerja enzim papain dan bromelin dalam pembuatan minyak kelapa (VCO) secara enzimatis. Penelitian menunjukkan bahwa penambahan bromelin 2 gr dan papain 8 gr memberikan hasil VCO terbesar dengan kandungan asam laurat sesuai standar. Kedua enzim mampu memecah protein dalam santan untuk memisahkan minyak, namun kinerja tergantung pH dan keasaman.
Dokumen tersebut membahas perbandingan kinerja enzim papain dan bromelin dalam pembuatan minyak kelapa (VCO) secara enzimatis. Penelitian menunjukkan bahwa penambahan bromelin 2 gr dan papain 8 gr memberikan hasil VCO terbesar dengan kandungan asam laurat sesuai standar. Kedua enzim mampu memecah protein dalam santan untuk memisahkan minyak, namun kinerja tergantung pH dan keasaman.
Dokumen tersebut membahas perbandingan kinerja enzim papain dan bromelin dalam pembuatan minyak kelapa (VCO) secara enzimatis. Penelitian menunjukkan bahwa penambahan bromelin 2 gr dan papain 8 gr memberikan hasil VCO terbesar dengan kandungan asam laurat sesuai standar. Kedua enzim mampu memecah protein dalam santan untuk memisahkan minyak, namun kinerja tergantung pH dan keasaman.
Kinerja Enzim Papain dan Enzim Bromelin pada Pembuatan
Virgin Coconut Oil (VCO)
1.1. Enzim Papain
Papain merupakan enzim protease yang terkandung dalam getah pepaya, baik dalam buah, batang dan daunnya. Sebagai enzim yang berkemampuan memecah molekul protein, papain menjadi suatu produk yang sangat bermanfaat bagi kehidupan manusia,baik di rumah tangga maupun industri. Papain sebagai enzim mempunyai beberapa kelebihan antara lain lebih mudah didapat, tersedia dalam jumlah banyak, lebih tahan terhadap kondisi asam dan kondisi basa, suhu tinggi serta harga yang murah. Enzim papain sebagai protease sulfhidril dapat diaktifkan oleh zat-zat pereduksi dan menjadi tidak aktif jika terdapat zat pengoksidasi. Enzim tersebut akan bekerja secara optimal bergantung dari konsentrasi yang diberikan. Papain merupakan enzim yang biasa terdapat dalam getah buah papaya khususnya pada buah pepaya yang masih muda. Dalam getah pepaya terkandung berbagai enzim protease (pengurai protein) yaitu papain dan kimopapain. Kadar papain dan kimopapain dalam buah pepaya yang masih muda masing-masing 10% dan 45%. Papain merupakan satu dari enzim paling kuat yang dihasilkan oleh seluruh bagian tanaman pepaya. Pada pepaya, getah termasuk enzim proteolitik. Protein dasar itu memecah senyawa protein menjadi pepton. Contoh enzim proteolitik lainnya adalah bromelin pada nanas. Papain diperoleh melalui penyadapan getah buah pepaya minimal berumur 3 bulan, kemudian getah dikeringkan pada suhu antara 40-50ºC atau 60-70ºC selama ± 12 jam. Jika suhu terlalu tinggi, enzim proteolitik dalam papain akan rusak. Setelah dimurnikan dengan etanol 95%, getah bersalin menjadi tepung putih hingga kekuningan dengan rasa dan bau khas. Setelah kering, kemudian ditumbuk dan disaring hingga didapat tepung halus, sehalus tepung beras atau tepung terigu. Kualitas papain sangat ditentukan oleh kekuatan atau kemampuan papain untuk memecah protein. Kemampuan protein ini disebut aktivitas proteolitik (proteolytic activity) yang sering dinyatakan dengan satuan unit. Sehubungan dengan metode analisanya maka dikenal beberapa macam satuan unit diantaranya Food Chemical Codex Units (FCCU), Milk Clotting Units (MCU), Casein Disgestion Units (CDU), Soxhlet Units (SU), namun metode yang paling sederhana, mudah dan banyak digunakan dalam penelitian kualitas papain perdagangan dunia adalah MCU atau metode penggumpalan susu. Metode ini didasarkan pada waktu yang digunakan oleh satuan berat papain untuk menggumpalkan satu satuan volume susu dalam suhu tertentu. Papain yang dihasilkan dari getah dan daun ternyata memiliki aktivitas proteolitik sekitar 200 MCU/gr sedangkan dari buah sekitar 400 MCU/gr.
1.2. Enzim Bromelin
Enzim adalah satu atau kumpulan beberapa dari gugus polipeptida yang berfungsi sebagai katalis dan mampu mempercepat terjadinya proses reaksi tanpa habis bereaksi dalam suatu reaksi kimia. Senyawa ini merupakan biokatalisator organik yang dihasilkan oleh sel. Bromelin adalah enzim protease yang dapat menghirolisis ikatan peptida protein menjadi molekul yang lebih kecil yaitu asam amino sehingga lebih mudah dicerna tubuh. Bromelin merupakan enzim yang diisolasi dari buah, batang nanas, ataupun kulit nanas. Kandungan enzim bromelain tertinggi terdapat pada bagian daging buah masak, yaitu 0,080-dan 0,125 %. Enzim ini mudah diperoleh karena tanamannya dapat berbuah sepanjang tahun tanpa bergantung oleh musim, sehingga dapat juga menghemat biaya. Bromelin adalah enzim yang diperoleh dari sari atau batang buah nanas (Ananas comosus) dan banyak digunakan dalam proses chilled proofing bir karena dapat menghidrolisis habis protein menjadi bagian-bagian yang larut sehingga tidak dapat keruh. Baik buah nanas yang muda maupun yang tua mengandung bromelin, bahkan keaktifan bromelin dari buah yang lebih muda lebih tinggi bila dibanding buah yang lebih tua. Enzim bromelin dapat diperoleh dengan cara mengempa batang tanaman nanas dan diendapkan sarinya dengan aseton. Seperti papain, bromelin tergolong kelompok enzim protease sulfihidril. Bedanya dengan papain, enzim bromelinn merupakan glukoprotein sedangkan papain merupakan protein. Sisi aktif dari ezim bromelin mengandung gugus sistein dan histidin yang penting untuk aktifitas enzim. Nilai pH optimal berkisar antara 6-7,5. Enzim ini bersifat stabil terhadap panas sampai suhu 60-80˚C. 1.3. Perbandingan Kinerja Penelitian pembuatan Virgin Coconut Oil (VCO) dilakukan dengan menggunakan enzim papain dan enzim bromelin dengan waktu inkubasi selama 20 jam pada temperatur 50oC. penambahan enzim papain dan enzim bromelin dilakukan dengan variasi 0,4;0,6;0,8;1,0; dan 1,2 gr. Enzim papain yang digunakan berasal dari buah pepaya sedangkan enzim bromelin diperoleh dari buah nanas. Perolehan minyak dari santan dapat dilakukan dengan memecahkan emulsi dari santan tersebut. Kestabilan emulsi terjadi karena tegangan antarmuka minyak-protein lebih tinggi daripada tegangan antarmuka protein-air dalam butiran koloidal. Tegangan antarmuka protein-air akan menuju nilai tegangan minyak-protein kemudian kestabilan sistem emulsi akan terganggu sehingga emulsi dapat dipecahkan dan sebagai hasilnya akan diperoleh minyak. Hasil penelitian menunjukkan jumlah minyak paling banyak didapat dengan penambahan enzim bromelin sebanyak 2 gr sedangkan dengan penambahan enzim papain sebanyak 8 gr. Hal ini disebabkan semakin banyak enzim bromelin yang ditambahkan, kondisi akan semakin asam sehingga daya kerja enzim bromeli dalam pemecahan emulsi tidak maksimal. Jumlah minyak yang terbesar pada penambahan enzim bromeline sebanyak 2 gr dalam krim santan 200 gram dengan lama pendiaman 20 jam. Jika dibandingkan dengan tanpa penambahan enzim, jumlah minyak yang didapat lebih banyak daripada dengan penambahan enzim. Adanya kenaikan keasaman pada saat pencampuran menyebabkan bromelin yang dapat bekerja optimum pada pH 8 dengan adanya perubahan keasaman tersebut tidak dapat bekerja secara maksimal dalam pemecahan protein santan tersebut. Hal ini karena tegangan permukaan cairan turun dan berpengaruh terhadap penurunan viskositas sehingga globula-globula lemak cenderung terdispersi yang meyebabkan luas permukaan fase internal lebih luas dan mengakibatkan berkurangnya minyak yang dapat diemulsikan oleh protein. Berdasarkan hasil analisa VCO yang diperoleh dari penambahan enzim bromelin 2 gr didapat asam laurat sebanyak 48,0%. Kandungan asam laurat sesuai dengan range pada standar mutu VCO yaitu 43-53%. Jumlah minyak yang terbesar pada penambahan enzim papain sebanyak 8 gr dalam krim santan 200 gr dengan lama pendiaman 20 jam. Jika dibandingkan dengan tanpa penambahan enzim jumlah minyak yang didapat lebih banyak daripada dengan penambahan enzim. Adanya kenaikan keasaman pada saat pencampuran menyebabkan papain yang dapat bekerja optimum pada pH 7 dengan adanya perubahan keasaman tersebut tidak dapat bekerja secara maksimal dalam pemecahan protein santan tersebut. Hal ini karena tegangan permukaan cairan turun dan berpengaruh terhadap penurunan viskositas sehingga globula-globula lemak cenderung terdispersi yang meyebabkan luas permukaan fase internal menjadi lebih luas dan mengakibatkan berkurangnya minyak yang dapat diemulsikan oleh protein. Berdasarkan hasil analisa minyak VCO yang diperoleh dari penambahan enzim papain 8 gr didapat asam laurat sebanyak 46,0%. Kandungan asam laurat sesuai dengan range pada standar mutu VCO yaitu 43-53% (Edahwati, 2011). Penelitian pembuatan VCO menggunakan metode enzimatis dan konversinya menjadi sabun padat transparan dengan menggunakan enzim bromelin pada nanas. Variasi yang dilakukan untuk penelitian ini adalah variasi jumlah enzim yang diwakilkan dengan variasi berat nanas. Bonggol nanas yang digunakan yaitu dengan variasi 50,75, dan 100 gr. Perusakan protein atau denaturasi protein untuk dapat mendapatkan minyak kelapa dapat dilakukan dengan cara enzimatis. Pada pembuatan minyak kelapa dengan cara enzimatis, enzim bromelin mampu memecah ikatan protein minyak yang berada pada emulsi santan. Enzim bromelin bekerja dengan merusak adalah protein bukan lemaknya, dengan rusaknya protein maka ikatan lipoprotein dalam santan juga akan terputus dengan sendirinya. Minyak yang diikat oleh ikatan tersebut kemudian akan keluar dan mengumpul menjadi satu. Minyak kelapa yang dihasilkan akan meningkat dengan penambahan jumlah bonggol nanas, hal ini terjadi karena semakin banyak bonggol nanas maka semakin banyak pula enzim bromelin yang akan memecah ikatan protein minyak pada emusi santan, sehingga semakin banyak pula minyak kelapa yang dihasilkan. Lama waktu fermentasi untuk memperoleh minyak kelapa dengan metode enzimatis adalah ± 20 jam. Hasil minyak kelapa maksimal didapatkan pada penggunaan bonggol nanas sebanyak 100 gr yang menghasilkan minyak kelapa sebanyak 155 ml. Hasil minimal didapatkan pada pengunaan bonggol nanas 50 gram yang hanya menghasilkan minyak kelapa sebanyak 107 ml (Sari dkk, 2010). Penelitian lain pembuatan VCO dilakukan dengan menggunakan tiga metode sekaligus yaitu enzimatis, sentrifugasi, dan pemanasan dengan kondisi yang sama untuk setiap sampel yakni temperatur santan 65oC, lama pengenziman 24 jam, dan kecepatan putaran sentrifuge 3000 rpm. Hasil penelitian dapat dilihat bahwa densitas VCO yang terbentuk berkisar antara 0,900-0,920 gr/m. Densitas minyak yang didapatkan cukup bervariasi yang berawal naik dari penambahan persentase papain dari 15% sampai 30% dan turun di 45% lalu kemudian naik kembali di 75%, dimana pada persentase penambahan papain sebesar 30 % memiliki densitas VCO yang lebih besar yaitu 0,917 gr/ml yang hampir mendekati densitas VCO pada persentase penambahan papain 75% sebesar 0,919 gr/ml, sedangkan pada persentase penambahan VCO sebesar 45 % memiliki densitas VCO paling kecil yaitu 0,905 gr/ml. Ini berarti bahwa perubahan densitas dipengaruhi oleh persentase penambahan papain karena dipengaruhi oleh aktifitas enzim dalam memecah ikatan protein yang mengikat minyak kelapa tersebut. Indeks bias VCO yang dihasilkan pun sangat bervariasi yang dipengaruhi oleh persentase penambahan papain yang berbeda-beda. Persentase penambahan papain sebesar 75% memiliki indeks bias VCO paling besar yaitu 1,4448 sedangkan pada persentase penambahan papain sebesar 45% memiliki indeks bias VCO sangat kecil yaitu 1,4433. Indeks bias VCO yang diperoleh bervariasi yang berawal naik dari penambahan persentase papain dari 15% sampai 30% dan turun di 45% lalu kemudian naik kembali di 75%. Ini serupa dengan densitas VCO yang dihasilkan. Persentase asam lemak bebas VCO yang dihasilkan juga ikut bervariasi yang dipengaruhi oleh persentase penambahan papain yang berbeda- beda. Persentase asam lemak bebas VCO yang diperoleh sangat bervariasi yang berawal naik dari penambahan persentase papain dari 15% sampai 30% dan turun di 45% lalu kemudian naik kembali di 75%. Ini berarti bahwa persentase penambahan persentase papain optimal dan ekonomis dicapai pada penambahan persentase papain sebesar 30% (Moeksin dkk, 2008). DAFTAR PUSTAKA
Edahwati, L. 2011. Aplikasi Penggunaan Enzym Papain dan Bromelin terhadap
Perolehan VCO. Jawa Timur: UPN Press. Moeksin, R,. dkk. 2008. Pengaruh Penambahan Papain terhadap Kualitas VCO dengan Metode Enzimatis, Sentrifugasi, dan Pemanasan. Jurnal Teknik Kimia. Vol. 15(1): 11-14. Sari, T. I., dkk. 2010. Pembuatan VCO dengan Metode Enzimatis dan Konversinya menjadi Sabun Padat Transparan. Jurnal Teknik Kimia. Vol. 3(17): 50-58.