Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

PENGENALAN BAHAN-BAHAN KIMIA

KELOMPOK III
ALPIAN H311 16 023
HASMAWATI ASRI H311 16 024
AYU SHAFIRA H311 16 025
REKY ASRUDIN H311 16 301
AMALIAH MUTMAINNA H311 16302

JURUSAN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2017
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kecelakaan kerja tidak saja menimbulkan korban jiwa maupun kerugian materi bagi
pekerja dan pengusaha, tetapi juga dapat mengganggu proses produksi secara menyeluruh,
merusak lingkungan yang pada akhirnya akan berdampak pada masyarakat luas.
Setiap orang membutuhkan pekerjaan untuk memenuhi kebutuan hidupnya. Dalam
bekerja Keselamatan dan kesehatan kerja (K3) merupakan faktor yang sangat penting untuk
diperhatikan karena seseorang yang mengalami sakit atau kecelakaan dalam bekerja akan
berdampak pada diri, keluarga dan lingkungannya. Salah satu komponen yang dapat
meminimalisir Kecelakaan dalam kerja adalah tenaga kesehatan. Tenaga kesehatan
mempunyai kemampuan untuk menangani korban dalam kecelakaan kerja dan dapat
memberikan penyuluhan kepada masyarakat untuk menyadari pentingnya keselamatan dan
kesehatan kerja.
Tingkat bahaya keracunan yang ditimbulkan oleh limbah tergantung pada jenis dan
karakteristik limbah. Karakteristik limbah dipengaruhi oleh ukuran partikel (mikro),
sifatnya dinamis, penyebarannya luas dan berdampak panjang atau lama. Sedangkan
kualitas limbah dipengaruhi oleh volume limbah, kandungan bahan pencemar dan frekuensi
pembuangan limbah.
Berdasarkan karakteristiknya, limbah industri dapat digolongkan menjadi 4 yaitu
limbah cair, limbah padat, limbah gas dan partikel serta limbah B3 (Bahan Berbahaya dan
Beracun) Untuk mengatasi limbah diperlukan pengolahan dan penanganan limbah. Pada
dasarnya pengolahan limbah ini dapat dibedakan menjadi: pengolahan menurut tingkatan
perlakuanpengolahan menurut karakteristik limbah.
Banyak kecelakaan laboratorium berupa kebakaran, peledakan atau kebocoran bahan kimia
beracun dan korosif yang dimuali dari tempat penyimpanan bahan. Ini dapat terjadi sebagai
akibat penyimpanan bahan yang kurang aman, baik ditinjau dari ruang penyimpanan
maupun sistem penataan bahan. Letak gudang yang selalu terpencil, menyebabkan jarang
diadakan inspeksi sehingga adanya kondisi berbahaya dalam gudang terlambat untuk dapat
diketahui.
Bahan-bahan yang disimpan dalam gudang, bukan berarti “tidur nyenyak”, tetapi
bahan-bahan tersebut akan tetap reaktif terhadap lingkungan. Interaksi dapat terjadi antara
bahan dengan panas atau sumber penyalaan, uap air dan oksigen dalam udara, wadah dan
bahan lain. Melupakan sifat-sifat di atas akan dapat menimbulkan kebakaran, peledakan
dan keracunan atau kombinasi diantara ketiganya.
Penyimpanan bahan kimia dalam jenis dan jumlah yang banyak memerlukan pengetahuan
akan syarat-syarat penyimpanan. Kecelakaan dalam gudang kimia dapat menimbulkan
cedera bahkan kematian, selain kehilangan bahan kimia yang mahal. Prinsip dasar
penyimpanan di bawah ini apabila diterapkan, dapat mengurangi resiko penyimpanan
bahan.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimanakah pengertian K3 dan B3?
2. Bagaimana penerapan K3 dalam laboratorium?
3. Bagaimanakah penanganan bahan kimia di laboratorium yang mudah meledak?
4. Bagaimanakah peyimpanan dan perawatan bahan kimia di laboratorium yang mudah
meledak?
5. Bagaimana mengenali bahan-bahan kimia?

C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui bagaimana pengertian K3 dan B3.
2. Untuk mengetahui bagaimana penerapan K3 dalam laboratorium.
3. Untuk mengetahui bagaimana penanganan bahan kimia di laboratorium yang mudah
meledak.
4. Untuk mengetahui bagaimana peyimpanan dan perawatan bahan kimia di laboratorium
yang mudah meledak.
5. Untuk mengetahui bagaimana mengenali bahan-bahan kimia.
BAB II
PEMBAHASAN

Pengelolaan merupakan suatu proses pendayagunaan sumber daya secara efektif dan efisien
untuk mencapai suatu sasaran yang diharapkan secara optimal dengan memperhatikan keberlanjutan
fungsi sumber daya. Menurut Suharsimi Arikunto (1993,33), istilah pengelolaan dianggap bersinonim
dengan manajemendanadministrasi.Oleh karena itu,pengertian manajemen adalah suatu usaha
bersama sekelompok manusia untuk mencapai tujuan. Organisasi secara efektif dan efisien dengan
menggunakan segala upaya dan daya yang ada.Manajemen fasilitas laboratorium sangat penting
artinya bagi sebuah organisasi pendidikan sebagai usaha untuk mencapai tujuan.
Jadi, dapat disimpulkan, bahwa pengelolaan merupakan suatu proses pendaya gunaan
sumber daya secara efektif dan efisien untuk mencapai suatu sasaran yang diharapkan secara optimal
dengan memperhatikan keberlanjutan fungsi sumber daya. Henri Fayol (1996:86) menyatakan
bahwa pengelolaan hendaknya dijalankan berkaitan dengan unsur atau fungsi-fungsi manajer, yakni
perencanaan, pengorganisasian, pemberian komando, pengkoordinasian, dan pengendalian.
Sementara Luther M Gullick (1993:31) menyatakan fungsi-fungsi manajemen yang penting
adalah perencanaan, pengorganisasian, pengadaan tenaga kerja, pemberian bimbingan,
pengkoordinasian, pelaporan, dan penganggaran. Pengelolaan laboratorium berkaitan dengan
pengelola dan pengguna, fasilitas laboratorium (bangunan, peralatan laboratorium, spesimen biologi,
bahan kimia), dan aktivitas yang dilaksanakan di laboratorium yang menjaga keberlanjutan
fungsinya.
Dalam pengelolaan laboratorium, pengelolaannya meliputi beberapa aspek yaitu sebagai
berikut:
1. Perencanaan
2. Penataan
3. Pengadministrasian
4. Pengamanan, perawatan, dan pengawasan
Di bawah ini akan dijelaskan secara rinci mengenai aspek-aspek tersebut di atas.
1. Perencanaan
Perencanaan merupakan sebuah proses pemikiran yang sistematis, analitis, logis tentang
kegiatan yang harus dilakukan, langkah-langkah, metode, SDM, tenaga dan dana yang dibutuhkan
untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan secara efektif dan efisien.
Perencanaan ini dimaksudkan untuk merencakan konsep dari suatu laboratorium itu sendiri.
Bagaimanakah bentuk laboratorum yang ideal? Berapa besarkah ukurannya? Pertanyaan-
pertanyaan ini tidak serta merta dapat kita dijawab, karena sebuah laboratium dibangun
untuk tujuan tertentu. Artinya sebelum laboratoium itu dibangun harus tahu dulu untuk
keperluan apa dan untuk dipakai siapa laboratorium tersebut. Misalnya laboratorium yang
akan digunakan untuk pembelajaran Biologi di Sekolah Menengah tentunya akan memiliki
bentuk yang berbeda dengan laboratorium untuk penelitian. Demikian pula, laboratorium
untuk penelitian atau percobaan fisiologi tumbuhan akan berbeda dengan laboratorium
untuk ekologi. Pada umumnya bentuk, ukuran dan tata ruang suatu laboratorium didesain
sedemikian rupa sehingga pemakai laboratorium mudah melakukan aktivitasnya.
Disamping bentuk, ukuran laboratorium perlu mendapat perhatian, karena fungsi
laboratorium di sekolah-sekolah tidak hanya digunakan untuk percobaan yang bersifat
individual. Umumnya laboratorium digunakan untuk berbagai kegiatan percobaan dalam
konteks proses belajar mengajar. Jumlah siswa yang melebihi kapasiitas ruangan
laboratorium dalam satu kali percobaan akan mengganggu kenyamanan dan jalannya
percobaan atau aktivitas lainnya. Sebuah laboratorium dengan ukuran lantai seluas 100
m2 dapat digunakan oleh sekitar 40 orang siswa, dengan rasio setiap siswa menggunakan
temp1at seluas 2,5 m2dari keseluruhan luas laboratorium. Laboratorium untuk keperluan
praktikum mahasiswa membutuhkan ukuran lebih luas lagi, misalnya 3 – 4 m2 untuk setiap
mahasiswa.

2. Penataan
Tata letak peralatan adalah suatu bentuk usaha pengaturan penempatan peralatan di
laboratorium, sehingga laboratorium tersebut berwujud dan memenuhi persyaratan untuk
beroperasi. Kata pengaturan dalam kalimat di atas mengandung makna yang sangat luas,
yaitu bahwa dalam mewujudkan suatu laboratorium yang layak operasi diperlukan
penempatan perlatan yang tersusun yang rapi berdasar kepada proses dan langkah-langkah
penggunaan/aktivitas dalam laboratorium yang diharapkan, begitu pula dengan daerah kerja
harus memiliki luas yang memungkinkan pengguna/pekerja/operator dapat bergerak bebas,
aman dan nyaman, di samping lalu lintas bahan yang akan digunakan dapat sampai ke
tempat kerja dengan mudah dan lancar. Tujuan Tata Letak laboratorium adalah :
a) Mengurangi hambatan dalam upaya melaksanakan suatu pekerjaan yang menjadi
tanggung jawabnya.
b) memberikan keamanan dan kenyamanan bagi pengguna/pekerja/operato.
c) Memaksimalkan penggunaan peralatan.
d) Memberikan hasil yang maksimal dengan pendanaan yang minimal
e) Mempermudah pengawasan.
Prinsip-prinsip yang perlu diperhatikan dalam menyusun tata letak peralatan dan perabotan
laboratorium adalah:
a) mudah dilihat
b) mudah dijangkau
c) aman untuk alat
d) aman untuk pemakai

3. Pengadministrasian
Pengadministrasian sering juga disebut sebagai kegiatan menginventaris. Inventaris
adalah sutu kegiatan dan usaha untuk mnyediakan catatan tentang keadaan semua fasilitas,
barang-barang yang dimiliki instansi. kegiatan invetarisasi yang memadai akan dapat
diperoleh pedoman untuk mempersiapan anggaran atau mempersiapkan kegiatan pada
tahun yang akan datang.
Catatan inventaris yang baik akan mempermudah pergantian tanggung jawab dari
pengelola yang satu ke yang lainnya. Inventaris juga akan mempermudah untuk mengetahui
dimana suatu peralatan akan ditempatkan. Dengan demikian akan mempermudahkan
pengontrolan, seperti terhadap kehilangan yang disebabkan oleh kecerobohan atau
kecurian.
Menurut Instruksi Mendikbud No. 4/M/1980 tentang tata pelaksanaan dan pelaporan
hasil inventarisasi barang milik/kekayaan negara di lingkungan Depdikbud, maka ada
beberapa daftar alat inventarisasi yang harus digunakan atau diisi, diantaranya:
a) Buku Induk Barang Inventaris
b) Buku Catatan Barang Inventaris
c) Buku Golongan Barang Inventaris
d) Laporan Triwulan Mutasi barang
e) Daftar Isian Barang
f) Daftar Rekapitulasi barang Inventaris
Pada Table 2.1 f yaitu format bahan kimia yang mudah meledak yang diamati pada
gudang kimia (Terlampir). Sebagai sampel yang akan dijelaskan yaitu alil alkohol.
a. Berbahaya
 Kontak Mata: Periksa dan lepaskan lensa kontak. Dalam kasus kontak, segera
siram mata dengan banyak air sekurang-kurangnya 15 menit. Air dingin dapat
digunakan. Mendapatkan perhatian medis segera.
 Kontak Kulit: Dalam kasus kontak, segera basuh kulit dengan banyak air
sekurang-kurangnya 15 menit saat mengeluarkan pakaian yang terkontaminasi dan
sepatu. Tutupi kulit yang teriritasi dengan yg melunakkan. Air dingin mungkin
pakaian used.Wash sebelum digunakan kembali. Bersihkan sepatu sebelum
digunakan kembali. Mendapatkan perhatian medis segera.
 Kulit Serius Hubungi: Cuci dengan sabun desinfektan dan menutupi kulit
terkontaminasi dengan krim anti-bakteri. Carilah segera medis perhatian.
b. Ledakan Data
 Mudah terbakar Produk: mudah terbakar.
 Auto-Ignition Temperatur: 378 ° C (712,4 ° F)
 Flash Poin: CUP CLOSED: 21 ° C (69,8 ° F).
 Batas mudah terbakar: RENDAH: 2,5% TINGGI: 18%
 Produk dari pembakaran: Produk-produk ini karbon oksida (CO, CO2)..
 Pemadam Kebakaran Media dan Petunjuk: cairan mudah terbakar, larut atau
terdispersi dalam air. KECIL FIRE: Gunakan KERING bubuk kimia. BESAR
FIRE: Gunakan busa alkohol, semprotan air atau kabut. Cool mengandung kapal
dengan jet air untuk mencegah tekanan membangun-up, autosulutan atau ledakan.
c. Pengontrolan Pemaparan / Perlindungan Pribadi
1. Rekayasa Kontrol:
 Sediakan ventilasi atau teknik lain kontrol untuk menjaga konsentrasi udara uap di
bawah masing-masing nilai ambang batas.
 Pastikan bahwa obat cuci mata dan kamar mandi stasiun keselamatan proksimal ke-
stasiun lokasi kerja.
2. Perlindungan Pribadi:
 Kacamata. Lab mantel. Uap respirator. Pastikan untuk menggunakan bersertifikat /
respirator yang disetujui atau setara. Sarung tangan.
3. Perlindungan Pribadi di Kasus sebuah Spill Besar:
 Kacamata. Penuh sesuai. Uap respirator. Boots. Sarung tangan. Sebuah alat bernafas
mandiri harus digunakan untuk menghindari
 inhalasi produk. pakaian pelindung yang disarankan mungkin tidak cukup;
berkonsultasi dengan spesialis SEBELUM penanganan produk.
d. Sifat Fisik dan Kimia

 Keadaan fisik dan penampilan: Cair.

 Bau: Beraroma tajam mustard. (Strong.)

 Rasa: Tidak tersedia.

 Berat Molekul: 58,08 g / mol

 Warna: Tidak berwarna.

 Titik didih: 96,9 (206,4 ° F)

 Melting Point: -129 ° C (-200,2 ° F)

 Spesifik Gravity: 0,854 (Air = 1)

 Kelarutan: Mudah larut dalam air dingin, air panas..

 Korosivitas: Non-korosif di hadapan kaca.


 Polimerisasi: Ya.

e. Identifikasi R
 R10-mudah terbakar.
 R25-Beracun jika tertelan.
 R27-Sangat toksik dalam kontak dengan kulit. R38-Mengiritasi kulit.
 41-Risiko yang serius

4. Pengamanan, perawatan, dan pengawasan


Pada dasarnya pengamanan, perawatan dan pengawasan laboratorium merupakan tanggung
jawab bersama baik pengelola maupun pengguna. Mengatur dan memelihara laboratorium
merupakan upaya agar laboratorium selalu tetap berfungsi sebagaimana mestinya.
Sedangkan upaya menjaga keselamatan kerja mencakup usaha untuk selalu mencegah kemungkinan
terjadinya kecelakaan sewaktu bekerja di laboratorium dan penangannya bila terjadi kecelakaan.
Usaha yang dilakukan dalam memelihara kelancaran penggunaan laboratorium, antara lain:
a) Jadwal penggunaan laboratorium yang jelas
b) Tata tertib laboratorium yang dilaksanakan dengan tegas
c) Alat penanggulangan kecelakaan: pemadam kebakaran, kotak P3K, dll dalam keadaan baik
dan dipahami
Sarana pengamanan yang diperlukan dan harus ditaati di hampir semua laboratorium antara lain:
a) Saluran air dengan kran dan shower
b) Saluran gas dengan kran sentral
c) Jaringan listrik yang dilengkapi dengan sekering atau pemutus arus
d) Kotak p3k yang berisi lengkap obat
e) Nomor telepon kantor pemadam kebakaran, rumah sakit, dan dokter
f) Alat pemadam kebakaran yang siap pakai dan mudah dijangkau
g) Aturan dan tata tertib penanggulangan kecelakaan
Labaratorium dalam menyimpan suatu bahan kimia, perlu memperhatikan kondisi
ruang penimpanan atau gudang yaitu :
1. Letak Gudang
Letak gudang sebaiknya terpisah dari bangunan-bangunan penting lain, agar apabila
terjadi kecelakaan dapat dilokalisasi. Bahkan untuk bahan-bahan yang teramat rawan
seperti amat mudah terbakar atau mudah meledak harus pula disendirikan. Kebakaran
pelarut organik dalam gudang dapat menyebabkan proses pemanasan bahan lain yang
kemudian menjadi reaktif atau eksplosif. Atau pemanasan bahan dapat menghasilkan
bahan-bahan lain yang mungkin toksis atau beracun. Atau juga air yang dipakai untuk
pemadaman api dapat bereaksi dengan bahan kimia tertentu yang eksotermik dan
menimbulkan kebakaran lain.
2. Ventilasi
Adanya ventilasi dalam gudang amat diperlukan agar apabila terjadi kebocoran bahan
mudah terbakar atau beracun dan korosif dapat terencerkan sampai di bawah ambang
bahaya kebakaran atau keracunan fatal. Tanpa ventilasi, adanya bahan organik akan
berakumulasi sampai di atas batas konsentrasi bawah mudah terbakar (low flammable
limit), sehingga berbahaya apabila ada sumber penyalaan seperti loncatan listrik, bara api
dan bolam lampu yang panas. Adanya uap beracun atau korosif tanpa ventilasi akan
berakibat fatal bagi yang masuk atau bekerja dalam gudang.
3. Bebas dari sumber penyalaan
Sumber-sumber penyalaan seperti nyala api, bara rokok, loncatan api listrik atau
loncatan listrik statis harus dijauhkan dari gudang. Pasanglah poster “DILARANG
MEROKOK” atau “AWAS KEBAKARAN” untuk mencegah seorang merokok atau
menghasilkan nyala api. Peralatan-peralatan listrik dalam gudang, perlu di “grounding”kan
agar tidak terjadi loncatan listrik.
4. Ruang dingin
Ruangan yang dingin akan mencegah reaksi penguraian atau memperlambat reaksi. Ini
dapat dipahami karena reaksi-reaksi kimia dapat mulai terjadi apabila energi bahan dapat
mencapai energi aktivasi. Suhu tinggi dalam gudang akan dapat menghantarkan bahan
mencapai energi aktivasi. Kewaspadaan juga mesti diberikan apabila cuaca panas akibat
musin kering yang berkepanjangan dan hal ini akan menambah rawan kondisi setiapgudang
kimia. Selain itu, kenaikan suhu juga akan meningkatkan kecepatan reaksi secara
eksponensial. Sebagai gambaran sederhana, kenaikan suhu 10OC akan mempercepat reaksi
menjadi 2x; 20OC = 4x; 30OC = 8x dan kenaikan suhu 100OC akan menyebahkan kecepatan
reaksi meningkat menjadi 210 atau 1024x.
5. Kering
Banyak bahan kimia yang dapat terhidrolisa oleh air atau uap air dalam udara. Reaksi
hidrolisa yang eksotermis akan meningkatkan suhu yang berakibat seperti di atas.
Penggunaan AC sekaligus dapat mendinginkan dan mengeringkan udara dalam gudang.
Kelembaban lebih rendah dapat dicapai dengan memakai alat “dehumidifier”.
Dengan memahami syarat gudang di atas, dapatlah dipriorotaskan pemenuhan persyaratan
bergantung pada fasilitas yang duipunyai dan nilai bahan yang disimpan. Perlu juga
diketahui tipe-tipe dari bahaya oleh bahan kimia seperti :
1. Ledakan
Ledakan dapat terjadi oleh adanya gesekan, loncatan api, pemanasan atau bantingan
terhadap bahan kimia tertentu. Contoh : Ammonium karbonat akan meledak bila dibanting.
2. Kebakaran
Bahan kimia tertentu dapat menyebabkan kebakaran oleh adanya bunga api, panas,
atau loncatan listrik. Contoh eter akan terbakar oleh adanya nyala api.
Adapula bahan kimia tertentu yang bila berkontak dengan bahan kimia lainnya akan
menimbulkan api. Laboratorium yang banyak menggunakan bahan kimia khususnya bahan
senyawa organik makin rentan terhadap bahaya kebakaran. Sumber-sumber api dapat dari
peralatan yang digunakan untuk pemanasan termasuk dari instalasi listrik. Contoh eter
dapat terbakar dengan jarak 4 meter dari sumber api. Logam Natrium, Butil-Litium bila
kontak dengan air akan menimbulkan api (kebakaran).Terjadinya kebakaran dapat
dimengerti bila kita memahami segitiga api Kebakaran akan terjadi bila tiga unsure di atas
terpenuhi sehingga untuk mencegah kebakaran adalah dengan hanya mengisolasi salah satu
unsure di atas. Bila kebakaran terjadi maka perlu diketahui jenis kebakarannya agar dapat
diambil langkah yang tepat, karena tidak semua kebakaran dapat dipadamkan dengan air.
Secara umum klasifikasi kebakaran didasarkan pada jenis bahan bakarnya seperti tabel di
bawah ini :
Kelas Bahan mudah terbakar (Burning material)
Kebakaran
(Fire Class)
A Kertas, Kayu, Tekstil, Plastik, dan sejenisnya
B Pelarut yang mudah terbakar seperti Benzene,
Toluene, dan Eter
C Instalasi Listrik seperti Travo, dan peralatan listrik
D Logam alkali seperti logam Na dan Li

Memadamkan kebakaran dilakukan dengan cara disesuaikan dengan kelas


kebakarannya sebagai tindakan pertama sebelum memanggil pemadam kebakaran sebagai
berikut :
Tindakan pertama Warna Tabung Untuk Kelas Kebakaran
Air Merah A, B, dan C
Busa (foam) Krem A dan B
Tepung (powder) Biru A,B, C, dan D
Halon (halogen) Hijau A,B, C, dan D
Karbon dioksida Hitam A,B, C, dan D
Pasir - A dan B

Selain alat pemadam kebakaran maka di laboratorium sudah harus disediakan selimut api,
dan manual caara memadamkan kebakaran.
3. Keracunan
Keracunan dapat terjadi melalui mulut (tertelan), lewat kulit dan pernafasan.
Keracunan dapat terjadi secara akut dan kronis. Akut adalah keracunan yang terjadi oleh
pengaru dosis tertentu dalam waktu relative pendek, sedangkan kronis akibatnya baru
dirasakan pada waktu yang relative lama. Untuk keracunan yang disebabkan bahan kimia
dapat didefenisikan sebagai berikut:
4. Bahaya kecil (Nicives)
Bila bahan ini masuk ke dalam tubuh, akan menyebabkan gangguan kesehatan.
5. Korosif
kimia tertentu bila berkontak dengan organ tubuh maka akan merusak jaringan. Contoh
: Brom
6. Iritan
Bila terjadi kontak antara bahan kimia dengan organ tubuh, maka tubuh akan
menjadi lecet misalkan pada mata, kulit dan pernapasan
7. Radiasi
Bahan kimia yang dapat menyebabkan radiasi adalah bahan radioaktif.
Bahan kimia dikemas dalam bebrbagai wadah : berupa botol kaca, polimer, dan kemasan
logam atau kaleng.Bahan berupa cairan biasanya dikemas dalam botol kaca (gelap dan
transparan), Kristal pada umumnya dalam botol polimer, dan powder biasanya dalam
kemasan polimer atau kemasan kalne yang di dalamnya dilengkapindengan kemasan
plastik. Setiap kemasan bahan kimia dilengkapi dengan etiket (label) serta rambu-rambu
tentang bahaya yang dapat terjadi. Selain rambu-rambu di atas adalagi keterangan yang
lebih rinci dengan kode R dan S. Frase-R memberikan petunjuk tentang resiko khusus yang
mungkin timbul dari penanganan bahan-bahan berbahaya. Huruf “R” merupakan
kependekan dari resiko (Risk). Menurut “Ordinance on Hazardous Substances”, Frase-R
harus diseleksi karena klasifikasi suatu bahan dan digunaan untuk pelabelan. Seleksi Frase-
R mengikuti kriteria yang sama dengan petunjuk tentang simbol bahaya dan diskripsi
bahaya. Frase-R terdiri dari satu atau beberapa huruf kode (misalnya, R41: resiko
kerusakan serius pada mata ). Perhatian khusus diberikan untuk R10 (dapat terbakar),
karena kategori ini tidak memiliki simbol bahaya maupun huruf kode. Frase-S memberikan
petunjuk tentang informasi keamanan bahan berbahaya sehingga pengguna dapat
menghindari resiko selama penanganan bahan dan formulasi berbahaya, dan dapat
memperkirakan pelepasan bahan-bahan tesebut, untuk mengendalikan konsekuensi
kecelakaan, dan merekomendasikan pertolongan pertama. Huruf “S” adalah singkatan dari
“Safety” (keamanan). Beberapa arti dari kode-kode R adalah sebagai berikut :
R2 : resiko ledakan oleh goncangan, gesekan, kebakaran atau sumber nyala lain.
R3 : resiko ekstrim ledakan oleh goncangan, gesekan, kebakaran
R5 : pemanasan dapat menyebabkan suatu ledakan
R7 : dapat menyebabkan kebakaran
R8 : dapat menyebabkan kebakaran jika kontak dengan bahan yang mudah terbakar
R10: mudah terbakar
R11: sangat mudah terbakar
R12: amat sangat mudah terbakar
R13: gas dicairkan yang amat sangat mudah terbakar
R15: kontak dengan air melepaskan gas yang sangat mudah terbakar
R17: mudah terbakar secara spontan di udara
R18: dalam penggunaannya, dapat membentuk campuran uap-udara yang mudah
terbakar atau eksplosif
R30: dapat menjadi sangat mudah terbakar
R34: menyebabkan terbakar
R35: menyebabkan kebakaran berat/sangat
Beberapa arti dari kode-kode S adalah sebagai berikut :
S1 : jaga dalam keadaan terkunci
S2 : jauhkan dari anak-anak
S3 : simpan dalam keadaan dingin
S15 : jauhkan dari panas
S16 : jauhkan dari sumber pengapian/nyala – dilarang meokok!
S17 : jauhkan dari bahan mudah terbakar
S21 : dilarang (jangan) merokok
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Berdasarkan dengan apa yang telah dijelaskan, dimana alil alkohol sebagai sampel
yang diidentifikasi bagaimana penanganya jika digunakan, tempat penyimpanan, serta
tempat pembuangan. Tentunya alil alkohol ini disimpan ditempat yang suhunya tidak
tinggi, serta memiliki ventilasi yang sesuai dengan standar. Dalam menggunakan alil
alkohol juga harus dipahami tentang istilah R. Istilah R ini memberikan informasi tenrang
bahan kimia itu sendiri. Sebagai contonya pada alil alkohol biasa dijumpai R10-mudah
terbakar, R25-Beracun jika tertelan, R27-Sangat toksik dalam kontak dengan kulit, R38-
Mengiritasi kulit, dan R41-Risiko yang serius

3.2 Saran
Seaiknya dalam mengidenfikasi bahan-bahan kimia di gudang perlu menggunakan
alat pelindung diri seperti sarung tangan, masker, baju laboratorium, memakai sepatu
tertutup dan lain-lain. Karena dalam mengidentifikasi bahan-bahan kimia safety yang
palung diutamakan, serta perhatikan baik-baik symbol yang ada pada wadah atau botol
tempat dimana bahan kimia tersebut disimpan.

Anda mungkin juga menyukai