Anda di halaman 1dari 102

PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN

NOMOR :
TENTANG
PEDOMAN PELAKSANAAN PERATURAN PEMERINTAH
NOMOR 46 TAHUN 2016 TENTANG TATA CARA PENYELENGGARAAN
KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN,

Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 3 ayat (4),


Pasal 14 ayat (3), Pasal 17 ayat (2), Pasal 18, Pasal 22,
Pasal 24 ayat (2) dan Pasal 31 Peraturan Pemerintah
Nomor 46 Tahun 2016 tentang Tata Cara Penyelenggaraan
Kajian Lingkungan Hidup Strategis, perlu menetapkan
Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan
tentang Pedoman Pelaksanaan Peraturan Pemerintah
Nomor 46 Tahun 2016 Tentang Tata Cara Penyelenggaraan
Kajian Lingkungan Hidup Strategis;

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang


Penataan Ruang (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2007 Nomor 68, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4725);

2. Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2007 tentang


Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007
Nomor 84, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4739) sebagaimana telah diubah
-2-

dengan Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2014


(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014
Nomor 2, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 5490);

3. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang


Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009
Nomor 140, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 5059);

4. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang


Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5587);

5. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2014 tentang


Kelautan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2014 Nomor 294);

6. Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 1999 tentang


Pengawetan Jenis Tumbuhan dan Satwa (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 14);

7. Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 1999 tentang


Pemanfaatan Jenis Tumbuhan dan Satwa Liar
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999
Nomor 15);

8. Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2008 tentang


Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 48,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4833);

9. Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun 2010 tentang


Penyelenggaraan Tata Ruang (Lembaran Negara

Draft Tanggal 21 April 2017


-3-

Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 21,


Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 5103);

10. Peraturan Pemerintah Nomor 104 Tahun 2015 tentang


Tata Cara Perubahan Peruntukan dan Fungsi
Kawasan Hutan (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2015 Nomor 326, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5749);

11. Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun 2016 tentang


Tata Cara Penyelenggaraan Kajian Lingkungan Hidup
Strategis (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2016 Nomor 228, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 5941);

12. Peraturan Presiden Nomor 122 Tahun 2012 tentang


Reklamasi Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2012
Nomor 267);

13. Peraturan Presiden Nomor 2 Tahun 2015 tentang


Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional
Tahun 2015-2019 (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2015 Nomor 3);

14. Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 17


Tahun 2009 tentang Pedoman Penentuan Daya
Dukung Lingkungan Hidup Dalam Penataan Ruang
Wilayah;

15. Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan No.


PER.30/MEN/2010 tentang Rencana Pengelolaan dan
Zonasi Kawasan Konservasi Perairan;

Draft Tanggal 21 April 2017


-4-

16. Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan


Nomor P.18/MenLHK-II/2015 tentang Organisasi dan
Tata Kerja Kementerian Lingkungan Hidup dan
Kehutanan (Berita Negara Republik Indonesia Tahun
2015 Nomor 713);

17. Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan


Nomor P.33/MenLHK-II/2016 tentang Adaptasi
Perubahan Iklim (Berita Negara Republik Indonesia
Tahun 2016 Nomor 521);

MEMUTUSKAN:

Menetapkan : PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN


KEHUTANAN TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN
PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 46 TAHUN 2016
TENTANG TATA CARA PENYELENGGARAAN KAJIAN
LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS.

BAB I

KETENTUAN UMUM

Pasal 1

Dalam Peraturan Menteri ini yang dimaksud dengan:

1. Kajian Lingkungan Hidup Strategis yang selanjutnya


disingkat KLHS adalah rangkaian analisis yang
sistematis, menyeluruh, dan partisipatif untuk
memastikan bahwa prinsip pembangunan
berkelanjutan telah menjadi dasar dan terintegrasi
dalam pembangunan suatu wilayah dan/atau
Kebijakan, Rencana, dan/atau Program.
2. Pembangunan berkelanjutan adalah upaya sadar dan
terencana yang memadukan aspek Lingkungan Hidup,

Draft Tanggal 21 April 2017


-5-

sosial, dan ekonomi ke dalam strategi pembangunan


untuk menjamin keutuhan Lingkungan Hidup serta
keselamatan, kemampuan, kesejahteraan, dan mutu
hidup generasi masa kini dan generasi masa depan.
3. Kebijakan adalah arah atau tindakan yang diambil
oleh Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah untuk
mencapai tujuan pembangunan berkelanjutan.
4. Rencana adalah hasil suatu proses untuk
menentukan tindakan masa depan yang tepat melalui
urutan pilihan, dengan memperhitungkan sumber
daya yang tersedia termasuk rencana tata ruang
wilayah beserta rencana rincinya, Rencana
Pembangunan Jangka Panjang nasional, Rencana
Pembangunan Jangka Panjang daerah, Rencana
Pembangunan Jangka Menengah nasional, dan
Recana Pembangunan Jangka Menengah daerah.

5. Program adalah instrumen kebijakan yang berisi satu


atau lebih kegiatan yang dilaksanakan oleh instansi
Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah untuk
mencapai sasaran dan tujuan serta memperoleh
alokasi anggaran, atau kegiatan masyarakat yang
dikoordinasikan oleh instansi Pemerintah Pusat dan
Pemerintah Daerah.
6. Rencana tata ruang adalah hasil perencanaan tata
ruang.
7. Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional yang
selanjutnya disingkat RTRWN adalah rencana tata
ruang yang bersifat umum dari wilayah nasional yang
merupakan rencana kebijakan dan strategi penataan
ruang wilayah nasional.
8. Rencana Tata Ruang Pulau/Kepulauan yang

Draft Tanggal 21 April 2017


-6-

selanjutnya disingkat RTR Pulau/Kepulauan adalah


rencana rinci yang disusun sebagai penjabaran dan
perangkat operasional dari Rencana Tata Ruang
Wilayah Nasional.
9. Rencana Tata Ruang Kawasan Strategis Nasional
yang selanjutnya disingkat RTR-KSN adalah rencana
rinci dari Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional atas
kawasan yang penataan ruangnya diprioritaskan
karena mempunyai pengaruh sangat penting secara
nasional.
10. Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi yang
selanjutnya disingkat RTRW Provinsi adalah rencana
tata ruang yang bersifat umum dari wilayah provinsi
yang merupakan penjabaran Rencana Tata Ruang
Wilayah Nasional yang memuat rencana kebijakan
operasional dari Rencana Tata Ruang Wilayah
Nasional dan strategi pengembangan wilayah provinsi.
11. Rencana Tata Ruang Kawasan Strategis Provinsi yang
selanjutnya disingkat RTR-KSP adalah rencana rinci
dari Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi atas
kawasan yang penataan ruangnya diprioritaskan
karena mempunyai pengaruh sangat penting secara
provinsi.
12. Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten/Kota yang
selanjutnya disingkat RTRW Kabupaten/Kota adalah
rencana tata ruang yang bersifat umum dari wilayah
kabupaten/kota yang merupakan penjabaran rencana
tata ruang wilayah provinsi yang memuat ketentuan
peruntukan ruang wilayah kabupaten/kota.
13. Rencana Tata Ruang Kawasan Strategis Kabupaten/
Kota yang selanjutnya disingkat RTR-KS Kabupaten/
Kota adalah rencana rinci dari Rencana Tata Ruang

Draft Tanggal 21 April 2017


-7-

Wilayah Kabupaten/Kota atas kawasan yang penataan


ruangnya diprioritaskan karena mempunyai pengaruh
sangat panting secara kabupaten/kota.
14. Rencana Detail Tata Ruang kabupaten/kota yang
selanjutnya disingkat RDTR adalah rencana secara
terperinci tentang rencana tata ruang wilayah
kabupaten/kota yang dilengkapi dengan peraturan
zonasi kabupaten/kota.
15. Rencana Tata Ruang Laut Nasional yang selanjutnya
disingkat RTRLN adalah proses perencanaan untuk
menghasilkan rencana tata ruang laut nasional;
16. Rencana Zonasi Kawasan Strategis Nasional Tertentu
Untuk Pulau-Pulau Kecil Terluar yang selanjutnya
disingkat RZKSNR untuk Pulau-Pulau Kecil Terluar
adalah perencanaan yang dihasilkan dari perencanaan
zonasi kawasan laut;
17. Rencana Zonasi Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil
yang selanjutnya disebut RZWP-3-K adalah rencana
Zonasi Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil yang
bersifat umum, berisi arahan tentang alokasi ruang
dalam rencana Kawasan Pemanfaatan Umum, rencana
Kawasan Konservasi, rencana Kawasan Strategis
Nasional Tertentu, dan rencana Alur Laut.
18. Rencana Zonasi Kawasan Konservasi Perairan yang
selanjutnya disingkat RZKKP adalah suatu rencana
bentuk rekayasa teknik pemanfaatan ruang di
kawasan konservasi perairan melalui penetapan
batas-batas fungsional sesuai dengan potensi sumber
daya dan daya dukung serta proses-proses ekologis
yang berlangsung sebagai satu kesatuan Ekosistem;
19. Rencana Pengelolaan Kawasan Konservasi Perairan
yang selanjutnya disingkat RPKKP adalah dokumen

Draft Tanggal 21 April 2017


-8-

rencana kerja yang dapat dimutakhirkan secara


periodik, sebagai panduan operasional pengelolaan
kawasan konservasi perairan;
20. Rencana induk reklamasi adalah rencana induk
tentang kegiatan yang dilakukan oleh orang dalam
rangka meningkatkan manfaat sumber daya lahan
ditinjau dari sudut lingkungan dan sosial ekonomi
dengan cara pengurugan, pengeringan lahan atau
drainase.
21. Rencana Pembangunan Jangka Panjang yang
selanjutnya disingkat RPJP adalah dokumen
perencanaan pembangunan untuk periode 20 (dua
puluh) tahun.

22. Rencana Pembangunan Jangka Menengah yang


selanjutnya disingkat RPJM adalah dokumen
perencanaan pembangunan untuk periode 5 (lima)
tahun.
23. Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah yang
selanjutnya disebut sebagai RPJP Daerah adalah
dokumen perencanaan pembangunan daerah untuk
periode 20 (dua puluh) tahun.
24. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah
yang selanjutnya disebut RPJM Daerah adalah
dokumen perencanaan pembangunan daerah untuk
periode 5 (lima) tahun sesuai periode masing-masing
pemerintah daerah.
25. Rencana pembangunan pusat pertumbuhan ekonomi
adalah rencana pembangunan pusat-pusat
pertumbuhan yang mempunyai komoditas prospektif
(nilai tambah tinggi dan menciptakan kesempatan
kerja tinggi), terutama yang berada di masing-masing

Draft Tanggal 21 April 2017


-9-

koridor ekonomi.
26. Laporan KLHS adalah dokumen yang memuat proses
dan hasil pembuatan dan pelaksanaan serta hasil
penjaminan kualitas KLHS.
27. Menteri adalah menteri yang menyelenggarakan
urusan pemerintahan bidang perlindungan dan
pengelolaan Lingkungan Hidup.

Pasal 2

Pedoman ini bertujuan untuk memberikan acuan dan


arahan kepada kementerian/lembaga pemerintah non
kementerian, pemerintahan daerah provinsi, dan
pemerintahan daerah kabupaten/kota dalam:

a. pembuatan dan pelaksanaan KLHS, penjaminan kualitas


dan pendokumentasian KLHS, pengintegrasian hasil
KLHS ke dalam Kebijakan, Rencana, dan/atau Program
serta validasi KLHS; dan

b. penyusunan lebih lanjut peraturan teknis tentang


pembuatan dan pelaksanaan KLHS, penjaminan kualitas
dan pendokumentasian KLHS serta pengintegrasian hasil
KLHS ke dalam Kebijakan, Rencana, dan/atau Program.

Pasal 3

Lingkup pengaturan dalam Peraturan Menteri ini meliputi:

a. tata cara penetapan Kebijakan, Rencana, dan/atau


Program yang berpotensi menimbulkan dampak
dan/atau risiko Lingkungan Hidup;

b. pembuatan dan pelaksanaan KLHS;

Draft Tanggal 21 April 2017


- 10 -

c. penjaminan kualitas dan pendokumentasian KLHS;

d. pengintegrasian hasil KLHS kedalam Kebijakan,


Rencana dan/atau Program;

e. validasi KLHS;

f. pembinaan KLHS;

g. pemantauan dan evaluasi KLHS; dan

h. pembiayaan KLHS.

BAB II

TATA CARA PENETAPAN KEBIJAKAN, RENCANA,


DAN/ATAU PROGRAM YANG BERPOTENSI
MENIMBULKAN DAMPAK DAN/ATAU RISIKO
LINGKUNGAN HIDUP

Bagian Kesatu

Umum

Pasal 4

Kebijakan, Rencana, dan/atau Program yang


berpotensi menimbulkan dampak dan/atau risiko
Lingkungan Hidup meliputi :
a. Kebijakan, Rencana, dan/atau Program
pemanfaatan ruang dan/atau lahan yang ada di
daratan, perairan, dan udara yang berpotensi
menimbulkan dampak dan/atau risiko
Lingkungan Hidup;
b. Kebijakan, Rencana, dan/atau Program lain
berdasarkan permintaan masyarakat.

Draft Tanggal 21 April 2017


- 11 -

Bagian Kedua

Tata Cara Penetapan Kebijakan, Rencana, dan/atau


Program yang Berpotensi Menimbulkan Dampak dan/atau
Risiko Lingkungan Hidup

Pasal 5

(1) Penyusun Kebijakan, Rencana, dan/atau Program


menetapkan Kebijakan, Rencana, dan/atau Program
yang berpotensi menimbulkan dampak dan/atau
risiko Lingkungan Hidup yang wajib dilaksanakan
KLHS sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 huruf a.
(2) Penetapan Kebijakan, Rencana, dan/atau Program
yang berpotensi menimbulkan dampak dan/atau
risiko Lingkungan Hidup sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) ditentukan oleh:

a. Menteri atau menteri/kepala lembaga pemerintah


nonkementerian terkait, untuk Kebijakan,
Rencana, dan/atau Program lintas provinsi,
lintas sektor dan diperkirakan menimbulkan
dampak dan/atau risiko Lingkungan Hidup
jangka panjang;
b. Gubernur, untuk Kebijakan, Rencana, dan/atau
Program lintas kabupaten/kota, lintas sektor dan
diperkirakan menimbulkan dampak dan/atau
risiko Lingkungan Hidup jangka panjang.
(3) Menteri atau menteri/kepala lembaga pemerintah
nonkementerian terkait sebagaimana dimaksud pada
ayat (2) huruf a menetapkan Kebijakan, Rencana,
dan/atau Program yang berpotensi menimbulkan
dampak dan/atau risiko Lingkungan Hidup sesuai
dengan tugas dan fungsinya.

Draft Tanggal 21 April 2017


- 12 -

Pasal 6

(1) Penentuan Kebijakan, Rencana, dan/atau Program


yang berpotensi menimbulkan dampak dan/atau
risiko Lingkungan Hidup sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 5 ayat (2) dilakukan melalui proses
penapisan.
(2) Dalam pelaksanaan proses penapisan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1):
a. Menteri atau menteri/kepala lembaga pemerintah
nonkementerian terkait menunjuk Pejabat Eselon
I yang bertugas dan bertanggung jawab di bidang
Lingkungan Hidup.
b. Gubernur menunjuk Kepala Perangkat Daerah
Provinsi yang menyelenggarakan urusan
pemerintahan bidang Lingkungan Hidup.
Pasal 7

(1) Pejabat Eselon I atau Kepala Perangkat Daerah


Provinsi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat (2)
melakukan proses penapisan melalui tahapan:
a. menguji silang materi muatan Kebijakan,
Rencana, dan/atau Program yang berpotensi
menimbulkan dampak dan/atau risiko
Lingkungan Hidup dengan kriteria dampak
dan/atau risiko Lingkungan Hidup dan
pembangunan berkelanjutan;
b. menetapkan Kebijakan, Rencana, dan/atau
Program yang berpotensi menimbulkan dampak
dan/atau risiko Lingkungan Hidup, yang wajib
membuat dan melaksanakan KLHS;
c. penetapan Kebijakan, Rencana, dan/atau
Program yang berpotensi menimbulkan dampak

Draft Tanggal 21 April 2017


- 13 -

dan/atau risiko Lingkungan Hidup sebagaimana


dimaksud pada huruf b dituangkan dalam Berita
Acara yang wajib diumumkan bersifat terbuka
dan dapat diakses oleh public;
(2) Kriteria dampak dan/atau risiko Lingkungan Hidup
dan pembangunan berkelanjutan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) huruf a, meliputi:
1. perubahan iklim;
2. kerusakan, kemerosotan, dan/atau kepunahan
keanekaragaman hayati;
3. peningkatan intensitas dan cakupan wilayah
bencana banjir, longsor, kekeringan, dan/atau
kebakaran dan lahan;
4. penurunan mutu dan kelimpahan sumber daya
alam;

5. peningkatan alih fungsi kawasan hutan dan/atau


lahan;
6. peningkatan jumlah penduduk miskin atau
terancamnya keberlanjutan penghidupan
sekelompok masyarakat; dan/atau
7. peningkatan risiko terhadap kesehatan dan
keselamatan manusia.
(3) Proses penapisan sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) sebagaimana tercantum dalam Lampiran I yang
merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan
Menteri ini.
(4) Format Berita Acara sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) huruf c sebagaimana tercantum dalam Lampiran II
yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari
Peraturan Menteri ini.

Draft Tanggal 21 April 2017


- 14 -

Pasal 8

Dalam hal Berita Acara sebagaimana dimaksud dalam


Pasal 7 ayat (1) huruf c menyatakan bahwa Kebijakan,
Rencana, dan/atau Program yang berpotensi
menimbulkan dampak dan/atau risiko Lingkungan
Hidup wajib dibuat dan dilaksanakan KLHS, maka :
a. Pejabat Eselon I yang bertugas dan bertanggung
jawab di bidang Lingkungan Hidup wajib untuk
menindaklanjuti hasil penapisan sesuai dengan
jenis materi muatan Kebijakan, Rencana
dan/atau Program.
b. Kepala Perangkat Daerah provinsi yang
menyelenggarakan urusan pemerintahan bidang
Lingkungan Hidup wajib untuk menindaklanjuti
hasil penapisan sesuai dengan jenis materi
muatan Kebijakan, Rencana, dan/atau Program.
Pasal 9

(1) Selain Kebijakan, Rencana, dan/atau Program


sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 huruf a,
Menteri atau Gubernur menetapkan Kebijakan,
Rencana, dan/atau Program lain yang wajib KLHS
berdasarkan permintaan masyarakat sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 4 huruf b.
(2) Kebijakan, Rencana, dan/atau Program lain yang
wajib KLHS sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
didasarkan atas surat permohonan dari perwakilan
kelompok masyarakat yang terkena dampak dan/atau
risiko Lingkungan Hidup dari Kebijakan, Rencana,
dan/atau Program.
(3) Surat permohonan sebagaimana dimaksud pada ayat
(2) ditujukan kepada:
a. Menteri untuk indikasi dampak lintas provinsi;

Draft Tanggal 21 April 2017


- 15 -

atau
b. Gubernur untuk indikasi dampak lintas dan
lingkup kabupaten/kota.
(4) Penetapan Kebijakan, Rencana, dan/atau Program
lain yang wajib KLHS berdasarkan permintaan
masyarakat sebagaimana dimaksud pada ayat (2),
dilakukan melalui proses penapisan.
(5) Dalam pelaksanaan proses penapisan sebagaimana
dimaksud pada ayat (4):
a. Menteri menunjuk Pejabat Eselon I yang bertugas
dan bertanggung jawab di bidang tata
lingkungan;
b. Gubernur menunjuk Kepala Perangkat Daerah
Provinsi yang menyelenggarakan urusan
pemerintahan bidang Lingkungan Hidup;

(6) Format surat permohonan sebagaimana dimaksud


pada ayat (2) sebagaimana tercantum dalam Lampiran
III yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari
Peraturan Menteri ini.

Pasal 10

(1) Proses penapisan sebagaimana dimaksud dalam Pasal


9 ayat (4) dilakukan melalui tahapan:
a. menentukan batas wilayah kajian berdasarkan
batas ekosistem dan ekoregion;
b. menginventarisasi materi muatan Kebijakan,
Rencana, dan/atau Program yang diperoleh
antara lain dari Rencana Tata Ruang Wilayah,
Rencana Pembangunan Jangka Panjang/
Menengah, Izin Usaha dan/atau Kegiatan;
c. menguji silang materi muatan Kebijakan,

Draft Tanggal 21 April 2017


- 16 -

Rencana, dan/atau Program dengan kriteria


dampak dan/atau risiko Lingkungan Hidup dan
pembangunan berkelanjutan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 7 ayat (2);
d. menetapkan Kebijakan, Rencana, dan/atau
Program berdasarkan permintaan masyarakat
yang wajib dibuat dan dilaksanakan KLHS;
e. penetapan Kebijakan, Rencana, dan/atau
Program berdasarkan permintaan masyarakat
sebagaimana dimaksud pada huruf d dituangkan
dalam Berita Acara yang wajib diumumkan
bersifat terbuka dan dapat diakses oleh publik.
(2) Hasil uji silang sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf c sebagaimana tercantum dalam Lampiran IV
yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari
Peraturan Menteri ini.
(3) Format Berita Acara sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) huruf e sebagaimana tercantum dalam Lampiran V
yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari
Peraturan Menteri ini.

Pasal 11

Dalam hal Berita Acara sebagaimana dimaksud dalam


Pasal 10 ayat (1) huruf e menyatakan bahwa
Kebijakan, Rencana, dan/atau Program lain
berdasarkan permintaan masyarakat wajib dibuat dan
dilaksanakan KLHS, maka :
a. Menteri berkoordinasi dengan menteri/kepala
lembaga non kementerian untuk menetapkan
Kebijakan, Rencana, dan/atau Program hasil
penapisan;
b. Menteri menyampaikan penetapan hasil

Draft Tanggal 21 April 2017


- 17 -

penapisan Kebijakan, Rencana, dan/atau


Program kepada menteri/kepala lembaga non
kementerian terkait sesuai dengan jenis materi
muatan Kebijakan, Rencana, dan/atau Program
untuk menindaklanjutinya;
c. gubernur menugaskan Kepala Perangkat Daerah
provinsi yang menyelenggarakan urusan
pemerintahan bidang Lingkungan Hidup sesuai
dengan jenis materi muatan Kebijakan, Rencana,
dan/atau Program untuk menindaklanjutinya.

Bagian Ketiga

Pengecualian Kewajiban Penyelenggaraan KLHS


Pasal 12

(1) Kewajiban penyelenggaraan KLHS dikecualikan


terhadap Kebijakan, Rencana, dan/atau Program
tentang:
a. tanggap darurat bencana; dan
b. kondisi darurat pertahanan dan keamanan.
(2) Status tanggap darurat ataupun kondisi darurat
pertahanan dan keamanan sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) huruf a dan huruf b, ditetapkan oleh
menteri teknis atau gubernur, bupati/walikota, sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

BAB III
PEMBUATAN DAN PELAKSANAAN KLHS

Bagian Kesatu

Umum

Draft Tanggal 21 April 2017


- 18 -

Pasal 13

(1) Penyusun Kebijakan, Rencana, dan/atau Program


adalah Menteri, menteri/kepala lembaga pemerintah
nonkementerian terkait, gubernur, atau
bupati/walikota yang bertanggung jawab terhadap
penyusunan atau evaluasi Kebijakan, Rencana,
dan/atau Program.
(2) Kebijakan, Rencana, dan/atau Program sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) meliputi:
a. Kebijakan, Rencana, dan/atau Program
Pemerintah;
b. Kebijakan, Rencana, dan/atau Program
Pemerintah Daerah provinsi;
c. Kebijakan, Rencana, dan/atau Program
Pemerintah Daerah kabupaten/kota;
Bagian Kedua

Pembuatan dan Pelaksanaan KLHS


untuk Kebijakan, Rencana dan Program Pemerintah

Pasal 14

(1) Menteri dan/atau menteri/kepala lembaga pemerintah


non kementerian wajib membuat dan melaksanakan
KLHS untuk Kebijakan, Rencana dan/atau Program
pemerintah sebagaimana tercantum dalam Pasal 13
ayat (2) huruf a, yang meliputi:

a. RTRWN;

b. RTR Pulau/Kepulauan;

c. RTR-KSN;

d. RTRLN;

e. RZKSNT Untuk Pulau-Pulau Kecil Terluar;

Draft Tanggal 21 April 2017


- 19 -

f. Rencana Pengelolaan dan Zonasi Kawasan


Konservasi Perairan;

g. Rencana Induk Reklamasi Tingkat Nasional;

h. RPJP Nasional;

i. RPJM Nasional;

j. Rencana Pembangunan Pusat Pertumbuhan


Ekonomi Tingkat Nasional.

k. Kebijakan, Rencana dan/atau Program yang


berpotensi menimbulkan dampak dan/atau risiko
Lingkungan Hidup tingkat nasional.

l. Kebijakan, Rencana dan/atau Program lain


berdasarkan permintaan masyarakat.

(2) Pembuatan dan pelaksanaan KLHS dilakukan pada


saat penyusunan atau evaluasi Kebijakan, Rencana
dan/atau Program sebagaimana dimaksud pada ayat
(1).

(3) Pembuatan dan pelaksanaan KLHS sebagaimana


dimaksud pada ayat (1) huruf a, huruf b dan huruf c,
dilakukan oleh menteri yang menyelenggarakan
urusan pemerintahan di bidang penataan ruang.

(4) Pembuatan dan pelaksanaan KLHS sebagaimana


dimaksud pada ayat (1) huruf d, huruf e, huruf f dan
huruf g, dilakukan oleh menteri yang
menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang
kelautan.

(5) Pembuatan dan pelaksanaan KLHS sebagaimana


dimaksud pada ayat (1) huruf h dan huruf i,
dilakukan oleh menteri/kepala lembaga pemerintah

Draft Tanggal 21 April 2017


- 20 -

nonkementerian yang menyelenggarakan urusan


pemerintahan di bidang perencanaan pembangunan
nasional.

(6) Pembuatan dan pelaksanaan KLHS sebagaimana


dimaksud pada ayat (1) huruf j dilakukan oleh menteri
yang mengoordinasikan penyelenggaraan urusan
pemerintahan di bidang perekonomian nasional.

(7) Pembuatan dan pelaksanaan KLHS sebagaimana


dimaksud pada ayat (1) huruf k dan huruf l dilakukan
oleh menteri/kepala lembaga non kementerian terkait
sesuai dengan jenis materi muatan Kebijakan,
Rencana, dan/atau Program.

Pasal 15

(1) Dalam rangka pembuatan dan pelaksanaan KLHS


sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14, Menteri
dan/atau menteri/kepala lembaga pemerintah
nonkementerian membentuk Kelompok Kerja KLHS.

(2) Kelompok Kerja KLHS sebagaimana dimaksud pada


ayat (1) terdiri atas:

a. Ketua yang berasal dari:


1. Pejabat Eselon I yang bertugas dan bertanggung
jawab menyusun atau mengevaluasi RTRWN,
RTR Pulau/Kepulauan dan RTR-KSN, pada
kementerian yang menyelenggarakan urusan
pemerintahan di bidang penataan ruang;
2. Pejabat Eselon I yang bertugas dan bertanggung
jawab menyusun atau mengevaluasi RTRLN,
RZKSN untuk Pulau-Pulau Kecil Terluar,

Draft Tanggal 21 April 2017


- 21 -

Rencana Pengelolaan dan Zonasi Kawasan


Konservasi Perairan, dan Rencana Induk
Reklamasi nasional, pada kementerian yang
menyelenggarakan urusan pemerintahan di
bidang kelautan;
3. Pejabat Eselon I yang bertugas dan bertanggung
jawab menyusun atau mengevaluasi RPJP dan
RPJM nasional, pada kementerian atau lembaga
pemerintah nonkementerian yang menye-
lenggarakan urusan pemerintahan di bidang
perencanaan pembangunan nasional;
4. Pejabat Eselon I yang bertugas dan bertanggung
jawab menyusun atau mengevaluasi rencana
Pembangunan Pusat Pertumbuhan Ekonomi
Tingkat Nasional pada kementerian yang
mengoordinasikan penyelenggaraan urusan
pemerintahan di bidang perekonomian nasional;
atau
5. Pejabat Eselon I pada kementerian teknis
terkait, untuk Kebijakan, Rencana dan/atau
Program yang berpotensi menimbulkan dampak
dan/atau risiko Lingkungan Hidup dan
Kebijakan, Rencana dan/atau Program lain
berdasarkan permintaan masyarakat.
b. Anggota, yang berasal dari Pejabat Eselon I
kementerian/lembaga pemerintah nonkementerian
terkait sesuai dengan jenis Kebijakan, Rencana
dan/atau Program yang disusun atau dievaluasi.

(3) Kelompok Kerja KLHS dapat didampingi oleh tenaga


ahli yang memiliki standar kompetensi sesuai dengan
jenis Kebijakan, Rencana dan/atau Program.

Draft Tanggal 21 April 2017


- 22 -

Bagian Ketiga

Pembuatan dan Pelaksanaan KLHS


untuk Kebijakan, Rencana dan Program
Pemerintah Daerah Provinsi

Pasal 16

(1) Gubernur wajib membuat dan melaksanakan KLHS


untuk Kebijakan, Rencana, dan/atau Program
Pemerintah Daerah provinsi sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 13 ayat (2) huruf b, yang meliputi:

a. RTRW Provinsi;

b. RTR-KSP;

c. RZWP-3-K;

d. Rencana Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-


Pulau Kecil;

e. Rencana Induk Reklamasi Tingkat Provinsi;

f. RPJP Provinsi;

g. RPJM Provinsi;

h. Rencana Pusat pertumbuhan ekonomi tingkat


Provinsi;

i. Rencana Perubahan Peruntukan dan Fungsi


Kawasan Hutan Tingkat Provinsi;

j. Kebijakan, Rencana dan/atau Program yang


berpotensi menimbulkan dampak dan/atau risiko
Lingkungan Hidup tingkat provinsi;

k. Kebijakan, Rencana dan/atau Program lain


berdasarkan permintaan masyarakat.

(2) Pembuatan dan pelaksanaan KLHS dilakukan pada

Draft Tanggal 21 April 2017


- 23 -

saat penyusunan atau evaluasi Kebijakan, Rencana


dan/atau Program sebagaimana dimaksud pada ayat
(1).

Pasal 17

(1) Dalam rangka pembuatan dan pelaksanaan KLHS


sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16, gubernur
membentuk Kelompok Kerja.

(2) Kelompok Kerja sebagaimana dimaksud pada ayat (1)


terdiri atas:

a. ketua yang dijabat oleh kepala Perangkat Daerah


provinsi yang menyelenggarakan urusan
pemerintahan bidang Lingkungan Hidup.
b. sekretaris yang berasal dari:
1. kepala bidang pada Perangkat Daerah provinsi
yang menyelenggarakan urusan pemerintahan
bidang perencanaan pembangunan daerah;
2. kepala bidang pada Perangkat Daerah provinsi
yang menyelenggarakan urusan pemerintahan
bidang penataan ruang; dan
3. kepala bidang pada Perangkat Daerah provinsi
yang menyelenggarakan urusan pemerintahan
bidang kelautan.
c. anggota yang berasal dari unsur Perangkat Daerah
provinsi terkait sesuai dengan Kebijakan, Rencana
dan Program yang disusun atau dievaluasi.

(3) Kelompok Kerja dapat didampingi oleh tenaga ahli


yang memiliki standar kompetensi sesuai dengan jenis
Kebijakan, Rencana dan/atau Program.

Draft Tanggal 21 April 2017


- 24 -

Bagian Keempat

Pembuatan dan Pelaksanaan KLHS


untuk Kebijakan, Rencana dan Program
Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota

Pasal 18

Bupati/Walikota wajib membuat dan melaksanakan KLHS


untuk Kebijakan, Rencana dan/atau Program Pemerintah
Daerah kabupaten/kota sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 13 ayat (2) huruf c, yang meliputi:

a. RTRW Kabupaten/Kota;

b. RTR-KS Kabupaten/Kota;

c. RDTR kabupaten/kota;

d. Rencana Tata Ruang Kawasan Perkotaan yang


merupakan bagian wilayah kabupaten;

e. RPJP Kabupaten/Kota;

f. RPJM Kabupaten/Kota;

g. Kebijakan, Rencana dan/atau Program yang


berpotensi menimbulkan dampak dan/atau risiko
Lingkungan Hidup tingkat kabupaten/kota.

h. Kebijakan, Rencana dan/atau Program lain


berdasarkan permintaan masyarakat.

Pasal 19

(1) Dalam rangka pembuatan dan pelaksanaan KLHS


sebagaimana dimaksud dalam Pasal 18, bupati/
walikota membentuk Kelompok Kerja.

(2) Kelompok Kerja sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

Draft Tanggal 21 April 2017


- 25 -

terdiri atas:

a. ketua yang dijabat oleh kepala Perangkat Daerah


kabupaten/kota yang menyelenggarakan urusan
pemerintahan bidang Lingkungan Hidup.
b. sekretaris yang berasal dari:
1. kepala bidang pada Perangkat Daerah
kabupaten/kota yang menyelenggarakan
urusan pemerintahan bidang perencanaan
pembangunan daerah; dan
2. kepala bidang pada Perangkat Daerah
kabupaten/kota yang menyelenggarakan
urusan pemerintahan bidang penataan ruang.

c. anggota yang berasal dari unsur Perangkat Daerah


kabupaten/kota terkait sesuai dengan Kebijakan,
Rencana dan/atau Program yang disusun atau
dievaluasi.

(3) Kelompok Kerja dapat didampingi oleh tenaga ahli


yang memiliki standar kompetensi sesuai dengan jenis
Kebijakan, Rencana dan/atau Program.

Bagian Kelima

Tugas dan Tanggung Jawab Kelompok Kerja

Pasal 20

Kelompok Kerja sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15,


Pasal 17 dan Pasal 19 mempunyai tugas dan bertanggung
jawab untuk:

a. menyusun kerangka acuan kerja;

b. melaksanakan konsultasi publik;

Draft Tanggal 21 April 2017


- 26 -

c. melaksanakan pengkajian pengaruh Kebijakan,


Rencana dan/atau Program terhadap kondisi
Lingkungan Hidup:

1) mengidentifikasi dan merumuskan isu


pembangunan berkelanjutan;

2) melaksanakan identifikasi materi muatan


Kebijakan, Rencana dan/atau Program;

3) melaksanakan analisis pengaruh hasil identifikasi


dan perumusan isu pembangunan berkelanjutan
dengan hasil identifikasi materi muatan Kebijakan,
Rencana dan/atau Program;

d. melaksanakan perumusan alternatif penyempurnaan


Kebijakan, Rencana dan/atau Program;

e. melaksanakan penyusunan rekomendasi perbaikan


untuk pengambilan keputusan Kebijakan, Rencana
dan/atau Program;

f. melaksanakan pengintegrasian hasil KLHS ke dalam


Kebijakan, Rencana dan/atau Program;

g. menginisiasi pelaksanaan penjaminan kualitas KLHS;


dan

h. melaksanakan pendokumentasian KLHS.

Bagian Keenam

Mekanisme Pembuatan dan Pelaksanaan KLHS

Pasal 21

Draft Tanggal 21 April 2017


- 27 -

Pembuatan dan pelaksanaan KLHS sebagaimana dimaksud


dalam Pasal 14, Pasal 16, dan Pasal 18 dilakukan melalui
mekanisme:

a. pengkajian pengaruh Kebijakan, Rencana, dan/atau


Program terhadap kondisi Lingkungan Hidup dan
pembangunan berkelanjutan;

b. perumusan alternatif penyempurnaan Kebijakan,


Rencana, dan/atau Program; dan

c. penyusunan rekomendasi perbaikan untuk


pengambilan keputusan Kebijakan, Rencana,
dan/atau Program yang mengintegrasikan prinsip
pembangunan berkelanjutan.

Bagian Ketujuh

Pengkajian Pengaruh Kebijakan, Rencana dan/atau


Program Terhadap Kondisi Lingkungan Hidup dan
Pembangunan Berkelanjutan

Paragraf 1

Persiapan

Pasal 22

Kelompok Kerja membuat Kerangka Acuan Kerja


sebagaimana dimaksud dalam Pasal 20 huruf a, yang
paling sedikit memuat:
a. latar belakang;
b. tujuan dan sasaran;
c. lingkup kegiatan;
d. hasil yang diharapkan;

Draft Tanggal 21 April 2017


- 28 -

e. rencana kerja dan metode pembuatan dan


pelaksanaan KLHS;
f. kebutuhan tenaga ahli yang diperlukan dalam
pembuatan dan pelaksanaan KLHS; dan
g. waktu dan pembiayaan.

Pasal 23

(1) Kelompok Kerja melaksanakan konsultasi publik


sebagaimana dimaksud dalam Pasal 20 huruf b pada
tahap pengkajian pengaruh Kebijakan, Rencana,
dan/atau Program terhadap kondisi Lingkungan
Hidup.

(2) Dalam hal diperlukan selain pada tahap pengkajian


pengaruh Kebijakan, Rencana, dan/atau Program
terhadap kondisi Lingkungan Hidup sebagaimana
dimaksud pada ayat (1), konsultasi publik dapat
dilaksanakan pada tahap:

a. perumusan alternatif penyempurnaan Kebijakan,


Rencana, dan/atau Program; dan
b. penyusunan rekomendasi perbaikan untuk
pengambilan keputusan Kebijakan, Rencana, dan/
atau Program yang mengintegrasikan prinsip
pembangunan berkelanjutan.
(3) Konsultasi publik sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) dan ayat (2) dilakukan dengan melibatkan
masyarakat dan pemangku kepentingan melalui:

a. pemberian pendapat, saran, dan usul;


b. pendampingan tenaga ahli;
c. bantuan teknis; dan
d. penyampaian informasi dan/atau pelaporan

Draft Tanggal 21 April 2017


- 29 -

(4) Masyarakat dan pemangku kepentingan sebagaimana


dimaksud pada ayat (3) meliputi:

a. masyarakat dan pemangku kepentingan yang


terkena dampak langsung dan tidak langsung dari
Kebijakan, Rencana, dan/atau Program; dan

b. masyarakat dan pemangku kepentingan yang


memiliki informasi dan/atau keahlian yang relevan
dengan substansi Kebijakan, Rencana, dan/atau
Program.

Paragraf 2

Identifikasi dan Perumusan


Isu Pembangunan Berkelanjutan

Pasal 24

Kelompok Kerja melaksanakan identifikasi dan perumusan


isu pembangunan berkelanjutan sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 20 huruf c angka 1), atas:

a. isu pembangunan berkelanjutan;


b. isu pembangunan berkelanjutan yang paling strategis;
c. isu pembangunan berkelanjutan prioritas.

Pasal 25

(1) Identifikasi isu pembangunan berkelanjutan


sebagaimana dimaksud dalam Pasal 24 huruf a,
dilakukan dengan cara:
a. mengumpulkan isu pembangunan berkelanjutan;
b. memusatkan isu-isu pembangunan berkelanjutan.

Draft Tanggal 21 April 2017


- 30 -

(2) Isu pembangunan berkelanjutan sebagaimana


dimaksud pada ayat (1) huruf a dikumpulkan dari:
a. telaah literatur;
b. curah pendapat Kelompok Kerja.
(3) Pemusatan isu-isu pembangunan berkelanjutan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b
dilakukan berdasarkan:
a. kesamaan substansi; dan/atau
b. telaahan sebab-akibat.
(4) Telaahan berdasarkan kesamaan substansi dan/atau
sebab-akibat sebagaimana dimaksud pada ayat (3),
dilaksanakan dengan memperhatikan:
a. isu lintas sektor
b. isu lintas wilayah
c. isu lintas pemangku kepentingan
d. isu lintas waktu
(5) Hasil pemusatan isu-isu pembangunan berkelanjutan
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dan ayat (4)
dikonsultasikan dengan masyarakat dan pemangku
kepentingan untuk pengayaan dan penajaman isu
pembangunan berkelanjutan.
(6) Hasil konsultasi sebagaimana dimaksud pada ayat (5)
menjadi dasar telaahan pada tahap identifikasi isu-isu
pembangunan berkelanjutan yang paling strategis.
(7) Cara pemusatan isu-isu pembangunan berkelanjutan,
sebagaimana dimaksud pada ayat (5) sebagaimana
tercantum dalam Lampiran VI yang merupakan bagian
tidak terpisahkan dari Peraturan Menteri ini.

Pasal 26

(1) Identifikasi isu pembangunan berkelanjutan yang


paling strategis sebagaimana dimaksud pada Pasal 24

Draft Tanggal 21 April 2017


- 31 -

huruf b, dilakukan dengan cara menelaah hasil isu-isu


pembangunan berkelanjutan sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 25 ayat (5) dengan mempertimbangkan
unsur-unsur paling sedikit:
a. karakteristik wilayah;
b. tingkat pentingnya potensi dampak;
c. keterkaitan antar isu strategis pembangunan
berkelanjutan
d. keterkaitan dengan materi muatan Kebijakan,
Rencana, dan/atau Program;
e. muatan Rencana Perlindungan dan Pengelolaan
Lingkungan Hidup; dan/atau
f. hasil KLHS dari Kebijakan, Rencana, dan/atau
Program pada hirarki diatasnya yang harus diacu,
serupa dan berada pada wilayah yang berdekatan,
dan/atau memiliki keterkaitan dan/atau relevansi
langsung.
(2) Telaah karakteristik wilayah sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) huruf a, dilakukan dengan analisis yang
menggunakan data spasial, antara lain:
a. Peta Rupa Bumi Indonesia.
b. Peta Rencana Tata Ruang.
c. Peta Tutupan Lahan.
(3) Hasil analisis sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
dapat digunakan untuk menentukan:
a. tingkat pentingnya potensi dampak, sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) huruf b;
b. keterkaitan antar isu strategis pembangunan
berkelanjutan, sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) huruf c; dan

Draft Tanggal 21 April 2017


- 32 -

c. keterkaitan dengan materi muatan Kebijakan,


Rencana, dan/atau Program, sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) huruf d.
(4) Telaah tingkat pentingnya potensi dampak
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b,
dilakukan dengan memperhatikan:
a. indikasi cakupan wilayah;
b. frekuensi dan/atau intensitas.
(5) Telaah keterkaitan antar isu strategis pembangunan
berkelanjutan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf c, dilakukan dengan cara analisis sebab akibat
atau analisis sejenis lainnya.
(6) Telaah materi muatan Kebijakan, Rencana, dan/atau
Program sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf d,
dilakukan dengan cara pemetaan lokasi dan/atau
analisis potensi pengaruh.
(7) Telaah muatan Rencana Perlindungan dan
Pengelolaan Lingkungan Hidup sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) huruf e, dilakukan dengan
cara analisis keterkaitan isu pembangunan
berkelanjutan dengan muatan Rencana Perlindungan
dan Pengelolaan Lingkungan Hidup.
(8) Telaah hasil KLHS dari Kebijakan, Rencana dan/atau
Program pada hierarki diatasnya yang harus diacu,
serupa dan berada pada wilayah yang berdekatan,
dan/atau memiliki keterkaitan dan/atau relevansi
langsung sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf f,
dilakukan dengan cara analisis keterkaitan isu
pembangunan berkelanjutan dengan hasil KLHS
dimaksud.
(9) Hasil telaahan isu-isu pembangunan berkelanjutan
prioritas sebagaimana dimaksud pada ayat (2) sampai

Draft Tanggal 21 April 2017


- 33 -

dengan ayat (8), dikonsultasikan dengan masyarakat


dan pemangku kepentingan untuk pengayaan dan
penajaman isu pembangunan berkelanjutan yang
paling strategis.
(10) Hasil konsultasi sebagaimana dimaksud pada ayat (9)
menjadi dasar telaahan pada tahap identifikasi isu-isu
pembangunan berkelanjutan yang paling strategis.
(11) Format telaahan isu-isu pembangunan berkelanjutan
yang paling strategis sebagaimana dimaksud pada
ayat (9) sebagaimana tercantum dalam Lampiran VII
yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari
Peraturan Menteri ini.

Pasal 27

(1) Isu pembangunan berkelanjutan prioritas


sebagaimana dimaksud dalam Pasal 24 huruf c,
diperoleh dengan cara menelaah hasil rumusan isu-
isu pembangunan berkelanjutan yang paling strategis
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 26 ayat (10)
dengan daftar yang paling sedikit berkaitan dengan:

a. kapasitas daya dukung dan daya tampung


Lingkungan Hidup untuk pembangunan;
b. perkiraan dampak dan/atau risiko Lingkungan
Hidup;
c. kinerja layanan atau jasa ekosistem;
d. intensitas dan cakupan wilayah bencana alam;
e. status mutu dan ketersediaan sumber daya alam;
f. ketahanan dan potensi keanekaragaman hayati;

Draft Tanggal 21 April 2017


- 34 -

g. kerentanan dan kapasitas adaptasi terhadap


perubahan iklim;
h. tingkat dan status jumlah penduduk miskin atau
penghidupan sekelompok masyarakat serta
terancamnya keberlanjutan penghidupan
masyarakat;
i. risiko terhadap kesehatan dan keselamatan
masyarakat; dan/atau
j. ancaman terhadap perlindungan kawasan tertentu
yang secara tradisional dilakukan oleh masyarakat
dan masyarakat hukum adat.
(2) Daftar isu pembangunan berkelanjutan prioritas
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan
dengan cara pembobotan.

(3) Hasil pembobotan sebagaimana dimaksud pada ayat


(2) menetapkan paling sedikit tiga isu pembangunan
berkelanjutan prioritas;

(4) Hasil pembobotan sebagaimana dimaksud pada ayat


(3), dikonsultasikan dengan masyarakat dan
pemangku kepentingan untuk pengayaan dan
penajaman isu pembangunan berkelanjutan prioritas;

(5) Tata cara penentuan isu pembangunan berkelanjutan


prioritas sebagaimana dimaksud pada ayat (4)
sebagaimana tercantum dalam Lampiran VIII yang
merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan
Menteri ini.

Paragraf 3

Draft Tanggal 21 April 2017


- 35 -

Identifikasi Materi Muatan Kebijakan Rencana


dan/atau Program yang Berpotensi Menimbulkan
Pengaruh Terhadap Kondisi Lingkungan Hidup

Pasal 28

(1) Kelompok Kerja melaksanakan identifikasi materi


muatan Kebijakan, Rencana, dan/atau Program
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 20 huruf c angka
2) yang berpotensi menimbulkan pengaruh terhadap
kondisi Lingkungan Hidup.

(2) Identifikasi materi muatan Kebijakan, Rencana,


dan/atau Program sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) dilakukan dengan:

a. menelaah konsep rancangan Kebijakan, Rencana,


dan/atau Program yang akan disusun; atau
b. menelaah seluruh materi Kebijakan, Rencana,
dan/atau Program berlaku yang akan dievaluasi.
(3) Identifikasi materi muatan Kebijakan, Rencana,
dan/atau Program sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) dilakukan dengan cara uji silang antara materi
muatan Kebijakan, Rencana dan/atau Program
dengan kriteria dampak dan/atau risiko Lingkungan
Hidup dan pembangunan berkelanjutan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 7 ayat (2).

(4) Hasil uji silang sebagaimana dimaksud pada ayat (3)


dijadikan dasar untuk analisis pengaruh materi
muatan Kebijakan, Rencana dan/atau Program yang
berpotensi menimbulkan pengaruh terhadap kondisi
Lingkungan Hidup.

(5) Format uji silang sebagaimana dimaksud pada ayat (4)


sebagaimana tercantum dalam Lampiran IX yang

Draft Tanggal 21 April 2017


- 36 -

merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan


Menteri ini.

Paragraf 4

Analisis Pengaruh Materi Muatan


Kebijakan Rencana dan/atau Program yang Berpotensi
Menimbulkan Pengaruh Terhadap Kondisi

Lingkungan Hidup

Pasal 29

(1) Kelompok Kerja melaksanakan analisis pengaruh


materi muatan Kebijakan, Rencana dan/atau Program
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 20 huruf c angka
3) yang berpotensi menimbulkan pengaruh terhadap
kondisi Lingkungan Hidup.

(2) Analisis pengaruh sebagaimana dimaksud pada ayat


(1) dilakukan dengan memperhatikan hubungan
keterkaitan materi muatan Kebijakan, Rencana
dan/atau Program sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 28 dengan isu pembangunan berkelanjutan
prioritas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 27.

(3) Analisis pengaruh sebagaimana dimaksud pada ayat


(2) dilakukan dengan cara menguji keterkaitan antara
materi muatan Kebijakan, Rencana dan/atau Program
dengan isu pembangunan berkelanjutan prioritas.

(4) Hasil analisis pengaruh sebagaimana dimaksud pada


ayat (3), dikonsultasikan dengan masyarakat dan
pemangku kepentingan untuk pengayaan dan
penajaman hasil analisis pengaruh;

(5) Format uji keterkaitan sebagaimana dimaksud pada


ayat (3) sebagaimana tercantum dalam Lampiran X

Draft Tanggal 21 April 2017


- 37 -

yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari


Peraturan Menteri ini.

Pasal 30

(1) Analisis materi muatan Kebijakan, Rencana, dan/atau


Program sebagaimana dimaksud dalam Pasal 29
dilaksanakan dengan menentukan lingkup, metode,
teknik, dan kedalaman analisis berdasarkan:

a. jenis dan tema Kebijakan, Rencana, dan/atau


Program;

b. tingkat kemajuan penyusunan atau evaluasi


Kebijakan, Rencana, dan/atau Program;

c. relevansi dan kedetilan informasi yang dibutuhkan;

d. input informasi KLHS dan kajian Lingkungan


Hidup lainnya yang terkait dan relevan untuk
diacu; dan

e. ketersediaan data.

(2) Pelaksanaan analisis sebagaimana dimaksud pada


ayat (1) memperhatikan:

a. peraturan perundang-undangan;

b. keberadaan pedoman, acuan, standar, contoh


praktek terbaik, dan informasi tersedia yang diakui
secara ilmiah;

c. keberadaan hasil penelitian yang akuntabel;


dan/atau

d. kesepakatan antar ahli.

Paragraf 5

Draft Tanggal 21 April 2017


- 38 -

Pengkajian Muatan KLHS

Pasal 31

(1) Hasil analisis sebagaimana dimaksud dalam Pasal 29,


paling sedikit memuat kajian:

a. kapasitas daya dukung dan daya tampung


Lingkungan Hidup untuk pembangunan;

b. perkiraan mengenai dampak dan risiko


Lingkungan Hidup;

c. kinerja layanan atau jasa ekosistem;

d. efisiensi pemanfaatan sumber daya alam;

e. tingkat kerentanan dan kapasitas adaptasi


terhadap perubahan iklim; dan

f. tingkat ketahanan dan potensi keanekaragaman


hayati.

(2) Hasil analisis sebagaimana dimaksud pada ayat (1)


menjadi dasar perumusan alternatif penyempurnaan
Kebijakan, Rencana, dan/atau Program.

Pasal 32

(1) Kajian pengaruh Kebijakan, Rencana dan/atau


Program terhadap kapasitas daya dukung dan daya
tampung Lingkungan Hidup sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 31 ayat (1) huruf a dilaksanakan oleh
Kelompok Kerja.

(2) Dalam hal kajian kapasitas daya dukung dan daya


tampung Lingkungan Hidup sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) sudah tersedia, maka hasil kajian dapat
menggunakan rujukan yang telah dipublikasikan
secara resmi.

Draft Tanggal 21 April 2017


- 39 -

(3) Dalam hal rujukan sebagaimana dimaksud pada ayat


(2) belum tersedia, maka kajian ini wajib masuk dalam
rekomendasi kegiatan yang perlu dilaksanakan
selanjutnya.

Pasal 33

Kajian perkiraan mengenai dampak dan risiko


Lingkungan Hidup sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 31 ayat (1) huruf b dilakukan dengan cara
memperhatikan hasil kajian sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 31 ayat (1) huruf a, huruf c, huruf d,
huruf e, dan huruf f.

Pasal 34

(1) Kajian kinerja layanan atau jasa ekosistem


sebagaimana dimaksud dalam Pasal 31 ayat (1) huruf
c dilakukan dengan cara analisis spasial
menggunakan peta indikasi layanan ekosistem.

(2) Analisis spasial sebagaimana dimaksud pada ayat (1)


paling sedikit menggunakan:

a. Peta indikasi layanan ekosistem air

b. Peta indikasi layanan ekosistem pangan

(3) Dalam hal kajian kinerja layanan atau jasa ekosistem


sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2)
sudah tersedia, maka hasil kajian dapat menggunakan
rujukan yang telah dipublikasikan secara resmi.

(4) Dalam hal rujukan sebagaimana dimaksud pada ayat


(1) dan ayat (2) belum tersedia, maka kajian ini wajib

Draft Tanggal 21 April 2017


- 40 -

masuk dalam rekomendasi kegiatan yang perlu


dilaksanakan selanjutnya

Pasal 35

(1) Kajian efisiensi pemanfaatan sumber daya alam


sebagaimana dimaksud dalam Pasal 31 ayat (1) huruf
d dilakukan dengan cara:

a. menginventarisasi pencadangan sumber daya alam


yang didapatkan dari instansi yang berwenang;

b. menginventarisasi kebutuhan sumber daya alam


optimal yang akan digunakan untuk pembangunan
sesuai masa perencanaan pembangunan yang
merujuk pada dokumen RPPLH.

(2) Dalam hal kajian efisiensi pemanfaatan sumber daya


alam sebagaimana dimaksud pada ayat (1) sudah
tersedia, maka hasil kajian dapat dijadikan rujukan
dalam KLHS.

(3) Dalam hal rujukan sebagaimana dimaksud pada ayat


(1) belum tersedia, maka kajian ini wajib masuk dalam
rekomendasi kegiatan yang perlu dilaksanakan
selanjutnya.

Pasal 36

(1) Kajian tingkat kerentanan dan kapasitas adaptasi


terhadap perubahan iklim sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 31 ayat (1) huruf e dilakukan dengan
cara:

a. mengkaji kerentanan dan risiko perubahan iklim;

b. menyusun pilihan adaptasi perubahan iklim;

Draft Tanggal 21 April 2017


- 41 -

c. menentukan prioritas pilihan aksi adaptasi


perubahan iklim.

(4) Dalam hal kajian tingkat kerentanan dan kapasitas


adaptasi terhadap perubahan iklim sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) sudah tersedia, maka hasil
kajian dapat dijadikan rujukan dalam KLHS.

(2) Dalam hal rujukan sebagaimana dimaksud pada ayat


(1) belum tersedia, maka kajian ini wajib masuk dalam
rekomendasi kegiatan yang perlu dilaksanakan
selanjutnya

Pasal 37

(1) Kajian tingkat ketahanan dan potensi


keanekaragaman hayati sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 31 ayat (1) huruf f dilakukan dengan
cara analisis:

a. spesies/jenis tumbuhan dan satwa;

b. ekosistem; dan

c. genetik.

(2) Pengkajian spesies/jenis flora dan fauna sebagaimana


dimaksud pada ayat (1) huruf a dilakukan dengan
memperhatikan:

a. Pengawetan jenis tumbuhan dan satwa yang


meliputi :

1) penetapan dan penggolongan yang dilindungi


dan tidak dilindungi;

Draft Tanggal 21 April 2017


- 42 -

2) pengelolaan jenis tumbuhan dan satwa serta


habitatnya; dan

3) pemeliharaan dan pengembangbiakan.

b. Pemanfaatan jenis tumbuhan dan satwa liar


dengan mengendalikan pendayagunaan jenis
tumbuhan dan satwa liar atau bagian-bagiannya
serta hasil dari padanya dengan tetap menjaga
keanekaragaman jenis dan keseimbangan
ekosistem.

(3) Pengkajian ekosistem sebagaimana dimaksud pada


ayat (1) huruf b dilakukan dengan memperhatikan:

a. interaksi antar jenis tumbuhan dan satwa;

b. potensi daya dukung dan daya tampung.

(4) Pengkajian genetik sebagaimana dimaksud pada ayat


(1) huruf c dilakukan dengan memperhatikan
keberlanjutan sumber daya genetik dan populasi jenis
tumbuhan dan satwa.

(5) Dalam hal kajian tingkat ketahanan dan potensi


keanekaragaman hayati sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) sampai dengan ayat (4) sudah dilakukan,
maka hasil kajian dapat dijadikan rujukan dalam
KLHS.

(6) Dalam hal rujukan sebagaimana dimaksud pada ayat


(1) sampai dengan ayat (4) belum tersedia, maka
kajian ini wajib masuk dalam rekomendasi kegiatan
yang perlu dilaksanakan selanjutnya

(7) Contoh muatan kajian sebagaimana dimaksud dalam


Pasal 31 sampai dengan Pasal 37 sebagaimana
tercantum dalam Lampiran XI yang merupakan bagian
tidak terpisahkan dari Peraturan Menteri ini.

Draft Tanggal 21 April 2017


- 43 -

Bagian Kedelapan

Perumusan Alternatif Penyempurnaan


Kebijakan, Rencana dan/atau Program
Pasal 38

(1) Kelompok Kerja melaksanakan perumusan alternatif


penyempurnaan Kebijakan, Rencana dan/atau
Program sebagaimana dimaksud dalam Pasal 20 huruf
d berdasarkan hasil analisis sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 32 sampai dengan Pasal 37.

(2) Hasil analisis sebagaimana dimaksud pada ayat (1)


menghasilkan beberapa alternatif yang perlu
dilakukan analisis lanjutan dengan
mempertimbangkan besaran manfaat dan risiko.

(3) Hasil analisis lanjutan sebagaimana dimaksud pada


ayat (2) dipilih berdasarkan manfaat yang lebih besar
dan dapat dilaksanakan.

(4) Hasil analisis lanjutan sebagaimana dimaksud pada


ayat (2) yang mempunyai risiko lebih besar dan tidak
ada alternatif lain, maka wajib dilakukan upaya
mitigasi yang memungkinkan untuk dilaksanakan.

(5) Dalam hal hasil analisis lanjutan sebagaimana


dimaksud pada ayat (3) terdapat lebih dari satu
alternatif yang mempunyai nilai manfaat lebih besar
dan dapat dilaksanakan, maka pemilihan alternatif
dilakukan dengan analisis sistem.

Draft Tanggal 21 April 2017


- 44 -

(6) Hasil analisis sebagaimana dimaksud pada ayat (3)


sampai dengan ayat (5) dapat dikonsultasikan dengan
masyarakat dan pemangku kepentingan untuk
pengayaan dan penajaman alternatif penyempurnaan
Kebijakan, Rencana, dan/atau Program.

(7) Alternatif penyempurnaan Kebijakan, Rencana,


dan/atau Program dapat berupa:

a. perubahan tujuan atau target;

b. perubahan strategi pencapaian target yang lebih


memenuhi pertimbangan pembangunan
berkelanjutan;

c. perubahan atau penyesuaian ukuran, skala, dan


lokasi yang lebih memenuhi pertimbangan
pembangunan berkelanjutan;

d. perubahan atau penyesuaian proses, metode, dan


adaptasi terhadap perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi yang lebih memenuhi
pertimbangan pembangunan berkelanjutan;

e. penundaan, perbaikan urutan, atau perubahan


prioritas pelaksanaan;.

f. pemberian arahan atau rambu-rambu untuk


mempertahankan atau meningkatkan fungsi
ekosistem; dan/atau

g. pemberian arahan atau rambu-rambu mitigasi


dampak dan risiko Lingkungan Hidup.

(8) Hasil perumusan alternatif penyempurnaan


Kebijakan, Rencana, dan/atau Program sebagaimana
dimaksud pada ayat (6) dijadikan dasar dalam
menyusun rekomendasi perbaikan untuk pengambilan
keputusan Kebijakan, Rencana, dan/atau Program

Draft Tanggal 21 April 2017


- 45 -

yang mengintegrasikan prinsip pembangunan


berkelanjutan.

Bagian Kesembilan

Penyusunan Rekomendasi Perbaikan untuk


Pengambilan Keputusan Kebijakan, Rencana,
dan/atau Program yang Mengintegrasikan
Prinsip Pembangunan Berkelanjutan

Pasal 39

(1) Kelompok Kerja melaksanakan penyusunan


rekomendasi perbaikan untuk pengambilan
keputusan Kebijakan, Rencana dan/atau Program
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 20 huruf e
berdasarkan hasil perumusan alternatif
penyempurnaan Kebijakan, Rencana, dan/atau
Program sebagaimana dimaksud dalam Pasal 38.

(2) Rekomendasi perbaikan untuk pengambilan


keputusan Kebijakan, Rencana, dan/atau Program
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) memuat:

a. materi perbaikan Kebijakan, Rencana, dan/atau


Program; dan/atau

b. informasi jenis usaha dan/atau kegiatan yang telah


melampaui daya dukung dan daya tampung
Lingkungan Hidup dan tidak diperbolehkan lagi.

(3) Contoh rekomendasi perbaikan untuk pengambilan


keputusan Kebijakan, Rencana, dan/atau Program
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) sebagaimana
tercantum dalam Lampiran XII yang merupakan
bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Menteri ini

Draft Tanggal 21 April 2017


- 46 -

Bagian Kesepuluh

Pengintegrasian Hasil KLHS


kedalam Kebijakan, Rencana dan/atau Program

Pasal 40

(1) Kelompok Kerja melaksanakan pengintegrasian hasil


KLHS kedalam Kebijakan, Rencana, dan/atau Program
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 20 huruf f
berdasarkan rekomendasi perbaikan untuk
pengambilan keputusan Kebijakan, Rencana,
dan/atau Program sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 39.

(2) Pengintegrasian hasil KLHS kedalam Kebijakan,


Rencana, dan/atau Program sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) dilakukan dengan berkoordinasi dengan
penyusun Kebijakan, Rencana, dan/atau Program;

(3) Dalam hal hasil KLHS tidak dapat terintegrasi dalam


proses penyusunan Kebijakan, Rencana, dan/atau
Program maka hasil KLHS wajib diintegrasikan pada
saat evaluasi Kebijakan, Rencana, dan/atau Program.

(4) Pengintegrasian hasil KLHS dituangkan dalam Berita


Acara dan ditandatangani oleh penanggung jawab
penyusun Kebijakan, Rencana, dan/atau Program dan
ketua Kelompok Kerja KLHS.

(5) Format Berita Acara sebagaimana dimaksud pada


ayat (4) sebagaimana tercantum dalam Lampiran XIII
yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari
Peraturan Menteri ini.

Draft Tanggal 21 April 2017


- 47 -

BAB IV

PENJAMINAN KUALITAS DAN PENDOKUMENTASIAN KLHS

Bagian Kesatu

Penjaminan Kualitas KLHS

Pasal 41

(1) Kelompok Kerja menginisiasi pelaksanaan penjaminan


kualitas KLHS sebagaimana dimaksud dalam Pasal 20
huruf g berdasarkan pelaksanaan pengintegrasian
hasil KLHS kedalam Kebijakan, Rencana, dan/atau
Program sebagaimana dimaksud dalam Pasal 40.

(2) Penjaminan kualitas KLHS dilaksanakan melalui


penilaian mandiri oleh penyusun Kebijakan, Rencana,
dan/atau Program dengan menggunakan instrumen
penjaminan kualitas KLHS.

(3) Penilaian mandiri oleh penyusun Kebijakan, Rencana,


dan/atau Program sebagaimana dimaksud pada ayat
(2) dilakukan melalui rapat koordinasi.

(4) Penjaminan kualitas melalui penilaian mandiri


sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dilaksanakan
dengan cara:

a. penilaian bertahap; dan/atau

b. penilaian sekaligus yang dilaksanakan di tahapan


akhir pelaksanaan KLHS.

(5) Penjaminan kualitas melalui penilaian mandiri secara


bertahap sebagaimana dimaksud pada ayat (4) huruf
a, adalah penjaminan kualitas melalui penilaian
mandiri yang dilakukan sampai dengan tahap

Draft Tanggal 21 April 2017


- 48 -

pengkajian pengaruh materi muatan Kebijakan,


Rencana dan/atau Program yang berpotensi
menimbulkan pengaruh terhadap kondisi Lingkungan
Hidup dan pembangunan berkelanjutan.

(6) Penjaminan kualitas melalui penilaian mandiri


sekaligus sebagaimana dimaksud pada ayat (4) huruf
b, adalah penjaminan kualitas melalui penilaian
mandiri yang dilakukan sampai dengan tahap
pengintegrasian hasil KLHS kedalam Kebijakan,
Rencana dan/atau Program.

(7) Instrumen penjaminan kualitas KLHS sebagaimana


dimaksud pada ayat (2) sebagaimana tercantum dalam
Lampiran XIV yang merupakan bagian tidak
terpisahkan dari Peraturan Menteri ini.

Pasal 42

(1) Penjaminan kualitas melalui penilaian mandiri


sebagaimana dimaksud dalam Pasal 41 harus
mempertimbangkan:

a. dokumen Rencana Perlindungan dan Pengelolaan


Lingkungan Hidup yang relevan; dan

b. laporan KLHS dari Kebijakan, Rencana, dan/atau


Program yang terkait dan relevan.

(2) Dalam hal dokumen Rencana Perlindungan dan


Pengelolaan Lingkungan Hidup belum tersusun maka
penilaian mandiri mempertimbangkan daya dukung
dan daya tampung Lingkungan Hidup sebagaimana
hasil kajian daya dukung daya tampung dalam Pasal
32.

Draft Tanggal 21 April 2017


- 49 -

Pasal 43

(1) Penjaminan kualitas melalui penilaian mandiri


sebagaimana dimaksud dalam Pasal 42 harus disusun
secara tertulis dengan memuat informasi tentang:

a. kelayakan KLHS jika telah memenuhi ketentuan


sebagaimana dimaksud dalam Pasal 40; dan/atau

b. rekomendasi perbaikan KLHS yang telah diikuti


dengan perbaikan Kebijakan, Rencana, dan/atau
Program.

(2) Hasil penjaminan kualitas melalui penilaian mandiri


sebagaimana dimaksud pada ayat (1) digunakan
sebagai masukan untuk penyempurnaan KLHS.

(3) Hasil penjaminan kualitas sebagaimana dimaksud


pada ayat (2) dituangkan dalam Berita Acara yang
disahkan oleh penanggung jawab penyusun Kebijakan,
Rencana dan/atau Program.

Bagian Kedua

Pendokumentasian KLHS

Pasal 44

(1) Hasil pembuatan dan pelaksanaan, serta penjaminan


kualitas KLHS sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13
sampai dengan Pasal 43 didokumentasikan ke dalam
laporan KLHS.

(2) Laporan KLHS sebagaimana dimaksud pada ayat (1)


memuat informasi tentang:

a. dasar pertimbangan Kebijakan, Rencana, dan/atau

Draft Tanggal 21 April 2017


- 50 -

Program sehingga perlu dilengkapi KLHS;

b. metoda, teknik, rangkaian langkah-langkah dan


hasil pengkajian pengaruh Kebijakan, Rencana,
dan/atau Program terhadap kondisi Lingkungan
Hidup;

c. metoda, teknik, rangkaian langkah-langkah dan


hasil perumusan alternatif muatan Kebijakan,
Rencana, dan/atau Program;

d. pertimbangan, muatan, dan konsekuensi


rekomendasi perbaikan untuk pengambilan
keputusan Kebijakan, Rencana, dan/atau Program
yang mengintegrasikan prinsip pembangunan
berkelanjutan;

e. gambaran pengintegrasian hasil KLHS dalam


Kebijakan, Rencana, dan/ atau Program;

f. pelaksanaan partisipasi masyarakat dan


keterbukaan informasi KLHS; dan

g. hasil penjaminan kualitas KLHS.

(3) Laporan KLHS sebagaimana dimaksud pada ayat (2)


merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari
dokumen Kebijakan, Rencana, dan/ atau Program.

(4) Laporan KLHS sebagaimana dimaksud pada ayat (2)


menjadi informasi pendukung sistem pengendalian
dan evaluasi pelaksanaan rencana pembangunan serta
sistem akuntabilitas kinerja instansi Pemerintah dan
Pemerintah Daerah.

(5) Laporan KLHS sebagaimana dimaksud pada ayat (2)


bersifat terbuka dan dapat diakses oleh publik.

Draft Tanggal 21 April 2017


- 51 -

BAB V

STANDAR KOMPETENSI PENYUSUN KLHS

Pasal 45

(1) Standar kompetensi penyusun KLHS paling sedikit


mencakup:

a. ketepatan keahlian pada isu yang dikaji; dan

b. pengalaman di bidang penyusunan KLHS atau


kajian Lingkungan Hidup yang sejenis.

(2) Ketepatan keahlian pada isu yang dikaji sebagaimana


dimaksud pada ayat (1) huruf a adalah:

a. latar belakang pendidikan/keahlian;

b. keterampilan;

(3) Latar belakang pendidikan yang dimaksud pada ayat


(2) huruf a, memiliki pendidikan paling sedikit strata
satu (S1) pada bidang-bidang keilmuan yang relevan
dengan KLHS dan/atau pembangunan berkelanjutan.

(4) Keterampilan yang dimaksud pada ayat (2) huruf b,


memiliki paling sedikit salah satu keterampilan dalam
penyusunan KLHS yang meliputi:

a. analisis kualitatif;

b. analisis kuantitatif;

c. analisis campuran;

d. analisis spasial;

e. analisis sistem;

f. analisis teknis tertentu yang terkait dengan isu


dalam KLHS yang bersangkutan; atau

Draft Tanggal 21 April 2017


- 52 -

g. keterampilan lain yang diperoleh dari pelatihan


KLHS.

(5) Pengalaman di bidang penyusunan KLHS atau kajian


Lingkungan Hidup yang sejenis sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) huruf b adalah pernah
menyusun KLHS.

BAB VI

VALIDASI KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS

Pasal 46

Validasi dilakukan untuk memastikan penjaminan kualitas


KLHS telah dilaksanakan secara akuntabel dan dapat
dipertanggungjawabkan kepada publik.

Pasal 47

(1) Menteri melakukan validasi KLHS untuk :


a. Kebijakan, Rencana, dan/atau Program
pemerintah sebagaimana dimaksud dalam Pasal
14 ayat (1) huruf a sampai dengan huruf g, huruf
j sampai dengan huruf l.
b. Kebijakan, Rencana, dan/atau Program
Pemerintah Daerah provinsi sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 16 ayat (1).
(2) Gubernur melakukan validasi KLHS untuk Kebijakan,
Rencana, dan/atau Program Pemerintah Daerah
kabupaten/kota sebagaimana dimaksud dalam Pasal
18.

Pasal 48

Draft Tanggal 21 April 2017


- 53 -

(1) Validasi KLHS dilaksanakan:

a. secara bertahap; atau

b. pada tahap akhir.

(2) Validasi KLHS secara bertahap sebagaimana


dimaksud pada ayat (1) huruf a, dilakukan saat
penjaminan kualitas telah dilakukan sampai dengan
tahap pengkajian pengaruh materi muatan Kebijakan,
Rencana, dan/atau Program yang berpotensi
menimbulkan pengaruh terhadap kondisi Lingkungan
Hidup dan pembangunan berkelanjutan;

(3) Validasi KLHS pada tahap akhir sebagaimana


dimaksud pada ayat (1) huruf b, dilakukan saat
penjaminan kualitas telah dilakukan sampai dengan
tahap integrasi hasil KLHS ke dalam Kebijakan,
Rencana, dan/atau Program.

(4) Validasi KLHS bertahap sebagaimana dimaksud pada


ayat (2) belum dapat digunakan untuk pengesahan
Kebijakan, Rencana, dan/atau Program.

(5) Validasi yang dapat digunakan untuk pengesahan


Kebijakan, Rencana, dan/atau Program adalah
validasi tahap akhir sebagaimana dimaksud pada ayat
(3).

Pasal 49

(1) Masa berlaku KLHS yang telah mendapat persetujuan


validasi sama dengan masa berlaku Kebijakan,
Rencana, dan/atau Program.

(2) Dalam hal terdapat perubahan terhadap Kebijakan,


Rencana, dan/atau Program, maka dilakukan

Draft Tanggal 21 April 2017


- 54 -

perubahan KLHS sesuai dengan perubahan Kebijakan,


Rencana, dan/atau Program.

Pasal 50

(1) Permohonan validasi KLHS diajukan oleh:

a. menteri/kepala lembaga nonkementerian penyusun


Kebijakan, Rencana, dan/atau Program kepada
Menteri;

b. gubernur kepada Menteri;

c. bupati/walikota kepada gubernur.

(2) Permohonan validasi secara bertahap sebagaimana


dimaksud dalam Pasal 48 ayat (1) huruf a, dilengkapi
dengan:

a. surat permohonan;

b. rancangan Kebijakan, Rencana, dan/atau


Program;

c. laporan KLHS sampai dengan tahap pengkajian


pengaruh materi muatan Kebijakan, Rencana,
dan/atau Program yang berpotensi menimbulkan
pengaruh terhadap kondisi Lingkungan Hidup dan
pembangunan berkelanjutan; dan

d. bukti pemenuhan standar kompetensi tenaga ahli.

(3) Permohonan validasi tahap akhir sebagaimana


dimaksud dalam Pasal 48 ayat (1) huruf b, dilengkapi
dengan:

a. surat permohonan;

b. rancangan Kebijakan, Rencana, dan/atau


Program;

Draft Tanggal 21 April 2017


- 55 -

c. laporan KLHS; dan

d. bukti pemenuhan standar kompetensi tenaga ahli.

Pasal 51

(1) Menteri atau gubernur melakukan pemeriksaan


kelengkapan permohonan sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 50 ayat (2) atau ayat (3) dalam waktu
paling lama 3 (tiga) hari kerja sejak diterimanya
permohonan.

(2) Menteri menunjuk Pejabat Eselon I yang menangani


bidang tata lingkungan untuk melakukan
pemeriksaan kelengkapan sebagaimana dimaksud
pada ayat (1).

(3) Gubernur menunjuk Kepala Perangkat Daerah


Provinsi yang menyelenggarakan urusan
pemerintahan bidang Lingkungan Hidup untuk
melakukan pemeriksaan kelengkapan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1).

(4) Jika hasil pemeriksaan menunjukkan permohonan


sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak lengkap,
Pejabat Eselon I yang menangani bidang tata
lingkungan atau Kepala Perangkat Daerah Provinsi
yang menyelenggarakan urusan pemerintahan bidang
Lingkungan Hidup menginformasikan kepada
pemohon untuk melengkapi persyaratan dan pemohon
mengajukan permohonan validasi kembali.

(5) Jika hasil pemeriksaan menunjukkan permohonan


sebagaimana dimaksud pada ayat (1) lengkap, Pejabat
Eselon I yang menangani bidang tata lingkungan atau
Kepala Perangkat Daerah Provinsi yang

Draft Tanggal 21 April 2017


- 56 -

menyelenggarakan urusan pemerintahan bidang


Lingkungan Hidup melakukan telaah teknis dalam
waktu paling lama 20 (dua puluh) hari kerja, terhitung
sejak kelengkapan permohonan diterima.

(6) Telaah teknis validasi meliputi:

a. kesesuaian hasil KLHS dengan penjaminan


kualitas; dan

b. rekomendasi.

(7) Pejabat Eselon I yang menangani bidang tata


lingkungan atas nama Menteri atau Kepala Perangkat
Daerah Provinsi yang menyelenggarakan urusan
pemerintahan bidang Lingkungan Hidup atas nama
Gubernur menerbitkan surat hasil validasi kepada
pemohon.

(8) Apabila dalam batas waktu sebagaimana dimaksud


pada ayat (7) Pejabat Eselon I yang menangani bidang
tata lingkungan atas nama Menteri atau Kepala
Perangkat Daerah Provinsi yang menyelenggarakan
urusan pemerintahan bidang Lingkungan Hidup atas
nama Gubernur tidak menerbitkan surat hasil validasi
KLHS maka permohonan validasi KLHS tersebut
dianggap telah memperoleh persetujuan validasi
KLHS.

(9) Pejabat Eselon I yang menangani bidang tata


lingkungan atas nama Menteri atau Kepala Perangkat
Daerah Provinsi yang menyelenggarakan urusan
pemerintahan bidang Lingkungan Hidup atas nama
Gubernur mengumumkan hasil validasi KLHS
sebagaimana dimaksud pada ayat (7) kepada

Draft Tanggal 21 April 2017


- 57 -

masyarakat dalam waktu paling lama 7 (tujuh) hari


kerja sejak diterbitkannya surat hasil validasi KLHS.

BAB VII

PEMBINAAN

Pasal 52

(1) Menteri wajib melakukan pembinaan terhadap


pelaksanaan KLHS.

(2) Pembinaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)


dilaksanakan oleh Pejabat Eselon I pada Kementerian
yang membidangi urusan Tata Lingkungan;

(3) Pembinaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)


dilaksanakan terhadap:

a. pelaksanaan KLHS pada kementerian/lembaga


pemerintah nonkementerian yang
menyelenggarakan urusan pemerintahan bidang
penataan ruang, bidang kelautan dan perikanan,
urusan koordinasi pemerintahan di bidang
perekonomian, dan kementerian teknis lainnya
yang menyelenggarakan KLHS;

b. pelaksanaan KLHS pada Perangkat Daerah


provinsi yang melaksanakan urusan pemerintahan
bidang Lingkungan Hidup, bidang penataan ruang,
bidang kelautan dan perikanan, dan bidang
pembangunan dan perencanaan daerah.

Pasal 53

(1) Gubernur wajib melakukan pembinaan terhadap


pelaksanaan KLHS.

Draft Tanggal 21 April 2017


- 58 -

(2) Pembinaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)


dilaksanakan oleh Kepala Perangkat Daerah provinsi
yang menyelenggarakan urusan pemerintahan bidang
Lingkungan Hidup;

(3) Pembinaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)


dilaksanakan terhadap pelaksanaan KLHS pada
perangkat daerah kabupaten/kota yang
menyelenggarakan urusan pemerintahan bidang
Lingkungan Hidup, bidang penataan ruang, bidang
perencanaan pembangunan daerah, dan perangkat
daerah kabupaten/kota lainnya yang
menyelenggarakan KLHS.

Pasal 54

(1) Pembinaan KLHS sebagaimana dimaksud pada


Pasal 52 dan Pasal 53, dilaksanakan melalui:

a. koordinasi pelaksanaan KLHS;

b. sosialisasi peraturan perundang-undangan dan


sosialisasi pedoman KLHS;

c. asistensi dan konsultasi dalam pembuatan dan


pelaksanaan KLHS;

d. pendidikan dan pelatihan;

e. pengembangan balai kliring KLHS;

f. penyebarluasan informasi KLHS kepada


masyarakat dan pemangku kepentingan; dan/atau

Draft Tanggal 21 April 2017


- 59 -

g. pengembangan kesadaran dan tanggung jawab


masyarakat dan pemangku kepentingan.

BAB VIII

PEMANTAUAN DAN EVALUASI

Pasal 55

(1) Menteri melakukan pemantauan dan evaluasi KLHS,


untuk pembuatan dan pelaksanaan KLHS untuk
Kebijakan, Rencana, dan/atau Program Pemerintah
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14 ayat (1).

(2) Menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan


bidang penataan ruang wajib melaksanakan
pemantauan dan evaluasi KLHS untuk Kebijakan,
Rencana dan/atau Program sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 14 ayat (1) huruf a, huruf b dan huruf c.

(3) Menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan


bidang kelautan dan perikanan wajib melaksanakan
pemantauan dan evaluasi KLHS untuk Kebijakan,
Rencana dan/atau Program sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 14 ayat (1) huruf d, huruf e, huruf f dan
huruf g.

(4) Menteri yang menyelenggarakan urusan koordinasi


pemerintahan bidang perekonomian wajib
melaksanakan pemantauan dan evaluasi KLHS untuk
Kebijakan, Rencana dan/atau Program sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 14 ayat (1) huruf j.

(5) Menteri/kepala lembaga pemerintah nonkementerian


yang menyelenggarakan urusan sesuai dengan jenis
KLHS yang telah divalidasi, wajib melaksanakan
pemantauan dan evaluasi KLHS untuk Kebijakan,

Draft Tanggal 21 April 2017


- 60 -

Rencana dan/atau Program sebagaimana dimaksud


dalam Pasal 14 ayat (1) huruf k dan huruf l.

Pasal 56

(1) Gubernur melakukan pemantauan dan evaluasi


pembuatan dan pelaksanaan KLHS untuk Kebijakan,
Rencana dan/atau Program Pemerintah Daerah
Provinsi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16 ayat
(1).

(2) Kepala Perangkat Daerah yang melaksanakan urusan


pemerintahan bidang penataan ruang wajib
melakukan pemantauan dan evaluasi KLHS untuk
Kebijakan, Rencana dan/atau Program sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 16 ayat (1) huruf a dan huruf
b.

(3) Kepala Perangkat Daerah yang melaksanakan urusan


pemerintahan bidang kelautan dan perikanan wajib
melakukan pemantauan dan evaluasi KLHS untuk
Kebijakan, Rencana dan/atau Program sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 16 pada ayat (1) huruf c, huruf
d dan huruf e.

(4) Kepala Perangkat Daerah yang melaksanakan urusan


pemerintahan bidang perencanaan pembangunan
daerah wajib melakukan pemantauan dan evaluasi
KLHS untuk Kebijakan, Rencana dan/atau Program
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16 ayat (1) huruf
f, huruf g dan huruf h.

(5) Kepala Perangkat Daerah yang melaksanakan urusan


bidang kehutanan wajib melakukan pemantauan dan
evaluasi KLHS untuk Kebijakan, Rencana dan/atau

Draft Tanggal 21 April 2017


- 61 -

Program sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16 ayat


(1) huruf i.

(6) Kepala Perangkat Daerah yang melaksanakan urusan


sesuai dengan jenis KLHS yang telah divalidasi wajib
melakukan pemantauan dan evaluasi KLHS untuk
Kebijakan, Rencana dan/atau Program sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 16 ayat (1) huruf j dan huruf k.

Pasal 57

(1) Bupati/walikota melakukan pemantauan dan evaluasi


KLHS, untuk pembuatan dan pelaksanaan KLHS
untuk Kebijakan, Rencana dan/atau Program
Pemerintah Daerah kabupaten/kota.

(2) KLHS yang telah mendapatkan persetujuan validasi


sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi KLHS
untuk Kebijakan, Rencana dan/atau Program
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 18.

(3) Kepala perangkat daerah yang melaksanakan urusan


pemerintahan bidang penataan ruang wajib
melakukan pemantauan dan evaluasi KLHS
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 18 ayat (1) huruf
a, huruf b, huruf c dan huruf d.

(4) Kepala perangkat daerah yang melaksanakan urusan


pemerintahan bidang perencanaan pembangunan
daerah wajib melakukan pemantauan dan evaluasi
KLHS sebagaimana dimaksud dalam Pasal 18 ayat (1)
huruf e dan huruf f.

(5) Kepala perangkat daerah yang melaksanakan urusan


sesuai dengan jenis KLHS yang telah divalidasi wajib
melakukan pemantauan dan evaluasi KLHS

Draft Tanggal 21 April 2017


- 62 -

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 18 ayat (1) huruf


g dan huruf h.

Pasal 58

(1) Pemantauan dan evaluasi KLHS dilakukan pada saat:

a. pembuatan KLHS; dan

b. pelaksanaan KLHS yang telah mendapat


persetujuan validasi.

(2) Pemantauan dan evaluasi pada saat pembuatan KLHS


sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a
dilakukan untuk memastikan:

a. dipenuhinya kewajiban pembuatan KLHS


sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 sampai
dengan Pasal 44;

b. efektivitas pelibatan masyarakat dan pemangku


kepentingan dalam KLHS sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 23;

c. efektivitas validasi KLHS sebagaimana dimaksud


dalam Pasal 46 sampai dengan Pasal 51; dan

d. efektivitas pembinaan KLHS sebagaimana


dimaksud dalam Pasal 52 sampai dengan Pasal
54.

(3) Pemantauan dan evaluasi terhadap pelaksanaan KLHS


yang telah mendapat persetujuan validasi KLHS
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b
dilakukan untuk memastikan:

a. kepatuhan dan efektivitas integrasi hasil KLHS ke


dalam Kebijakan, Rencana, dan/atau Program

Draft Tanggal 21 April 2017


- 63 -

sebagaimana dimaksud pada Pasal 40 sampai


dengan Pasal 43; dan

b. kualitas dan efektivitas rekomendasi KLHS dalam


pengelolaan dampak dan risiko Lingkungan Hidup
sebagaimana dimaksud pada Pasal 39.

(4) Hasil pemantauan dan evaluasi sebagaimana


dimaksud pada ayat (2) dan ayat (3) menjadi dasar:

a. penyempurnaan perangkat pengaturan mengenai


KLHS; dan

b. penetapan Kebijakan, Rencana, dan/atau Program


terkait yang dipandang perlu.

Pasal 59

(1) Menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan


bidang penataan ruang menyampaikan hasil
pemantauan dan evaluasi sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 55 ayat (2) kepada Menteri.

(2) Menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan


bidang kelautan dan perikanan menyampaikan hasil
pemantauan dan evaluasi sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 55 ayat (3) kepada Menteri.

(3) Menteri yang menyelenggarakan urusan koordinasi


pemerintahan bidang perekonomian menyampaikan
hasil pemantauan dan evaluasi sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 55 ayat (4) kepada Menteri.

(4) Menteri/kepala lembaga pemerintah nonkementerian


yang menyelenggarakan urusan sesuai dengan jenis
KLHS yang telah divalidasi menyampaikan hasil

Draft Tanggal 21 April 2017


- 64 -

pemantauan dan evaluasi sebagaimana dimaksud


dalam Pasal 55 ayat (5) kepada Menteri.

Pasal 60

(1) Kepala Perangkat Daerah provinsi yang melaksanakan


urusan pemerintahan bidang penataan ruang
menyampaikan hasil pemantauan dan evaluasi
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 56 ayat (2)
kepada gubernur.

(2) Kepala Perangkat Daerah provinsi yang melaksanakan


urusan pemerintahan bidang kelautan dan perikanan
menyampaikan hasil pemantauan dan evaluasi
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 56 ayat (3)
kepada gubernur.

(3) Kepala Perangkat Daerah provinsi yang melaksanakan


urusan pemerintahan bidang perencanaan
pembangunan daerah menyampaikan hasil
pemantauan dan evaluasi sebagaimana dimaksud
dalam 56 ayat (4) kepada gubernur.

(4) Kepala Perangkat Daerah provinsi yang melaksanakan


urusan pemerintahan bidang perencanaan
pembangunan daerah menyampaikan hasil
pemantauan dan evaluasi sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 56 ayat (4) kepada gubernur.

(5) Kepala Perangkat Daerah provinsi yang melaksanakan


urusan pemerintahan di bidang kehutanan
menyampaikan hasil pemantauan dan evaluasi
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 56 ayat (5)
kepada gubernur.

Draft Tanggal 21 April 2017


- 65 -

(6) Kepala Perangkat Daerah provinsi yang melaksanakan


urusan sesuai dengan jenis KLHS yang telah divalidasi
menyampaikan hasil pemantauan dan evaluasi
sebagaimana dimaksud dalam Error! Reference
source not found.Pasal 56 ayat (6) kepada gubernur.

Pasal 61

Gubernur menyampaikan hasil pemantauan dan evaluasi


sebagaimana dimaksud dalam Pasal 60 kepada Menteri
dengan tembusan menteri/kepala lembaga pemerintah
nonkementerian terkait.

Pasal 62

(1) Perangkat Daerah kabupaten/kota yang


menyelenggarakan urusan pemerintahan bidang
penataan ruang menyampaikan hasil pemantauan dan
evaluasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 57 ayat
(3) kepada bupati/walikota.

(2) Perangkat Daerah kabupaten/kota yang


menyelenggarakan urusan pemerintahan bidang
perencanaan pembangunan daerah menyampaikan
hasil pemantauan dan evaluasi sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 57 ayat (4) kepada
bupati/walikota.

(3) Perangkat Daerah kabupaten/kota yang


menyelenggarakan urusan sesuai dengan jenis KLHS
yang telah divalidasi menyampaikan hasil
pemantauan dan evaluasi sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 57 ayat (5) kepada bupati/walikota.

Draft Tanggal 21 April 2017


- 66 -

Pasal 63

Bupati/walikota menyampaikan hasil pemantauan dan


evaluasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 62 kepada
gubernur dengan tembusan Menteri dan menteri/kepala
lembaga pemerintah nonkementerian terkait.

BAB IX

PEMBIAYAAN

Pasal 64

Pembiayaan penyelenggaraan KLHS dibebankan pada:


a. Anggaran Pendapatan Belanja Negara bagi
Kebijakan, Rencana, dan/atau Program yang
disusun oleh Pemerintah;
b. Anggaran Pendapatan Belanja Daerah bagi
Kebijakan, Rencana, dan/atau Program yang
disusun oleh Pemerintah Daerah; dan
c. Sumber lain yang sah dan tidak mengikat sesuai
dengan peraturan perundangan.

BAB X

KETENTUAN PERALIHAN

Pasal 65

Pada saat Peraturan Menteri ini berlaku:

(1) KLHS yang telah dibuat sebelum berlakunya


Peraturan Menteri ini dinyatakan tetap berlaku sesuai
dengan masa berlaku Kebijakan, Rencana, dan/atau
Program.

(2) Kebijakan, Rencana, dan/atau Program yang sudah


disahkan dan belum melalui proses KLHS, tetap wajib

Draft Tanggal 21 April 2017


- 67 -

menyelenggarakan KLHS pada waktu evaluasi sesuai


ketentuan aturan ini.

(3) Kebijakan, Rencana, dan/atau Program yang sudah


dibuat dan belum disahkan, dan belum disusun
KLHSnya, maka penyusun Kebijakan, Rencana,
dan/atau Program wajib menyelenggarakan KLHS
pada saat evaluasi sesuai dengan aturan ini.

BAB XI

KETENTUAN PENUTUP

Pasal 66

Pada saat peraturan ini mulai berlaku, maka Peraturan


Menteri Lingkungan Hidup Nomor 09 Tahun 2011 tentang
Pedoman Umum KLHS dicabut dan dinyatakan tidak
berlaku.

Pasal 67

Peraturan ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan.

Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan


pengundangan Peraturan Menteri ini dengan
penempatannya dalam Berita Negara Republik Indonesia.

Ditetapkan di Jakarta

pada tanggal……..

Draft Tanggal 21 April 2017


- 68 -

MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN

KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA,

Ttd

SITI NURBAYA

Draft Tanggal 21 April 2017


- 69 -

LAMPIRAN I
PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN
KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA
NOMOR : …
TENTANG
PEDOMAN PELAKSANAAN PERATURAN PEMERINTAH
NOMOR 46 TAHUN 2016 TENTANG TATA CARA
PENYELENGGARAAN KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP
STRATEGIS

PROSES PENAPISAN MATERI MUATAN KEBIJAKAN, RENCANA,


DAN/ATAU PROGRAM YANG BERPOTENSI MENIMBULKAN DAMPAK
DAN/ATAU RISIKO LINGKUNGAN HIDUP DENGAN KRITERIA DAMPAK
DAN/ATAU RISIKO LINGKUNGAN HIDUP DAN PEMBANGUNAN
BERKELANJUTAN.
Kelompok Kerja melaksanakan proses penapisan sebagai berikut:
1. Menentukan materi muatan Kebijakan, Rencana, dan/atau Program
yang berpotensi menimbulkan dampak dan/atau risiko Lingkungan
Hidup (kolom (2))
2. Menentukan kriteria dampak dan/atau risiko Lingkungan Hidup dan
pembangunan berkelanjutan (kolom (3))
3. Melakukan uji silang antara butir 1 (kolom (2)) dan butir 2 (kolom (3)).

Draft Tanggal 21 April 2017


Tabel 1.1 Contoh Matrik Uji Silang dalam Proses Penapisan Kebijakan,
Rencana, dan/atau Program yang berpotensi menimbulkan
dampak dan/atau risiko lingkungan hidup.
Materi Muatan Kriteria
Kebijakan, Rencana Dampak/Risiko LH Keterangan
No
dan/atau Program 1 2 3 4 5 6 7
(1) (2) (3) (4)
>2 kriteria negatif,
1 Reklamasi 13 Pulau - - - - + - + perlu KLHS
>2 kriteria negatif,
2 Pembangunan Tanggul A - - - + + - + perlu KLHS
>2 kriteria negatif,
3 Pembangunan Tanggul B - - + - + + + perlu KLHS
>2 kriteria negatif,
4 Pembangunan Tanggul C - - + - + + + perlu KLHS
Pembuatan Waduk 1 Kriteria
5 + - + + + + +
Retensi berdampak negatif
Pembangunan >2 kriteria negatif,
6 - - - - - - - perlu KLHS
Infrastruktur
<2 kriteria negatif,
7 Pariwisata - + + + + + + tidak perlu KLHS
>2 kriteria negatif,
8 Pemukiman Nelayan + - + - + + + perlu KLHS
<2 kriteria negatif,
9 Desalinasi + + + + + + + tidak perlu KLHS
Pengolahan Sampah yang <2 kriteria negatif,
10 + + + + + + +
Terintegrasi tidak perlu KLHS

11 Dst

Keterangan:
+ = berdampak positif terhadap lingkungan hidup
- = berdampak negatif terhadap lingkungan hidup
1. perubahan iklim;
2. kerusakan, kemerosotan, dan/atau kepunahan keanekaragaman hayati;
3. peningkatan intensitas dan cakupan wilayah bencana banjir, longsor,
kekeringan, dan/atau kebakaran dan lahan;
4. penurunan mutu dan kelimpahan sumber daya alam;
5. peningkatan alih fungsi kawasan hutan dan/atau lahan;
6. peningkatan jumlah penduduk miskin atau terancamnya keberlanjutan
penghidupan sekelompok masyarakat; dan/atau
7. peningkatan risiko terhadap kesehatan dan keselamatan manusia.

Ringkasan:
Menetapkan Kebijakan, Rencana, dan/atau Program yang berpotensi
menimbulkan dampak dan/atau risiko Lingkungan Hidup, yang wajib membuat
dan melaksanakan KLHS adalah:
1. Reklamasi 13 Pulau 2. Pembangunan Tanggul A
3. Pembangunan Tanggul B 4. Pembangunan Tanggul C
5. Pembangunan Infrastruktur 6. Pemukiman Nelayan
- 71 -

LAMPIRAN II
PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN
KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA
NOMOR : …
TENTANG
PEDOMAN PELAKSANAAN PERATURAN PEMERINTAH
NOMOR 46 TAHUN 2016 TENTANG TATA CARA
PENYELENGGARAAN KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP
STRATEGIS

FORMAT BERITA ACARA PENETAPAN KEBIJAKAN, RENCANA,


DAN/ATAU PROGRAM YANG BERPOTENSI MENIMBULKAN DAMPAK
DAN/ATAU RISIKO LINGKUNGAN HIDUP.

Draft Tanggal 21 April 2017


- 72 -

Nama Kementerian/Lembaga Pemerintah Non


Kementerian/Provinsi
LOGO
Jalan …………………………………………………….
Telepon ……………… Faximile ………………

BERITA ACARA
NOMOR ……………………

Tentang
Penetapan Kebijakan, Rencana dan/atau Program
yang Berpotensi Menimbulkan Dampak dan/atau Risiko Lingkungan Hidup

Pada hari ini, …… tanggal ……, bulan ……, tahun ……, yang bertanda tangan di
bawah ini:

Nama/NIP : [Nama Pejabat]/[NIP]


Jabatan : [Pejabat Eselon I yang bertugas dan bertanggung jawab di
bidang Lingkungan Hidup/Kepala Perangkat Daerah Provinsi
yang menyelenggarakan urusan pemerintahan bidang
Lingkungan Hidup]
Menyatakan telah melaksanakan penapisan terhadap [nama dokumen perencanaan
Kebijakan, Rencana dan/atau Program] dengan hasil:

Menetapkan Kebijakan, Rencana, dan/atau Program yang berpotensi menimbulkan


dampak dan/atau risiko Lingkungan Hidup, yang wajib dilakukan kajian lebih lanjut
melalui Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) adalah sebagai berikut:
1. Reklamasi 13 Pulau
2. Pembangunan Tanggul A
3. Pembangunan Tanggul B
4. Pembangunan Tanggul C
5. Pembangunan Infrastruktur
6. Pemukiman Nelayan

Demikian Berita Acara ini dibuat dengan sebenarnya dan untuk dipergunakan
sebagaimana mestinya.
Dibuat di …………………………………

[Nama Jabatan],

Tanda Tangan

Nama Lengkap
NIP

Draft Tanggal 21 April 2017


LAMPIRAN III
PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN
KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA
NOMOR : …
TENTANG
PEDOMAN PELAKSANAAN PERATURAN PEMERINTAH
NOMOR 46 TAHUN 2016 TENTANG TATA CARA
PENYELENGGARAAN KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP
STRATEGIS

FORMAT SURAT PERMOHONAN PERWAKILAN KELOMPOK


MASYARAKAT YANG TERKENA DAMPAK DAN/ATAU RISIKO
LINGKUNGAN HIDUP DARI KEBIJAKAN, RENCANA, DAN/ATAU
PROGRAM
- 74 -

NAMA KELOMPOK MASYARAKAT


Jalan …………………………………………………….
Telepon/HP ……………… Email ………………

Nomor : ………………………………… [Kota], …… [Bulan,Tahun]


Lampiran : … berkas
Perihal : Permohonan Kajian Lingkungan
Hidup Strategis (KLHS)

Kepada Yth.
[Menteri/Gubernur *)]
*) pilih salah satu opsi yang dituju

Di –
Tempat

Dengan hormat,
Bersama surat ini kami dari organisasi kelompok masyarakat……………………
menyampaikan hal-hal sebagai berikut:
1. Terkait dengan Rencana Pembangunan ……………………… yang terletak di ..............,
dan berdasarkan fakta dan informasi yang kami ketahui bahwa Rencana
Pembangunan tersebut diperkirakan akan menimbulkan dampak dan/atau risiko
lingkungan hidup jangka panjang sebagai berikut:
a. [jenis dampak]…………………………………………………………………………
b. ………………………………………………………………………………………………
c. dst (sebagaimana data & informasi pendukung terlampir)
2. Berdasarkan hal tersebut diatas, kami mohon untuk dapat dilakukan proses KLHS.
Demikian permohonan ini kami sampaikan. Atas perhatian dan tanggapannya,
kami ucapkan terima kasih.

Penanggung jawab Pemohon,


[Jabatan dalam Organisasi
Kelompok Masyarakat]

Tanda Tangan
Nama Lengkap

Draft Tanggal 20 April 2017


- 75 -

Lampiran Surat
Nomor :
Tanggal :

DATA & INFORMASI PENDUKUNG

a. DESKRIPSI SINGKAT
Jenis Rencana Pembangunan
Lokasi Rencana Pembangunan:
- Desa :..................
- Kecamatan :..................
- Kabupaten/Kota :..................
Luasan Rencana Pembangunan:....................(hektar)

b. PERKIRAAN POTENSI DAMPAK DAN/ATAU RISIKO LINGKUNGAN HIDUP


Deskripsi singkat perkiraan dampak dan/atau risiko lingkungan hidup yang mungkin
ditimbulkan beserta contoh kasus yang serupa di wilayah lain.

c. DOKUMENTASI/FOTO LOKASI RENCANA PEMBANGUNAN


- Lokasi Perencanaan
- Lokasi Perkiraan Terkena Dampak

Draft Tanggal 20 April 2017


- 76 -

LAMPIRAN IV
PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN
KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA
NOMOR : …
TENTANG
PEDOMAN PELAKSANAAN PERATURAN PEMERINTAH
NOMOR 46 TAHUN 2016 TENTANG TATA CARA
PENYELENGGARAAN KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP
STRATEGIS

PROSES PENAPISAN MATERI MUATAN KEBIJAKAN, RENCANA,


DAN/ATAU PROGRAM BERDASARKAN PERMINTAAN MASYARAKAT
Pejabat Eselon I yang bertugas dan bertanggung jawab di bidang tata
lingkungan atau Kepala Perangkat Daerah Provinsi yang menyelenggarakan
urusan pemerintahan bidang Lingkungan Hidup, melaksanakan proses
penapisan sebagai berikut:
Contoh kasus isu pabrik semen di Rembang
1. Menentukan batas wilayah kajian berdasarkan batas ekosistem dan
ekoregion KLHK

Batas ekoregion

Pabrik semen

2. Menginventarisasi materi muatan Kebijakan, Rencana, dan/atau Program


yang diperoleh antara lain dari Rencana Tata Ruang Wilayah, Rencana
Pembangunan Jangka Panjang/ Menengah, Izin Usaha dan/atau Kegiatan
(kolom (2))

Draft Tanggal 20 April 2017


- 77 -

3. Menentukan kriteria dampak dan/atau risiko Lingkungan Hidup dan


pembangunan berkelanjutan (kolom (3))
4. Melakukan uji silang antara butir 1 (kolom (2)) dan butir 2 (kolom (3)).

Tabel 1.2 Contoh Matrik Uji Silang dalam Proses Penapisan Kebijakan,
Rencana, dan/atau Program Berdasarkan Permintaan Masyarakat.
Kriteria
Materi Muatan Kebijakan, Dampak/Risiko LH Keterangan
Rencana dan/atau Program
No 1 2 3 4 5 6 7
(1) (2) (3) (4)
>2 kriteria negatif,
1 Pembangunan Pabrik Semen - - - - - + -
perlu KLHS
>2 kriteria negatif,
2 Pembangunan Jalan Provinsi - - - - - + - perlu KLHS
>2 kriteria negatif,
3 Pemukiman - - - - - + + perlu KLHS
>2 kriteria negatif,
4 Pertanian - + + + - + + perlu KLHS
<2 kriteria negatif,
5 Kehutanan + + + + + + + tidak perlu KLHS
>2 kriteria negatif,
6 Pertambangan - - - - - - - perlu KLHS
Peningkatan Kesejahteraan >2 kriteria negatif,
7 - + + - - + +
Masyarakat perlu KLHS
8 Dst
Keterangan:
+ = berdampak positif terhadap lingkungan hidup
- = berdampak negatif terhadap lingkungan hidup
1. perubahan iklim;
2. kerusakan, kemerosotan, dan/atau kepunahan keanekaragaman hayati;
3. peningkatan intensitas dan cakupan wilayah bencana banjir, longsor,
kekeringan, dan/atau kebakaran dan lahan;
4. penurunan mutu dan kelimpahan sumber daya alam;
5. peningkatan alih fungsi kawasan hutan dan/atau lahan;
6. peningkatan jumlah penduduk miskin atau terancamnya keberlanjutan
penghidupan sekelompok masyarakat; dan/atau
7. peningkatan risiko terhadap kesehatan dan keselamatan manusia.

Ringkasan:
Menetapkan Kebijakan, Rencana, dan/atau Program berdasarkan permintaan
masyarakat, yang wajib membuat dan melaksanakan KLHS adalah:
1. Pembangunan Pabrik Semen
2. Pembangunan Jalan Provinsi
3. Pemukiman
4. Pertambangan
5. Peningkatan Kesejahteraan Masyarakat

Draft Tanggal 20 April 2017


- 78 -

LAMPIRAN VA
PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN
KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA
NOMOR : …
TENTANG
PEDOMAN PELAKSANAAN PERATURAN PEMERINTAH
NOMOR 46 TAHUN 2016 TENTANG TATA CARA
PENYELENGGARAAN KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP
STRATEGIS

FORMAT BERITA ACARA PENETAPAN KEBIJAKAN, RENCANA,


DAN/ATAU PROGRAM BERDASARKAN PERMINTAAN MASYARAKAT
UNTUK INDIKASI DAMPAK LINTAS PROVINSI

Draft Tanggal 20 April 2017


- 79 -

Nama Kementerian/Lembaga Nonkementerian


Jalan …………………………………………………….
LOGO Telepon ……………… Faximile ………………

BERITA ACARA
NOMOR ……………………

Tentang
Penetapan Kebijakan, Rencana dan/atau Program
Berdasarkan Permintaan Masyarakat

Pada hari ini, …… tanggal ……, bulan ……, tahun ……, yang bertanda tangan di
bawah ini:

1. [Nama Pejabat].... (Pejabat Eselon I yang bertugas dan bertanggung jawab di bidang
Lingkungan Hidup), selanjutnya disebut PIHAK PERTAMA.

2. [Nama Pejabat].... (Pejabat Eselon I di kementerian/lembaga pemerintah


nonkementerian terkait yang bertugas dan bertanggung jawab di bidang Lingkungan
Hidup) ………, selanjutnya disebut PIHAK KEDUA,

Menyatakan bahwa berdasarkan Surat Kelompok Masyarakat .... No. ... tanggal ... perihal
...., kami telah melaksanakan koordinasi penapisan terhadap [nama dokumen
perencanaan Kebijakan, Rencana dan/atau Program] dengan hasil:

Menetapkan Kebijakan, Rencana, dan/atau Program berdasarkan permintaan masyarakat


yang berpotensi menimbulkan dampak dan/atau risiko Lingkungan Hidup, yang wajib
dilakukan kajian lebih lanjut melalui Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) adalah
sebagai berikut:
1. Pembangunan Pabrik Semen
2. Pembangunan Jalan Provinsi
3. Pemukiman
4. Pertambangan
5. Peningkatan Kesejahteraan Masyarakat

Demikian Berita Acara ini kami buat dengan sebenarnya dan disampaikan kepada
pihak-pihak terkait untuk dipergunakan sebagaimana mestinya.
Dibuat di …………………………………

PIHAK KEDUA, PIHAK PERTAMA,


[Nama Jabatan] [Nama Jabatan]

Tanda Tangan Tanda Tangan

Nama Lengkap Nama Lengkap


NIP NIP

Draft Tanggal 20 April 2017


- 80 -

LAMPIRAN V B
PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN
KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA
NOMOR : …
TENTANG
PEDOMAN PELAKSANAAN PERATURAN PEMERINTAH
NOMOR 46 TAHUN 2016 TENTANG TATA CARA
PENYELENGGARAAN KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP
STRATEGIS

FORMAT BERITA ACARA PENETAPAN KEBIJAKAN, RENCANA,


DAN/ATAU PROGRAM BERDASARKAN PERMINTAAN MASYARAKAT
UNTUK INDIKASI DAMPAK LINTAS DAN LINGKUP KABUPATEN/KOTA

Draft Tanggal 20 April 2017


- 81 -

Nama Provinsi
Jalan …………………………………………………….
LOGO Telepon ……………… Faximile ………………

BERITA ACARA
NOMOR ……………………

Tentang
Penetapan Kebijakan, Rencana dan/atau Program
berdasarkan Permintaan Masyarakat

Pada hari ini, …… tanggal ……, bulan ……, tahun ……, yang bertanda tangan di
bawah ini:

Nama/NIP : [Nama Pejabat]/[NIP]

Jabatan : [Kepala Perangkat Daerah Provinsi yang menyelenggarakan


urusan pemerintahan bidang Lingkungan Hidup]

Menyatakan bahwa berdasarkan Surat Kelompok Masyarakat .... No. ... tanggal ... perihal
...., kami telah melaksanakan penapisan terhadap [nama dokumen perencanaan
Kebijakan, Rencana dan/atau Program] dengan hasil:

Menetapkan Kebijakan, Rencana, dan/atau Program berdasarkan permintaan masyarakat


yang berpotensi menimbulkan dampak dan/atau risiko Lingkungan Hidup, yang wajib
dilakukan kajian lebih lanjut melalui Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) adalah
sebagai berikut:
1. Pembangunan Pabrik Semen
2. Pembangunan Jalan Provinsi
3. Pemukiman
4. Pertambangan
5. Peningkatan Kesejahteraan Masyarakat

Demikian Berita Acara ini dibuat dengan sebenarnya dan untuk dipergunakan
sebagaimana mestinya.
Dibuat di …………………………………

[Nama Jabatan],

Tanda Tangan

Nama Lengkap
NIP

Draft Tanggal 20 April 2017


- 82 -

LAMPIRAN VI
PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN
KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA
NOMOR : …
TENTANG
PEDOMAN PELAKSANAAN PERATURAN PEMERINTAH
NOMOR 46 TAHUN 2016 TENTANG TATA CARA
PENYELENGGARAAN KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP
STRATEGIS

CARA PEMUSATAN ISU-ISU PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN


Kelompok Kerja melaksanakan proses pemusatan isu pembangunan
berkelanjutan sebagai berikut:
1. Identifikasi isu pembangunan berkelanjutan dilakukan dengan cara:
a. mengumpulkan isu pembangunan berkelanjutan yang didapatkan
dari telaah literatur berbagai sumber dan curah pendapat
Kelompok Kerja.
Contoh kasus National Capital Integrated Coastal Development
(NCICD) atau Pengembangan Terpadu Pesisir Ibukota Negara
(PTPIN):
Isu Strategis Pembangunan Berkelanjutan NCICD antara lain
(telaah literatur):
1. Banjir
2. Tingginya sedimentasi di daerah hilir
3. Meningkatnya volume sampah
4. Degradasi ekosistem laut
5. Penurunan permukaan tanah
6. Pencemaran air akibat aktivitas industri
7. Kemerosotan keanekaragaman hayati
8. Hilangnya ekosistem mangroove
9. Pendapatan perkapita regional tahunan yang rendah
10. Tingkat kesejahteraan nelayan yang rendah
11. Konflik sosial nelayan
12. Tingkat kesehatan masyarakat yang rendah
13. Penurunan kualitas air tanah
14. Pencemaran udara
15. Kekurangan air bersih
16. ..............
17. Dst.....

Draft Tanggal 20 April 2017


- 83 -

b. Pemusatan isu-isu pembangunan berkelanjutan dilakukan


berdasarkan kesamaan substansi dan/atau telaahan sebab-
akibat:
Contoh sebagaimana isu butir 1 huruf a diatas, kesamaan
substansi dan/atau telaahan sebab-akibat adalah sebagai berikut:
Isu Strategis Pembangunan Berkelanjutan NCICD antara lain
(telaah literatur):

1. Banjir
2. Tingginya sedimentasi di Banjir
daerah hilir
3. Meningkatnya volume sampah

4. Degradasi ekosistem laut


5. Penurunan permukaan tanah Degradasi
6. Pencemaran air akibat aktivitas ekosistem
industri laut

7. Kemerosotan keanekaragaman
hayati Kemerosotan
8. Hilangnya ekosistem kehati
mangroove

9. Pendapatan perkapita
regional tahunan yang rendah Pendapatan
10. Tingkat kesejahteraan perkapita
nelayan yang rendah regional
11. Konflik sosial nelayan rendah

12. Tingkat kesehatan


Tingkat
masyarakat yang rendah
kesehatan
13. Penurunan kualitas air tanah
masyarakat
14. Pencemaran udara
yang rendah
15. Kekurangan air bersih

Ringkasan:
Isu Pembangunan Berkelanjutan sebagai berikut:
1) Banjir
2) Degradasi ekosistem laut
3) Kemerosotan keanekaragaman hayati
4) Pendapatan perkapita regional rendah
5) Tingkat kesehatan masyarakat yang rendah

Draft Tanggal 20 April 2017


LAMPIRAN VII
PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN
KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA
NOMOR : …
TENTANG
PEDOMAN PELAKSANAAN PERATURAN PEMERINTAH
NOMOR 46 TAHUN 2016 TENTANG TATA CARA
PENYELENGGARAAN KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP
STRATEGIS

CARA TELAAHAN ISU PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN YANG


PALING STRATEGIS.
Kelompok Kerja melaksanakan proses telaah isu pembangunan
berkelanjutan yang paling strategis sebagai berikut:
1. Hasil rumusan isu-isu pembangunan berkelanjutan sebagaimana
dimaksud dalam lampiran VI ditelaah dengan mempertimbangkan
unsur-unsur paling sedikit:
a. karakteristik wilayah;
b. tingkat pentingnya potensi dampak;
c. keterkaitan antar isu strategis pembangunan berkelanjutan
d. keterkaitan dengan materi muatan Kebijakan, Rencana,
dan/atau Program;
e. muatan Rencana Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan
Hidup; dan/atau
f. hasil KLHS dari Kebijakan, Rencana, dan/atau Program pada
hirarki diatasnya yang harus diacu, serupa dan berada pada
wilayah yang berdekatan, dan/atau memiliki keterkaitan
dan/atau relevansi langsung.
Pada contoh kasus: isu pembangunan berkelanjutan NCICD adalah:

Telaah Karakteristik wilayah tingkat pentingnya potensi


keterkaitan hasil KLHS
indikasi muatan
frekuensi keterkaitan dengan dari
Peta Tutupan cakupan Rencana
Peta RBI Peta RTRW dan/atau antar isu materi Kebijakan,
Lahan wilayah Perlindungan
intensitas. pembanguna muatan Rencana,
Isu PB dan Keterangan
n Kebijakan, dan/atau
Bervegetasi/ Pengelolaan
berkelanjuta Rencana, Program pada
Lokasi dan Jenis pola Lahan Lingkungan
indikasi luas sering/tidak n dan/atau hirarki
topografi ruang terbuka/ Hidup
Program diatasnya
Laut
ada, dengan
cekungan/ 50% luas 7 kriteria -->
budidaya/ lahan belum ada DKI dan
Banjir elevasi Jakarta Tiap hujan tidak ada ada Masuk isu PB
pemukiman terbuka RPPLH Jabodetabek
rendah Utara strategis
Punjur

tidak, karena
ada, dengan
Pesisir/ degradasi
Degradasi Zonasi Seluas area belum ada DKI dan Masuk isu PB
Padang Laut terjadi saat ada ada
ekosistem laut budidaya NCICD RPPLH Jabodetabek strategis
lamun pembanguna
Punjur
n NCICD saja

Kemerosotan Pesisir/
Zonasi Masuk isu PB
keanekaragaman Padang Laut .. Dst.. .. Dst.. .. Dst.. .. Dst.. .. Dst.. .. Dst..
budidaya strategis
hayati lamun
Pendapatan Tidak masuk
Pesisir/ budidaya/ lahan
perkapita regional .. Dst.. .. Dst.. .. Dst.. .. Dst.. .. Dst.. .. Dst.. isu PB
datar pemukiman terbuka
rendah strategis
Tingkat
kesehatan
Pesisir/ budidaya/ lahan Masuk isu PB
masyarakat .. Dst.. .. Dst.. .. Dst.. .. Dst.. .. Dst.. .. Dst..
datar pemukiman terbuka strategis
nelayan yang
rendah

Ringkasan:
Isu Pembangunan Berkelanjutan yang paling strategis:
1) Banjir 2) Degradasi ekosistem laut
3) Kemerosotan kehati 4) Tingkat kesehatan masyarakat yang rendah
LAMPIRAN VIII
PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN
KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA
NOMOR : …
TENTANG
PEDOMAN PELAKSANAAN PERATURAN PEMERINTAH
NOMOR 46 TAHUN 2016 TENTANG TATA CARA
PENYELENGGARAAN KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP
STRATEGIS

CARA PENENTUAN ISU-ISU PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN


PRIORITAS
Kelompok Kerja melaksanakan proses Penentuan isu pembangunan
berkelanjutan priritas sebagai berikut:
Isu PB yang kapasitas perkiraan kinerja intensitas status mutu ketahanan kerentanan tingkat dan risiko ancaman
paling daya dukung dampak layanan atau dan cakupan dan dan potensi dan kapasitas status jumlah terhadap terhadap Jumlah Ringkasan
strategis dan daya dan/atau jasa wilayah ketersediaan keanekaraga adaptasi penduduk kesehatan perlindungan
Banjir 5 5 4 5 4 3 2 5 5 3 41 Isu prioritas 1
Degradasi
ekosistem 4 4 3 3 3 4 2 3 2 2 30 bukan isu prioritas
laut
Kemerosotan
keanekaraga 3 3 3 3 4 5 4 3 2 2 32 Isu prioritas 3
man hayati
Tidak masuk isu PB
Pendapatan
strategis, sehingga
perkapita
tidak dilakukan
regional
pembobotan ke isu
rendah
PB prioritas
Tingkat
kesehatan
masyarakat 4 3 4 3 4 5 5 5 5 2 40 Isu prioritas 2
nelayan yang
rendah

Keterangan : Ringkasan:
1 : sangat tidak Penting Isu Pembangunan Berkelanjutan yang paling strategis:
2: tidak penting 1) Banjir
3 : Cukup Penting 2) Kemerosotan keanekaragaman hayati
4: Penting 3) Tingkat kesehatan masyarakat yang rendah
5: sangat penting
LAMPIRAN IX
PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN
KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA
NOMOR : …
TENTANG
PEDOMAN PELAKSANAAN PERATURAN PEMERINTAH
NOMOR 46 TAHUN 2016 TENTANG TATA CARA
PENYELENGGARAAN KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP
STRATEGIS

PROSES IDENTIFIKASI MATERI MUATAN KEBIJAKAN, RENCANA,


DAN/ATAU PROGRAM DENGAN KRITERIA DAMPAK DAN/ATAU RISIKO
LINGKUNGAN HIDUP DAN PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN
Kelompok Kerja melaksanakan proses penapisan sebagai berikut:
1. Mengidentifikasi materi muatan Kebijakan, Rencana, dan/atau Program
(kolom (2))
2. Menentukan kriteria dampak dan/atau risiko Lingkungan Hidup dan
pembangunan berkelanjutan (kolom (3))
3. Melakukan uji silang antara butir 1 (kolom (2)) dan butir 2 (kolom (3)).
Tabel Contoh Matrik Uji Silang dalam Proses Identifikasi Kebijakan,
Rencana, dan/atau Program dengan kriteria dampak dan/atau
risiko Lingkungan Hidup dan pembangunan berkelanjutan.
Kriteria
Materi Muatan Kebijakan, Dampak/Risiko LH Keterangan
No Rencana dan/atau Program
1 2 3 4 5 6 7
(1) (2) (3) (4)
>2 kriteria negatif,
1 Reklamasi 13 Pulau - - - - + - + perlu KLHS
>2 kriteria negatif,
2 Pembangunan Tanggul A - - - + + - + perlu KLHS
>2 kriteria negatif,
3 Pembangunan Tanggul B - - + - + + + perlu KLHS
>2 kriteria negatif,
4 Pembangunan Tanggul C - - + - + + + perlu KLHS
<2 kriteria negatif,
5 Pembuatan Waduk Retensi + - + + + + + tidak perlu KLHS
>2 kriteria negatif,
6 Pembangunan Infrastruktur - - - - - - - perlu KLHS
<2 kriteria negatif,
7 Pariwisata - + + + + + + tidak perlu KLHS
>2 kriteria negatif,
8 Pemukiman Nelayan + - + - + + + perlu KLHS
<2 kriteria negatif,
9 Desalinasi + + + + + + + tidak perlu KLHS
Pengolahan Sampah yang <2 kriteria negatif,
10 + + + + + + +
Terintegrasi tidak perlu KLHS

11 ... dst ...


Keterangan:
+ = berdampak positif terhadap lingkungan hidup
- = berdampak negatif terhadap lingkungan hidup
1. perubahan iklim;
2. kerusakan, kemerosotan, dan/atau kepunahan kehati;
3. peningkatan intensitas dan cakupan wilayah bencana banjir, longsor,
kekeringan, dan/atau kebakaran dan lahan;
4. penurunan mutu dan kelimpahan sumber daya alam;
5. peningkatan alih fungsi kawasan hutan dan/atau lahan;
6. peningkatan jumlah penduduk miskin atau terancamnya keberlanjutan
penghidupan sekelompok masyarakat; dan/atau
7. peningkatan risiko terhadap kesehatan dan keselamatan manusia.

Ringkasan:
Menetapkan Kebijakan, Rencana, dan/atau Program yang berpotensi
menimbulkan dampak dan/atau risiko Lingkungan Hidup, yang wajib membuat
dan melaksanakan KLHS adalah:
1. Reklamasi 13 Pulau 2. Pembangunan Tanggul A
3. Pembangunan Tanggul B 4. Pembangunan Tanggul C
5. Pembangunan Infrastruktur 6. Pemukiman Nelayan
LAMPIRAN X
PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN
KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA
NOMOR : …
TENTANG
PEDOMAN PELAKSANAAN PERATURAN PEMERINTAH
NOMOR 46 TAHUN 2016 TENTANG TATA CARA
PENYELENGGARAAN KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP
STRATEGIS

FORMAT UJI KETERKAITAN ANTARA MATERI MUATAN KEBIJAKAN,


RENCANA DAN/ATAU PROGRAM DENGAN ISU PEMBANGUNAN
BERKELANJUTAN PRIORITAS
Isu PB prioritas
Tingkat
Jumlah
Materi Kemerosotan kesehatan
pengaruh Ringkasan
muatan KRP Banjir keanekaragaman masyarakat
negatif
hayati nelayan yang
rendah
Reklamasi 13 2 pengaruh perlu kajian
- - +
Pulau negatif muatan KLHS
Pembangunan 3 pengaruh perlu kajian
- - -
Tanggul A negatif muatan KLHS
Pembangunan 1 pengaruh tidak perlu kajian
0 - 0
Tanggul B negatif muatan KLHS
Pembangunan 1 pengaruh tidak perlu kajian
0 - 0
Tanggul C negatif muatan KLHS
Pembangunan 2 pengaruh perlu kajian
- - +
Infrastruktur negatif muatan KLHS
Pemukiman 2 pengaruh perlu kajian
- - +
Nelayan negatif muatan KLHS
Keterangan
+ = materi muatan KRP berpengaruh positif terhadap Isu PB prioritas
0 = materi muatan KRP tidak berpengaruh terhadap Isu PB prioritas
- = materi muatan KRP berpengaruh negatif terhadap Isu PB prioritas

Ringkasan:
1. Hasil analisis pengaruh sebagaimana matrik diatas dengan jumlah
pengaruh negatif paling sedikit 2, dilakukan telaahan lebih lanjut dengan
kajian paling sedikit memuat:
a. kapasitas daya dukung dan daya tampung Lingkungan Hidup untuk
pembangunan;
b. perkiraan mengenai dampak dan risiko Lingkungan Hidup;
c. kinerja layanan atau jasa ekosistem;
d. efisiensi pemanfaatan sumber daya alam;
e. tingkat kerentanan dan kapasitas adaptasi terhadap perubahan iklim;
dan
f. tingkat ketahanan dan potensi keanekaragaman hayati.
2. Hasil analisis pengaruh pada butir 1 diatas dikonsultasikan dengan
masyarakat dan pemangku kepentingan untuk pengayaan dan penajaman
hasil analisis pengaruh.
- 91 -

LAMPIRAN XI
PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN
KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA
NOMOR : …
TENTANG
PEDOMAN PELAKSANAAN PERATURAN PEMERINTAH
NOMOR 46 TAHUN 2016 TENTANG TATA CARA
PENYELENGGARAAN KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP
STRATEGIS

CONTOH MUATAN KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS

Langkah-langkah yang dapat dilaksanakan adalah sebagai berikut:


1. Berdasarkan hasil uji keterkaitan antara materi muatan Kebijakan,
Rencana dan/atau Program dengan Isu Pembangunan Berkelanjutan
Prioritas, yang didapatkan dari hasil kesepakatan dengan masyarakat
adalah:
a. Reklamasi 13 Pulau
b. Pembangunan tanggul A
c. Pembangunan Infrastruktur
d. Pemukiman nelayan
2. Petakan hasil kajian keterkaitan tersebut ke dalam Peta RTRW
Provinsi. Apakah sudah sesuai dengan struktur dan pola ruang yang
ada?
3. Contoh kajian muatan untuk Pembangunan Infrastruktur:

contoh

contoh D
C A
B

Telaahan : Jalan Tol Sunter - Rawa Buaya - Batu Ceper (20 km)
a. Trace AB : warna kuning : Pemukiman
E
b. Trace BC : warna ungu : Perkantoran
c. Trace CD : warna kuning : Pemukiman
d. Trace DE : warna abu-abu : Industri dan Pergudangan
e. Trace EF : warna kuning : Pemukiman

Draft Tanggal 24 April 2017 -TA


4. Pembangunan infrastruktur, setelah ditumpang susun dengan Peta
RTRW Provinsi, berada pada pola ruang Pemukiman Padat,
Perksntoran dan Pemukiman.
5. Telaahan dilakukans sebagai berikut:

Muatan Kajian Analisis


No Muatan KRP Resiko dan Perubahan
DDDT Jasa Ekosistem SDA Bio-diversity
Dampak LH Iklim
3 Pembangunan Tanggul A
Telaahan:
Jasa Ekosistem Analisis kebutuhan Banjir, Land Semakin t idak ada,
a. Trace AB : berada pada pola ruang: air / pangan SDA unt Pemb : subsudance, Panas karena dari
Terlampaui
Pemukiman padat terganggu Semen, kerikil, pasir. kualitas air pemukiman ke
Dari menurun tanggul, t idak
mana diambilnya? ada vegetasi

4 Dst .............
LAMPIRAN XII
PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN
KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA
NOMOR : …
TENTANG
PEDOMAN PELAKSANAAN PERATURAN PEMERINTAH
NOMOR 46 TAHUN 2016 TENTANG TATA CARA
PENYELENGGARAAN KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP
STRATEGIS

CONTOH REKOMENDASI PERBAIKAN UNTUK PENGAMBILAN


KEPUTUSAN KEBIJAKAN, RENCANA, DAN/ATAU PROGRAM

Langkah-langkah yang dapat dilaksanakan adalah sebagai berikut:


1. Berdasarkan hasil muatan kajian, didapatkan beberapa alternatif.
Misalnya Trace A – B yang akan dibangun, terdapat pada Pola Ruang
Pemukiman Padat, yang diasumsikan DDDT sudah terlampaui, maka
beberapa alternatif, seperti:
a. Re-route
b. Re-lokasi
c. Pemukiman vertikal
d. Infrastruktur Kereta Api
2. Selanjutnya perlu dilakukan analisis lanjutan dengan
mempertimbangkan besaran manfaat dan risiko.
3. Hasil analisis lanjutan yang dipilih adalah alternatif yang memiliki
manfaat lebih besar dan dapat dilaksanakan.
4. Hasil analisis lanjutan yang mempunyai risiko lebih besar dan tidak
ada alternatif lain, maka wajib dilakukan upaya mitigasi yang
memungkinkan untuk dilaksanakan.
5. Dalam hal hasil analisis lanjutan terdapat lebih dari satu alternatif
yang mempunyai nilai manfaat lebih besar dan dapat dilaksanakan,
maka pemilihan alternatif dilakukan dengan analisis sistem.
6. Hasil analisis dapat dikonsultasikan dengan masyarakat dan
pemangku kepentingan untuk pengayaan dan penajaman alternatif
penyempurnaan Kebijakan, Rencana, dan/atau Program.
7. Contoh analisis alternatif untuk rekomendasi perbaikan untuk
pengambilan keputusan Kebijakan, Rencana dan/atau Program,
adalah sebagai berikut:
Muatan Kajian Analisis Kajian
Rumusan Rekomendasi
No Muatan KRP Jasa Resiko dan Perubahan Bio-
DDDT SDA Alternat if PB Sistem Perbaikan
Ekosistem Dampak LH Iklim diversity
Jalan Tol Sunter - Rawa
3 Buaya - Batu Ceper (20
km)
Telaahan:
a. Trace AB : Jasa Analisis
Terlampaui Banjir Panas t idak ada Relokasi CBA 50 M
Pemukiman padat Ekosistem kebutuhan
air /pangan SDA unt Reroute pada
terganggu Pemb : trace pemukiman
Semen, Reroute CBA 45 M
sedang atau
kerikil, rendah
pasir. Dari DDDT
mana pemukiman
diambilnya Pemukiman terlampaui,
CBA 70 M
Vertikal pemukiman
horizontal t idak
boleh lagi
Kereta api CBA 60 M
b. Trace BC : warna
Belum Terganggu Banjir Panas t idak ada CBA
ungu : Perkantoran
4 Dst .............
LAMPIRAN XIII
PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN
KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA
NOMOR : …
TENTANG
PEDOMAN PELAKSANAAN PERATURAN PEMERINTAH
NOMOR 46 TAHUN 2016 TENTANG TATA CARA
PENYELENGGARAAN KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP
STRATEGIS

FORMAT BERITA ACARA PROSES PENGINTEGRASIAN HASIL KLHS


KE DALAM KEBIJAKAN, RENCANA DAN/ATAU PROGRAM
- 96 -

Nama Kementerian/Lembaga Nonkementerian


Jalan …………………………………………………….
LOGO Telepon ……………… Faximile ………………

BERITA ACARA
NOMOR ……………………

Tentang
Pengintegrasian Hasil KLHS ke dalam Kebijakan, Rencana dan/atau Program

Pada hari ini, …… tanggal ……, bulan ……, tahun ……, yang bertanda tangan di
bawah ini:

1. [Nama Pejabat].... (Penanggung jawab penyusun Kebijakan, Rencana, dan/atau


Program), selanjutnya disebut PIHAK PERTAMA,

2. [Nama Pejabat].... (Ketua Kelompok Kerja KLHS) ………, selanjutnya disebut PIHAK
KEDUA,

telah melaksanakan koordinasi proses integrasi terhadap hasil KLHS [nama dokumen
perencanaan Kebijakan, Rencana dan/atau Program] dengan hasil:
1. Hasil KLHS sudah terintegrasi ke dalam Kebijakan, Rencana, dan/atau Program;
atau

2. Hasil KLHS akan diintegrasikan ke dalam Kebijakan, Rencana, dan/atau Program


pada saat evaluasi Kebijakan, Rencana, dan/atau Program.

Hasil integrasi sebagaimana matriks terlampir.

Demikian Berita Acara ini kami buat dengan sebenarnya dan disampaikan kepada
pihak-pihak terkait untuk dipergunakan sebagaimana mestinya.

Dibuat di …………………………………

PIHAK KEDUA, PIHAK PERTAMA,


Ketua Kelompok Kerja KLHS, Penanggung jawab penyusun
Kebijakan, Rencana, dan/atau
Program,
Tanda Tangan
Tanda Tangan

Nama Lengkap Nama Lengkap


NIP NIP

Draft Tanggal 24 April 2017 -TA


Matriks Integrasi Hasil KLHS ke dalam Kebijakan, Rencana dan/atau
Program:

Rekom Integrasi
Penjaminan
No KRP KLHS Perbaikan KLHS ke
Kualitas
KRP KRP

1 Pelabuhan Apa hasil kajian? Apa yang Apakah Apakah


• DDDTLH? diperbaiki sudah sudah Layak
2 Industri • Jasa ? atau atau belum?
Ekosistem? belum
3 Jalan dan Rel • Perubahan Dari KRP diintegras
Iklim? yang ikan?
4 Kebun sawit mana?
• Resiko dampak
kerusakan LH?
5 Pemukiman Menjadi
• Efisiensi SDA?
apa?
• Kehati?

PIHAK KEDUA, PIHAK PERTAMA,


Ketua Kelompok Kerja KLHS, Penanggung jawab penyusun
Kebijakan, Rencana,
Tanda Tangan dan/atau Program,
Tanda Tangan

Nama Lengkap
NIP Nama Lengkap
NIP
- 98 -

LAMPIRAN XIV
PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN
KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA
NOMOR : …
TENTANG
PEDOMAN PELAKSANAAN PERATURAN PEMERINTAH
NOMOR 46 TAHUN 2016 TENTANG TATA CARA
PENYELENGGARAAN KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP
STRATEGIS

INSTRUMEN PENJAMINAN KUALITAS KLHS

Contoh Instrumen Penjaminan Kualitas KLHS

Bab : Laporan KLHS


Kriteria Validasi Penjaminan Keterangan
kualitas
Laporan KLHS memuat informasi tentang :  Belum lengkap
 Lengkap
- Tidak ada
1. Dasar pertimbangan KRP sehingga perlu Sesuai dengan
dilengkapi KLHS PP No. 46
2. Metode, teknik, rangkaian langkah-langkah tahun 2016
dan hasil pengkajian pengaruh KRP tentang Tata
terhadap kondisi lingkungan hidup Cara
3. Metode, teknik, rangkaian langkah-langkah Penyelenggara
dan hasil perumusan alternatif muatan KRP an KLHS Pasal
2 ayat 2 ......
4. Pertimbangan, muatan dan konsekuensi
rekomendasi perbaikan untuk pengambilan
keputusan KRP yang mengintegrasikan
prinsip Pembangunan Berkelanjutan
5. Gambaran pengintegrasian hasil KLHS
dalam KRP
6. Pelaksanaan partisipasi masyarakat dan
keterbukaan informasi KLHS
7. Hasil penjaminan kualitas KLHS

Draft Tanggal 24 April 2017 -TA


- 99 -

Bab : Isu Pembangunan Berkelanjutan


Kriteria Validasi Penjaminan Ketera
kualitas ngan
Hasil identifikasi isu Pembangunan Berkelanjutan
dirumuskan berdasarkan prioritas dengan
mempertimbangkan unsur-unsur paling sedikit :
1. Karakteristik wilayah

2. Tingkat pentingnya potensi dampak

3. Keterkaitan antar isu strategis Pembangunan


Berkelanjutan
4. Keterkaitan dengan materi muatan
Kebijakan, Rencana, dan/ atau Program
5. Muatan Rencana Perlindungan dan
Pengelolaan Lingkungan Hidup/RPPLH;
dan/atau
6. Hasil KLHS dari Kebijakan, Rencana,
dan/atau Program pada hirarki diatasnya
yang harus diacu, serupa dan berada pada
wilayah yang berdekatan, dan/atau memiliki
keterkaitan dan/ atau relevansi langsung.
Aspek berikut tercantum dalam perlingkupan isu
Pembangunan Berkelanjutan:
1. Kapasitas daya dukung dan daya tampung
lingkungan hidup untuk pembangunan.
2. Perkiraan mengenai dampak dan risiko
lingkungan hidup
3. Kinerja layanan/jasa ekosistem.

4. Intensitas dan cakupan wilayah bencana


alam.
5. Status mutu dan ketersediaan SDA.

6. Ketahanan dan potensi keanekaragaman


hayati.
7. Kerentanan dan kapasitas adaptasi terhadap
perubahan iklim.
8. Tingkat dan status jumlah penduduk miskin
atau penghidupan sekelompok masyarakat
serta terancamnya keberlanjutan
penghidupan masyarakat.
9. Risiko terhadap kesehatan dan keselamatan
masyarakat; dan/atau
10. Ancaman terhadap perlindungan terhadap
kawasan tertentu secara tradisional yang
dilakukan oleh masyarakat dan masyarakat
hukum adat.

Draft Tanggal 24 April 2017 -TA


- 100 -

Lingkup geografis disampaikan dengan jelas

Bab : Analisis KRP dan Isu Pembangunan


Berkelanjutan
Kriteria Validasi Penjaminan Ketera
kualitas ngan
Analisis dilakukan dengan melakukan tabulasi
silang (crosstab) antara KRP dengan isu PB.
Telah dilakukan analisis semua dampak dari
setiap KRP terhadap isu PB.

Bab : Analisis KRP yang diperkirakan


berdampak dengan 6 muatan KLHS
Kriteria Validasi Penjaminan Ketera
kualitas ngan
Hasil analisis paling sedikit memuat kajian:
1. Kapasitas daya dukung dan daya tampung
Lingkungan Hidup untuk pembangunan.
2. Perkiraan mengenai dampak dan risiko
Lingkungan Hidup
3. Kinerja layanan atau jasa ekosistem.

4. Efisiensi pemanfaatan sumber daya alam.

5. Tingkat kerentanan dan kapasitas adaptasi


terhadap perubahan iklim; dan
6. Tingkat ketahanan dan potensi
keanekaragaman hayati.
Prakiraan dampak secara kuantitatif tersebut
dilengkapi dengan hasil perhitungan, keberadaan
pedoman, acuan, standar, contoh praktek terbaik,
dan informasi tersedia yang diakui secara ilmiah;
keberadaan hasil penelitian yang akuntabel;
dan/atau kesepakatan antar ahli.

Bab : Alternatif
Kriteria Validasi Penjaminan Ketera
kualitas ngan
Penyempurnaan Kebijakan, Rencana, dan atau
Program berupa :
1. Perubahan tujuan atau target

2. Perubahan strategi pencapaian target

3. Perubahan atau penyesuaian ukuran, skala,


dan lokasi yang lebih memenuhi
pertimbangan Pembangunan Berkelanjutan

Draft Tanggal 24 April 2017 -TA


- 101 -

4. Perubahan atau penyesuaian proses, metode,


dan adaptasi terhadap perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi yang lebih
memenuhi pertimbangan Pembangunan
Berkelanjutan
5. Penundaan, perbaikan urutan, atau
perubahan prioritas pelaksanaan
6. Pemberian arahan atau rambu-rambu untuk
mempertahankan atau meningkatkan fungsi
ekosistem; dan/atau
7. Pemberian arahan atau rambu-rambu
mitigasi dampak dan risiko Lingkungan
Hidup

Bab : Dokumentasi Penyusunan KLHS


Kriteria Validasi Penjaminan Ketera
Kualitas ngan
Data dukung proses FGD (foto, absen, berita
acara)
Dokumen KRP sebelum dan sesudah KRP
diperbaiki
Dokumen penjaminan kualitas Penyusun KRP

SK Pokja PL

Bab : Integrasi Hasil KLHS/Pengambilan


Keputusan
Kriteria Validasi Penjaminan Ketera
Kualitas ngan
Rekomendasi yang dihasilkan KLHS telah menjadi
bahan pertimbangan perbaikan untuk KRP?

Draft Tanggal 24 April 2017 -TA

Anda mungkin juga menyukai