Anda di halaman 1dari 21

ASUHAN KEPERAWATAN PADA TN.

M DENGAN DIAGNOSA MEDIS CHRONIC


KIDNEY DISEASE (CKD) / GAGAL GINJAL KRONIK DALAM PEMENUHAN
KEBUTUHAN DASAR MANUSIA DI RUANG ASTER RSUD DR DORIS
SYLVANUS PALANGKA RAYA

OLEH :

Nuning Pratiwie (2017.C.09a.0903)

YAYASAN EKA HARAP PALANGKARAYA


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
PRODI S1 KEPERAWATAN
TAHUN 2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur khadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas segala rahmat-Nya sehingg saya
dapat menyelesaikan pembuatan laporan ini. Di laporan ini memaparkan beberapa hal terkait
“ASUHAN KEPERAWATAN PADA TN. M DENGAN DIAGNOSA MEDIS CHRONIC
KIDNEY DISEASE (CKD) / GAGAL GINJAL KRONIK DALAM PEMENUHAN
KEBUTUHAN DASAR MANUSIA DI RUANG ASTER RSUD DR DORIS SYLVANUS
PALANGKA RAYA”. Tidak lupa saya juga mengucapkan banyak terimakasih atas bantuan
dari pihak telah memberikan motivasi baik materi maupun pikirannya.
Dan harapan saya semoga laporan ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman
bagi para pembaca, untuk kedepannya dapat memperbaiki bentuk maupun menambah isi
laporan agar menjadi lebih baik lagi.
Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman, saya yakin masih banyak
kekurangan dalam laporan ini, oleh karena itu kami sangat mengharapkan saran dan kritik
yang membangun dari para pembaca demi kesempurnaan laporan ini ke depannya.

PalangkaRaya, 5 Juni 2019

Penyusun

i
DAFTAR ISI

Halaman
KATA PENGANTAR .............................................................................................................. i
DAFTAR ISI............................................................................................................................ ii
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ..................................................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ................................................................................................................ 1
1.3 Tujuan Penulisan .................................................................................................................. 2
1.1.3 Tujuan Umum ......................................................................................................... 2
1.1.4 Tujuan Khusus ........................................................................................................ 2

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA


1.2 Konsep Penyakit ......................................................................................................................... 3
2.1.1 Definisi Chronic Kidney Disease (CKD) / Gagal Ginjal Kronik ................................. 3
2.1.2 Anatomi Fisiologi .............................................................................................................. 3
2.1.3 Etiologi....................................................................................................................... 5
2.1.4 Klasifikasi ................................................................................................................. 5
2.1.5 Patofisiologi ( Patway ) ............................................................................................. 5
2.1.6 Manifestasi Klinis .................................................................................................... 8
2.1.7 Komplikasi .......................................................................................................................... 9
2.1.8 Pemeriksaan Penunjang .................................................................................................. 12
2.1.9 Penatalaksanaan Medis ................................................................................................... 13
2.2 Kebutuhan Dasar Manusia.......................................................................................................... 14
2.2.1 Definisi Oksigenasi .......................................................................................................... 14
2.2.2 Gejala dan Tanda(Data Mayor dan Minor) .................................................................. 14
2.3 Manajemen Asuhan Keperawatan .......................................................................................... 16
2.3.1 Pengkajian Keperawatan ....................................................................................... 16
2.3.2 Diagnosa Keperawatan ........................................................................................... 17
2.3.3 Intervensi Keperawatan ......................................................................................... 18
2.3.4 Implementasi Keperawatan.................................................................................... 18
2.3.5 Evaluasi Keperawatan ............................................................................................ 18
BAB 3 PENUTUP
3.1 Kesimpulan ...................................................................................................................... 19
3.2 Saran ................................................................................................................................ 19
Daftar Pustaka

ii
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Gagal ginjal kronik merupakan kerusakan ginjal atau penurunan kemampuan filtrasi
glomelurus (Glomerular Filtration Rate/GFR) kurang dari 60 mL/min/1,73 m2 selama 3
bulan atau lebih yang irreversible dan didasari oleh banyak faktor (NKF K/DOQI 2000;
Kallenbach et al. 2005). Apabila kerusakan ini mengakibatkan laju filtrasi glomelurus/GFR
berkurang hingga di bawah 15 ml/min/1,73 m2 dan disertai kondisi uremia, maka pasien
mengalami gagal ginjal tahap akhir atau disebut dengan End Stage Renal Disease (ESRD).
Saat ini penderita gagal ginjal kronik di dunia mengalami peningkatan sebesar 20-25%
setiap tahunnya (USRDS 2008 dalam Harwood. Lori et al. 2009). Menurut data PERNEFRI
(Perhimpunan Nefrologi Indonesia)mencapai 70.000, namun yang terdeteksi menjalani gagal
ginjal kronis dan menjalani cuci darah/haemodialysis hanya sekitar 4000 sampai dengan
5000 saja. Angka mortalitas pasien gagal ginjal kronik semakin meningkat seiring
meningkatnya angka kejadian penyakit diabetes mellitus, hipertensi, dan penyakit jantung
sebagai penyebabnya dan komplikasi yang ditimbulkan oleh penyakit tersebut.
Menurut data Profil Kesehatan Indonesia tahun 2006, gagal ginjal kronik menempati
urutan ke 6 penyebab kematian yang dirawat di rumah sakit di Indonesia. Berdasarkan hasil
studi pendahuluan yang dilakukan di RSUP Fatmawati, menurut data Instalasi Rekam Medik
RSUP Fatmawati Jakarta jumlah penderita penyakit ginjal kronik pada tahun 2011 sebanyak
1629 orang.
Penatalaksanaan untuk mengatasi masalah GGK terdapat dua pilihan (Markum 2009)
yaitu pertama, penatalaksanaan konservatif meliputi diet protein, diet kalium, diet natrium,
dan pembatasan cairan yang masuk. Kedua, dialisis dan transplantasi ginjal merupakan terapi
pengganti pada pasien. Terapi pengganti yang sering dilakukan pada pasien GGK adalah
dialisis.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang, penulis merumuskan suatu masalah yaitu bagaimana
penatalaksanaan asuhan keperawatan pada pasien Chronic Kidney Disease (CKD) / Gagal
Ginjal Kronik di ruang Aster Rsud dr.Doris Sylvanus Palangka Raya.

1
1.3 Tujuan Penulisan
1.3.1 Tujuan Umum
Penulis mampu menggambarkan asuhan keperawatan pada pasien Tn. M dengan
menggunakan pendekatan proses keperawatan.
1.3.2 Tujuan Khusus
Tujuan khusus penelitian ini adalah menggambarkan
Pengkajian status kesehatan pada pasien pasien Tn. M dengan Chronic Kidney Disease
(CKD) / Gagal Ginjal Kronik
1. Diagnosa keperawatan yang muncul pada pasien pasien Tn. M dengan Chronic
Kidney Disease (CKD) / Gagal Ginjal Kronik
2. Intervensi keperawatan sesuai dengan diagnosa yang muncul pada pasien Tn. M dengan
Chronic Kidney Disease (CKD) / Gagal Ginjal Kronik
3. Pelaksanaan implementasi keperawatan pada pasien Tn. m dengan Chronic Kidney
Disease (CKD) / Gagal Ginjal Kronik
4. Evaluasi asuhan keperawatan yang benar pada pasien pasien Tn. M dengan Chronic
Kidney Disease (CKD) / Gagal Ginjal Kronik

2
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
1.1 Konsep Penyakit
1.1.1 Definisi Chronic Kidney Disease (CKD) / Gagal Ginjal Kronik
1) Chronic Kidney Disease (CKD) adalah penurunan fungsi ginjal yang bersifat
persisten dan irreversible (Mansjoer, 2000)
2) Gagal ginjal kronis atau penyakit renal tahap akhir (ESRD) merupakangangguan
fungsi renal yang progresif dan irreversible dimana kemampuan tubuhgagal untuk
mempertahankan metabolisme dan keseimbangan cairan danelektrolit, menyebabkan
uremia (retensi urea dan sampah nitrogen lain dalamdarah). (Brunner & Suddarth,
2001; 1448)
3) Gagal ginjal kronik adalah gangguan fungsional yang progresif dan
irreversibledimana kemampuan tubuh gagal untuk mempertahankan metabolisme
dankeseimbangan cairan dan elektrolit sehingga terjadi uremia dan retensi urea
sertasampah nitrogen lain dalam darah. (Smeltzer, 2002)
Jadi dapat disimpulkan gagal ginjal kronik adalah penyakit ginjal yang ditandai dengan
penurunan fungsi ginjal yang bersifat progresif dan irreversible sehingga tubuh gagal
mempertahankan metabolisme dan keseimbangan cairan dan elektrolit sehingga terjadi
uremia yang bisa mengarah kepada penyakit ginjal tahap akhir yang disebabkan oleh
berbagai penyebab.

1.1.2 Anatomi Fisiologi


Ginjal adalah sepasang organ saluran kemih yang terletak di rongga peritoneal bagian
atas. Bentuknya menyerupai kacang dengan sisi cekungnya menghadap ke medial. Pada sisi
ini, terdapat hilus ginjal, yaitu tempat struktur-sturuktur pembuluh darah, sistem limfatik,
sistem saraf, dan ureter menuju dan meninggalkan ginjal. Besar dan berat ginjal sangat
bervariasi tergantung pada jenis kelamin, umur, serta ada tidaknya ginjal pada sisi lain.
Ukuran ginjal rata-rata adalah 11,5 cm (panjang) x 6 cm (lebar) x 3,5 cm (tebal). Beratnya
bervariasi sekitar 120-170 gram (Aziz dkk.2008).
Ginjal dibungkus oleh jaringan fibrous tipis dan berkilau yang disebut true capsule
(kapsul fibrosa) ginjal dan di luar kapsul ini terdapat jaringan lemak peri renal. Di sebelah
kranial terdapat kelenjar anak ginjal atau glandula adrenal/suprarenal yang berwarna kuning.
Kelenjar adrenal bersama-sama ginjal dan jaringan lemak perineal dibungkus oleh fasia
gerota. Fasia ini berfungsi sebagai barier yang menghambat meluasnya perdarahan dari

3
4

parenkim ginjal serta mencegah ekstravasasi urin pada saat terjadi trauma ginjal. Selain itu,
fasia gerota dapat pula berfungsi sebagai barier dalam menghambat metastasis tumor ginjal
ke organ sekitarnya. Di luar fasia gerota terdapat jaringan lemak retroperitoneal atau disebut
jarinagn lemak pararenal (Aziz dkk. 2008).

Di sebelah posterior, ginjal dilindungi oleh otot-otot punggung yang tebal serta tulang
rusuk ke XI dan XII, sedangkan di sebelah anterior dilindungi oleh organ-organ
intraperitoneal. Ginjal kanan dikelilingi oleh hepar, kolon, dan duodenum, sedangkan ginjal
kiri dikelilingi oleh lien, lambung, pankreas, jejunum, dan kolon (Aziz dkk. 2008). Ginjal
kanan tingginya sekitar 1 cm di atas ginjal kiri (Faiz &Moffat 2004).
Secara anatomik ginjal terbagi dalam dua bagian, yaitu korteks dan medula ginjal. Di
dalam korteks terdapat berjuta-juta nefron, sedangkan di dalam medula banyak terdapat
duktuli ginjal. Nefron adalah unit fungsional terkecil dari ginjal yang terdiri atas glomeruli
dan tubuli ginjal. Darah yang membawa sisa-sisa hasil metabolisme tubuh difiltrasi di dalam
glomeruli kemudian di tubuli ginjal beberapa zat yang masih diperlukan tubuh mengalami
reabsorbsi dan zat-zat hasil sisa metabolisme tubuh disekresi bersama air dalam bentuk urin
(Aziz dkk. 2008).
5

1.1.3 Etiologi
Penyebab paling umum dari gagal ginjal kronik adalah diabetes mellitus (tipe 1 atau
tipe 2) dan hipertensi, sedangkan penyebab End-stage Renal Failure (ERFD) di seluruh dunia
adalah IgA nephropathy (penyakit inflamasi ginjal). Komplikasi dari diabetes dan hipertensi
adalah rusaknya pembuluh darah kecil di dalam tubuh, pembuluh darah di ginjal juga
mengalami dampak terjadi kerusakan sehingga mengakibatkan gagal ginjal kronik.
Etiologi gagal ginjal kronik bervariasi antara negara yang satu dengan yang negara lain.
Di Amerika Serikat diabetes melitus menjadi penyebab paling banyak terjadi gagal ginjal
kronik yaitu sekitar 44%, kemudian diikuti oleh hipertensi sebanyak 27% Dan
glomerulonefritis sebanyak 10% (Thomas 2008). Di Indonesia penyebab gagal ginjal kronik
sering terjadi karena glomerulonefritis, diabetes mellitus, obstruksi, dan infeksi pada ginjal,
hipertensi (Suwitra dalam Sudoyo et al. 2009).

1.1.4 Klasifikasi
1) Gangguan pernafasan
2) Udema
3) Hipertensi4.Anoreksia, nausea, vomitus
4) Ulserasi lambung
5) Stomatitis
6) Proteinuria
7) Hematuria
8) Letargi, apatis, penuruna konsentrasi
9) Anemia
10) Perdarahan
11) Turgor kulit jelek, gatak gatal pada kulit
12) Distrofi renal
13) Hiperkalemia
14) Asidosis metabolic

1.1.5 Patofisiologi
Ginjal merupakan salah satu organ ekskretori yang berfungsi untuk mengeluarkan sisa
metabolisme didalam tubuh diantaranya ureum, kreatinin, dan asam urat sehingga terjadi
keseimbangan dalam tubuh. Penyakit ini diawali dengan kerusakan dan penurunan fungsi
nefron secara progresif akibat adanya pengurangan masa ginjal. Pengurangan masa ginjal
6

menimbulkan mekanisme kompensasi yang mengakibatkan terjadinya hipertrofi struktural


dan fungsional nefron yang masih tersisa. Perubahan ini mengakibatkan hiperfiltrasi yang
diikuti oleh peningkatan tekanan kapiler dan aliran darah glomerulus. Selanjutnya penurunan
fungsi ini akan disertai dengan penurunan laju filtrasi glomerulus (GFR) dan peningkatan sisa
metabolisme dalam tubuh.
Perjalanan umum ginjal kronik dapat dibagi menjadi tiga stadium. Stadium satu
dinamakan penurunan cadangan ginjal . Pada stadium ini kreatin serum dan BUN dalam
keadaan normal dan penderita asimtomatik (tanpa gejala). Gangguan fungsi ginjal akan dapat
diketahui dengan tes GFR.
Stadium dua dinamakan insufisiensi ginjal , dimana lebih dari 75% jaringan yang
berfungsi telah rusak dan GFR 25% dari normal. Pada tahap ini BUN baru mulai stadium
insufisiensi ginjal gejala nokturia dan poliuria diakibatkan kegagalan pemekatan. Nokturia
(berkemih pada malam hari) sebanyak 700 ml atau berkemih lebih dari beberapa kali.
Pengeluaran urin normal sekitar 1500 ml perhari atau sesuai dengan jumlah cairan yang
diminum.
Stadium ke tiga dinamakan gagal ginjal stadium akhir uremia . sekitar 90% dari massa
nefron telah hancur atau sekitar 200.000 yang masih utuh. Nilai GFR nya hanya 10% dari
keadaan normal dan bersihakan kreatin sebesar 5-10 ml/menit. Penderita biasanya oliguri
(pengeluaran urien kurang dari 500 ml/hari) karena kegagalan glomelurus uremik. Fungsi
ginjal menurun, produk akhir metabolisme protein. Terjadi uremia dan mempengaruhi setiap
sistem tubuh.
Menurut Sudoyo et al. (2009) stadium paling dini dari penyakit gagal ginjal kronis,
akan menyebabkan penurunan fungsi yang progresif ditandai dengan peningkatan kadar
ureum dan kreatinin serum. Pasien dengan GFR 60% belum merasakan keluhan, tetapi sudah
ada peningkatan kadar ureum dan kreatinin, sampai GFR 30% keluhan nokturia, badan
lemas, mual, nafsu makan berkurang, dan penurunan berat badan mulai terjadi.
7

Patway

O’Callaghan (2009)
8

1.1.6 Manifestai Klinis


Gagal ginjal kronis atau penyakit ginjal kronis adalah penurunan secara lambat dan
progresif dari fungsi ginjal. Biasanya terjadi akibat komplikasi dari kondisi medis lain yang
serius. Tidak seperti gagal ginjal akut yang terjadi dengan cepat dan tiba-tiba, gagal ginjal
kronis terjadi secara bertahap. Gagal ginjal kronis terjadi dalam hitungan minggu, berbulan-
bulan, atau bahkan bertahun-tahun sampai ginjal perlahan berhenti bekerja, mengantarkan
pada stadium akhir penyakit ginjal (ESRD). Perkembangan yang sangat lambat inilah yang
mengakibatkan gejala tidak muncul sampai adanya kerusakan besar.
Manifestasi klinis gagal ginjal kronik (Long 1996):
1) Gejala dini: lethargi, sakit kepala, kelelahan fisik dan mental, berat badan berkurang,
mudah tersinggung, depresi.
2) Gejala yang lebih lanjut: anoreksia, mual disertai muntah, nafas dangkal atau sesak
nafas baik waktu ada kegiatan atau tidak, udem yang disertai lekukan, pruritis
mungkin tidak ada tapi mungkin juga sangat parah.

Manifestasi klinis gagal ginjal kronik (Smeltzer & Bare 2001):


1) Kardiovaskuler
a. Hipertensi, gagal jantung kongestif, udema pulmoner, perikarditis
b. Pitting edema (kaki, tangan, sacrum)
c. Edema periorbital
d. Friction rub pericardial
e. Pembesaran vena leher
2) Dermatologi
a. Warna kulit abu-abu mengkilat
b. Kulit kering bersisik
c. Pruritus
d. Ekimosis
e. Kuku tipis dan rapuh
f. Rambut tipis dan kasar
3) Pulmoner
a. Krekels
b. Sputum kental dan liat
c. Nafas dangkal
d. Pernafasan kussmaul
9

4) Gastrointestinal
a. Anoreksia, mual, muntah, cegukan
b. Nafas berbau ammonia
c. Ulserasi dan perdarahan mulut
d. Konstipasi dan diare
e. Perdarahan saluran cerna
5) Neurologi
a. Tidak mampu konsentrasi
b. Kelemahan dan keletihan
c. Konfusi/perubahan tingkat kesadaran
d. Disorientasi
e. Kejang
f. Rasa panas pada telapak kaki
g. Perubahan perilaku
6) Muskuloskeletal
a. Kram otot
b. Kekuatan otot hilang
c. Kelemahan pada tungkai
d. Fraktur tulang
e. Foot drop
7) Reproduktif
a. Amenore
b. Atrofi testekuler

1.1.7 Komplikasi
Komplikasi penyakit gagal ginjal kronik menurut Smeltzer dan Bare (2002) yaitu:
1) Hiperkalemia akibat penurunan eksresi, asidosis metabolik, katabolisme dan
masukan diet berlebihan.
2) Perikarditis, efusi pericardial dan tamponade jantung akibat retensi produk
sampah uremik dan dialisis yang tidak adekuat.
3) Hipertensi akibat retensi cairan dan natrium serta malfungsi system renin-
angiostensin-aldosteron
4) Anemia akibat penurunan eritropoetin, penurunan rentang usia sel darah merah,
perdarahan gastrointestinal akibat iritasi oleh toksin dan kehilangan darah selama
10

hemodialisis.
5) Penyakit tulang serta kalsifikasi metastatic akibat retensi fosfat, kadar kalsium
serum yang rendah, metabolisme vitamin D abnormal dan peningkatan kadar
alumunium.

Komplikasi penyakit gagal ginjal kronik menurut O’Callaghan (2009) yaitu:


1) Komplikasi Hematologis
Anemia pada penyakit ginjal kronik disebabkan oleh produksi eritropoietin yang tidak
adekuat oleh ginjal dan diobati dengan pemberian eritropoietin subkutan atau
intravena. Hal ini hanya bekerja bila kadar besi, folat, dan vitamin B12 adekuat dan
pasien dalam keadaan baik. Sangat jarang terjadi, antibodi dapat terbentuk melawan
eritropoietin yang diberikan sehingga terjadi anemia aplastik.
2) Penyakit vascular dan hipertensi
Penyakit vascular merupakan penyebab utama kematian pada gagal ginjal kronik.
Pada pasien yang tidak menyandang diabetes, hipertensi mungkin merupakan faktor
risiko yang paling penting. Sebagaian besar hipertensi pada penyakit ginjal kronik
disebabkan hipervolemia akibat retensi natrium dan air. Keadaan ini biasanya tidak
cukup parah untuk bisa menimbulkan edema, namun mungkin terdapat ritme jantung
tripel. Hipertensi seperti itu biasanya memberikan respons terhadap restriksi natrium
dan pengendalian volume tubuh melalui dialysis. Jika fungsi ginjal memadai,
pemberian furosemid dapat bermanfaat.
3) Dehidrasi
Hilangnya fungsi ginjal biasanya menyebabkan retensi natrium dan air akibat
hilangnya nefron. Namun beberapa pasien tetap mempertahankan sebagian filtrasi,
namun kehilangan fungsi tubulus, sehingga mengekskresi urin yang sangat encer,
yang dapat menyebabkan dehidrsi.
4) Kulit
Gatal merupakan keluhan keluhan kulit yang paling sering terjadi. Keluhan ini sering
timbul pada hiperparatiroidime sekunder atau tersier serta dapat disebabkab oleh
deposit kalsium fosfat apda jaringan. Gatal dapat dikurangi dengan mengontrol kadar
fosfat dan dengan krim yang mencegah kulit kering. Bekuan uremik merupakan
presipitat kristal ureum pada kulit dan timbul hanya pada uremia berat. Pigmentasi
kulit dapat timbul dan anemia dapat menyebabkan pucat.
11

5) Gastrointestinal
Walaupun kadar gastrin meningkat, ulkus peptikum tidak lebih sering terjadi pada
pasien gagal ginjal kronik dibandingkan populasi normal. Namun gejala mual,
muntah, anoreksia, dan dada terbakar sering terjadi. Insidensi esofagitis serta
angiodisplasia lebih tinggi, keduanya dapat menyebabkan perdarahan. Insidensi
pankreatitis juga lebih tinggi. Gangguan pengecap dapat berkaitan dengan bau napas
yang menyerupai urin.
6) Endokrin
Pada pria, gagal ginjal kronik dapat menyebabkan kehilangan libido, impotensi, dan
penurunan jumlah serta motilitas sperma. Pada wanita, sering terjadi kehilangan
libido, berkurangnya ovulasi, dan infertilitas. Siklus hormon pertumbuhan yang
abnormal dapat turut berkontribusi dalam menyebabkan retardasi pertumbuhan pada
anak dan kehilangan massa otot pada orang dewasa.
7) Neurologis dan psikiatrik
Gagal ginjal yang tidak diobati dapat menyebabkan kelelahan, kehilangan kesadaran,
dan bahkan koma, sering kali dengan tanda iritasi neurologis (mencakup tremor,
asteriksis, agitasi, meningismus, peningkatan tonus otot dengan mioklonus, klonus
pergelangan kaki, hiperefleksia, plantar ekstensor, dan yang paling berat kejang).
Aktifitas Na+/K+ ATPase terganggu pada uremia dan terjadi perubahan yang
tergantung hormon paratiroid (parathyroid hormone, PTH) pada transport kalsium
membran yang dapat berkontribusi dalam menyebabkan neurotransmisi yang
abnormal. Gangguan tidur seringterjadi. Kaki yang tidak biasa diam (restless leg) atau
kram otot dapat juga terjadi dan kadang merespons terhadap pemberian kuinin sulfat.
Gangguan psikiatrik seperti depresi dan ansietas sering terjadi dan terdapat
peningkatan risiko bunuh diri.
8) Imunologis
Fungsi imunologis terganggu pada gagal ginjal kronik dan infeksi sering terjadi.
Uremia menekan fungsi sebagaian besar sel imun dan dialysis dapat mengaktivasi
efektor imun, seperti komplemen, dengan tidak tepat.
9) Lipid
Hiperlipidemia sering terjadi, terutama hipertrigliseridemia akibat penurunan
katabolisme trigliserida. Kadar lipid lebih tinggi pada pasien yang menjalani dialisis
peritoneal daripada pasien yang menjalani hemodialisis, mungkin akibat hilangnya
protein plasma regulator seperti apolipoprotein A-1 di sepanjang membran peritoneal.
12

10) Penyakit jantung


Perikarditis dapat terjadi dan lebih besar kemungkinan terjadinya jika kadar ureum
atau fosfat tinggi atau terdapat hiperparatiroidisme sekunder yang berat. Kelebihan
cairan dan hipertensi dapat menyebabkan hipertrofi ventrikel kiri atau kardiomiopati
dilatasi. Fistula dialysis arteriovena yang besara dapat menggunakan proporsi curah
jantung dalam jumlah besar sehingga mengurangi curah jantung yang dapat
digunakan oleh bagian tubuh yang tersisa.

1.1.8 Pemeriksaan Penunjang


Didalam memberikan pelayanan keperawatan terutama intervensi maka perlu
pemeriksaan penunjang yang dibutuhkan baik secara medis ataupun kolaborasi antara lain :
1.Pemeriksaan lab.darah
- hematologi
Hb, Ht, Eritrosit, Lekosit, Trombosit
- RFT ( renal fungsi test )
ureum dan kreatinin
- LFT (liver fungsi test )
- Elektrolit
Klorida, kalium, kalsium
- koagulasi studi
PTT, PTTK
- BGA
2. Urine
- urine rutin
- urin khusus : benda keton, analisa kristal batu
3. pemeriksaan kardiovaskuler
- ECG
- ECO
4. Radidiagnostik
- USG abdominal
- CT scan abdominal
- BNO/IVP, FPA
- Renogram
-
13

1.1.9 Penatalaksanaan Medis


Penatalaksanaan keperawatan pada pasien dengan CKD dibagi tiga yaitu :
a) Konservatif
- Dilakukan pemeriksaan lab.darah dan urin
- Observasi balance cairan
- Observasi adanya odema
- Batasi cairan yang masuk
b) Dialysis
- peritoneal dialysis
biasanya dilakukan pada kasus – kasus emergency.
Sedangkan dialysis yang bisa dilakukan dimana saja yang tidak bersifat akut
adalah CAPD ( Continues Ambulatori Peritonial Dialysis )
- Hemodialisis
Yaitu dialisis yang dilakukan melalui tindakan infasif di vena dengan
menggunakan mesin. Pada awalnya hemodiliasis dilakukan melalui daerah
femoralis namun untuk mempermudah maka dilakukan :
- AV fistule : menggabungkan vena dan arteri
- Double lumen : langsung pada daerah jantung ( vaskularisasi ke jantung )
c) Operasi
- Pengambilan batu
- transplantasi ginjal
16

2.2 Manajemen Asuhan Keperawatan


2.2.1 Pengkajian keperawatan
Pengkajian merupakan tahap awal dan dasar utama dari proses keperawatan. Tahap
pengkajian terdiri atas pengumpulan data dan perumusan kebutuhan atau masalah klien.
Data yang dikumpulkan meliputi data biologis, psikologis, social, dan spiritual.
Kemampuan perawat yang diharapkan dalam melakukan pengkajian adalah mempunyai
kesadaran / tilik diri , kemampuan mengobservasi dengan akurat, kemampuan
berkomunikasi terapeutik dan senantiasa mampu berespon secara efektif. Pada dasarnya
tujuan pengkajian adalah mengumpulkan data objektif dan subjektif dari klien. Adapun
data yang terkumpul mencakup klien, keluarga, masyarakat, lingkungan, atau
kebudayaan.
Adapun hal-hal yang perlu diperhatikan selama pengkajian antara lain:
Memahami secara keseluruhan situasi yang sedang dihadapi oleh klien dengan cara
memperhatikan kondisi fisik, psikologi, emosi, sosialkultural, dan spiritual yagn bisa
mempengaruhi status kesehatannya. Mengumpulkan semua informasi yang bersangkutan
dengan masa lalu, saat ini bahkan bahkan sesuatu yang berpotensi menjadi masalah bagi
klien guna membuat suatu database yang lengkap. Data yang terkumpul berasal dari
perawat-klien selama berinteraksi dan sumber yang lain. (Gordon, 1987;1994) Sumber
informasi sekunder meliputi anggota keluarga, orang yang berperan penting dan catatan
kesehatan klien. Metode pengumpulan data meliputi :Melakukan
interview/wawancara.Riwayat kesehatan/keperawatan Pemeriksaan fisikMengumpulkan
data penunjang hasil laboratorium dan diagnostik lain serta catatan kesehatan (rekam
medik)

2.2.2 Diganosa keperawatan


Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul pada pasien dengan kasus Chronic
Kidney Disease (CKD) / Gagal Ginjal Kronik adalah sebagai berikut :
1. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan mekanisme pengaturan melemah
2. Resiko ketidakseimbangan elektrolit berhubungan dengan disfungsi renal
3. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan perubahan membrane kapiler paru
4. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan gangguan sirkulasi
5. Nyeri akut berhubungan dengan agen injury
6. Mual berhubungan dengan paparan toksin
18

7. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan gangguan ketidakseimbangan suplay


oksigen

2.2.3 Intervensi Keperawatan


Rencana tindakan keperawatan merupakan serangkaian tindakan yang dapat mencapai
tiap tujuan khusus. Perencanaan keperawatan meliputi perumusan tujuan, tindakan, dan
penilaian rangkaian asuhan keperawatan pada klien berdasarkan analisis pengkajian agar
masalah kesehatan dan keperawatan klien dapat diatasi.Rencana tindakan disesuaikan dengan
standar asuhan keperawatan jiwa Indonesia atau standar asuhan keperawatan Amerika yang
membagi karakteristik tindakan berupa: tindakan konseling, pendidikan kesehatan, perawatan
mandiri dan aktifitas hidup sehari-hari, terapi modalitas keperawatan, perawatan
berkelanjutan, tindakan kolaborasi (terapi somatic dan psikofarma). Pada dasarnya tindakan
keperawatan terdiri dari tindakan observasi dan pengawasan, terapi perawatan, pendidikan
kesehatan dan tindakan kolaborasi.

2.2.4 Implementasi Keperawatan


Implementasi adalah pengolahan dan perwujudan dari rencana keperawatan yang telah
disusun pada tahap perencanaan (Effendi, 2002). Jenis tindakan pada implementasi ini terdiri
dari tindakan mandiri, saling ketergantungan / kolaborasi, dan tindakan rujukan
/ketergantungan. Implementasi tindakan keperawatan disesuaikan dengan rencana tindakan
keperawatan. Pada situasi nyata sering implementasi jauh berbeda dengan rencana. Hal ini
terjadi karena parawat belun terbiasa menggunakan rencana tertulis dalam melaksanakan
tindakan keperawatan. Yang biasa adalah rencana tidak tertulis yaitu apa yang dipikirkan,
dirasakan, itu yang dilaksanakan.
Hal ini sangat membahayakan klien dan perawat jika berakibat fatal, dan juga tidak
memenuhi aspek legal. Sebelum meleksanakan tindakan yang sudah direncanakan, perawat
perlu memvalidasi dengan singkat apakah rencana tindakan masih sesuai dan dibutuhkan
klien sesuai dengan kondisi saat ini. Perawat juga menilai diri sendiri, apakah mempunyai
kemampuan interpersonal, intelektual, teknik sesuai dengan tindakan yang akan dilaksanakan
2.2.5 Evaluasi Keperawatan
Evaluasi mengacu kepada penilaian, tahapan, dan perbaikan. Pada tahap ini perawat
menemukan penyebab mengapa suatu proses keperawatan dapat berhasil atau gagal.(Alfaro-
LeFevre, 2008). Perawat menemukan reaksi klien terhadap intervensi keperawatan yang telah
18

diberikan dan menetapkan apa yang menjadi sasaran dari rencana keperawatan dapat
diterima.Perencanaan merupakan dasar yang mendukung suatu evaluasi.

Menetapkan kembali informasi baru yang diberikan kepada klien untuk mengganti atau
menghapus diagnosa keperawatan, tujuan, atau intervensi keperawatan. Menentukan target
dari suatu hasil yang ingin dicapai adalah keputusan bersama antara perawat dank lien (Yura
& Walsh, 1988) Evaluasi berfokus pada individu klien dan kelompok dari klien itu sendiri.
Proses evaluasi memerlukan beberapa keterampilan dalam menetapkan rencana asuhan
keperawatan., termasuk pengetahuan mengenai standar asuhan keperawatan, respon klien
yang normal terhadap tindakan keperawatan, dan pengetahuan konsep teladan dari
keperawatan.
BAB 3
PENUTUP

1.1 Kesimpulan
Gagal ginjal kronik adalah penyakit ginjal yang ditandai dengan penurunan fungsi
ginjal yang bersifat progresif dan irreversible sehingga tubuh gagal mempertahankan
metabolisme dan keseimbangan cairan dan elektrolit sehingga terjadi uremia yang bisa
mengarah kepada penyakit ginjal tahap akhir yang disebabkan oleh berbagai penyebab.

1.2 Saran
Setelah membaca dan memahami laporan ini, diharapkan kita sebagai perawat dapat
melakukan Asuhan Keperawatan Pada Tn. M Dengan Diagnosa Medis Chronic Kidney
Disease (CKD) / Gagal Ginjal Kronik Dalam Pemenuhan Kebutuhan Dasar Manusia Di
Ruang Aster Rsud Dr Doris Sylvanus Palangka Raya

19
DAFTAR PUSTAKA

Brunner & Suddart. 2012.Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, Vol 3, Edisi 8 Jakarta:
EGC
Baradero, Mary, dkk. 2005. Klien Gangguan Ginjal: Seri Asuhan Keperawatan. Jakarta:

EGC

Doenges, Marilynn E, Mary Frances Moorhouse dan Alice C. Geisser. 2000. Rencana

Asuhan Keperawatan; Pedoman Untuk Perencanaan dan Pendokumentasian

Perawatan Pasien. Jakarta: EGC

Faiz, Omar dan Moffat, David. 2004. Anatomy at a Glance. Jakarta: Penerbit Erlangga

Anda mungkin juga menyukai