Penulis: Sumadi Dilla adalah Ketua Jurusan Ilmu Komunikasi, FISIP Universitas Halu Oleo
BAB I : PENDAHULUAN
Kita tentu sepakat bahwa abad milineal ini semua hal mengalami pergeseran dan perubahan
besar dalam kehidupan kita. Tak terkecuali perilaku komunikasi kita pun ikut berubah. Dunia
bergerak begitu cepat, ruang menjadi sempit, waktu seolah menjadi singkat, jarak menjadi dekat,
batas tak bersekat, keputusan harus tepat, kesibukan makin meningkat dan pilihan cara bertindak
(banyak tersedia) memikat kita.
Seiring itu banyak fenomena unik, lucu, sinis dan sadis muncul silih berganti dalam masyarakat.
Tanpa disadari, kita menjadi aktor aktif dari pergeseran atau perubahan perilaku masyarakat
yang demikian kompleks. Kini kecepatan dan rekayasa menjadi ideologi primer kebiasaan
masyarakat. Kecepatan dan rekayasa menjadi “ruh’ perubahan setiap aspek kehidupan
masyarakat. Tak ada yang luput dari kecepatan dan rekayasa perubahan tersebut.
TUJUAN
Mengetahui perubahan setiap aspek kehidupan masyarakat
Bercampurnya kosa kata, logat/dialeg dalam satu ragam bahasa menjadi ciri komunikasi masyarakat saat
ini. Pertanyaan yang patut diajukan tentang hal ini, mengapa demikian? Lalu apakah fenomena tersebut
beralasan disebut alih code dan mixing code?
Secara praktis tak ada yg salah dan aneh pada fenomena tersebut karena berhubungan dengan hal kongkrit
dan aktual. Namun secara teoretis perlu dijelaskan bahwa klaim alih kode bahasa atau mixing code
dimaksud memiliki klimaks “antitesa” atau kerumitan tersendiri pada tindakan komunikasi. Halmana alih
kode dan mixing code hanya dipahami sebagai penggunaan kata, istilah serta dialeg/logat secara
manasuka dalam satu kalimat tertentu. Padahal alih code dan mixing code secara tak beraturan dalam
komunikasi membuka ruang miss-komunikasi makin melebar. Dengan kata lain, menyisipkan satu kosa
kata, frase (asing) atau logat/dialeg pada satu bahasa yang dipilih dalam percakapan sehari hari
berkonsekuensi mempersulit komunikasi itu sendiri.
BAB III : PENUTUP
KESIMPULAN
Berhubung sistem simbol berubah dan berkembang manasuka maka komunikasi manusia
melineal telah mencapai sebagaimana yang disebut Jean Piere Baudrilard, (2015) kenikmatan
komunikasi (ectacy of communication). Artinya sistem simbol yang dibentuk dan berubah serta
proses penggunaan simbol-simbol tersebut menjadi suatu kenikmatan khusus dalam
berkomunikasi. Yang terjadi Komunikasi berkembang secara instant dengan ketidakberaturan
pada kebahasaan, sistem simbol serta maknanya. Kita pun sadar atau tidak, sengaja atau tidak
gejala alih kode atau mixing code yang rumit ini sulit terhindarkan. Akhirnya semua kita akan
selalu terbiasa berhadapan dengan kerumitan komunikasi yang berubah-ubah dan instant.
Dengan demikian, ideologi kecepatan dan rekayasa pada cara berkomunikasi manusia dengan
tingkat kerumitan dalam percakapan rutin kita mempertegas hilangnya (kealpaan) standar dan
rujukan etis.
Mungkin ada benarnya jika fenomena unik ini memiliki relasi kuat dan sejajar antara jejaring
teknologi, sosial dan sistem simbol dengan identitas instan. Fase ini kemudian meneguhkan
keyakinan kita bahwa komunikasi abad Ini (milineal) sedang bergerak menuju simulacrum
Communication (Baudrilard) dimana sistem simbol dan makna terbentuk secara instant, cepat,
bersifat sementara, fleksibel, tak berbatas, tiruan dan manipulatif.