Anda di halaman 1dari 7

Menggapai Ridha Allah Dengan Berbakti

Kepada Orang Tua


MENGGAPAI RIDHA ALLAH DENGAN BERBAKTI KEPADA ORANG TUA

Istilah birru walidain terdiri birru dan al walidain. Birru atau al- birru yg berarti
kebajikan dan al- walidain yang berarti kedua orang tua atau ibu bapak. Birru
walidain berarti berbuat kebajikan terhadap kedua rang tua

Seorang anak, meskipun telah berkeluarga, tetap wajib berbakti kepada kedua
orang tuanya. Kewajiban ini tidaklah gugur bila seseorang telah berkeluarga.
Namun sangat disayangkan, betapa banyak orang yang sudah berkeluarga lalu
mereka meninggalkan kewajiban ini. Mengingat pentingnya masalah berbakti
kepada kedua orang tua, maka masalah ini perlu dikaji secara khusus.

Jalan yang haq dalam menggapai ridha Allah ‘Azza wa Jalla melalui orang tua
adalah birrul walidain. Birrul walidain (berbakti kepada kedua orang tua)
merupakan salah satu masalah penting dalam Islam. Di dalam Al-Qur’an, setelah
memerintahkan manusia untuk bertauhid, Allah ‘Azza wa Jalla memerintahkan
untuk berbakti kepada orang tuanya.

Seperti tersurat dalam surat al-Israa’ ayat 23-24, Allah Ta’ala berfirman:

‫ف َو ََّل‬ٍّ ُ ‫سانًا ۚ إِ اما يَ ْبلُغ اَن ِع ْندَكَ ْال ِكبَ َر أ َ َح ُد ُه َما أ َ ْو ِك ََل ُه َما فَ ََل تَقُ ْل لَ ُه َما أ‬
َ ْ‫ض ٰى َربُّكَ أ َ اَّل ت َ ْعبُدُوا إِ اَّل إِيااهُ َوبِ ْال َوا ِل َدي ِْن إِح‬َ َ‫َوق‬
‫يرا‬ ً ‫ص ِغ‬ َ
َ ‫ار َح ْم ُه َما ك َما َربايَانِي‬ ْ ‫ب‬ ْ ُ
ِ ‫الرحْ َم ِة َوقل َر‬ ُّ
‫ض ل ُه َما َجنَا َح الذ ِل ِمنَ ا‬ َ ْ ً َ َ ْ ُ
ْ ‫تن َه ْره َما َوقل ل ُه َما ق ْوَّل ك َِري ًما َواخ ِف‬ ُ ْ َ

“Dan Rabb-mu telah memerintahkan agar kamu jangan beribadah melainkan


hanya kepada-Nya dan hendaklah berbuat baik kepada ibu-bapak. Jika salah
seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berusia lanjut dalam
pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah engkau mengatakan kepada
keduanya perkataan “ah” dan janganlah engkau membentak keduanya, dan
ucapkanlah kepada keduanya perkataan yang baik. Dan rendahkanlah dirimu
terhadap keduanya dengan penuh kasih sayang dan ucapkanlah, ‘Ya Rabb-ku,
sayangilah keduanya sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku pada
waktu kecil.’” [Al-Israa’ : 23-24]

Perintah birrul walidain juga tercantum dalam surat an-Nisaa’ ayat 36:

ِ ‫ار ذِي ْالقُ ْربَ ٰى َو ْال َج‬


‫ار‬ ِ ‫ين َو ْال َج‬
ِ ‫سا ِك‬َ ‫سانًا َوبِذِي ْالقُ ْربَ ٰى َو ْال َيت َا َم ٰى َو ْال َم‬
َ ْ‫َّللا َو ََّل ت ُ ْش ِر ُكوا بِ ِه َش ْيئًا ۖ َوبِ ْال َوا ِل َدي ِْن ِإح‬
َ ‫َوا ْعبُدُوا ا‬
ُ َ ً ْ ْ
ً ‫َّللا َّل ي ُِحبُّ َمن َكانَ ُمخت َاَّل فخ‬
‫ورا‬ َ ‫ا‬ ُ ُ َ ْ َ
َ ‫ب َواب ِْن ال اسبِي ِل َو َما َملكَت أ ْي َمانك ْم ۗ ِإن ا‬ ْ
ِ ‫ب بِال َجن‬ ْ ِ ‫اح‬ ِ ‫ص‬ ‫ب َوال ا‬ ُ
ِ ‫ال ُجن‬ ْ

“Dan beribadahlah kepada Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya


dengan sesuatu apa pun. Dan berbuat baiklah kepada kedua orang tua, karib
kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin, tetangga dekat, tetangga jauh,
teman sejawat, ibnu sabil [1], dan hamba sahaya yang kamu miliki. Sungguh,
Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong dan membanggakan diri.” [An-
Nisaa’ : 36]

Dalam surat al-‘Ankabuut ayat 8, tercantum larangan mematuhi orang tua yang
kafir jika mereka mengajak kepada kekafiran:

‫ي َم ْر ِجعُ ُك ْم فَأُنَبِئ ُ ُك ْم بِ َما‬


‫ْس لَكَ بِ ِه ِع ْل ٌم فَ ََل ت ُ ِط ْع ُه َما ۚ إِلَ ا‬
َ ‫سانَ بِ َوا ِل َد ْي ِه ُح ْسنًا ۖ َوإِ ْن َجا َهدَاكَ ِلت ُ ْش ِركَ بِي َما لَي‬ ِ ْ ‫ص ْينَا‬
َ ‫اْل ْن‬ ‫َو َو ا‬
َ‫ُك ْنت ُ ْم ت َ ْع َملُون‬

“Dan Kami wajibkan kepada manusia agar (berbuat) kebaikan kepada kedua
orang tuanya. Dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan Aku
dengan sesuatu yang engkau tidak mempunyai ilmu tentang itu, maka janganlah
engkau patuhi keduanya. Hanya kepada-Ku tempat kembalimu, dan akan Aku
beritakan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan.” [Al-‘Ankabuut (29): 8] Lihat
juga surat Luqman ayat 14-15.

ANJURAN BERBUAT KEPADA KEDUA ORANG TUA BAIK DAN LARANGAN


DURHAKA KEPADA KEDUANYA
Yang dimaksud ihsan dalam pembahasan ini adalah berbakti kepada kedua
orang tua, yaitu menyampaikan setiap kebaikan kepada keduanya semampu kita
dan bila memungkinkan mencegah gangguan kepada keduanya. Menurut Ibnu
‘Athiyah, kita juga wajib mentaati keduanya dalam hal-hal yang mubah (yang
diperbolehkan syari’at), dan harus mengikuti apa-apa yang diperintahkan
keduanya dan menjauhi apa-apa yang dilarang (selama tidak melanggar
batasan-batasan Allah ‘Azza wa Jalla).

Sedangkan ‘uququl walidain adalah gangguan yang ditimbulkan seorang anak


terhadap keduanya, baik berupa perkataan maupun perbuatan. Contoh
gangguan berupa perkataan, yaitu mengucapkan “ah” atau “cis”, berkata dengan
kalimat yang keras atau menyakitkan hati, menggertak, mencaci maki dan lain-
lain. Sedangkan yang berupa perbuatan adalah berlaku kasar, seperti memukul
dengan tangan atau kaki bila orang tua menginginkan sesuatu atau menyuruh
untuk memenuhi keinginannya, membenci, tidak mempedulikan, tidak
bersilaturrahim, atau tidak memberi nafkah kepada kedua orang tuanya yang
miskin.

KEUTAMAAN BERBAKTI KEPADA ORANG TUA DAN PAHALANYA


1. Merupakan Amal Yang Paling Utama
‘Abdullah bin Mas’ud radhiyallaahu ‘anhu berkata.

،‫ ِب ُّر ْال َوا ِل َدي ِْن‬:َ‫ي؟ قَال‬


ُّ َ ‫ َقا َل قُ ْلتُ ث ُ ام أ‬،‫صَلَة ُ َعلَى َو ْقتِ َها‬ َ ‫ي ْال َع َم ِل أ َ ْف‬
‫ اَل ا‬:‫ضلُ؟ قَا َل‬ ُّ َ ‫سلا َم أ‬
َ ‫صلاى هللاُ َعلَ ْي ِه َو‬ ُ ‫سأ َ ْلتُ َر‬
َ ِ‫سو َل هللا‬ َ
ِ ‫سبِ ْي ِل‬
‫هللا‬ َ ‫ ْال ِج َها ُد ِفي‬:َ‫ي؟ قَال‬ ُّ َ ‫ قُ ْلتُ ث ُ ام أ‬:َ‫قَال‬

“Aku bertanya kepada Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam, ‘Amal apakah yang
paling utama?’ Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam menjawab, ‘Shalat pada
waktunya (dalam riwayat lain disebutkan shalat di awal waktunya).’ Aku bertanya
lagi, ‘Kemudian apa?’ Nabi menjawab: ‘Berbakti kepada kedua orang tua.’ Aku
bertanya lagi: ‘Kemudian apa?’ Nabi menjawab, ‘Jihad di jalan Allah’ [2]

2. Ridha Allah Bergantung Kepada Ridha Orang Tua


Sesuai hadits Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam, disebutkan:

‫ضا‬ َ ‫ب فِي ِر‬ ِ ‫الر‬


‫ضا ا‬ َ ‫ ِر‬: َ‫س ال َم قَال‬
َ ‫صلاى هللاُ َع َل ْي ِه َو‬ ُ ‫ي هللاُ َع ْن ُه َما أ َ ان َر‬
َ ِ‫س ْو َل هللا‬ َ ‫ض‬ ِ ‫َع ْن َع ْب ِد هللاِ ب ِْن َع ْم ِرو ب ِْن ْال َع‬
ِ ‫اص َر‬
‫س ْخ ِط ْال َوا ِل ِد‬ُ ‫ب فِي‬
ِ ‫الر‬
‫ط ا‬ ُ ‫س ْخ‬ُ ‫ َو‬،ِ‫ْال َوا ِلد‬

“Darii ‘Abdullah bin ‘Amr bin ‘Ash radhiyallaahu ‘anhuma, bahwa Rasulullah
shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Ridha Allah bergantung kepada
keridhaan orang tua dan murka Allah bergantung kepada kemurkaan orang tua”
[3]

3. Berbakti Kepada Orang Tua Dapat Menghilangkan Kesulitan Yang Sedang


Dialami
Yaitu, dengan cara bertawassul dengan amal shalih tersebut. Dalilnya adalah
hadits riwayat dari Ibnu ‘Umar radhiyallaahu ‘anhuma mengenai kisah tiga orang
yang terjebak dalam gua, dan salah seorangnya bertawassul dengan bakti
kepada ibu bapaknya.

Haditsnya sebagai berikut:


.‫َار‬َ ‫ات َعلَ ْي َها ْالغ‬ ْ ‫سد‬ َ َ‫ص ْخ َرة ٌ ِمنَ ْال َجبَ ِل ف‬
َ ‫ت‬ ٍّ ‫طلَقَ ثََلَثَةُ َر ْهطٍّ ِم ام ْن َكانَ قَ ْبلَ ُك ْم َحتاى أ َ َو ُوا ْال َمبِيْتَ إِلَى غ‬
ْ ‫ فَا ْن َح َد َر‬،ُ‫َار فَ َد َخلُ ْوه‬ َ ‫ا ْن‬
ِ ‫ اَللا ُه ام َكانَ ِلي أَ َب َو‬:‫ فَقَا َل َر ُج ٌل ِم ْن ُه ْم‬.‫صا ِلحِ أ َ ْع َما ِل ُك ْم‬
‫ان‬ َ ‫هللا ِب‬َ ‫ع ْوا‬ ُ ‫ص ْخ َرةِ ِإَّلا أ َ ْن تَ ْد‬
‫ ِإناهُ َّلَيُ ْن ِج ْي ُك ْم ِم ْن َه ِذ ِه ال ا‬: ‫فَقَالُ ْوا‬
ُ‫َام فَ َحلَبْت‬ ُ
َ ‫ْئ يَ ْو ًما فَلَ ْم أ ِرحْ َعلَ ْي ِه َما َحتاى ن‬ٍّ ‫شي‬ َ ‫ب‬ ِ َ‫طل‬ َ ‫ فَنَأى ِبي فِي‬،ً‫ان َو ُك ْنتُ أ َ ْغبِ ُق قَ ْب َل ُه َما أ َ ْهَلً َو َّلَ َماَّل‬
َ ِ ‫َان َك ِبي َْر‬
ِ ‫ش ْيخ‬
َ
َ
‫ي أنت َِظ ُر ا ْستِيقَاظ ُه َما‬ ْ َ َ ْ ْ َ ً َ ً َ َ ْ َ َ ُ
‫ فَل ِبثتُ َوال َق َد ُح َعلى يَ َد ا‬،‫ فَك َِر ْهتُ أ ْن أغبِقَ َق ْبل ُه َما أ ْهَل أ ْو َماَّل‬.‫ل ُه َما َغب ُْوقَ ُه َما فَ َو َج ْدت ُه َما نَائِ َمي ِْن‬ َ
‫ اَللا ُه ام ِإ ْن ُك ْنتُ فَ َع ْلتُ ذَلِكَ ا ْب ِتغَا َء َوجْ ِهكَ فَف َِرجْ َع انا َما نَحْ نُ ِف ْي ِه ِم ْن َهذِه‬.‫ظا فَش َِر َبا َغبُوقَ ُه َما‬ َ َ‫َحتاى َب َرقَ ْالفَجْ ُر فَا ْست َ ْيق‬
‫ت َش ْيئًا‬ ْ ‫ فَا ْنف ََر َج‬،‫ص ْخ َر ِة‬ ‫ال ا‬

“ …Pada suatu hari tiga orang dari ummat sebelum kalian sedang berjalan, lalu
kehujanan. Mereka berteduh pada sebuah gua di kaki sebuah gunung. Ketika
mereka berada di dalamnya, tiba-tiba sebuah batu besar runtuh dan menutupi
mulut gua. Sebagian mereka berkata kepada yang lain: ‘Ingatlah amal terbaik
yang pernah kamu lakukan.’ Kemudian mereka memohon kepada Allah dan
bertawassul melalui amal tersebut, dengan harapan agar Allah menghilangkan
kesulitan tersebut. Salah satu di antara mereka berkata: ‘Ya Allah, sesung-
guhnya aku mempunyai kedua orang tua yang sudah lanjut usia sedangkan aku
mempunyai isteri dan anak-anak yang masih kecil. Aku menggembala kambing,
ketika pulang ke rumah aku selalu memerah susu dan memberikan kepada
kedua orang tuaku sebelum orang lain. Suatu hari aku harus berjalan jauh untuk
mencari kayu bakar dan mencari nafkah sehingga pulang sudah larut malam dan
aku dapati orang tuaku sudah tertidur, lalu aku tetap memerah susu
sebagaimana sebelumnya. Susu tersebut tetap aku pegang lalu aku mendatangi
keduanya namun keduanya masih tertidur pulas. Anak-anakku merengek-rengek
menangis untuk meminta susu ini dan aku tidak memberikannya. Aku tidak akan
memberikan kepada siapa pun sebelum susu yang aku perah ini kuberikan
kepada kedua orang tuaku. Kemudian aku tunggu sampai keduanya bangun.
Pagi hari ketika orang tuaku bangun, aku berikan susu ini kepada keduanya.
Setelah keduanya minum lalu kuberikan kepada anak-anakku. Ya Allah,
seandainya perbuatan ini adalah perbuatan yang baik karena mengharap wajah-
Mu, maka bukakanlah mulut gua ini.’ Maka batu yang menutupi pintu gua itu pun
bergeser sedikit..”[4]

4. Akan Diluaskan Rizki Dan Dipanjangkan Umur


Sesuai sabda Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam

ِ َ‫سأ َ لَهُ فِي أَث َ ِر ِه فَ ْلي‬


ُ‫ص ْل َر ِح َمه‬ َ ‫َم ْن أ َ َحبا أ َ ْن يُ ْب‬
َ ‫س‬
َ ‫ط فِي ِر ْزقِ ِه َويُ ْن‬

“Barangsiapa yang ingin diluaskan rizkinya dan di-panjangkan umurnya, maka


hendaklah ia menyam-bung silaturrahimnya.” [5]

Dalam silaturahmi, yang harus didahulukan adalah silaturahmi kepada orang tua
sebelum kepada yang lain. Banyak di antara saudara-saudara kita yang sering
berkunjung kepada teman-temannya, tetapi kepada orang tuanya sendiri jarang,
bahkan tidak pernah. Padahal ketika masih kecil, dia selalu bersama orang
tuanya. Sesulit apa pun harus tetap diusahakan untuk bersilaturahmi kepada
kedua orang tua, karena dekat kepada keduanya -insya Allah- akan dimudahkan
rizki dan dipanjangkan umurnya.

5. Akan Dimasukkan Ke Surga Oleh Allah ‘Azza wa Jalla


Berbuat baik kepada orang tua dan taat kepada keduanya dalam kebaikan
merupakan jalan menuju Surga. Sedangkan durhaka kepada orang tua akan
mengakibatkan seorang anak tidak masuk Surga. Dan di antara dosa-dosa yang
Allah ‘Azza wa Jalla segerakan adzabnya di dunia adalah berbuat zhalim dan
durhaka kepada orang tua. Dengan demikian, jika seorang anak berbuat baik
kepada orang tuanya, Allah akan menghindarkannya dari berbagai malapetaka,
dengan izin Allah ‘Azza wa Jalla dan akan dimasukkan ke Surga.

BENTUK-BENTUK DURHAKA KEPADA KEDUA ORANG TUA


1. Menimbulkan gangguan terhadap orang tua, baik berupa perkataan atau pun
perbuatan yang mem-buat orang tua sedih atau sakit hati.
2. Berkata “ah” atau “cis” dan tidak memenuhi pang-gilan orang tua.
3. Membentak atau menghardik orang tua.
4. Bakhil atau kikir, tidak mengurus orang tuanya, bahkan lebih mementingkan
yang lain daripada mengurus orang tuanya, padahal orang tuanya sangat
membutuhkan. Seandainya memberi nafkah pun, dilakukan dengan penuh
perhitungan.
5. Bermuka masam dan cemberut di hadapan orang tua, merendahkan orang
tua, mengatakan bodoh, “kolot”, dan lain-lain.
6. Menyuruh orang tua, misalnya menyapu, mencuci atau menyiapkan makanan.
Pekerjaan tersebut sangat tidak pantas bagi orang tua, terutama jika mereka
sudah tua dan lemah. Tetapi, jika si ibu melakukan pekerjaan tersebut dengan
kemauannya sendiri, maka tidaklah mengapa, dan karena itu seorang anak
harus berterima kasih dan membantu orang tua.
7. Menyebut kejelekan orang tua di hadapan orang banyak atau mencemarkan
nama baik orang tua.
8. Memasukkan kemungkaran ke dalam rumah, misalnya alat musik, mengisap
rokok, dan lain-lain.
9. Lebih mentaati isteri daripada kedua orang tua. Bahkan ada sebagian orang
yang tega mengusir ibunya demi menuruti kemauan isterinya.
Nas-alullaahas salaamah wal ‘aafiyah
10. Malu mengakui orang tuanya. Sebagian orang merasa malu dengan
keberadaan orang tua dan tempat tinggal ketika status sosialnya meningkat.
Tidak diragukan lagi, sikap semacam itu adalah sikap yang sangat tercela,
bahkan termasuk kedurhakaan yang keji dan nista.
BENTUK-BENTUK BERBAKTI KEPADA ORANG TUA
1. Bergaul bersama keduanya dengan cara yang baik. Di dalam hadits Nabi
shallallaahu ‘alaihi wa sallam disebutkan bahwa memberi kegembiraan kepada
seseorang mukmin termasuk shadaqah, lebih utama lagi kalau memberi
kegembiraan kepada orang tua kita

2. Berkata kepada keduanya dengan perkataan yang lemah lembut. Hendaknya


dibedakan adab ber-bicara antara kepada kedua orang tua dengan ke-pada
anak, teman atau dengan yang lain. Berbicara dengan perkataan yang mulia
kepada kedua orang tua.

3. Tawadhu’ (rendah hati). Tidak boleh kibr (sombong) apabila sudah meraih
sukses atau memenuhi jabatan di dunia, karena sewaktu lahir, kita berada dalam
keadaan hina dan membutuhkan pertolongan, kita diberi makan, minum, dan
pakaian oleh orang tua.

4. Memberi infaq (shadaqah) kepada kedua orang tua, karena pada hakikatnya
semua harta kita adalah milik orang tua. Oleh karena itu berikanlah harta itu
kepada kedua orang tua, baik ketika mereka minta ataupun tidak.

5 . Mendo’akan kedua orang tua. Di antaranya dengan do’a berikut:

َ ‫ار َح ْم ُه َما َك َما َربايَانِي‬


‫ص ِغي ًْرا‬ ْ ‫ب‬ِ ‫َر‬

“Wahai Rabb-ku, kasihilah keduanya, sebagaimana mereka berdua telah


mendidikku sewaktu kecil.”

Seandainya orang tua masih berbuat syirik serta bid’ah, kita tetap harus berlaku
lemah lembut kepada keduanya, dengan harapan agar keduanya kembali
kepada Tauhid dan Sunnah. Bagaimana pun, syirik dan bid’ah adalah sebesar-
besar kemungkaran, maka kita harus mencegahnya semampu kita dengan dasar
ilmu, lemah lembut dan kesabaran. Sambil terus berdo’a siang dan malam agar
orang tua kita diberi petunjuk ke jalan yang benar.

APABILA KEDUA ORANG TUA TELAH MENINGGAL


Maka yang harus kita lakukan adalah:
1. Meminta ampun kepada Allah ‘Azza wa Jalla dengan taubat nashuha (jujur)
bila kita pernah berbuat durhaka kepada keduanya di waktu mereka masih
hidup.
2. Menshalatkannya dan mengantarkan jenazahnya ke kubur.
3. Selalu memintakan ampunan untuk keduanya.
4. Membayarkan hutang-hutangnya.
5. Melaksanakan wasiat sesuai dengan syari’at.
6. Menyambung silaturrahim kepada orang yang keduanya juga pernah
menyambungnya.

Semoga dengan memahami dan mengamalkan nilai-nilai Islam tersebut, kita


dimudahkan oleh Allah ‘Azza wa Jalla dalam mewujudkan keluarga yang
sakinah, mawaddah wa rahmah. Aamiin.

[Disalin dari buku Bingkisan Istimewa Menuju Keluarga Sakinah, Penulis Yazid
bin Abdul Qadir Jawas, Penerbit Pustaka At-Taqwa Bogor – Jawa Barat, Cet Ke
II Dzul Qa’dah 1427H/Desember 2006]
_______
Footnote
[1]. Ibnu sabil ialah orang yang dalam perjalanan yang bukan maksiat yang
kehabisan bekal. Termasuk juga anak yang tidak diketahui ibu-bapaknya.
[2]. Hadits shahih: Diriwayatkan oleh al-Bukhari (no. 527), Muslim dalam Kitabul
Iman (no. 85), an-Nasa-i (I/292-293), at-Tirmidzi (no. 173), ad-Darimi (I/278),
Ahmad (I/351, 409, 410, 439).
[3]. Hadits shahih: Diriwayatkan oleh al-Bukhari dalam Adabul Mufrad (no. 2),
Ibnu Hibban (no. 2026 al-Mawaarid), at-Tirmidzi (no. 1899), al-Hakim (IV/151-
152), ia menshahihkan atas syarat Muslim dan adz-Dzahabi menyetujuinya.
Syaikh al-Albani rahimahullaah mengatakan hadits ini sebagaimana yang
dikatakan oleh mereka berdua (al-Hakim dan adz-Dzahabi). Lihat Shahiih Adabul
Mufrad (no. 2).
[4]. Hadits shahih: Diriwayatkan oleh al-Bukhari (no. 2272), Fathul Baari (IV/449),
Muslim (no. 2743), dari Shahabat ‘Abdullah bin ‘Umar radhiyallaahu ‘anhuma.
[5]. Hadits shahih: Diriwayatkan oleh al-Bukhari (no. 5985, 5986), Muslim (no.
2557), Abu Dawud (no. 1693), dari Shahabat Anas bin Malik radhiyallaahu ‘anhu.

Anda mungkin juga menyukai