Anda di halaman 1dari 3

PRATIKUM V

PENGUKURAN BIDANG LEMAH

A. Tujuan Pratikum
1. Menentukan orientasi bidang lemah pada lereng/terowongan pertambangan.
2. Menentukan potensi longsoran/runtuhan yang akan terbentuk.
3. Memberikan rekomendasi perencanaan lereng/terowongan tambang.
B. Landasan Teori
Pada pertambangan dengan menggunakan metode tambang terbuka, keberadaan
sebuah lereng menjadi keharusan. Disain lereng merupakan seni dalam menentukan
keseimbangan antara kemiringan lereng dan keuntungan bagi perusahaan tambang.
Lereng yang semakin curam akan memaksimalkan perolehan penambangan, namun
meningkatkan risiko kestabilan lereng. Sebaliknya lereng yang semakin landai akan
menurunkan perolehan penambangan, namun merendahkan risiko kestabilan lereng
(lereng cenderung lebih stabil).
Bidang lemah adalah merupakan salah satu parameter penting dalam
kemantapan lereng, karena keberadaannya akan merubah batuan utuh menjadi massa
batuan dan karena itu kontinuitas kekuatannya menjadi terganggu. Tetapi dalam
analisis kemantapan lereng pada massa batuan, yang harus diperhatikan dan
diperhitungkan bukanlah keberadaan bidang lemah tersebut saja, tetapi dalam hal ini
kedudukan atau orientasi dari bidang-bidang lemah tersebut juga merupakan faktor
yang sangat penting, terutama untuk melakukan analisis terhadap jenis longsoran, arah
longsoran, serta besarnya gaya-gaya yang bekerja pada lereng tersebut.
Untuk menyatakan kedudukan bidang lemah didalam dimensi ruang (agar dapat
dianalisis dengan mudah), maka untuk menentukan arah dipakai besaran sudut
terhadap posisi utara (azimuth), sedangkan untuk menentukan kemiringan dipakai
besaran sudut terhadap bidang datar.
1. Jurus/ kemiringan (strike/dip)
a. Jurus (srike) adalah arah (azimuth) dari suatu garis lurus yang merupakan
perpotongan antara bidang obyek dengan bidang datar, ditulis sebagai N xx
o
E (atau cara lainnya). Dalam hal ini bidang obyek berada di sebelah kanan.
b. Kemiringan (dip) besarnya sudut antara garis lurus pada bidang obyek yang
tegak lurus terhadap jurus dengan bidang datar. Jurus/ kemiringan (strike/
dip) ditulis sebagai : N xxoE/ yyo
2. Arah kemiringan (dip/ dip direction)
Orientasi dari suatu bidang obyek dapat juga dinyatakan sebagai arah
kemiringan (dip direction). Untuk itu maka sudut azimuth jurus harus ditambah
dengan 90 o, sehingga orientasi bidang diatas dapat ditulis sebagai : N (xx + 90)
o
E/ yy o atau yang lebih populer ditulis : yyo/ N (xx + 90) oE.
Dalam melakukan pengukuran kedudukan bidang lemah atau struktur ada 2 cara
yang sering dipergunakan, yaitu metoda fotogrametri dan metoda pengukuran dengan
kompas geologi langsung di lapangan pada garis pengukuran (metoda scan line).
Dalam kuliah ini yang akan dibicarakan hanya metoda yang kedua yaitu pengukuran
dengan kompas pada garis pengukuran.
Untuk dapat melakukan pengukuran secara sistematik dan mengurangi
terjadinya pengukuran ulang adalah dengan menerapkan metoda garis pengukuran
(scan line). Dalam hal ini yang penting adalah bahwa jarak antara garis pengukuran
diusahakan sama dengan persistensi bidang lemah (panjang garis perpotongan
permukaan dengan bidang lemah). Tinggi garis pengukuran dari lantai pengukuran
paling tidak sama dengan ketinggian mata pengamat, panjang bentangan garis
pengukuran tidak kurang dari 10 X jarak kekar rata-rata di daerah tersebut dan
diusahakan tidak kurang dari 30 meter. Pengukuran strike/ dip dilakukan sepanjang
garis pengukuran yang bersangkutan dan sebaiknya dilakukan 2 X (maju dan
mundur).
Dalam suatu daerah/ blok/ permukaan tertentu, jumlah bidang lemah yang
diukur orientasinya bervariasi, tergantung pada kondisi dan sifat penyebar-annya.
Setelah pengukuran dilakukan pada beberapa scan line pada suatu blok tertentu (± 100
hasil pengukuran), maka perlu dilakukan plotting + pembuatan kontur kutub (pole)
bidang lemah tersebut pada stereo net (Schmidt net/ equal area net) di lapangan. Hal
ini dilakukan untuk mengetahui apakah hasil pengukuran yang telah dilakukan sudah
mencukupi atau belum.

Jika hasil plotting belum menunjukkan suatu pola tertentu (≥ 20 %) maka


ditambah dengan 300 pengukuran berikutnya dan 400 hasil pengu-kuran tersebut
diplot/ kontur lagi sampai didapatkan pola orientasi yang jelas. Tetapi, kalau sampai
dengan 600 pengukuran atau lebih hasilnya tetap tidak menunjukkan pola tertentu
(tersebar merata pada stereo net), maka pengukuran untuk blok tersebut dapat
dianggap cukup.
C. Alat dan Bahan
1. Kompas Geologi
2. Papan Jalan
3. Pita Ukur
D. Langkah Kerja
1. Persiapkan peralatan pengukuran
2. Ukur Strike bidang lemah dengan cara : Tempelkan sisi E (east), geser-geser
hingga gelembung udara dalam Bull’s eye level masuk ke dalam lingkaran
3. Tunggu hingga jarum kompas stabil tidak bergerak, terakhir amati sudut yang
ditunjuk arah Utara. Lalu tulislah sesuai petunjuk N __˚ E
4. Untuk mengukur kemiringan bidang lemah, Tempelkan sisi W (west) badan
kompas usahakan membentuk sudut 90˚ terhadap strike.
5. Clinometer level diputar-putar sampai gelembung udara berada di antara garis
dalam clinometer level ditengah-tengahnya.
6. Baca sudut dalam clinometer scale.
E. Hasil Pengukuran
Format Tabel Pengukuran
No. Strike (Jurus) Dip (Kemiringan) Family Kekar
o 0
1 N E
o 0
2 N E
o 0
3 N E
o 0
4 N E

Anda mungkin juga menyukai