Anda di halaman 1dari 16

PETA KONSEP

Listrik Dinamis

Berkaitan
mengalir dengan
dapat
melalui menghasilkan
Rangkaian Arus Listrik Energi Listrik

mempunyai dapat dikaji dengan


Hukum Kirchhoff

Hambatan Listrik Hukum Ohm


Hubungannya dengan
arus dan tegangan dapat
dikaji dengan

TUJUAN PEMBALAJARAN

3.1.1.1 Menjelaskan konsep kuat arus listrik dengan benar


3.1.1.2 Menjelaskan konsep beda potensial listrik dengan benar.
3.1.1.3 Menjelaskan penggunaan amperemeter dengan tepat.
3.1.1.4 Menjelaskan penggunaan voltmeter dengan tepat.
Pertemuan 2 (Hukum Ohm dan Kawat Penghantar)
3.1.2.1 Peserta didik dapat menjelaskan isi Hukum Ohm
3.1.2.2 Peserta didik dapat menjelaskan hubungan kuat arus listrik, beda potensial dan hambatan listrik.
3.1.3.1 Peserta didik mampu menentukan hambatan pada kawat penghantar
3.1.3.2 Peserta didik mampu menjelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi besarnya hambatan pada kawat
penghantar

Pertemuan 3 (Rangkaian Hambatan)


3.1.4.1 peserta didik dapat membedakan rangkaian hambatan seri dan rangkaian hambatan paralel
3.1.4.2 Peserta didik mampu menghitung nilai hambatan pengganti pada rangkaian seri
3.1.4.3 Peserta didik mampu menghitung nilai hambatan pengganti pada rangkaian paralel
3.1.4.4 Peserta didik mampu menghitung nilai hambatan yang dirangkai secara campuran (seri dan paralel)
3.1.4.5 Peserta didik mampu menentukan gaya gerak listrik
3.1.4.6 Peserta didik mampu mentukan tegangan jepit

Pertemuan 4 (Hukum II Kirchoff)

3.1.5.1 Peserta didik mampu menjelaskan isi Hukum II Kirchhoff Menyebutkan bunyi hukum II Kirchoff
3.1.5.2 Menentukan persamaan hukum II Kirchoff
3.1.5.3 Menentukan aturan tanda dalam penerapan hukum II Kirchoff pada rangkaian tertutup (loop)
3.1.5.4 Menerapakan hukum Kirchoff pada rangkaian satu loop dan rangkaian majemuk.
Pertemuan 5 (Energi dan Daya Listrik)

3.1.6.1 Peserta didik dapat menentukan energi pada rangkaian arus searah

Peserta didik mampu menentukan daya pada rangkaian arus searah


RANGKAIAN ARUS SEARAH

A. ARUS LISTRIK

Pada dasarnya rangkaian listrik dibedakan menjadi


dua, yaitu rangkaian listrik terbuka dan rangkaian listrik
tertutup. Rangkaian listrik terbuka adalah suatu rangkaian
yang belum dihubungkan dengan sumber tegangan,
sedangkan rangkaian listrik tertutup adalah suatu rangkaian
yang sudah dihubungkan dengan sumber tegangan.
Arus listrik di definisikan sebagai aliran muatan listrik melalui sebuah
konduktor. Arus listrik bergerak dari potensial tinggi ke potensial rendah, dari kutub
positif ke kutub negatif, dari anoda ke katoda. Arah arus listrik ini berlawanan arah
denga arus elektron. Muatan listrik dapat berpindah apabila terjadi beda potensial.
Beda potensial dihasilkan oleh sumber sumber sumber arus listrik, misalnya
batu baterai atau akumulator. Setiap sumber listrik selalui mempunyai dua kutub, yaitu kutub positif
(+) dan kutub negatif (-). Apabila kutub-kutub baterai dihubungkan dengan jalur pengantar yang
kontinu, kita dapatakan rangkaian listrik tampak seperti pada...., diagram rangkaiannya tampak
seperti gambar .. Dalam hai ini,
baterai (sumber beda potensial di gambarkan dengan simbol :

Garis yang lebih panjang menyatakan kutub positif, sedangkan yang pendek
menyatakan kutub negatif. Alat yang diberi daya oleh baterai dapat berupa bola lampu
pemanas, radio, dan sebagainya. Ketika rangkaian itu terbentuk, muatan dapat mengalir melalui
kawat pada rangkaian, dari satu kutub ke kutub lainnya. Aliran muatan seeperti ini disebut arus
listrik. . Besarnya arus listrik yang mengalir disebut dengan kuat arus listrik.
Kuat arus listrik (I) didefinisikan sebagai banyaknya muatan listrik (Q) yang mengalir
pada kawat penghantar setiap satu satuan waktu (t). Kuat arus listrik dapat dirumuskan :
dengan, I = arus listrik (A)
𝒒
I= q = muatan listrik (C)
𝒕
t = selang waktu (sekon)
Contoh Soal :

B. Hukum Ohm

Dalam arus listrik terdapat hambatan listrik yang menentukan besar kecilnya arus
listrik. Semakin besar hambatan listrik, semakin kecil kuat arusnya, dan sebaliknya. George
Simon Ohm (1787-1854), melalui eksperimennya menyimpulkan bahwa arus I pada kawat
penghantar sebanding dengan beda potensial V yang diberikan ke ujung-ujung kawat
penghantar tersebut: I ∝ V.

Misalnya, jika kita menghubungkan kawat penghantar ke kutub-kutub baterai 6 V,


maka aliran arus akan menjadi dua kali lipat dibandingkan jika dihubungkan ke baterai 3 V.
Besarnya arus yang mengalir pada kawat penghantar tidak hanya bergantung pada tegangan,
tetapi juga pada hambatan yang dimiliki kawat terhadap aliran elektron. Kuat arus listrik
berbanding terbalik dengan hambatan: I ∝ R

Aliran elektron pada kawat penghantar diperlambat karena adanya interaksi dengan
atom-atom kawat. Makin besar hambatan ini, makin kecil arus untuk suatu tegangan V.
Dengan demikian, arus I yang mengalir berbanding lurus dengan beda potensial antara ujung-
ujung penghantar dan berbanding terbalik dengan hambatannya.

Pernyataan ini dikenal dengan Hukum Ohm, dan dinyatakan dengan :

𝑽
I=𝑹 V= I.R

atau Ket : I = kuat arus listrik (A)

V = beda potensial listrik (volt)

R = hambatan listrik (Ohm atau Ω)

C. Hambatan Kawat Penghantar


Berdasarkan persamaan hukum Ohm, hambatan listrik dapat didefinisikan sebagai
hasil bagi beda potensial antara ujung-ujung penghantar dengan kuat arus yang mengalir pada
penghantar tersebut. Suatu penghantar dikatakan mempunyai hambatan satu ohm apabila
dalam penghantar tersebut mengalir arus listrik sebesar satu ampere yang disebabkan adanya
beda potensial di antara ujung-ujung penghantar sebesar satu volt. Hambatan pada kawat
penghantar dirumuskan dengan:

𝑙
R=ρ A Keterangan: R = hambatan kawat penghantar (Ω)

ρ = hambatan jenis kawat penghantar (Ωm)

l = panjang kawat penghantar (m)


A = luas penampang kawat penghantar (m2)
Contoh Soal :
Diketahui sebuah kawat penghantar memiliki panjang 100 m, luas penampang 2,5 mm2, dan
hambatan jenis sebesar 17 × 10-7 Ωm. Tentukan besarnya hambatan kawat tersebut!
Diketahui : l = 100 m
A = 2,5 mm2 = 25 × 10-7 m2
ρ = 17 × 10-7 Ωm
Ditanyakan : R = ... ?
Jawab :
𝑙
R=ρ A
100 m
R = 17 × 10-7 Ωm 25 × 10−7 m2

R = 68 Ω

Jadi, besarnya hambatan kawat adalah 68 Ω

D. Rangkaian Hambatan
Dalam rangkaian listrik, hambatan dapat dirangkai secara seri, paralel, atau
kombinasi (gabungan) dari keduanya.
1. Rangkaian Seri
Rangkaian seri adalah rangkaian yang disusun secara berurutan (segaris).
Rangkaian hambatan seri dapat disusun seperti gambar di bawah ini.

Rangkaian hambatan seri dengan dua buah hambatan

R1 R2

V1 V2 R3
V3

+ -

i
V
Rangkaian hambatan seri dengan tiga buah hambatan
Pada rangkaian hambatan seri yang dihubungkan dengan suatu sumber tegangan,
besar kuat arus di setiap titik dalam rangkaian tersebut adalah sama. Jadi, semua hambatan
yang terpasang pada rangkaian tersebut dialiri arus listrik yang besarnya sama. Bila satu
hambatan putus ada yang putus, maka arus listrik pada rangkaian tersebut juga putus/tidak
mengalir.
Pada Gambar (a), terlihat dua buah lampu (sebagai hambatan) yang disusun seri.
Kuat arus yang mengalir melalui kedua lampu tersebut sama besarnya, sedangkan
tegangan/beda potensialnya berbeda (VAB ≠ VBC). Dengan menggunakan Hukum Ohm
dapat dituliskan sebagai berikut:
Jika VAB = I x R1,
VBC = I x R2
VAC = VAB + VBC, maka
VAC = I x R1 + I x R2
VAC = I (R1 + R2)
Jika kedua hambatan yang dirangkai seri diganti dengan sebuah hambatan
pengganti (Rs) Gambar c, maka VAC = I x Rs, sehingga didapat persamaan:
VAC = I(R1 + R2)
I x Rs = I(R1 + R2)
Rs = R 1 + R2
Jadi, bentuk umum hambatan pengganti yang dirangkai seri adalah sebagai berikut:

Rs = R1 + R2 + R3 + ... + Rn
n = banyaknya hambatan

Contoh Soal :
Hitung nilai resistor pengganti dari ketiga resistor yang dirangkai seperti di bawah ini!

Penyelesaian:
Diketahui:R1 = 2 ohm
R2 = 4 ohm
R3= 3 ohm
Ditanyakan: Rs = ........ ?
Dijawab :
Rs = R1 + R2 + R3
Rs = 2 + 4 + 3
Rs = 9
Jadi, nilai resistor pengganti adalah 9 ohm.
2. Rangkaian Paralel
Rangkaian hambatan paralel adalah rangkaian hambatan listrik yang disusun secara
berdampingan/bertingkat. Jika hambatan yang dirangkai paralel dihubungkan dengan suatu
tegangan, maka tegangan pada ujung-ujung tiap hambatan adalah sama. Sesuai dengan
Hukum I Kirchoff, jumlah kuat arus yang mengalir pada masing-masing hambatan sama
dengan jumlah kuat arus yang mengalir pada penghantar utama.
Rangkaian hambatan paralel dapat disusun seperti gambar di bawah ini.

Rangkaian hambatan paralel dengan dua buah hambatan


R1

R2

R3

+ -
i V

Rangkaian hambatan paralel dengan tiga buah hambatan

Pada Gambar (a), dua buah lampu (sebagai hambatan) dirangkai paralel. Kuat arus
yang mengalir pada lampu 1 (I1) dan lampu 2 (I2) besarnya tergantung nilai
hambatannya, sedangkan tegangan yang melewati kedua lampu tersebut besarnya
sama.
Dengan menggunakan Hukum I Kirchoff dan Hukum Ohm, maka dapat ditulis
sebagai berikut:
𝑉 𝑉
Jika I1 = 𝑅 , I2 = 𝑅 dan I = I1 + I2 ; maka
1 2

𝑉 𝑉 1 1
I = I1 + I2 = + 𝑅 = V (𝑅 + 𝑅 )
𝑅1 2 1 2

Jika kita ganti kedua hambatan yang dirangkai paralel dengan sebuah hambatan
𝑉
pengganti Rp (Gambar c), maka I = , sehingga didapat persamaan sebagai
𝑅𝑝

berikut:
1 1 𝑉 1 1
I = V (𝑅 + 𝑅 )  = V (𝑅 + 𝑅 )
1 2 𝑅𝑝 1 2

1 1 1 1 1 1
V(𝑅 ) = V (𝑅 + 𝑅 )  =𝑅 +𝑅
𝑝 1 2 𝑅𝑝 1 2

𝑅1 𝑥2
Rp = 𝑅1 +2

Jadi, bentuk umum hambatan yang dirangkai paralel adalah:


1 1 1 1 1
=𝑅 +𝑅 + + ⋯+ 𝑅 (n = jumlah hambatan)
𝑅𝑝 1 2 𝑅3 𝑛

Contoh Soal :
Hitung nilai hambatan pengganti yang dirangkai seperti gambar di bawah ini!

Penyelesaian:
Diketahui:

R1 = 20 ohm
R2 = 30 ohm
R3 = 40 ohm
Ditanyakan: Rp = ...?
Jawab:
1 1 1 1
= + +
Rp R1 R2 R3

1 1 1 1
= + +
Rp 10 ohm 20 ohm 40 ohm

1 4+2+1
=
Rp 40 ohm
1 5
=
Rp 40 ohm

Rp 40 ohm
=
1 5

Rp = 8 ohm
Jadi, nilai hambatan pengganti rangkaian tersebut adalah sebesar 8 ohm
Keuntungan dan kerugian rangkaian hambatan seri dan hambatan paralel.
 Keuntungan rangkaian seri adalah hemat kabel, dan rangkaiannya sederhana
sehingga membuatnya mudah.
 Kerugiannya pada saat satu lampu mati, yang lain juga mati. Begitu juga pada nyala
lampunya, tidak terang (redup).
 Keuntungan rangkaian paralel adalah saat satu lampu mati, yang lain tetap menyala,
nyala lampu terang, hemat energy
 Kerugian rangkaian paralel adalah rangkaiannya yang rumit, sehingga relatif sulit
menyusunnya
 Rangkaian seri berlaku sebagai pembagi tegangan, sedangkan rangkaian paralel
berlaku sebagai pembagi arus.

3. Gaya Gerak Listrik dan Tegangan Jepit


a. GGL dan Tegangan Jepit
Suatu rangkaian arus yang sederhana, terdiri sebuah sumber tegangan, misalnya
baterai dan sebuah penghantar yang hambatannya R yang menghubungkan kutub-
kutub baterai tersebut.
1) Rangkaian tertutup dengan satu sumber tegangan
Gambar di samping sebuah rangkaian
sederhana tertutup terdiri dari sumber
tegangan degan GGL  dan hambatan dalam r,
dan hambatan luar R.
P Q

Di luar sumber tegangan, arus mengalir dari P ke Q melalui hambatan


yang besarnya R ohm. Di dalam sumber tegangan, arus mengalir dari Q ke P
melalui hambatan yang besarnya r ohm. Hambatan r ini disebut hambatan dalam.
Kutub-kutub sumber tegangan sebelum mengalirkan arus disebut gaya
gerak listrik (GGL) atau emf = electromotiveforce, sedangkan kutub-kutub
sumber tegangan selama megalirkan arus disebut beda potensial atau tegangan
jepit. Bila arus I mengalir melalui rangkaian di atas, maka hambatan seluruhnya
yang dilewati arus listrik adalah R+r.
Kuat arus I yang mengalir dapat dituliskan sebagai berikut :
ε
I =
Rr
Tegangan jepit pada gambar di atas ialah VPQ, dimana
VPQ = I R atau VPQ =   r
Oleh karena tegangan jepit kecil dari GGL, terdapat penurunan tegangan (∆V)
sebesar,
∆V = ε − VPQ = Ir

2) Rangkaian tertutup dengan beberapa sumber tegangan disusun seri


Beberapa sumber tegangan dapat dihubungkan secara seri, yaitu kutub
positif sumber yang pertama dihubungkan dengan kutub negatif sumber yang
berikutnya.
Contoh terlihat pada gambar
berikut.
Bila ada n buah sumber
tegangan yang tiap-tiap ggl nya
adalah :
 volt dihubungkan secara seri,
maka ggl seluruhnya adalah n x  volt.
Dan bila hambatan dalam masing-masing sumber adalah r, maka hambatan dalam
seluruhnya sama dengan n x r ohm. Kalau n buah sumber tersebut dihubungkan
oleh hambatan luar sebesar R, maka kuat arus yang mengalir sama dengan :

I =
R  nr
3) Rangkaian Tertutup dengan Beberapa Sumber Tegangan Disusun Paralel
Apabila n buah sumber tegangan tersebut dihubungkan secara paralel, maka
ggl susunannya juga ε volt. (lihat gambar di bawah ini dan apabila hambatan
dalam tiap sumber = r ohm, maka hambatan dalam
1
n sumber sama dengan : x r ohm
n
Sekarang bila kutub-kutub susunan tersebut
dihubungkan oleh sebuah hambatan yang besarnya
R, maka kuat arus yang mengalir adalah :
ε
I =
1
R r
n

4) Rangkaian tertutup dengan beberapa sumber tegangan disusun campuran seridan


paralel
Bila beberapa elemen (n buah elemen) yang masing-masing mempunyai
GGL  dan tahanan dalam r disusun secara seri, sedangkan berapa elemen (m
buah elemen) yang terjadi karena hubungan seri tadi dihubungkan paralel lagi,
maka kuat arus yang timbul :

Kuat arus yang mengalir sebesar :


n.ε
i
n
R  .r
m

E. Hukum II Kirchhoff
Hukum I Kirchoff
Hukum I Kirchoff menyatakan bahwa “jumlah arus yang masuk ke suatu titik
percabangan adalah sama dengan jumlah arus yang keluar dari titik percabangan itu”.
Hukum I Kirchoff dirumuskan dengan:

∑𝑰𝒎𝒂𝒔𝒖𝒌 = ∑𝑰𝒌𝒆𝒍𝒖𝒂𝒓

Hukum II Kirchoff
Hukum II Kirchoff menyatakan bahwa jumlah perubahan potensial yang mengelilingi
rangkaian tertutup pada suatu rangkian harus sama dengan nol. Hukum ini didasarkan pada
hukum kekekalan energi. Secara matematis hukum II Kirchoff dapat dinyatakan sebagai
berikut:

Keterangan:
∑V = 0
E = ggl (volt)
atau
I = Kuat arus (A)
∑E + ∑(I x R) = 0
R = Hambatan (Ω)

Pada perumusan hukum II kirchoff, mengikuti ketentuan sebagai berikut.


a. Semua hambatan R dihitung positif
b. Pada arah penelusuran rangkaian tertutup (loop), jika sumber arus berawal dari kutub
negatif ke kutub positif, maka sumber arusnya dihitung positif. Jika sebaliknya dari
kutub positif ke kutub negatif, maka sumber arusnya dihitung negatif.

c. Arus yang searah dengan penelusuran loop dihitung positif, sedang yang berlawanan
dengan arah penelusuran dihitung negatif.
d. Jika hasil akhir perhitungan kuat arus bernilai negatif, maka kuat arus yang sebenarnya
merupakan kebalikan dari arah yang ditetapkan.
1) Kuat arus listrik dalam rangkaian sederhana
Pada dasarnya sumber tegangan ggl memiliki hambatan dalam yang disimbolkan dengan
r. Nilai r ini adalah nilai hambatan yang ada dalam ggl sumber tegangan pada suatu
rangkaian.

Rangkaian tertutup
Pada gambar di atas diluliskan rangkaian tertutup yang terdiri atas sumbu arus dengan
ggl E, hambatan dalam r, sebuah hambatan R dan arus pada rangkaian I. Menurut hukum II
kirchoff, pada rangkaian berlaku persamaan sebagai berikut:

𝑬
E = (I x r) + (I x R) atau E = I (r + R) atau I =
𝒓+𝑹

Keterangan:
E = ggl sumber tegangan (V)
I = Kuat arus (A)
r = hambatan dalam sumber arus (Ω)
R = hambatan (Ω)
Nilai I x R pada persamaan di atas merupakan tegangan penggunaan di luar sumber
arus yang disebut tegangan jepit (K). Jadi, persamaan di atas dapat ditulis sebagai berikut:
Keterangan:
E = I x r + K atau K = E – I x r
K = tegangan jepit (V)

1) Kuat arus listrik dalam rangkaian majemuk

Rangkaian satu loop


Gambar di atas menunjukan satu rangkaian tertutup yang terdiri atas satu loop. Misalkan
arah arus dan arah penelusuran loop kita tentukan searah putaran jarum jam. Menurut hukum
II kirchoff pada rangkaian berlaku persamaan ∑E = ∑(I x R).
Oleh karena itu persamaannya menjadi sebagai berikut

Jika pada penjabaran di atas dihasilkan nilai I negatif, maka arah arus yang sebenarnya adalah
kebalikan dari arah yang ditentukan pada gambar. Jika penelusuran rangkaian berawal dari
satu titik dan berakhir pada titik lain, misalkan menentukan tegangan atau beda potensial
antara titik A dan B pada gambar, berdasarkan Hukum II Kisrchoff dapat dihitung denga
persamaan:

Untuk rangakain yang memilki dua loop atau lebig dapat diselesaikan dengan Hukum
II Kirchofff dan Hukum I Kirchofff. Perhatikan gambar di bawah ini!
Rangkaian dua loop
F. Energi dan Daya Listrik
1. Energi Listrik
Arus listrik yang disebabkan oleh aliran muatan-muatan listrik dapat menghasilkan
energi yang bermanfaat bagi manusia. Dalam hal ini, energi yang dihasilkan dari aliran
muatan listrik dalam suatu rangkaian tertutup disebut dengan energi listrik. Energi
listrik dapat ditentukan dengan persamaan sebagai berikut .

𝑊 = 𝑄. 𝑉

Keterangan : W = energi listrik (joule)


Q = muatan listrik (C)
V = beda potensial atau tegangan (volt)
Karena 𝑄 = 𝐼 . 𝑡 𝑑𝑎𝑛 𝑉 = 𝐼 . 𝑅 , 𝑚𝑎𝑘𝑎 ∶

𝑉2
𝑊 = 𝑉 𝐼 𝑡 = 𝐼2𝑅 𝑡 = t
𝑅

Keterangan :

I = arus listrik (A)

R = hambatan listrik (Ω)

t = waktu (s)

2. Daya Listrik
Besarnya energi listrik yang digunakan oleh suatu peralata listrik tiap satuan waktu disebut
daya listrik, yang dapat ditentukan dengan persamaan sebagai berikut :

𝑊
𝑃=
𝑡

Keterangan :

P = daya listrik (watt)

Berdasarkan persamaan energi listrik, maka daya listrik juga dapat ditentukan dengan
persamaan sebagai berikut :
𝑉2
𝑃 = 𝑉𝐼 = 𝐼 2 𝑅 =
𝑅

Dalam kehidupan sehari – hari kita sering menemukan suatu peralatan listrik yang
mempunyai spesifikasi daya tertentu, seperti pada lampu tertera 25 W, 220 V, ini berarti
daya listrik yang digunakan oleh lampu adalah 25 W jika lampu dipasang pada tegangan
220V. Akan tetapi, jika lampu dipasang pada tegangan yang lebih kecil dari spesifikasi lampu,
maka daya yang digunakan lampu juga lebih kecil dari daya yang tertera pada lampu dan
memenuhi persamaan sebagi berikut.

𝑉2
𝑃2 = ( ) 𝑃1
𝑉1

Berdasarkan hal di atas, maka untuk membuat suatu peralatan listrik kita harus menentukan
hambatannya dengan menggunakan persamaat berikut ini .

𝑉2
𝑅=
𝑃

3. Hubungan Satuan Energi dan Daya Listrik


Dalam sistem suatu satuan SI daya listrik dinyatakan dalam watt, sedangkan energi listrik
dinyatakan dalam joule, sehingga dari hubungan daya dan energi listrik (𝑊 = 𝑃𝑡 𝑎𝑡𝑎𝑢 𝑃 =
𝑊
)diperoleh hubungan satuan daya dan energi listrik sebagai berikut.
𝑡

𝐽
1 𝑊 = 1 𝑠 𝑎𝑡𝑎𝑢 1 𝐽 = 1 𝑊𝑠

Dalam kehidupan sehari-hari, energi listrik dinyatakan dalam satuan kWh (kilowatt jam),
dengan :

1 kWh = (1.000 W) (1 jam)

1 kWh = (1.000 W) x (3.600 s)

1 kWh = 3.6 x 106 Ws

Karena 1 Ws = 1 Joule, maka


𝐽
1 𝑊 = 1 𝑠 𝑎𝑡𝑎𝑢 1 𝐽 = 1 𝑊𝑠
LATIHAN SOAL

1. Alat ukur yang berfungsi untuk mengukur beda potensial listrik adalah..
a. Osiloskop d. Spektrometer
b. Ohmmeter e. Amperemeter
c. Voltmeter
2. Amperemeter adalah alat untuk mengukur…
a. Arus listrik d. Energi
b. Tegangan e. Daya
c. Hambatan
3. Seutas kawat dengan hambatan jenis 7 x 10-8 Ωm, memiliki luas penampang 35 m2. Jika
hambatan yang dihasilkan 400 Ω, maka panjang kawat adalah…
a. 0,20 x 10-8 m d. 0,30 x 1011 m
b. 0,70 x 10-8 m e. 2,00 x 1011 m
-8
c. 2,80 x 10 m
4. Di bawah ini faktor yang mempengaruhi besar hambatan suatu penghantar, adalah…
a. Kekuatan kawat
b. Massa kawat
c. Jenis kawat
d. Tegangan kawat
e. Volume kawat
5. Sebuah alat listrik menghasilkan energi sebesar 9600 Joule saat digunakan selama 6 s. Jika
arus listrik yang mengalir 5 A, maka hambatannya adalah…
a. 8 Ω d. 64 Ω
b. 16 Ω e. 128 Ω
c. 32 Ω
6. Cara memasang alat ukur tegangan dan kuat arus pada suatu rangkaian tertutup adalah…
a. d.

b. e.

.
c

DAFTAR PUSTAKA

Handayani, Sri dan Ari Damari. 2009.Fisika untuk SMA/MA Kelas X (BSE). Jakarta: Pusat Perbukuan,
Departemen Pendidikan Nasional. Halama: 163 – 181

Kanginaan, Marten. 2007. Fisika untuk SMA Kelas X, Jakarta: Erlangga. Halaman: 270 - 302

Sumarsono, Joko. 2007.Fisika untuk SMA/MA Kelas X. Jakarta : CV Teguh Pusat Karya.Halaman:
163-169

Sunardi,dkk. 2016. Fisika untuk Siswa SMA/MA Kelas XII.Bandung : Yrama Widya. Halaman: 3 - 45

Anda mungkin juga menyukai