Anda di halaman 1dari 12

BAB I

PENDAHULUAN

A. RASIONAL

Modernisasi dan globalisasi telah memunculkan kompetisi yang sangat ketat.


Bangsa yang memiliki kemampuan bersaing akan memperoleh keuntungan dan sebaliknya
bangsa yang tidak kompetitif akan menuai kerugian. Kompetensi sangat ditentukan oleh
kekuatan faktor daya saing. Di antara banyak faktor daya saing, tiga yang utama adalah
manajemen, teknologi, dan sumberdaya manusia. Manajemen yang tangguh akan mampu
meningkatkan efisiensi biaya dan efektivitas hasil. Keunggulan teknologi akan mampu
meningkatkan nilai tambah dan diversifikasi produk. Keunggulan teknologi hanya akan
dapat dicapai melalui kepemilikan sumberdaya manusia yang kuat dalam penguasaan ilmu-
ilmu yang mendasari teknologi, penguasaan dan pemanfaatan ICTserta bahasa global yaitu
bahasa Inggris. Sedang keunggulan sumberdaya manusia akan menentukan kemenangan
bersaing antar bangsa. Keunggulan faktor daya saing sumberdaya manusia merupakan
kunci karena sumberdaya manusia merupakan satu-satunya sumberdaya aktif sedang
sumberdaya selebihnya pasif.
Pendidikan memiliki peran sentral bagi upaya pengembangan sumber daya
manusia. Adanya peran yang demikian , isi dan proses pendidikan perlu dimutakhirkan
sesuai dengan kemajuan ilmu dan kebutuhan masyarakat. Implikasinya, jika pada saat ini
masyarakat Indonesia dan dunia menghendaki tersedianya sumber daya manusia yang
memiliki seperangkat kompetensi yang berstandar nasional dan internasional maka isi dan
proses pendidikan perlu diarahkan pada pencapaian kompetensi tersebut.

Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 mengamanatkan bahwa pembentukan


Pemerintah Negara Indonesia yaitu antara lain untuk mencerdaskan kehidupan bangsa.
Untuk mewujudkan upaya tersebut, Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 31 Ayat (3)
memerintahkan agar Pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan satu sistem
pendidikan nasional, yang meningkatkan keimanan dan ketakwaan serta akhlak mulia
dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, yang diatur dengan undang-undang.

Perwujudan dari amanat Undang-Undang Dasar 1945 yaitu dengan


diberlakukannya Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional, yang merupakan produk undang-undang pendidikan pertama pada awal abad ke-
21. Undang-undang ini menjadi dasar hukum untuk membangun pendidikan nasional
dengan menerapkan prinsip demokrasi, desentralisasi, dan otonomi pendidikan yang
menjunjung tinggi hak asasi manusia. Sejak Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945,
undang-undang tentang sistem pendidikan nasional telah mengalami beberapa kali
perubahan.

Dunia Abad XXI sekarang berbeda secara signifikan dengan dunia Abad XX.
Dalam skala makro setidak-tidaknya dunia Abad XXI sekarang ditandai oleh 6 (enam)
kecenderungan penting, yaitu (i) berlangsungnya revolusi digital yang semakin luar biasa
yang mengubah sendi-sendi kehidupan, kebudayaan, peradaban, dan kemasyarakatan
termasuk pendidikan, (ii) terjadinya integrasi belahan-belahan dunia yang semakin intensif
akibat internasionalisasi, globalisasi, hubunganhubungan multilateral, teknologi
komunikasi, dan teknologi transportasi, (iii) berlangsungnya pendataran dunia (the world is
flat) sebagai akibat berbagai perubahan mendasar dimensi-dimensi kehidupan manusia
terutama akibat mengglobalnya negara, korporasi, dan individu, (iv) sangat cepatnya
perubahan dunia yang mengakibatkan dunia tampak berlari tunggang langgang, ruang
tampak menyempit, waktu terasa ringkas, dan keusangan segala sesuatu cepat terjadi, (v)
semakin tumbuhnya masyarakat padat pengetahuan (knowledge society),masyarakat
informasi (information society), dan masyarakat jaringan (network society) yang membuat
pengetahuan, informasi, dan jaringan menjadi modal sangat penting, dan (vi) makin
tegasnya fenomena Abad Kreatif beserta masyarakat kreatif yang menempatkan kreativitas
dan inovasi sebagai modal penting untuk individu, perusahaan, dan masyarakat.

Keenam hal tersebut telah memunculkan tatanan baru, ukuran-ukuran baru, dan
kebutuhan-kebutuhan baru yang berbeda dengan sebelumnya, yang harus ditanggapi dan
dipenuhi oleh dunia pendidikan nasional dengan sebaik-baiknya.Penataan kembali atau
transformasi pendidikan nasional Indonesiatersebut dapat dimulai dengan menempatkan
kembali karaktersebagai ruh atau dimensi terdalam pendidikan nasional
berdampingandengan intelektualitas yang tercermin dalam kompetensi. Dengankarakter
yang kuat-tanggung beserta kompetensi yang tinggi, yangdihasilkan oleh pendidikan yang
baik, pelbagai kebutuhan, tantangan,dan tuntutan baru yang disebut di atas dapat dipenuhi
atau diatasi.

Oleh karena itu, selain pengembangan intelektualitas, pengembangankarakter


peserta didik sangatlah penting atau utama dalam system pendidikan nasional Indonesia.
Dikatakan demikian karena padadasarnya pendidikan bertujuan mengembangkan potensi-

Kurikulum SMP Negeri 2 Gorontalo | DOKUMEN 1 2018-2019 2


potensiintelektual dan karakter peserta didik. Hal ini telah ditandaskan olehberbagai
pemikiran tentang pendidikan dan berbagai peraturanperundang-undangan tentang
pendidikan. Sebagai contoh, beberapapuluh tahun lalu Ki Hadjar Dewantara, bapak
pendidikan Indonesia,telah menandaskan secara eksplisit bahwa “Pendidikan adalah
dayaupaya untuk memajukan bertumbuhnya budi pekerti (kekuatan batin,karakter), pikiran
(intelec) dan tubuh anak. Bagian-bagian itu tidak boleh dipisahkan agar kita dapat
memajukan kesempurnaan hidup anak-anakkita”

Selain merupakan kelanjutan dan kesinambungan dari Gerakan Nasional


Pendidikan Karakter Bangsa Tahun 2010, Gerakan Penguatan Pendidikan Karakter (PPK)
merupakan bagian integral Nawacita, dalam hal ini butir 8 Nawacita: Revolusi Karakter
Bangsa dan Gerakan Revolusi Mental dalam pendidikan yang hendak mendorong seluruh
pemangku kepentingan untuk mengadakan perubahan paradigma, yaitu perubahan pola
pikir dan cara bertindak, dalam mengelola sekolah. Dalam hubungan ini Gerakan PPK
menempatkan nilai karakter sebagai dimensi terdalam pendidikan yang membudayakan
dan memberadabkan. Untuk itu, ada 5 nilai utama karakter yang saling berkaitan
membentuk jejaring nilai karakter yang perlu dikembangkan sebagai prioritas Gerakan
PPK . Kelima nilai utama karakter bangsa yang dimaksud adalah sebagai berikut.

Nilai Karakter Religius yang mencerminkan keberimanan terhadap Tuhan yang


Maha Esa yang diwujudkan dalam perilaku untuk melaksanakan ajaran agama dan
kepercayaan yang dianut, menghargai perbedaan agama, menjunjung tinggi sikap toleran
terhadap pelaksanaan ibadah agama dan kepercayaan lain, hidup rukun dan damai dengan
pemeluk agama lain. Nilai karakter religius ini meliputi tiga dimensi relasi sekaligus, yaitu
hubungan individu dengan Tuhan, individu dengan sesama, dan individu dengan alam
semesta (lingkungan). Nilai karakter religius ini ditunjukkan dalam perilaku mencintai dan
menjaga keutuhan ciptaan. ubnilai religius: cinta damai, toleransi, menghargai perbedaan
agama, teguh pendirian, percayadiri, kerja sama lintas agama, antibuli dan kekerasan,
persahabatan, ketulusan, tidak memaksakan kehendak, melindungi yang kecil dan tersisih.

Nilai Karakter Nasionalis merupakan cara berpikir, bersikap, dan berbuat yang
menunjukkan kesetiaan, kepedulian, dan penghargaan yang tinggi terhadap bahasa,
lingkungan fisik, sosial, budaya, ekonomi, dan politik bangsa, menempatkan kepentingan
bangsa dan negara di atas kepentingan diri dan kelompoknya. Subnilai nasionalis antara
lain apresiasi budaya bangsa sendiri, menjaga kekayaan budaya bangsa, rela berkorban,

Kurikulum SMP Negeri 2 Gorontalo | DOKUMEN 1 2018-2019 3


unggul dan berprestasi, cinta tanah air, menjaga lingkungan, taat hukum, disiplin,
menghormati keragaman budaya, suku, dan agama.

Nilai Karakter Mandiri merupakan sikap dan perilaku tidak bergantung pada orang
lain dan mempergunakan segala tenaga, pikiran, waktu untuk merealisasikan harapan,
mimpi dan cita-cita. Subnilai kemandirian antara lainetos kerja (kerja keras), tangguh tahan
banting, daya juang, profesional, kreatif, keberanian, dan menjadi pembelajar sepanjang
hayat.

Nilai Karakter Gotong Royong mencerminkan tindakan menghargai semangat


kerjasama dan bahu membahu menyelesaikan persoalan bersama, memperlihatkan rasa
senang berbicara, bergaul, bersahabat dengan orang laindan memberi bantuan pada mereka
yang miskin, tersingkir dan membutuhkan pertolongan. Subnilai gotong royong antara lain
menghargai, kerjasama, inklusif, komitmen atas keputusan bersama, musyawarah mufakat,
tolongmenolong, solidaritas, empati, anti diskriminasi, anti kekerasan, sikap kerelawanan.

Nilai Karakter Integritas merupakan nilai yang mendasari perilaku yang didasarkan
pada upaya menjadikan dirinya sebagai orang yang selalu dapat dipercaya dalam
perkataan, tindakan, dan pekerjaan, memiliki komitmen dan kesetiaan pada nilai-nilai
kemanusiaan dan moral (integritas moral). Karakter integritas meliputi sikap
tanggungjawab sebagai warga negara, aktif terlibat dalam kehidupan sosial, melalui
konsistensi tindakan dan perkataan yang berdasarkan kebenaran. Subnilai integritas antara
lain kejujuran,cinta pada kebenaran, setia, komitmen moral, anti korupsi, keadilan,
tanggungjawab, keteladanan, menghargai martabat individu (terutama penyandang
disabilitas).

Literasi tidak terpisahkan dari dunia pendidikan. Literasi menjadi sarana siswa
dalam mengenal,memahami, dan menerapkan ilmu yang didapatkannya di bangku sekolah.
Literasi juga terkaitdengan kehidupan siswa, baik di rumah maupun di lingkungan
sekitarnya untuk menumbuhkanbudi pekerti mulia. Literasi pada awalnya dimaknai
'keberaksaraan' dan selanjutnya dimaknai'melek' atau 'keterpahaman'. Pada langkah awal,
“melek baca dan tulis" ditekankan karenakedua keterampilan berbahasa ini merupakan
dasar bagi pengembangan melek dalam berbagaihal.Pemahaman literasi pada akhirnya
tidak hanya merambah pada masalah baca tulis saja. Agarmampu bertahan di abad XXI,
masyarakat harus menguasai enam literasi dasar, yaitu literasibaca-tulis, matematika, sains,
teknologi informasi dan komunikasi, keuangan, serta kebudayaandan kewarganegaraan.
Tiga literasi lainnya yang perlu dikuasai adalah literasi kesehatan,keselamatan (jalan,

Kurikulum SMP Negeri 2 Gorontalo | DOKUMEN 1 2018-2019 4


mitigasi bencana), dan kriminal (bagi siswa SD disebut “sekolah aman”)(Wiedarti, Mei
2016). Literasi gesture pun perlu dipelajari untuk mendukung keterpahamanmakna teks
dan konteks dalam masyarakat multikultural dan konteks khusus para difabel.

Semua ini merambah pada pemahaman multiliterasi.Menurut Abidin (2015),


multiliterasi dimaknai sebagai keterampilan menggunakan beragam carauntuk menyatakan
dan memahami ide-ide dan informasi dengan menggunakan bentuk-bentukteks
konvensional maupun bentuk-bentuk teks inovatif, simbol, dan multimedia. Beragam
teksyang digunakan dalam satu konteks ini disebut teks multimoda (multimodal text).
Adapunpembelajaran yang bersifat multiliterasi--menggunakan strategi literasi dalam
pembelajarandengan memadukan karakter dan keterampilan abad ke-21 (keterampilan
berpikir tingkattinggi)--diharapkan dapat menjadi bekal kecakapan hidup sepanjang hayat.

Berdasarkan uraian tersebut, istilah literasi merupakan sesuatu yang terus


berkembang atauterus berproses, yang pada intinya adalah pemahaman terhadap teks dan
konteksnya sebabmanusia berurusan dengan teks sejak dilahirkan, masa kehidupan, hingga
kematian,Keterpahaman terhadap beragam teks akan membantu keterpahaman kehidupan
dan berbagaiaspeknya karena teks itu representasi dari kehidupan individu dan masyarakat
dalam budayamasing-masing.Komunitas sekolah akan terus berproses untuk menjadi
individu ataupun sekolah yang literat.Untuk itu, implementasi GLS pun merupakan sebuah
proses agar siswa menjadi literat, wargasekolah menjadi literat, yang akhirnya literat
menjadi kultur atau budaya yang dimiliki individuatau sekolah tersebut.Saat ini kegiatan di
sekolah ditengarai belum optimal mengembangkan kemampuan literasiwarga sekolah
khususnya guru dan siswa. Hal ini disebabkan antara lain oleh minimnyapemahaman
warga sekolah terhadap pentingnya kemampuan literasi dalam kehidupan merekaserta
minimnya penggunaan buku-buku di sekolah selain buku-teks pelajaran.
Kegiatanmembaca di sekolah masih terbatas pada pembacaan buku teks pelajaran dan
belummelibatkan jenis bacaan lain.

Pendidikan nasional, sebagai salah satu sektor pembangunan nasional dalam upaya
mencerdaskan kehidupan bangsa, mempunyai visi terwujudnya sistem pendidikan sebagai
pranata sosial yang kuat dan berwibawa untuk memberdayakan semua warga negara
Indonesia berkembang menjadi manusia yang berkualitas sehingga mampu dan proaktif
menjawab tantangan zaman yang selalu berubah. Makna manusia yang berkualitas,
menurut Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional,
yaitu manusia terdidik yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,

Kurikulum SMP Negeri 2 Gorontalo | DOKUMEN 1 2018-2019 5


berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang
demokratis dan bertanggung jawab. Oleh karena itu, pendidikan nasional harus berfungsi
secara optimal sebagai wahana utama dalam pembangunan bangsa dan karakter

Penyelenggaraan pendidikan sebagaimana yang diamanatkan dalam Undang-


Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional diharapkan dapat
mewujudkan proses berkembangnya kualitas pribadi peserta didik sebagai generasi
penerus bangsa di masa depan, yang diyakini akan menjadi faktor determinan bagi tumbuh
kembangnya bangsa dan negara Indonesia sepanjang jaman.

Dari sekian banyak unsur sumber daya pendidikan, kurikulum merupakan salah
satu unsur yang bisa memberikan kontribusi yang signifikan untuk mewujudkan proses
berkembangnya kualitas potensi peserta didik. Jadi tidak dapat disangkal lagi bahwa
kurikulum, yang dikembangkan dengan berbasis pada kompetensi sangat diperlukan
sebagai instrumen untuk mengarahkan peserta didik menjadi: (1) manusia berkualitas yang
mampu dan proaktif menjawab tantangan zaman yang selalu berubah; dan (2) manusia
terdidik yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia,
sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri; dan (3) warga negara yang demokratis dan
bertanggung jawab. Pengembangan dan pelaksanaan kurikulum berbasis kompetensi
merupakan salah satu strategi pembangunan pendidikan nasional sebagaimana yang
diamanatkan dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional.

Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah Departeman Pendidikan


Nasional (Ditjen Dikdasmen Depdiknas), menetapkan bahwa penyampaian mata ajar
tentang kependudukan dan lingkungan hidup secara integratif dituangkan dalam kurikulum
tahun 1984 dengan memasukan materi kependudukan dan lingkungan hidup ke dalam
semua mata pelajaran pada tingkat menengah umum dan kejuruan. Tahun 1989/1990
hingga 2016, Ditjen Dikdasmen Depdiknas, melalui Proyek Pendidikan Kependudukan
dan Lingkungan Hidup (PKLH) melaksanakan program Pendidikan Kependudukan dan
Lingkungan Hidup; sedangkan Sekolah Berbudaya Lingkungan (SBL) mulai
dikembangkan pada tahun 2003 di 120 sekolah.

Pada tahun 1996 disepakati kerjasama pertama antara Departemen Pendidikan


Nasional dan Kementerian Negara Lingkungan Hidup, yang diperbaharui pada tahun 2005
dan tahun 2010. Sebagai tindak lanjut dari kesepakatan tahun 2005, pada tahun 2006
Kementerian Lingkungan Hidup mengembangkan program pendidikan lingkungan hidup

Kurikulum SMP Negeri 2 Gorontalo | DOKUMEN 1 2018-2019 6


pada jenjang pendidikan dasar dan menengah melalui program ADIWIYATA. Program ini
dilaksanakan di 10 sekolah di Pulau Jawa sebagai sekolah model dengan melibatkan
perguruan tinggi dan LSM yang bergerak di bidang Pendidikan Lingkungan Hidup.

ADIWIYATA mempunyai pengertian atau makna sebagai tempat yang baik dan
ideal dimana dapat diperoleh segala ilmu pengetahuan dan berbagai norma serta etika yang
dapat menjadi dasar manusia menuju terciptanya kesejahteraan hidup kita dan menuju
kepada cita-cita pembangunan berkelanjutan. Tujuan program ADIWIYATA adalah
mewujudkan warga sekolah yang bertanggung jawab dalam upaya perlindungan dan
pengelolaan lingkungan hidup melalui tata kelola sekolah yang baik untuk mendukung
pembangunan berkelanjutan.
Dengan melaksanakan program ADIWIYATA akan menciptakan warga sekolah,
khususnya peserta didik yang peduli dan berbudaya lingkungan, sekaligus mendukung dan
mewujudkan sumberdaya manusia yang memiliki karakter bangsa terhadap perkembangan
ekonomi, sosial, dan lingkungannya dalam mencapai pembangunan berkelanjutan di
daerah.

Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi dan
bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan
pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. Tujuan tertentu ini meliputi
tujuan pendidikan nasional serta kesesuaian dengan kekhasan, kondisi dan potensi daerah,
satuan pendidikan dan peserta didik. Oleh sebab itu kurikulum disusun oleh satuan
pendidikan untuk memungkinkan penyesuaian program pendidikan dengan kebutuhan dan
potensi yang ada di daerah.

Pendekatan pengembangan kurikulum menggunakan pendekatan sentralistik dan


atau desentralistik. Kedua pendekatan ini masing-masing memiliki kelebihan dan
kekurangan. Diantara kelebihan pendekatan sentralistik adalah mudahnya dicapai
konsensus, sangat baik dalam memelihara budaya nasional, sangat membantu dalam
perluasan kesempatan belajar, dan mudah dalam mengadakan inovasi. Adapun diantara
kekurangannya adalah kurang mampu beradaptasi dengan kebutuhan lokal (daerah).
Keuntungan pendekatan desentralistik mudah diadaptasi dengan kebutuhan dan situasi
sosial-budaya lokal; namun memiliki kelemahan, yaitu terutama kesulitan untuk mencapai
konsensus dari berbagai keragaman kebutuhan daerah.

Kurikulum yang ada sekarang dikembangkan lebih dekat dengan pengelolaan atau
pendekatan desentralistik. Hal ini merupakan implikasi dari keseluruhan pelaksanaan

Kurikulum SMP Negeri 2 Gorontalo | DOKUMEN 1 2018-2019 7


desentralisasi pendidikan di Indonesia yang didasarkan pada berbagai perundangan yang
telah ditetapkan, antara lain UU No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, Bab III
Pembagian Urusan Pemerintahan Pasal 14 Ayat 1 yang menegaskan bahwa Bidang
pemerintahan yang wajib dilaksanakan oleh Daerah Kabupaten dan Daerah/Kota antara
lain pendidikan dan penyelenggaraan pendidikan. Tuntutan utama dari pendekatan
desentralistik adalah tuntutan kemampuan setiap pengembang kurikulum yang harus
menyebar dari tingkat pusat, daerah, sampai pada tingkat satuan pendidikan di sekolah.

Kemampuan pengembangan kurikulum pada setiap tingkatan bukan mengikuti


jenjang birokrasi tetapi merata dan tidak memiliki perbedaan yang jauh antara pengembang
kurikulum tingkat pusat, daerah maupun pada unit satuan pendidikan karena mereka
memiliki fungsi masing-masing dalam skenario besar secara nasional. Kesenjangan yang
selama ini terjadi sebagai akibat dari kurangnya pemahaman implementasi kurikulum pada
tingkat daerah dan satuan pendidikan sehingga pada saat daerah diberi wewenang untuk
mengembangkan kurikulum sesuai dengan kondisi lingkungan dan sumber daya
pendidikan di masing-masing daerah, tim pengembangan kurikulum daerah cenderung
menanti petunjuk pelaksanaan dari pusat.
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) merupakan salah satu bentuk
realisasi kebijakan desentralisasi dibidang pendidikan agar kurikulum benar-benar sesuai
dengan kebutuhan pengembangan potensi peserta didik di sekolah yang bersangkutan
dimasa sekarang dan yang akan datang dengan mempertimbangkan kepentingan lokal,
nasional, dan tuntutan global dengan semangat manajemen berbasis sekolah (MBS)

Pengembangan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) yang beragam


mengacu pada standar nasional pendidikan untuk menjamin pencapaian tujuan pendidikan
nasional.Standar nasional pendidikan terdiri atas standar isi, proses, kompetensi lulusan,
tenaga kependidikan, sarana dan prasarana, pengelolaan, pembiayaan dan penilaian
pendidikan. Dua dari kedelapan standar nasional pendidikan tersebut, yaitu Standar Isi (SI)
dan Standar Kompetensi Lulusan (SKL) merupakan acuan utama bagi satuan pendidikan
dalam mengembangkan kurikulum.

Panduan pengembangan kurikulum disusun antara lain agar dapat memberi kesempatan
peserta didik untuk :

(a) belajar untuk beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,

(b) belajar untuk memahami dan menghayati,

Kurikulum SMP Negeri 2 Gorontalo | DOKUMEN 1 2018-2019 8


BAB II

TUJUAN PENDIDIKAN

Kurikulum disusun oleh satuan pendidikan untuk memungkinkan


penyesuaianprogram pendidikan dengan kebutuhan dan potensi yang ada di sekolah.
Sekolahsebagai unit penyelenggara pendidikan juga harus memperhatikan
perkembangandan tantangan itu diantarannya : ( 1 ) perkembangan ilmu pengetahuan
danteknologi, ( 2 ) globalisasi yang sangat cepat, ( 3 ) era informasi, ( 4 )
pengaruhglobalisasi terhadap perubahan perilaku dan moral manusia.
Tantangan sekaligus peluang itu direspon oleh sekolah kami sehingga visi,misi
sekolah diharapkan sesuai dengan arah perkembangan tersebut sesuai denganprinsip
prinsip pengembangan Kurikulum dan Acuan Operasional Penyusunan Kurikulummaka
Visi, Misi dan Tujuan SMP Negeri 2 Gorontalo adalah sebagai berikut :
A. Visi : Cerdas, Berkarakter Serta Peduli Lingkungan Bersih, Sehat, Hijau Dan
Indah.
Indikator :
1. Terwujudnya pendidikan yang adil dan merata di lingkungan sekolah
2. Terwujudnya pendidikan yang bermutu menghasilkan prestasi akademik dan non
akademik
3. Terwujudnya sikap, budi pekerti yang luhur didasari iman dan taqwa
4. Terwujudnya sistem partisipatif, transparan dan akuntabel
5. Terwujudnya sistem lingkungan yang bersih
6. Terwujudnya sistem lingkungan yang sehat
7. Terwujudnya sistem lingkungan yang hijau
8. Terwujudnya sistem lingkungan yang indah

B. MISI SEKOLAH
1. Mewujudkan pendidikan yang adil dan merata di lingkungan sekolah
2. Mewujudkan pendidikan yang bermutu menghasilkan prestasi akademik dan non
akademik
3. Mewujudkan sikap, budi pekerti yang luhur didasari iman dan taqwa
4. Mewujudkan sistem partisipatif, transparan dan akuntabel
5. Mewujudkan lingkungan yang bersih
6. Mewujudkan lingkungan yang sehat

Kurikulum SMP Negeri 2 Gorontalo | DOKUMEN 1 2018-2019 9


7. Mewujudkan lingkungan yang hijau
8. Mewujudkan lingkungan yang indah
9. Mencegah terjadinya pencemaran lingkungan/kerusakan lingkungan

A. TUJUAN SEKOLAH
1. Terbentuknya peserta didik yang memiliki Ketakwaan Terhadap Tuhan Yang Maha
Esa dan mampu mengamalkan dalam proses belajar di sekolah dan dalam kehidupan
sehari-hari
2. Meningkatnya prestasi peserta didik di bidang akademik dan non-akademik di
tingkat Nasional maupun Internasional
3. Terbentuknya peserta didik yang disiplin, memiliki akhlak dan budi pekerti terpuji,
berprilaku hidup bersih, sehat, menjunjung tinggi nilai-nilai persatuan dan
persaudaraan
4. Terciptanya suasana, iklim dan lingkungan yang tertib, aman, bebas asap rokok, dan
bebas kekerasan
5. Terciptanya lingkungan yang bersih
6. Terciptanya lingkungan yang Sehat
7. Terciptanya lingkungan yang Hijau
8. Terciptanya lingkungan yang indah dan peserta didik yang memiliki kesadaran untuk
mencegah terjadinya pencemaran dan kerusakan lingkungan hidup
9. Menjaga diri dari pornografi, pornoaksi dan penyalahgunaan NAPZA (Narkotika
Psikotropika, Zat Adiktif dan Merokok).

Kurikulum SMP Negeri 2 Gorontalo | DOKUMEN 1 2018-2019 10


BAB III
STRUKTUR DAN MUATAN KURIKULUM

A. Struktur Kurikulum
Struktur kurikulum SMP Negeri 2 Gorontalo meliputi substansipembelajaran yang
ditempuh dalam satu jenjang pendidikan selama 3 tahun mulai kelas VII sampai dengan
kelas IX. Struktur kurikulum disusun berdasarkan struktur kurikulum yang tertera didalam
standar isi dandisesuaikan dengan standar kompetensi lulusan, Kompetensi Inti
matapelajaran serta kebijakan Dinas Pendidikan.Struktur dan muatan kurikulum pada
jenjang pendidikan dasar dan menengah yang tertuang dalam Standar Isi meliputi lima
kelompok mata pelajaran sebagai berikut ini.

1. Kompetensi Inti

Kompetensi Inti SMP Negeri 2 Gorontalo merujuk pada KI Sekolah Menengah


Pertama/Madrasah Tsanawiyah (SMP/MTs) merupakan tingkat kemampuan untuk
mencapai Standar Kompetensi Lulusan (SKL) yang harus dimiliki seorang peserta
didik SMP/MTs pada setiap tingkat kelas. Kompetensi inti dirancang untuk setiap
kelas. Melalui kompetensi inti, sinkronisasi horisontal berbagai kompetensi dasar
antarmata pelajaran pada kelas yang sama dapat dijaga. Selain itu sinkronisasi vertikal
berbagai kompetensi dasar pada mata pelajaran yang sama pada kelas yang berbeda
dapat dijaga pula.
Rumusan kompetensi inti menggunakan notasi sebagai berikut:
a. Kompetensi Inti-1 (KI-1) untuk kompetensi inti sikap spiritual;
b. Kompetensi Inti-2 (KI-2) untuk kompetensi inti sikap sosial;
c. Kompetensi Inti-3 (KI-3) untuk kompetensi inti pengetahuan; dan
d. Kompetensi Inti-4 (KI-4) untuk kompetensi inti keterampilan.

Uraian tentang Kompetensi Inti untuk jenjang SMP/MTs dapat dilihat pada Tabel
berikut.

Tabel 1: Kompetensi Inti SMP/MTs


KOMPETENSI INTI KOMPETENSI INTI KOMPETENSI INTI
KELAS VII KELAS VIII KELAS IX
1. Menghargai dan 1. Menghargai dan 1. Menghargai dan
menghayati ajaran agama menghayati ajaran agama menghayati ajaran agama

Kurikulum SMP Negeri 2 Gorontalo | DOKUMEN 1 2018-2019 11


KOMPETENSI INTI KOMPETENSI INTI KOMPETENSI INTI
KELAS VII KELAS VIII KELAS IX
yang dianutnya yang dianutnya yang dianutnya
2. Menghargai dan 2. Menghargai dan 2. Menghargai dan
menghayati perilaku menghayati perilaku menghayati perilaku
jujur, disiplin, jujur, disiplin, jujur, disiplin,
tanggungjawab, peduli tanggungjawab, peduli tanggungjawab, peduli
(toleransi, gotong (toleransi, gotong (toleransi, gotong
royong), santun, percaya royong), santun, percaya royong), santun, percaya
diri, dalam berinteraksi diri, dalam berinteraksi diri, dalam berinteraksi
secara efektif dengan secara efektif dengan secara efektif dengan
lingkungan sosial dan lingkungan sosial dan lingkungan sosial dan
alam dalam jangkauan alam dalam jangkauan alam dalam jangkauan
pergaulan dan pergaulan dan pergaulan dan
keberadaannya keberadaannya keberadaannya

Kurikulum SMP Negeri 2 Gorontalo | DOKUMEN 1 2018-2019 12

Anda mungkin juga menyukai