KB Dr. ENY 1.11.19

Anda mungkin juga menyukai

Anda di halaman 1dari 6

BAB I

PENDAHULUAN

Indonesia merupakan Negara dengan jumlah penduduk terbesar keempat


di dunia setelah China, India dan Amerika Serikat. Indonesia merupakan Negara
dengan jumlah penduduk terbesar keempat di dunia setelah China, India dan
Amerika Serikat. Jumlah penduduk Indonesia terus meningkat yaitu dari 255 juta
jiwa pada tahun 2015, pada tahun 2016 sebanyak 257 juta jiwa dan 2017
meningkat menjadi 261 juta jiwa dan pada tahun 2020 diproyeksikan akan
meningkat menjadi 271.066.400 (Badan Pusat Statistika, 2016).
Tingginya jumlah penduduk Indonesia disebabkan oleh Total Fertility Rate
(TFR) yang masih tinggi diatas rata-rata TFR Negara-negara ASEAN yaitu 2,4
pada tahun 2013 (Pusat Data dan Infromasi Kementrian Kesehatan RI, 2014).
Total Fertility Rate (TFR) adalah jumlah kelahiran hidup laki-laki dan perempuan
per 1000 penduduk hingga akhir masa reproduksinya, sehingga jika terjadi
peningkatan pada TFR maka rata-rata kelahiran anak meningkat, dan peningkatan
kelahiran ini akan diikuti dengan peningkatan jumlah penduduk (Kemenkes
2015). Salah satu yang mempengaruhi penurunan TFR adalah peningkatan
Contraceptive Prevalence Rate (CPR). CPR atau Angka pemakaian kontrasepsi
persentase pasangan usia subur (PUS) yang sedang menggunakan alat/cara KB
(Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional, 2016). Tingginya
jumlah penduduk menyebabkan beberapa permasalahan jika tidak diiringi dengan
kualitas sumber daya manusia yang baik, dalah satunya upaya penyediaan
kebutuhan hidup penduduk secara layak yang lebih besar seperti sandang, pangan,
papan, pendidikan, kesehatan serta fasilitas social, persaingan dunia kerja yang
ketat sehingga lapangan pekerjaan jadi lebih sempit, penyediaan jaminan
kesehatan, ketentraman serta kesejahteraan tinggi, kebutuhan akan berbagai
fasilitas social meningkat, angka pengangguran meningkat, serta angka
kriminalitas yang juga akan meningkat (Hasna, 2017).
Upaya pemerintah dalam menekan pertumbuhan jumlah penduduk dan
meningkatkan kesehatan ibu dan anak dengan melaksanakan program keluarga
berencana. Program keluarga berencana ini sudah ada sejak 29 Juni 1970
bersamaan dengan adanya Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional
(BKKBN). Program keluarga berencana memiliki makna yang sangat strategis,
komprehensif, dan fundamental dalam mewujudkan Indonesia yang sehat dan
sejahtera. Berdasarkan UU Nomor 52 Tahun 2009 tentang perkembangan
kependudukan dan pembangunan keluarga mengatakan bahwa keluarga berencana
merupakan upaya untuk mengatur kelahiran anak, jarak, dan usia ideal
melahirkan, mengatur kehamilan, dengan cara promosi, perlindungan, dan
bantuan sesuai hak reproduksi untuk mewujudkan keluarga yang berkualitas
(Pusat Data dan Infromasi Kementrian Kesehatan RI, 2014).
Keberhasilan program KB ini dapat dilihat dari dua macam indikator yaitu
angka rata-rata penurunan jumlah anak yang dilahirkan (Total Fatality rate/TFR)
dan presentase peningkatan pemakaian kontasepsi (Vontraceptive Prevalance
Rate/CPR) (Mashfuah, 2006). Presentase CPR cara modern di Indonesia
mengalami peningkatan dari 47,1% (1991) menjadi 52,1% (1994) dan menjadi
54,7% (1997). Presentase CPR cara modern ini memperlihatkan bahwa dalam
kurun waktu enam tahun terjadi peningkatan yaitu hanya meningkat sebesar 7,6%
atau sebesar 1,26% per tahun. Pada tahun 2002-2003 kenaikan presentase CPR
cara modern ini hanya mencapai 56,7% yang berarti dalam kurun waktu lima
tahun hanya mengalami kenaikan sebesar 2% atau sekitar 0,4% per tahun (BPS &
Marco Internasional, 2003). Sedangkan pada tahun 2007 presentase CPR cara
modern hanya mengalami kenaikkan sebesar 0,7% (56,7%) – 57,4% (SDKI,
2002-3003, 2007) yang berarti bahwa pengguna kontrasepsi hanya mengalami
peningkatan sebesar 0,14% per tahun (BPS & Marco Internasional, 2007). Hal ini
menunjukkan peningkatan yang tidak berarti.
Data BKKBN (Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional)
terdapat 8.500.247 Pasangan Usia Subur (PUS) peserta KB baru. Pada pengguna
kontrasepsi suntik sebayak 4.128.115 (48,56%), kontrasepsi pil 2.261.480
(26,60%), Implan 784.215 (9,23%), AKDR (Alat Kontrasepsi Dalam Rahim)
658.632 (7,75%), MOW (Metode Operasi Wanita) 128.793 (1,52%), Kondom
517.638 (6,09%), MOP (Metode Operasi Pria) 21.374 (0,25%). Berdasarkan dapat
disimpulkan bahwa dari 8.500.247 PUS yang merupakan peserta KB baru hamper
separuhnya (48,56%) menggunakan metode kontrasepsi suntikan (Pusat Data dan
Infromasi Kementrian Kesehatan RI, 2014). Hasil penelitian Barden (2011) di
Honduras menyatakan bahwa sebanyak 45% wanita yang menggunakan
kontrasepsi berhenti memakai alat KB dalam kurun 12 bulan dengan angka putus
pakai 44% pengguna pil dan 50% pengguna suntik. Penelitian Kariman (2006) di
Indonesia juga menunjukkan bahwa tingkat putus pakai pengguna kontrasepsi pil
sebesar 38,5% setelah pemakaian 12 bulan.
Ada beberapa kemungkinan kurangnya keberhasilan suatu program KB
salah satunya kelangsungan pemakaian alat kontrasepsi yang berlangsung secara
terus menerus dipengaruhi oleh tingkat pengetahuan ibu tentang pemilihan alat
kontrasepsi yang tepat. Bertambahnya pengetahuan yang didapat oleh akseptor
KB dapat membantu dirinya untuk mengambil suatu keputusan dengan
mempertimbangkan kebenaran yang ada (Sandrinilta, 2015). Dalam hal ini
perlunya pemberian informasi atau pendidikan kesehatan tentang pemilihan
metode kontrasepsi yang tepat perlu ditingkatkan oleh tenaga kesehatan untuk
memberikan pemahaman dan membantu mereka dalam meningkatkan
pengetahuan tentang KB. Pentingnya kualitas penyuluhan yang dilakukan oleh
tenaga kesehatan khususnya bidan dan para dokter.
Kualitas pelayanan KB yang diberikan oleh tenaga kesehatan merupakan
salah satu elemen yang penting dalam mencapai pemakaian alat kontrasepsi yang
berlangsung lama. Salah satu elemen tersebut adalah informasi yang diberikan
kepada klien dan mekanisme follow-up dan kontak kembali. Proses yang
diberikan dalam KIE, salah satunya adalah konseling. Konseling kontrasepsi yang
lebih baik akan membantu klien dalam menggunakan kontrasepsi lebih lama dan
meningkatkan keberhasilan KB (Sulistyawati, 2011). Konseling adalah proses
pertukaran informasi dan interaksi positif antara klien-petugas untuk membantu
klien mengenali kebutuhannya, memilih solusi terbaik dan membuat keputusan
yang paling sesuai dengan kondisi yang sedang dihadapi. Pelayanan konseling KB
memegang peranan yang sangat penting, oleh karena itu untuk meningkatkan
keberhasilan konseling KB dapat digunakan media KIE dengan menggunakan
lembar balik Alat Bantu Pengambilan Keputusan (ABPK) - KB. Konseling KB
dapat dilaksanakan bagi wanita dan pasangan usia subur, ibu hamil, ibu bersalin
dan ibu nifas (Kemenkes RI, 2014).
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa pemberian konseling mendorong
lebih banyak penggunaan kontrasepsi dan tingkat kelangsungan yang tinggi.
Penelitian RamaRao & Mohanam (2003) menyatakan bahwa akseptor pengguna
kontrasepsi suntik yang menerima lebih banyak informasi di empat klinik
keluarga berencana di China secara signifikan memiliki tingkat kelangsungan
penggunaan yang lebih tinggi dibandingkan akseptor yang menerima sedikit
informasi. Dalam studi ini juga menyatakan bahwa wanita yang diberikan
konseling efek samping memiliki probabilitas kelangsungan penggunaan suntikan
empat kali lebihh tinggi dibandingkan mereka yang tidak diberikan konseling efek
samping. Hasil penelitian Koenig (2003) di Bangladesh menyimpulkan bahwa
wanita yang mendapatkan pelayanan kontrasepsi dari tenaga kesehatan yang
memberikan pelayanan dengan kualitas yang tinggi memiliki tingkat
kelangsungan yang lebih lama dibandingkan dengan wanita yang mendapatkan
pelayanan kontasepsi derai tenaga kesehatan yang memberikan pelayanan dengan
kualitas rendah (HR = 0,72). Penelitian mengenai hubungan kualitas pelayanan
KB terhadap kelangsungan pemekaian alat kontrasepsi hormonal akan dapat
memberikan manfaat yang dapat digunakan sebagai dasar pertimbangan dalam
mengurangi angka putus pakai kontrasepsi hormonal. (kalau ini urgensi
konselingnya) (bisa ditambah hasil penelitian lagi)

Nb. Tolong bagi tugas ada yang cek ke typo an sama buatin tata penulisan dapus
yang bener. Bagi tugas biar ga samaan buatnya.
Nb. yg remaja juga belum, nnt biar nyambung sama KB mending bahas yg
kalimat awal banget yg aku buat diatas. Bahwa kalau penduduknya banyak juga
rentan terhadap kenakalan remaja (cari teori yang blg kyk gitu kalau ada), adapun
permasalah remaja diantaranya… datanya… urgensinya…
Luv you guys :3
B. Rumusan masalah
1. Apa yang dimaksud metode kontrasepsi sederhana ?
2. Apa yang dimaksud metode kontrasepsi modern ?
3. Sebutkan macam-macam metode kontrasepsi sederhana ?
4. Sebutkan macam-macam metode kontrasepsi modern ?
5. Bagaimana implikasi metode metode kontrasepsi sederhana dan
modern
6. Jelaskan permasalahan remaja yang berkaitan dengan metode
kontasepsi sederhana dan modern?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian metode kontrasepsi sederhana
2. Untuk mengetahui pengertian metode kontrasepsi modern
3. Untuk mengetahui macam-macam metode kontrasepsi sederhana
4. Untuk mengetahui macam-macam metode kontrasepsi modern
5. Untuk mengetahui implikasi metode kontrasepsi sederhana dan
modern
6. Untuk mengetahui permasalahan remaja yang berkaitan dengan
metode kontasepsi sederhana dan modern
DAFTAR PUSTAKA

Masfuah, Ulfah. 2006. Analisis faktor-faktor yang berhubungan dengan


pemakaian kontrasepsi pada wanita usia subur di daerah tertinggal indonesia
tahun 2002-2003. Tesis : FKM UI
Badan Pusat Statistik (BPS) & Marco Internasional. 2003. Survey
demografi dan kesehatan indonesia 2007. Calverton, Maryand, USA : BPS dan
marco Internasional
Barden-O’Fallon, Janine., Speizer, Illene S., Calix, Javier., & Rodriguez,
Fransisco. 2011. Contraceptive Discontinuation Among Honduran Women Who
Use Reversible Methods. Studies In Family Planning, 42(1), p. 15-18
Kariman, Eska Riyanti. 2006. Hubungan Konseling Dengan Tingkat
Kelangsungan Pemakaian Kontrasepsi Pil (Hasil Analisis Data Survey
Demografi Dan Kesehatan Indonesia 2002/2003). Tesis : FKM UI
STARH, USAID., & FKM UI. 2004. Buku Panduan Penyelenggaran
Investigasi Cepat Kualitas “Metode Untuk Memantau Kualitas Pelayanan
Keluarga Berencana. Jakarta : STARH & FKM UI
Sulistyawati, Ari. 2011. Pelayanan Keluarga Berencana. Jakarta : Salemba
Medika
Ramarao , Saumya., & Mohanam, Raji. 2003. The Quality Of Family
Planning Programs ; Concepts, Measurements, Interventions And Effects. Studies
In Family Planning, 34(4), p. 235-240
Koenig, Michael A. 2003. The Impact Of Quality Of Care On
Contraceptive Use : Evidence From Longitudinal Data From Rural Bangladesh.
The Jonas Hopkins University, Bloomberg School of Public Health

Anda mungkin juga menyukai