Anda di halaman 1dari 31

LAPORAN PENDAHULUAN

PERIOPERATIF
Disusun untuk Menyelesaikan Tugas State Keperawatan Medikal Bedah 1
di Ruang Instalasi Bedah Sentral RSUP Fatmawati

Di susun oleh:
Desi Rahmawati Dewi

PROGRAM STUDI PROFESI NURSE


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2019 M / 1441 H
A. Konsep Perioperatif
1. Definisi Perioperatif
Kata “perioperatif” adalah suatu istilah gabungan yang mencakup tiga fase
pengalaman pembedahan, yaitu praoperatif, intraoperatif, dan pascaoperatif (Brunner
& Suddarth, 2010). Operasi (perioperati) merupakan tindakan pembedahan pada
suatu bagian tubuh yang mencakup fase praoperatif, intraoperatif dan pascaoperatif
(postoperative) yang pada umumya merupakan suatu peristiwa kompleks yang
menegangkan bagi individu yang bersangkutan. Tim operasi terdiri dari dokter ahli,
asisten dokter ahlim anesthesiologist atau perawat anestesi, circulating nurses dan
scrub nurses (Suantika, 2015). Keperawatan perioperatif adalah hasil dari
perkembangan keperawatan kamar operasi (Brunner & Suddarth, 2010).

2. Etiologi Perioperatif
Pembedahan dilakukan untuk berbagai alasan seperti :
a) Diagnostik : seperti dilakukan biopsi atau laparatomi eksplorasi.
b) Kuratif (ablative) : seperti ketika mengeksisi masa tumor atau mengangkat
apendiks yang inflamasi (appendiktomi).
c) Reparative (constructive) : memperbaiki luka multiple.
d) Rekonstruktif atau kosmetik : mammoplasti, perbaikan wajah.
e) Paliatif : menghilangkan nyeri, memperbaiki masalah (gastrostomi
ketidakmampuan menelan)
f) Transplantasi : penanaman organ tubuh untuk menggantikan organ atau struktur
tubuh yang malfungsi (cangkok ginjal, kornea). (Suantika, 2015; Safitri, 2018).

3. Fase-Fase Perioperatif
Menurut Brunner dan Suddarth (2010) fase perioperatif mencakup tiga fase dan
pengertiannya yaitu :
a) Fase praoperatif dari peran keperawatan perioperatif dimulai ketika keputusan
untuk intervensi bedah dibuat dan berakhir ketika pasien dikirim ke meja operasi.
Menurut Baradero (2009) kegiatan perawatan dalam tahap ini adalah pengkajian
praoperasi mengenai status fisik, psikologis, dan sosial pasien, rencana
keperawatan mengenai persiapan pasien untuk pembedahannya, dan implementasi
keperawatan yang telah direncanakan.
Prioritas pada prosedur pembedahan uang utama adalah informed consent yaitu
pernyataan persetujuan pasien dan keluarga tentang tindakan yang akan dilakukan
yang berguna untuk mencegah ketidaktahuan pasien tentang prosedur yang akan
dilaksanakan dan juga menjaga rumah sakit dan petugas kesehatan dari pasien dan
keluarga mengenai tindakan tersebut. Informasi yang perlu dijelaskan antara lain :
kemungkinan resiko, komplikasi, perubahan bentuk tubuh, kecacatan dan
pengangkatan bagian tubuh yang dapat terjadi selama operasi. Kegiatan pra-
operatif yaitu :
 Pendidikan pasien (patient teaching)
 Menyiapkan area operasi (skin preparation)
 Pengelolaan obat-obatan.
Persiapan yang baik akan mempengaruhi tingkat keberhasilan operasi disamping
faktor usia, status nutrisi, penyakit kronis dan sebagainya (Pratiwi, 2014).
b) Fase intraoperatif dari keperawatan perioperatif dimulai ketika pasien masuk atau
pindah ke bagian atau departemen bedah dan berakhir saat pasien dipindahkan ke
ruang pemulihan. Pada fase ini lingkup aktivitas keperawatan dapat meliputi :
memasang infus (IV), memberikan medikasi intravena, dan pemantauan fisiologis
menyeluruh sepanjang prosedur pembedahan dan menjaga keselamatan pasien.
Menurut Baradero (2009) dalam tahap ini, tanggung jawab perawat terfokus pada
kelanjutan dari pengkajian fisiologis, psikologis, merencanakan dan
mengimplementasikan intervensi untuk keamanan dan privasi pasien, mencegah
infeksi luka dan mempercepat penyembuhan. Termasuk intervensi keperawatan
yang spesifik adalah memberi dukungan emosional ketika anestesia dimulai
(induksi anestesia) dan selama prosedur pembedahan berlangsung, mengatur dan
mempertahankan posisi tubuh yang fungsional, mempertahankan asepsis,
melindungi pasien dari bahaya arus listrik (dari alat-alat yang dipakai seperti
electrocautery), membantu mempertahankan keseimbangan cairan dan elektrolit,
menjamin ketepatan hitungan kasa dan instrument, membantu dokter bedah,
mengadakan komunikasi dengan keluarga pasien dan anggota tim kesehatan yang
lain.
c) Fase pascaoperatif dimulai dengan masuknya pasien ke ruang pemulihan dan
berakhir dengan evaluasi tindak lanjut pada tatana klinik atau di rumah. Pada fase
pascaperioperatif berlangsung fokus termasuk mengkaji efek agens anastesia, dan
memantau fungsi vital serta mencegah komplikasi. Menurut Baradero (2009)
kegiatan perawatan dalam tahap ini adalah mengkaji perubahan fisik dan
psikologis, memantau kepatenan jalan napas, tanda-tanda vital, dan status
neurologis secara teratur, mempertahankan keseimbangan cairan dan elektrolit,
mengkaji secara akurat serta haluaran dari semua drain. Aktivitas keperawatan
kemudian berfokus pada peningkatan penyembuhan pasien dan melakukan
penyuluhan, perawatan tindak lanjut dan rujukan yang penting untuk
penyembuhan dan rehabilitasi serta pemulangan. Perawatan post operatif meliputi
beberapa tahapan, diantaranya adalah :
 Pemindahan pasien dari kamar operasi ke unit perawatan pasca anastesi
(recovery room)
 Perawatan post anastesi di ruang pemulihan (recovery room)
 Transportasi pasien ke ruang rawat
 Perawatan di ruang rawat
Bardasarkan tahapan di atas, maka ada beberapa proses keperawatan yang
dilakukan, antara lain:
 Pemindahan Pasien setelah pembedahan :
 Pertimbangkan letak insisi, perubahan vaskuler, dan pemajanan
 Posisi tidur tidak menyumbat drain atau selang drainage
 Pemindahan harus dilakukan dengan perlahan dan cermat
 Gown yang basah harus segera diganti dengan gown kering
 Gunakan selimut yang ringan
 Pertimbangkan perlunya pengikat di atas lutut dan siku
 Pertahankan keselamatan dan kenyamanan
 Pasang pagar pengaman di kedua sisi tempat tidur
 Perawatan pasien post operasi di RR
Recovery Room (RR) adalah suatu ruangan yang terletak di dekat kamar
bedah, dekat dengan perawat bedah, ahli anesthesia dan ahli bedah sendiri,
sehingga apabila timbul keadaan gawat pasca-bedah, pasien dapat segera
diberi pertolongan. Selama belum sadar betul, pasien dibiarkan tetap tinggal di
RR. Setelah operasi, pasien diberikan perawatan yang sebaik- baiknya dan
dirawat oleh perawat yang berkompeten di bidangnya (ahli dan
berpengalaman). Tugas perawat di RR adalah :
 Selama 2 jam pertama, periksalah nadi dan pernapasan setiap 15 menit,
lalu setiap 30 menit selama 2 jam berikutnya. Setelah itu bila keadaan
tetap baik, pemeriksaan dapat diperlambat. Bila tidak ada petunjuk khusus,
lakukan setiap 30 menit. Laporkan pula bila ada tanda-tanda syok,
perdarahan dan menggigil.
 Infus, kateter dan drain yang terpasang perlu juga diperhatikan
 Jagalah agar saluran pernapasan tetap lancar. Pasien yang muntah
dimiringkan kepalanya, kemudian bersihkan hidung dan mulutnya dari
sisa muntahan. Bila perlu, suction sisa muntahan dari tenggorokan.
 Pasien yang belum sadar jangan diberi bantal agar tidak menyumbat
saluran pernapasan. Bila perlu, pasang bantal di bawah punggung,
sehingga kepala berada dalam sikap mendongak. Pada pasien dengan
laparatomi, tekuk sedikit lututnya agar perut menjadi lemas dan tidak
merenggangkan jahitan luka.
 Usahakan agar pasien bersikap tenang dan rileks.
 Tidak perlu segan untuk melaporkan semua gejala yang perawat anggap
perlu untuk mendapatkan perhatian, termasuk gejala yang “tampaknya”
tidak berbahaya.
4. Prinsip-prinsip Operatif
a) Prinsip kesehatan dan baju operasi
 Kesehatan yang baik sangat penting untuk setiap orang dalam ruang operasi.
Sehingga keadaan pilek, sakit tenggorokan, infeksi kulit, merupakan sumber
organisme patogenik yang harus dilaporkan.
 Hanya baju ruang operasi bersih dan dibenarkan oleh institusi yang
diperbolehkan, tidak dapat dipakai di luar ruang operasi.
 Masker dipakai sepanjang waktu di ruang operasi yang meminimalkan
kontaminasi melalui udara, menutup seluruh hidung dan mulut, tetapi tidak
mengganggu pernafasan, bicara atau penglihatan.
 Tutup kepala secara menyeluruh menutup rambut.
 Sepatu sebaiknya nyaman dan menyangga. Bakiak, sepatu tenis, sandal dan
bot tidak diperbolehkan sebab tidak aman dan sulit dibersihkan.
 Bahaya kesehatan di kontrol dengan pemantuan internal dari ruang operasi
meliputi analisis samper dari sapuan terhadap agens infeksius dan toksik.
Selain itu, kebijakan dan prosedur keselamatan untuk laser dan radiasi di
ruang operasi telah ditegakkan.

b) Prinsip asepsis perioperatif


 Pencegahan komplikasi pasien, termasuk melindungi pasien dari operasi.
 Ruang operasi terletak di bagian rumah sakit yang bebas dari bahaya seperti
partikel, debu, polutan lain yang mengkontaminasi, radiasi, dan kebisingan.
 Bahaya listrik, alat konduktifitas, pintu keluar darurat yang bebas hambatan,
dan gudang peralatan dan gas-gas anestesia diperiksa secara periodik.
(Suantika, 2015).

5. Klasifikasi Perawatan Perioperatif


a) Menurut luas atau tingkat resiko :
 Mayor
Operasi yang melibatkan organ tubuh secara luas dan mempunyai tingkat
resiko yang tinggi terhadap kelangsungan hidup klien. Contoh : Bypass
arteri koroner, total abdominal histerektomi, reseksi colon, dll.
 Minor
Operasi pada sebagian kecil dari tubuh yang mempunyai resiko komplikasi
lebih kecil dibandingkan dengan operasi mayor. Contoh : Operasi katarak,
operasi plastik pada wajah, incisi dan drainage kandung kemih, sirkumsisi.
b) Menurut urgensi
 Kedaruratan
Klien membutuhkan perhatian dengan segera, gangguan yang diakibatkan
diperkirakan dapat mengancam jiwa (kematian atau kecacatan fisik), dan
tidak dapat ditunda. Contoh : Perdarahan hebat, luka tembak atau tusuk,
luka bakar luas, obstruksi kandung kemih atau usus, fraktur tulang
tengkorak.
 Urgen
Klien membutuhkan perhatian segera, dilaksanakan dalam 24-30 jam.
Contoh : Infeksi kandung kemih akut, batu ginjal atau batu pada uretra.
 Diperlukan
Klien harus menjalani pembedahan, direncanakan dalam beberapa minggu
atau bulan. Contoh : Katarak, gangguan tiroid, hyperplasia prostat tanpa
obstruksi kandung kemih.
 Elektif
Klien harus dioperasi ketika diperlukan, tidak terlalu membahayakan jika
tidak dilakukan. Contoh : Hernia simple, perbaikan vagina, perbaikan
skar/cikatrik/jaringan parut.
 Pilihan
Keputusan operasi atau tidaknya tergantung kepada klien (pilihan pribadi
klien). Contoh : Bedah kosmetik. (Suantika, 2015).

6. Komplikasi Post Operatif dan Penatalaksanaannya


a) Syok
Syok yang terjadi pada pasien bedah biasanya berupa syok hipovolemik. Tanda-
tanda syok adalah : pucat, kulit dingin, basah, pernafasan cepat, sianosis pada
bibir, gusi dan lidah, nadi cepat, lemah dan bergetar, penurunan tekanan darah,
dan urine pekat.
Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan adalah kolaborasi dengan dokter
terkait dengan pengobatan yang dilakukan seperti terapi obat, terapi pernafasan,
memberikan dukungan psikologis, pembatasan penggunaan energi, memantau
reaksi pasien terhadap pengobatan, dan peningkatan periode istirahat.
b) Perdarahan
Penatalaksanaannya pasien diberikan posisi terlentang dengan posisi tungkai kaki
membentuk sudut 20 derajat dari tempat tidur sementara lutut harus dijaga tetap
lurus. Kaji penyebab perdarahan, luka bedah harus diinspeksi terhadap
perdarahan.
c) Trombosis vena profunda
Trombosis vena profunda adalah thrombosis yang terjadi pada pembuluh darah
vena bagian dalam. Komplikasi serius yang bisa ditimbulkan adalah embolisme
pulmonary dan sindrom pasca flebitis.
d) Retensi urin
Retensi urin paling sering terjadi pada kasus-kasus pembedahan rectum, anus, dan
vagina. Penyebabnya adalah adanya spasme spinkter kandung kemih. Intervensi
keperawatan yang dapat dilakukan adalah pemasangan kateter untuk membantu
mengeluarkan urin dari kandung kemih.
e) Infeksi luka operasi (dehisiensi, evicerasi, fistula, nekrose, abses)
Infeksi luka post operasi dapat terjadi karena adanya kontaminasi luka operasi
pada saat operasi maupun pada saat perawatan di ruang perawatan. Pencegahan
infeksi penting dilakukan dengan pemberian antibiotic sesuai indikasi dan juga
perawatan luka dengan prinsip steril.
f) Sepsis
Sepsis merupakan komplikasi serius akibat infeksi dimana kuman berkembang
biak. Sepsis dapat menyebabkan kematian karena dapat menyebabkan kegagalan
multi organ.
g) Embolisme pulmonal
Embolisme dapat terjadi karena benda asing (bekuan darah, udara dan lemak)
yang terlepas dari tempat asalnya terbawa di sepanjang aliran darah. Embolus ini
bisa menyumbat arteri pulmonal yang akan mengakibatkan pasien merasa nyeri
seperti ditusuk-tusuk dan sesak nafas, cemas, sianosis. Intervensi keperawatan
seperti ambulatory pasca operatif dini dapat mengurangi resiko embolus
pulmonal.
h) Komplikasi gastrointestinal
Komplikasi pada gastrointestinal sering terjadi pada pasien yang mengalami
pembedahan abdomen dan pelvis. Komplikasinya meliputi obstruksi intestinal,
nyeri dan distensi abdomen.
(Safitri, 2018).

B. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan


1. Pengkajian
a) Pre operasi
1) Persiapan praoperasi

a. Persiapan Fisik, mencakup :


 Status kesehatan fisik umum
Pemeriksan kesehatan fisik secara umum ada 5 tahapan yaitu:
- Identitas pasien
Pada identitas pasien, hal-hal yang harus dicatat meliputi nama
pasien, umur, jenis kelamin, pekerjaan, tanggal masuk rumah sakit,
status, keluhan penyakit dan siapa yang akan bertanggung jawab
pada biaya pengoperasian pasien nantinya.
- Riwayat penyakit seperti kesehatan masa lalu
Selain mencatat identitas pasien, data tentang riwayat penyakit
seperti kesehatan masa lalu pasien juga perlu diketahui. Hal itu
bertujuan untuk memudahkan dalam proses meningkatkan koping
pasien.
- Riwayat kesehatan keluarga
Riwayat tentang kesehatan keluarga juga penting, karena bisa saja
penyakit yang diderita pasien menjadi salah satu faktor penyebab
akibat penyakit keturunan yang diderita keluarganya.
- Pemeriksaan fisik lengkap
Pada pemeriksaan fisik lengkap data yang harus dicatat meliputi :
vital sign, analisa darah, endoskopi, pemeriksaan feses dan urine,
status kardiovaskuler, biopsi jaringan, fungsi ginjal dan hepar, fungsi
endoskrin, fungsi imunologi.
- Kondisi fisiologis pasien
Kondisi pasien juga menentukan apakah pasien layak untuk
dioperasi atau tidak. Pasien diharapkan mempunyai stamina yang
baik dimana pasien dianjurkan istirahat dan tidur yang cukup
bertujuan agar pasien tidak mengalami stress fisik dan selain itu
tubuh pasien akan menjadi
lebih rileks.
 Status nutrisi
Hal- hal yang dapat dicatat pada status nutrisi yaitu :
- Mengukur tinggi dan berat badan pasien
- Mengukur kadar protein darah (albumin dan globulin)
- Mengukur lingkar lengan atas
Pengukuran tersebut dilakukan sebelum pembedahan untuk
mengoreksi apakah pasien mengalami defisiensi nutrisi atau tidak. Jika
pasien mengalami defisiensi nutrisi segera beri asupan nutrisi yang
cukup. Hal itu bertujuan agar protein yang cukup nantinya dapat
memperbaiki jaringan.
 Keseimbangan cairan dan elektrolit
Cairan dan elektrolit pasien harus dalam keadaan yang normal, dimana
yang perlu diperhatikan yaitu intake cairan yang masuk ke tubuh
pasien harus sama dengan output cairan yang dikeluarkan pasien. Cara
mengukur intake dan output tubuh pasien adalah sebagai berikut :
- Intake
Pengukuran intake dapat diukur dengan mencatat berapa banyak
cairan (cc) yang masuk melalui oral maupun intravena.
- Output
Cairan yang dikeluarkan bisa melaui urine, keringat dan uap air pada
pernapasan
 Pengosongan lambung dan colon
Intervensi keperawatan yang diberikan diantaranya pasien dipuasakan
yaitu berkisar antara 7- 8 jam dan puasa dilakukan mulai pukul 24.00
WIB. Hal itu bertujuan untuk menghindari aspirasi (masuknya cairan
lambung ke paru-paru) dan menghindari kontaminasi feses ke area
pembedahan sehingga menghindarkan terjadinya infeksi pasca
pembedahan. Jika pada pasien yang membutuhan pengoperasian
segera maka dapat dilakukan dengan cara pemasangan NGT (Naso
Gastric Tube).
 Personal hygiene
Sebelum melakukan pembedahan ada baiknya memperhatikan
personal hygine pasien yaitu dengan cara memandikan pasien dan
membersihkan bagian tubuh yang akan diopersi. Hal itu bertujuan agar
kuman atau bakteri yang melekat pada tubuh menjadi berkurang atau
bahkan mati dan itu merupakan salah satu cara menjaga kesterilan
sehingga mengurangi resiko terinfeksi terhadap daerah yang dioperasi.
 Pencukuran daerah operasi
Pencukuran pada daerah operasi bertujuan untuk menghindari
terjadinya infeksi pada daerah yang akan dilakukan pembedahan
karena rambut yang tidak dicukur dapat menjadi tempat
persembunyian kuman dan juga dapat menghambat proses
penyembunhan dan perawatan luka. Sering kali pasien diberikan
kesempatan untuk mencukur sendiri agar pasien merasa lebih nyaman.
 Pengosongan kandung kemih
Pengosongan kandung kemih dilakukan dengan melakukan
pemasangan kateter. Selain itu pengosongan isi bladder tindakan
kateterisasi juga diperlukan untuk mengobservasi keseimbangan
cairan.
 Kondisi fisiologis akan mempengaruhi proses pembedahan.
b. Persiapan Mental, diperlukan karena:
Persiapan mental tidak kalah pentingnya dalam proses persiapan operasi
karena mental pasien yang tidak siap atau labih dapat mempengaruhi
terhadap kondisi fisiknya dimana tindakan pembedahan merupakan
ancaman potensial maupun actual yang dapat membangkitkan reaksi stress
fisiologis dan psikologis. Adapun penyebab kecemasan pasien
menghadapi pembedahan yaitu:
 Takut terhadap nyeri yang akan dialami
 Takut terhadap keganasan
 Takut menghadapi ruang operasi dan alat bedah
 Takut operasi gagal dan cacat
 Takut meninggal di meja operasi.
Hal-hal yang perlu digali untuk mengantisipasi masalah kecemasan pasien
antara lain:
 Pengalaman operasi pasien
 Pengertian pasien tentang tujuan operasi
Peran perawat membantu pasien mengetahui tentang tindakan-
tindakan yang akan di alami pasien sebelum melakukan operasi,
memberikan informasi pada pasien tentang waktu operasi dan hal-hal
yang akan dialami pasien selama proses operasi. Dengan mengetahui
berbagai informasi selama operasi maka diharapkan pasien menjadi
lebih siap menghadapi operasi.
 Pengetahuan pasien tentang kondisi kamar operasi
Peran perawat memberikan informasi tentang kondisi kamar operasi
dengan menunjukkan kamar yang akan dijadikan ruangan untuk
pembedahan pasien.
 Pengetahuan pasien tentang prosedur perioperatif
Peran perawat memberikan kesempatan pasien dan keluarga untuk
menanyakan tentang segala prosedur yang ada. Dan memberi
kesempatan pada pasien dan keluarga untuk berdoa bersama-sam
sebelum pasien diantar ke kamar operasi.
 Pengertian yang salah/keliru tentang pembedahan
Peran perawat mengoreksi pengertian yang salah tentang tindakan
pembedahan dan hal-hal lain karena pengertian yang salah akan
menimbulkan kecemasan pada pasien.
 Faktor pendukung/support system.
c. Pendidikan Praoperatif
Pada persiapan ini pasien diberikan pendidikan berupa pendidikan tentang
langkah-langkah prosedur dan harus mencakup sensasi yang akan pasien
alami seperti memberitahu pasien hanya medikasi praoperatif yang akan
membuatnya rileks sebelum operasi tidaklah seefektif bila menyebutkan
juga bahwa medikasi tersebut dapat mengakibatkan kepala terasa
melayang dan mengantuk. Terdapat 3 cara medikasi praoperatif yaitu :
 Latihan napas dalam
Latihan napas dalam sangat bermanfaat bagi pasien untuk mengurangi
nyeri setelah operasi dan dapat membantu pasien relaksasi sehingga
pasien lebih mampu beradaptasi dengan nyeri dan dapat meningkatkan
kualitas tidur. Selain itu teknik ini juga dapat meningkatkan ventilasi
paru dan oksigenasi darah setelah anastesi umum. Latihan napas dalam
dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut :
 Pasien tidur dengan posisi duduk atau setengah duduk
(semifowler) dengan lutut ditekuk dan perut tidak boleh
tegang.
 Letakkan tangan diatas perut
 Hirup udara sebanyak-banyaknya dengan menggunakan hidung
dalam kondisi mulut tertutp rapat
 Tahan napas beberapa saat (3-5 detik) kemudian secara
perlahan-lahan, udara dikeluarkan sedikit demi sedikit melalui
mulut.
 Lakukan hal ini berulang kali (15 kali)
 Lakukan latihan dua kali sehari praoperatif
 Latihan batuk efektif
Latihan batuk efektif juga sangat diperlukan bagi pasien terutama
pasien yang mengalami operasi dengan ansietas general. Karena akan
mengalami pemasangan alat bantu napas selama dalam kondisi
terantesi. Sehingga ketika sadar pasien akan mengalami rasa tidak
nyaman pada tenggorokan. Dengan terasa banyak lendir kental di
tenggorokan. Latihan batuk efektif sangat bermanfaat bagi pasien
stelah operasi untuk mengeluarkan lendir atau sekret tersebut. Pasien
dapat dilatih melakukan teknik batuk efektif dengan cara :
 Pasien condong ke depan dari posisi semifowler, jalinkan jari-
jari tangan dan letakkan melintang diatas incisi sebagai bebat
ketika batuk
 Kemudian pasien naafs dalam seperti cara napas dalam (3-5
kali)
 Segera lakukan batuk spontan, pastikan rongga pernapasan
terbuka dan tidak hanya batuk menggunakan kekuatan
tenggorokan saja karena bisa terjadi luka pada tenggorokan.
 Hal ini bisa menimbulkan ketidaknyamanan, namun tidak
berbahaya terhadap incisi
 Ulangi lagi sesuai kebutuhan
 Jika selama batuk daerah operasi terasa nyeri, pasien bisa
menambahkan dengan menggunakan bantal kecil atau
gulungan handuk yang lembut untuk menahan daerah operasi
dengan hati-hati sehingga dapat mengurangi guncangan tubuh
saat batuk.
 Perubahan posisi dan gerakan tubuh aktif
 Kontrol dan medikasi nyeri
 Kontrol kognitif
 Informasi lain
d. Persiapan penunjang
Persiapan penunjang merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari
tindakan pembedahan. Tanpa adanya hasil pemeriksaan penunjang, maka
dokter tidak memungkinkan bisa menentukan tindakan operasi yang harus
dilakukan pada pasien. Adapun yang meliputi pemeriksaan penunjang
antara lain :
 Hasil pemeriksaan radiologi: thorax foto, foto abdomen, USG, CT
scan, BNO-IVP, Colon in loop, EKG, ECHO.
 Hasil pemeriksaan Laboratorium; berupa pemeriksaan darah yaitu:
hemoglobin, angka leukosit, limfosit, jumlah trombosit, protein total
(albumin dan globulin), elektrolit (kalium, natrium, chlorida), BUN,
LED, dan ureum kreatinin.
 Biopsi
Tindakan operasi berupa pengambilan bahan jaringan tubuh untuk
memastikan penyakit pasien sebelum dioperasi
 Pemeriksaan kadar gula darah (KGD)
Pemeriksaan KGD dilakukan untuk mengetahui apakah kadar gula
darah pasien dalam rentang normal atau tidak. Uji KGD biasanya
dilakukan dengan puasa 10 jam (puasa jam 10 malam dan diambil
darahnya jam 8 pagi).
 Informed Consent
Informed consent merupakan suatu pernyataan tertulis yang dibuat
secara sadar dan sukarela dari pasien diperlukan sebelum surat
pembedahan dilakukan. Dan disini tanggung jawab perawat adalah
memastikan informed consent telah didapat sukarela dari pasien oleh
dokter. Hal-hal yang harus dilakukan oleh ahli bedah dan perawat
sebelum pasien menandatangani formulir consent adalah :
 Ahli bedah harus memberikan penjelasan yang jelas dan
sederhana tentang apa yang akan diperlukan dalam
pembedahan.
 Ahli bedah juga harus menginformasikan pasien tentang
alternatif- alternatif yang ada.
 Menjelaskan kemungkinan resiko saat dan sesudah
pembedahan
 Menjelaskan perubahan bentuk tubuh yang akan terjadi
 Menjelaskan pembedahan dapat menimbulkan kecacatan fisik
 Menjelaskan bahwa pembedahan juga dapat menimbulkan
ketidakmampuan dan pengangkatan bagian tubuh
 Menjelaskan komplikasi yang akan muncul akibat pembedahan
 Menjelaskan juga tentang apa yang akan diperkirakan terjadi
pada periode pascaoperatif awal dan lanjut
Adapun kriteria informed consent dikatakan sah apabila :
 Pasien secara pribadi menandatangani consent tersebut jika
telah mencapai usia legal dan mampu secara mental
 Pasien dibawah umur , atau tidak sadar atau tidak kompeten,
izin harus didapat dari anggota keluarga yang bertanggung
jawab atau wali yang sah.
 Pemeriksaan status anestesi
Pemeriksaan status fisik untuk dilakukan pembiusan dilkukan untuk
keselamatan pasien selama pembedahan. Sebelum dilakukan anastesi
demi kepentingan pembedahn, pasien akan mengalami pemeriksaan
status fisik yang diperlukan untuk menilai sejauh mana resiko
pembiusan terhadap diri pasien.
b) Intraoperatif
Gunakan data dari pasien dan catatan pasien untuk mengidentifikasi variable yang
dapat mempengaruhi perawatan dan yang berguna sebagai pedoman untuk
mengembangkan rencana perawatan pasien individual.
1) Identifikasi pasien
2) Validasi data yang dibutuhkan dengan pasien perkebijakan bagian.
3) Telaah catatan pasien terhadap adanya:
 Informed yang benar dengan tanda tangan pasien
 Kelengkapan catatan riwayat kesehatan dan pemeriksaan fisik
 Hasil pemeriksaan diagnostic
 Kelengkapan riwayat dan pengkajian kesehatan
 Ceklist praoperatif
4) Lengkapi pengkajian keperawatan praoperatif segera
 Status fisiologis (tingkat sehat sakit, tingkat kesadaran)
 Status psikososial (ekpresi kekhawatiran, tingkat ansietas, masalah
komunikasi verbal, masalah mekanisme koping)
 Status fisik (tempat operasi, kondisi kulit dan efektivitas persiapan,
pencukuran, atau obat penghilang rambut, sendi tidak bergerak)
c) Postoperatif
Setelah laporan pemindahan dai ruang operasi ke unit perawatan pasca anastesia
(PACU), perawat unit melakukan pengkajian awal dan melanjutkan intervensi
keperawatan segera. Tindakan ini dilakukan untuk mendapatkan informasi
tentang tingkat kenyamanan dan mental pasien. Dengan mengatahui hal ini, maka
perawat akan lebih gampang menentukan tindakan yang akan diberikan kepada
pasien sesuai kebutuhan pasien. Yang perlu dikaji segera setelah pasien di operasi
:
 Diagnosis medis dan jenis pembedahan yang dilakukan
 Kondisi umum pasien, kepatenan jalan napas, tanda-tanda vital
 Anesthetik dan medikasi lain yang digunakan (misal : narkotik, relaksan otot,
antibiotik)
 Segala masalah yang terjadi selama fase pembedahan yang sekiranya dapat
mempengaruhi perawatan pasca-operatif (misal : hemorrhagi, syok, danhenti
jantung)
 Patologi yang dihadapi (pemberitahuan kepada keluarga apabila ditemukan
adanya keganasan)
 Cairan yang diberikan, kehilangan darah dan penggantian cairan
 Segala selang, drain, kateter atau alat bantu pendukung lainnya
 Informasi spesifik tentang siapa ahli bedah atau ahli anesthesia yang akan
diberitahu.
 Evaluasi saturasi oksigen dengan oksimetri, pengkajian nadi-volume-
keteraturan
 Evaluasi pernapasan : kedalaman, frakuensi, sifat pernapasan
 Kaji status kesadaran, warna kulit dan kemampuan berespon terhadap
perintah.
 Kenyamanan: Tipe nyeri, intnsitas, dan loksi nyeri, mual dan muntah dan
perubahan posisi yang dibutuhkan
 Psikologi: sifat dari pertanyaan pasien, kebutuhan akan istirahat, gangguan
oleh kebisingan dan ketersediaan bel atau lampu pemanggil
 Keselamatan: kebutuhan akan pagar tempat tidur, drainase selang tidak
tersumbat, cairan infuse terpasang dengan tepat
 Peralatan: diperiksa apakah alat-alat masih berfungsi dengan baik atau tidak
2. Diagnosa Keperawatan
a) Preoperatif
Diagnosa keperawatan yang mungkin terjadi pada fase praoperatif adalah:
 Ansietas berhubungan dengan kurangnya pengalaman praoperatif
 Kurang pengetahuan mengenai prosedur dan protokol praoperatif
berhubungan dengan kurangnya pengalaman praoperatif
 Gangguan pola tidur berhubungan dengan ketakutan menjelang operasi
b) Intraoperatif
 Risiko aspirasi berhubungan dengan pemasangan OTT, penurunan refleks
muntah dan penurunan kesadaran akibat efek anaesthesia
 Risiko syok berhubungan dengan hipovolemia akibat perdarahan
 Hipotermia berhubungan dengan pemajanan lingkungan yang dingin
 Risiko ketidakseimbangan elektrolit berhubungan dengan efek samping
medikasi
 Risiko infeksi berhubungan dengan prosedur invasif (pembedahan)
 Risiko cedera akibat kondisi operatif berhubungan dengan efek
anastesi, lingkungan intraoperatif.
 Risiko jatuh berhubungan dengan pengaturan posisi intraoperatif
 Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan faktor mekanis (terputusnya
kontinuitas jaringan) akibat luka operasi
 Ketidakefektifan bersihan jalan napas berhubungan dengan adanya
penumpukan sekret
c) Postoperatif
 Nyeri akut berhubungan dengan dan agen mekanis (terputusnya kontinuitas
jaringan) akibat luka operasi
 Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan faktor mekanis (terputusnya
kontinuitas jaringan) akibat luka operasi
 Risiko infeksi berhubungan dengan prosedur invasif (pembedahan)
 Hipotermia berhubungan dengan pemajanan lingkungan yang dingin.
 Defisiensi pengetahuan berhubungan dengan kurangnya pajanan informasi.
 Disfungsi motilitas gastrointestinal berhubungan dengan peningkatan efek
relaksasi khususnya pada gastrointestinal.
 Ketidakefektifan pola napas berhubungan dengan depresi berlebihan pd pusat
 pernapasan.
 Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan adanya
gangguan sirkulasi perifer.
(Pratiwi, 2014).
3. Asuhan Keperawatan Perioperatif
No. Diagnosa NOC NIC
Keperawatan
1. Ansietas Tujuan : Anxiety Reduction
(penurunan kecemasan)
berhubungan  Anxiety self-control
 Gunakan pendekatan yang
 Anxiety level
dengan kurangnya menenangkan
 Coping
 Nyatakan dengan jelas
pengalaman
harapan terhadap pelaku
praoperatif Kriteria hasil : pasien
 Jelaskan semua prosedur
 Klien mampu
dan apa yang dirasakan
mengidentifikasi dan
selama prosedur
mengungkapkan gejala
 Pahami prespektif pasien
cemas.
terhadap situasi stres
 Mengidentifikasi,
 Temani pasien untuk
mengungkapkan dan
memberikan keamanan dan
menunjukkan tehnik
mengurangi takut
untuk mengontol cemas.
 Dorong keluarga untuk
 Vital sign dalam batas
menemani anak
normal.
 Lakukan back / neck rub
 Postur tubuh, ekspresi
 Dengarkan dengan penuh
wajah, bahasa tubuh dan perhatian
tingkat aktivfitas  Identifikasi tingkat
menunjukkan kecemasan
berkurangnya kecemasan. Bantu pasien mengenal
situasi yang menimbulkan
kecemasan
 Dorong pasien untuk
mengungkapkan perasaan,
ketakutan, persepsi
 Instruksikan pasien
menggunakan teknik
relaksasi
 Berikan obat untuk
mengurangi kecemasan

2. Kurang Tujuan : Teaching : disease Process


- Kowlwdge : disease - Berikan penilaian tentang
pengetahuan
process tingkat pengetahuan pasien
mengenai prosedur - Kowledge : health tentang proses penyakit
Behavior yang spesifik
dan protokol
- Jelaskan patofisiologi dari
praoperatif penyakit dan bagaimana hal
Kriteria hasil :
berhubungan ini berhubungan dengan
Pasien dan keluarga anatomi dan fisiologi,
dengan kurangnya menyatakan pemahaman dengan cara yang tepat.
pengalaman tentang penyakit, - Gambarkan tanda dan
kondisi, prognosis dan gejala yang biasa muncul
praoperatif program pengobatan pada penyakit, dengan cara
Pasien dan keluarga yang tepat
mampu melaksanakan - Gambarkan proses
prosedur yang penyakit, dengan cara yang
dijelaskan secara benar tepat
Pasien dan keluarga - Identifikasi kemungkinan
mampu menjelaskan penyebab, dengna cara yang
kembali apa yang tepat
dijelaskan perawat/tim - Sediakan informasi pada
kesehatan lainnya pasien tentang kondisi,
dengan cara yang tepat
- Hindari harapan yang
kosong
- Sediakan bagi keluarga
informasi tentang kemajuan
pasien dengan cara yang
tepat
- Diskusikan perubahan
gaya hidup yang mungkin
diperlukan untuk mencegah
komplikasi di masa yang
akan datang dan atau proses
pengontrolan penyakit
- Diskusikan pilihan terapi
atau penanganan
- Dukung pasien untuk
mengeksplorasi atau
mendapatkan second
opinion dengan cara yang
tepat atau diindikasikan
- Eksplorasi kemungkinan
sumber atau dukungan,
dengan cara yang tepat
- Rujuk pasien pada grup
atau agensi di komunitas
lokal, dengan cara yang
tepat
- Instruksikan pasien
mengenai tanda dan gejala
untuk melaporkan pada
pemberi perawatan
kesehatan, dengan cara yang
tepat

3. Gangguan AnTujuan :
pola Sleep Enhance
Anxiety reduction
tidur berhubungan  Determinasi efek-efek
 Comfort level
medikasi terhadap pola tidur
dengan ketakutan Pain level
 Jelaskan pentingnya tidur
 Rest : Extent and Pattern
menjelang operasi yang adekuat
 Sleep : Extent an Pattern
 Fasilitas untuk
Kriteria hasil :
mempertahankan aktivitas
Jumlah jam tidur dalam
sebelum tidur (membaca)
batas normal 6-8 jam/hari
 Ciptakan lingkungan yang
 Pola tidur, kualitas dalam
nyaman
batas normal
 Kolaborasikan pemberian
 Perasaan segar sesudah
obat tidur
tidur atau istirahat
 Diskusikan dengan pasien
 Mampu
dan keluarga tentang teknik
mengidentifikasikan hal-
tidur pasien
hal yang meningkatkan
 Instruksikan untuk
tidur
memonitor tidur pasien
 Monitor waktu makan dan
minum dengan waktu tidur
 Monitor/catat kebutuhan
tidur pasien setiap hari dan
jam

4. Risiko aspirasi Tujuan : Aspiration precaution


 Monitor tingkat kesadaran,
berhubungan 
Respiratory status :
reflek batuk dan
ventilation
dengan kemampuan menelan
 Aspiration control
 Monitor status paru pelihara

pemasangan OTT, Swallowing status
jalan nafas
penurunan refleks  Lakukan suction jika
Kriteria hasil : diperlukan
muntah dan
 Klien dapat bernafas  Cek nasogastrik sebelum
penurunan dengan mudah, tidak makan
 Hindari makan kalau residu
kesadaran akibat irama, frekuensi
pernafasan normal masih banyak
efek anaesthesia  Pasien mampu menelan,  Potong makanan kecil-kecil
mengunyah tanpa terjadi  Haluskan obat sebelum
aspirasi, dan mampu pemberian
melakukan oral hygine  Posisi tegak 90 derajat atau
 Jalan nafas paten, mudah sejauh mungkin
bernafas, tidak merasa  Jauhkan manset trakea
tercekik dan tidak ada meningkat
suara nafas abnormal  Jauhkan pengaturan hisap
yang tersedia
 Periksa penempatan tabung
NG atau gastrostomy
sebelum menyusui
 Periksa tabung NG atau
gastrostomy sisa sebelum
makan
 Hindari makan, jika residu
tinggi tempat “pewarna”
dalam tabung pengisi NG
 Hindari cairan atau
menggunakan zat pengental
 Penawaran makanan atau
cairan yang dapat dibentuk
menjadi bolus sebelum
menelan
 Potong makanan menjadi
potongan-potongan kecil
 Istirahat atau
menghancurkan pil sebelum
pemberian
 Sarankan pidato/berbicara
patologi berkonsultasi,
sesuai

5. Risiko syok Tujuan : Syok prevention


 Monitor status sirkulasi BP,
berhubungan  Syok prevention
warna kulit, suhu kulit,
 Syok management
dengan denyut jantung, HR, dan
ritme, nadi perifer, dan
hipovolemia akibat
Kriteria hasil : kapiler refill.
perdarahan  Monitor tanda inadekuat
 Nadi dalam batas yang
oksigenasi jaringan
diharapkan
 Monitor suhu dan
 Irama jantung dalam
pernafasan
batas yang diharapkan
 Monitor input dan output
 Frekuensi nafas dalam
 Pantau nilai labor : HB, HT,
batas yang diharapkan
AGD dan elektrolit
 Irama pernapasan dalam
 Monitor hemodinamik
batas yang diharapkan
invasi yng sesuai
 Natrium serum dalam
 Monitor tanda dan gejala
batas normal
asites
 Kalium serum dalam
 Monitor tanda awal syok
batas normal
 Tempatkan pasien pada
 Klorida serum dalam
posisi supine, kaki elevasi
batas normal
untuk peningkatan preload
 Kalsium serum dalam
dengan tepat
batas normal
 Lihat dan pelihara
 Magnesium serum dalam
kepatenan jalan nafas
batas normal
 Berikan cairan IV dan atau
 PH darah serum dalam
oral yang tepat
batas normal
 Berikan vasodilator yang
Hidrasi
tepat
 Indicator :
 Ajarkan keluarga dan
 Mata cekung tidak
pasien tentang tanda dan
ditemukan
gejala datangnya syok
 Demam tidak ditemukan
 Ajarkan keluarga dan
 Tekanan darah dalam
pasien tentang langkah
batas normal
untuk mengatasi gejala syok
 Hematokrit dalam batas
Syok management
normal
 Monitor fungsi neurotogis
 Monitor fungsi renal (e.g
BUN dan Cr : Lavel)
 Monitor tekanan nadi
 Monitor status cairan, input,
output
 Catat gas darah arteri dan
oksigen
 dijaringan
 Monitor EKG, sesuai
 Memanfaatkan pemantauan
jalur arteri untuk
meningkatkan akurasi
pembacaan tekanan darah,
sesuai
 Menggambar gas darah
arteri dan memonitor
jaringan oksigenasi
 Memantau tren dalam
parameter hemodinamik
(misalnya, CVP, MAP,
tekanan kapiler pulmonal /
arteri)
 Memantau faktor penentu
pengiriman jaringan oksigen
(misalnya, PaO2 kadar
hemoglobin SaO2, CO), jika
tersedia
 Memantau tingkat karbon
dioksida sublingual dan /
atau tonometry lambung,
sesuai
 Memonitor gejala gagal
pernafasan (misalnya,
rendah PaO2 peningkatan
PaCO2 tingkat, kelelahan
otot pernafasan)
 Monitor nilai laboratorium
(misalnya, CBC dengan
diferensial) koagulasi
profil,ABC, tingkat laktat,
budaya, dan profil kimia)
 Masukkan dan memelihara
besarnya kobosanan akses
IV

6. Hipotermia Tujuan : Temperature regulation


 Monitor suhu minimal tiap
berhubungan  Thermoregulation
2 jam
 Thermoregulation :
dengan pemajanan  Rencanakan monitoring
neonate
suhu secara kontinyu
lingkungan yang
 Monitor TD, nadi, dan RR
dingin Kriteria hasil :  Monitor warna dan suhu
kulit
 Suhu tubuh dalam  Monitor tanda-tanda
rentang normal hipertermi dan hipotermi
 Nadi dan RR dalam  Tingkatkan intake cairan
rentang normal dan nutrisi
 Selimuti pasien untuk
mencegah hilangnya
kehangatan tubuh
 Ajarkan pada pasien cara
mencegah keletihan akibat
panas
 Diskusikan tentang
pentingnya pengaturan suhu
dan kemungkinan efek
negatif dan kedinginan
 Beritahukan tentang
indikasi terjadinya keletihan
dan penanganan emergency
yang diperlukan
 Ajarkan indikasi dan
hipotermi dan penanganan
yang diperlukan
 Berikan anti piretik jika
perlu
Vital sign Monitoring
 Monitor Tekanan Darah,
nadi, suhu, dan RR
 Catat adanya fluktuasi
tekanan darah
 Monitor Vital Sign saat
pasien berbaring, duduk,
atau berdiri
 Auskultasi pada kedua
lengan dan bandingkan
 Monitor Tekanan Darah ,
nadi, pernapasan, sebelum,
selama, dan setelah aktivitas
 Monitor kualitas dari nadi
 Monitor frekuensi dan
irama pernapasan
 Monitor suara paru
 Monitor pola pernapasan
abnormal
 Monitor suhu, warna, dan
kelembaban kulit
 Monitor sianosis perifer
 Monitor adanya cushing
triad (tekanan nadi yang
melebar, bradikardi,
peningkatan sistolik)
 Identifikasi penyebab dan
perubahan vital sign

7. Risiko Tujuan : Fluid management


 Timbang popok/pembalut

ketidakseimbangan Fluid balance
jika diperlukan
 Hydration
elektrolit  Pertahankan catatan intake
 Nutritional Status : Food
dan output yang akurat
berhubungan and Fluid
 Monitor status hidrasi
 Intake
dengan efek (kelembaban membran
mukosa, nadi adekuat,
samping medikasi
Kriteria hasil : tekanan darah ortostatik ),
jika diperlukan
 Mempertahankan urine
 Monitor vital sign
output sesuai dengan usia
 Monitor masukan makanan
dan BB, BJ urine normal,
/ cairan dan hitung intake
HT normal
kalori harian
 Tekanan darah, nadi,
 Kolaborasikan pemberian
suhu tubuh dalam batas
cairan IV
normal
 Monitor status nutrisi
 Tidak ada tanda tanda
 Berikan cairan IV pada
dehidrasi,
suhu ruangan
 Elastisitas turgor kulit
 Dorong masukan oral
baik, membran mukosa
 Berikan penggantian
lembab, tidak ada rasa
nesogatrik sesuai output
haus yang berlebihan
 Dorong keluarga untuk
membantu pasien makan
 Tawarkan snack (jus buah,
buah segar)
 Kolaborasi dokter jika tanda
cairan berlebih muncul
memburuk
 Atur kemungkinan tranfusi
 Persiapan untuk tranfusi
Hypovolemia Management
 Monitor status cairan
termasuk intake dan output
cairan
 Pelihara IV line
 Monitor tingkat Hb dan
hematokrit
 Monitor tanda vital
 Monitor respon pasien
terhadap penambahan cairan
 Monitor berat badan
 Dorong pasien untuk
menambah intake oral
 Pemberian cairan lV
monitor adanya tanda dan
gejala kelebihan volume
cairan
 Monitor adanya tanda gagal
ginjal

8. Risiko infeksi Tujuan : Infection Control (Kontrol


infeksi)
berhubungan  Immune Status
 Bersihkan lingkungan
 Knowledge : Infection
dengan prosedur setelah dipakai pasien lain
control
 Pertahankan teknik isolasi
invasif  Risk control
 Batasi pengunjung bila
(pembedahan) perlu
Kriteria hasil :  Instruksikan pada
pengunjung untuk mencuci
 Klien bebas dari tanda
tangan saat berkunjung dan
dan gejala infeksi
setelah berkunjung
 Mendeskripsikan proses
meninggalkan pasien
penularan penyakit, faktor
 Gunakan sabun
yang mempengaruhi
antimikrobia untuk cuci
penularan serta
tangan
penatalaksanaannya
 Cuci tangan setiap sebelum
 Menunjukkan
dan sesudah tindakan
kemampuan untuk
keperawatan
mencegah timbulnya
 Gunakan baju, sarung
infeksi
tangan sebagai alat
 Jumlah leukosit dalam
pelindung
batas normal
 Pertahankan lingkungan
 Menunjukkan perilaku
aseptik selama pemasangan
hidup sehat
alat
 Ganti letak IV perifer dan
line central dan dressing
sesuai dengan petunjuk
umum
 Gunakan kateter intermiten
untuk menurunkan infeksi
kandung kencing
 Tingktkan intake nutrisi
 Berikan terapi antibiotik
bila perlu
 Infection Protection
(proteksi terhadap infeksi)
 Monitor tanda dan gejala
infeksi sistemik dan lokal
 Monitor hitung granulosit,
WBC
 Monitor kerentangan
terhadap infeksi
 Batasi pengunjung
 Sering pengunjung terhadap
penyakit menular
 Pertahankan teknik aspesis
pada pasien yang beresiko
 Pertahankan teknik isolasi
k/p
 Berikan perawatan kulit
pada area epidema
 Inspeksi kulit dan membran
mukosa terhadap
kemerahan, panas, drainase
 Inspeksi kondisi luka /
insisi bedah
 Dorong masukkan nutrisi
yang cukup
 Dorong masukan cairan
 Dorong istirahat
 Instruksikan pasien untuk
minum antibiotik sesuai
resep
 Ajarkan pasien dan
keluarga tanda dan gejala
infeksi
 Ajarkan cara menghindari
infeksi
 Laporkan kecurigaan
infeksi
 Laporkan kultur positif

9. Nyeri akut Tujuan : Pain Management


 Lakukan pengkajian nyeri
berhubungan  Pain Level,
secara komprehensif
· Pain control
dengan dan agen termasuk lokasi,
· Comfort level
karakteristik, durasi
mekanis Kriteria hasil :
frekuensi, kualitas dan
(terputusnya  Mampu mengontrol nyeri faktor presipitasi
(tahu penyebab nyeri,  Observasi reaksi nonverbal
kontinuitas
mampu menggunakan dan ketidaknyamanan
jaringan) akibat tehnik nonfarmakologi  Gunakan teknik komunikasi
untuk mengurangi nyeri, terapeutik untuk mengetahui
luka operasi
mencari bantuan) pengalaman nyeri pasien
 Melaporkan bahwa nyeri Kaji kultur yang
berkurang dengan mempengaruhi respon nyeri
menggunakan manajemen Evaluasi pengalaman nyeri
nyeri masa lampau
 Mampu mengenali nyeri Evaluasi bersama pasien
(skala, intensitas, dan tim kesehatan lain
frekuensi dan tanda nyeri) tentang ketidakefektifan
 Menyatakan rasa nyaman kontrol nyeri masa Iampau
setelah nyeri berkurang  Bantu pasierl dan keluarga
untuk mencari dan
menemukan dukungan
 Kontrol lingkungan yang
dapat mempengaruhi nyeri
seperti suhu ruangan,
pencahayaan dan kebisingan
 Kurangi faktor presipitasi
nyeri
 Pilih dan lakukan
penanganan nyeri
(farmakologi, non
farmakologi dan inter
personal)
 Kaji tipe dan sumber nyeri
untuk menentukan
intervensi
 Ajarkan tentang teknik non
farmakologi
 Berikan anaIgetik untuk
mengurangi nyeri
 Evaluasi keefektifan kontrol
nyeri
 Tingkatkan istirahat
 Kolaborasikan dengan
dokter jika ada keluhan dan
tindakan nyeri tidak berhasil
 Monitor penerimaan pasien
tentang manajemen nyeri
Analgesic Administration
 Tentukan lokasi,
karakteristik, kualitas, dan
derajat nyeri sebelum
pemberian obat
 Cek instruksi dokter tentang
jenis obat, dosis, dan
frekuensi
 Cek riwayat alergi
 Pilih analgesik yang
diperlukan atau kombinasi
dari analgesik ketika
pemberian lebih dari satu
 Tentukan pilihan analgesik
tergantung tipe dan beratnya
nyeri
 Tentukan analgesik pilihan,
rute pemberian, dan dosis
optimal
 Pilih rute pemberian secara
IV, IM untuk pengobatan
nyeri secara teratur
 Monitor vital sign sebelum
dan sesudah pemberian
analgesik pertama kali
 Berikan analgesik tepat
waktu terutama saat nyeri
hebat
 Evaluasi efektivitas
analgesik, tanda dan gejala
DAFTAR PUSTAKA

Baradero, Mary. 2009. Keperawatan Perioperatif : Prinsip dan Praktik. Jakarta : EGC.
Brunner, & Suddarth. 2010. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta : EGC.
Muttaqin, Arif dan Kumala Sari. 2009. Asuhan Keperawatan Peioperatif, Konsep,
Proses, Dan Aplikasi. Jakarta : Salemba Medika.
Nurarif .A.H. dan Kusuma. H. (2015). APLIKASI Asuhan Keperawatan Berdasarkan
Diagnosa Medis & NANDA NIC-NOC. Jogjakarta: MediAction.
Pratiwi, N.N.S.2014. Laporan Pendahuluan Asuhan Keperawatan Pada Pasien
Perioperatif. Denpasar : Universitas Udayana.
Safitri, Vivi Nur. 2018. Laporan Pendahuluan Asuhan Keperawatan Perioperatif.
Semarang : STIKES Muhammadiyah Kendal.
Suantika, Putu I. R. 2015. Laporan Pendahuluan Asuhan Keperawatan Pada Pasien
Perioperatif - Debridement. Denpasar : Universitas Udayana.

Anda mungkin juga menyukai