Anda di halaman 1dari 15

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kewirausahaan adalah padanan kata dari entrepreneurship dalam bahasa Inggris,


unternehmer dalam bahasa Jerman, ondernemen dalam bahasa Belanda.
Sedangkan di Indonesia diberi nama kewirausahaan . Kata entrepreneur berasal
dari bahasa Perancis yaitu entreprende yang berarti petualang, pengambil risiko,
kontraktor, pengusaha (orang yang mengusahakan suatu pekerjaan tertentu), dan
pencipta yang menjual hasil ciptaannya.

Entrepreneurship adalah suatu kemampuan untuk mengelola sesuatu yang ada


dalam diri Anda untuk dimanfaatkan dan ditingkatkan agar lebih optimal (baik)
sehingga bisa meningkatkan taraf hidup Anda dimasa mendatang.

Indonesia entrepreneurial skill untuk bisa menekan sekecil mungkin tingkat


kemiskinan yang tinggi. Menngandalkan investor asing untuk membuka lapangan
kerja tidaklah cukup, menghimbau kepada perusahaan untuk tidak mem-PHK
karyawan atau buruhnya juga sulit diwujudkan. Salah satu cara atau jalan
terbaiknya adalah mengandalkan sector pendidikan utnuk mengubah pola pikir
lulusannya dari berorientasi mencari kerja menjadi mencetak lapangan kerja
sendiri alias menjadi wirausahawan mandiri.

Dalam kehidupan sehari-hari, masih banyak orang yang menafsirkan dan


memandang bahwa kewirausahaan identik dengan apa yang dimiliki baru
dilakukan ‘usahawan” atau “wiraswasta”. Pandangan tersebut tidaklah tepat,
karena jiwa dan sikap kewirausahaan (entrepreneurship) tidak hanya dimiliki oleh
usahawan akan tetapi dapat dimiliki oleh setiap orang yang berpikir kreatif dan
bertindak inovatif baik kalangan usahawan maupun masyarakat umum seperti
petani, karyawan, pegawai pemerintahan, mahasiswa, guru, dan pimpinan
organisasi lainnya.
1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan dari latar belakang masalah di atas, penulis merumuskan masalah


sebagai berikut.

a. Apa pengertian kewirausahaan?


b. Apa tujuan kewirausahaan?
c. Apa falsafah kewirausahaan?
d. Bagaimana hakikat kewirausahaan?
e. Bagaimana mitos kewirausahaan?
1.3 Tujuan

Berdasarkan dari rumusan masalah di atas, penulis mempunyai tujuan penulisan


sebagai berikut.

a. Agar mengetahui pengertian kewirausahaan.


b. Agar memahami tujuan kewirausahaan.
c. Agar mengerti tentang falsafah kewirausahaan.
d. Agar memahami hakikat kewirausahaan.
e. Agar memahami mitos kewirausahaan.
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Kewirausahaan

Secara umum, pengertian kewirausahaan adalah suatu proses dalam melakukan


atau menciptakan sesuatu yang baru dengan cara kreatif dan penuh inovasi yang
memberikan manfaat bagi orang lain dan bernilai tambah.

Berikut pengertian kewirausahaan menurut para ahli:

1. Drs. Joko Untoro

Menurut Drs. Joko Untoro, pengertian kewirausahaan adalah suatu keberanian


untuk melakukan berbagai upaya untuk memenuhi kebutuhan hidup yang
dilakukan oleh seseorang, berdasarkan kemampuan dengan memanfaatkan segala
potensi yang dimiliki untuk menghasilkan sesuatu yang bermanfaat bagi dirinya
dan orang lain.

2. Eddy Soeryanto Soegoto

Menurut Eddy Soeryanto Soegoto, pengertian kewirausahaan adalah usaha kreatif


yang dilakukan berdasarkan inovasi untuk menghasilkan sesuatu yang baru,
memiliki nilai tambah, memberikan manfaat, menciptakan lapangan kerja dan
hasilnya berguna bagi orang lain.

3. Ahmad Sanusi

Menurut Ahmad Sanusi, definisi kewirausahaan adalah suatu nilai yang


diwujudkan dalam perilaku yang dijadikan sumber daya, tenaga penggerak,
tujuan, siasat, kiat, proses, dan hasil bisnis.

4. Soeharto Prawiro

Menurut Soeharto Prawiro, pengertian kewirausahaan adalah suatu nilai yang


dibutuhkan untuk memulai usaha dan mengembangkan usaha.

5. Peter Drucker
Menurut Peter Drucker, pengertian kewirausahaan adalah kemampuan untuk
menciptakan sesuatu yang baru dan berbeda dari yang lain.

6. Zimmerer

Menurut Zimmerer, pengertian kewirausahaan adalah sebuah proses penerapan


kreativitas dan inovasi dalam memecahkan persoalan dan menemukan peluang
untuk memperbaiki kehidupan bisnis

7. Siswanto Sudomo

Menurut Siswanto Sudomo, pengertian kewirausahaan adalah segala sesuatu yang


penting mengenai seorang wirausaha, yakni orang yang memiliki sifat pekerja
keras dan mau berkorban, memusatkan segala daya dan berani mengambil risiko
untuk mewujudkan gagasannya.

2.2 Tujuan Kewirausahaan

Berikut ini adalah beberapa tujuan kewirausahaan:

 Meningkatkan jumlah para wirausaha yang berkualitas.


 Mewujudkan kemampuan dan kemantapan para wirausaha untuk
menghasilkan kemajuan dan kesejahteraan masyarakat.
 Membudayakan semangat sikap, perilaku, dan kemampuan kewirausahaan
di kalangan pelajar dan masyarakat yang mampu, handal, dan unggul.
 Menumbuhkembangkan kesadaran dan'orientasi Kewirausahaan yang
tangguh dan kuat terhadap para siswa dan masyarakat.

2.3 Falsafah Kewirausahaan

Adapun hal-hal penting yang merupakan falsafah kewirausahaan adalah sebagai


berikut :

 Untuk mencapai tujuan yang diinginkan dalam hidup banyak belajar


tentang dirinya sendiri.
 Kegagalan usaha harus diterima sebagai pengalaman.
 Kekuatan berusaha datangnya dari tindakannya sendiri bukan dari
tindakan orang lain.
 Risiko kegagalan selalu ada, tapi para wirausahawan harus menerimanya
dan bertanggungjawab.
 Adanya keberhasilan usaha setelah mengalami kegagalan.
 Wirausaha yang menghindari risiko rendah tidak ada tantangan dan
menjauhi risiko tinggi karena ingin berhasil.
 Prestasi total sebuah bisnis, terutama ditentukan dengan kemampuan dan
keterampilan yang dimlikinya.
 Terimalah apa adanya dan kurangilah kelemahan kelemahan diri sendiri.

2.4 Hakekat Kewirausahaan

Wirausaha adalah kemampuan yang dimiliki oleh seseorang untuk melihat dan
menilai kesempatan-kesempatan bisnis; mengumpulkan sumber dayasumber daya
yang dibutuhkan untuk mengambil tindakan yang tepat dan mengambil
keuntungan dalam rangka meraih sukses.

Kewirausahaan pada hakekatnya adalah sifat, ciri dan watak seseorang yang
memiliki kemauan dalam mewujudkan gagasan inovatif ke dalam dunia nyata
secara kreatif.

Sedangkan yang dimaksudkan dengan seorang Wirausahawan adalah orang-orang


yang memiliki kemampuan melihat dan menilai kesempatankesempatan bisnis;
mengumpulkan sumber daya-sumber daya yang dibutuhkan untuk mengambil
tindakan yang tepat, mengambil keuntungan serta memiliki sifat, watak dan
kemauan untuk mewujudkan gagasan inovatif kedalam dunia nyata secara kreatif
dalam rangka meraih sukses/meningkatkan pendapatan.

Intinya, seorang Wirausahawan adalah orang-orang yang memiliki jiwa


Wirausaha dan mengaplikasikan hakekat Kewirausahaan dalam hidupnya.Orang-
orang yang memiliki kreativitas dan inovasi yang tinggi dalam hidupnya. Secara
epistimologis, sebenarnya kewirausahaan hakikatnya adalah suatu kemampuan
dalam berpikir kreatif dan berperilaku inovatif yang dijadikan dasar, sumber daya,
tenaga penggerak, tujuan, siasat dan kiat dalam menghadapi tantangan hidup.
Seorang wirausahawan tidak hanya dapat berencana, berkata-kata tetapi juga
berbuat, merealisasikan rencana-rencana dalam pikirannya ke dalam suatu
tindakan yang berorientasi pada sukses. Maka dibutuhkan kreatifitas, yaitu pola
pikir tentang sesuatu yang baru, serta inovasi, yaitu tindakan dalam melakukan
sesuatu yang baru.

Beberapa konsep kewirausahaan seolah identik dengan kemampuan para


wirausahawan dalam dunia usaha (business). Padahal, dalam kenyataannya,
kewirausahaan tidak selalu identik dengan watak/ciri wirausahawan semata,
karena sifat-sifat wirausahawan pun dimiliki oleh seorang yang bukan
wirausahawan. Wirausaha mencakup semua aspek pekerjaan, baik karyawan
swasta maupun pemerintahan (Soeparman Soemahamidjaja, 1980).

Wirausahawan adalah mereka yang melakukan upaya-upaya kreatif dan inovatif


dengan jalan mengembangkan ide, dan meramu sumber daya untuk menemukan
peluang (opportunity) dan perbaikan (preparation) hidup (Prawirokusumo, 1997)
Kewirausahaan (entrepreneurship) muncul apabila seseorang individu berani
mengembangkan usaha-usaha dan ide-ide barunya. Proses kewirausahaan meliputi
semua fungsi, aktivitas dan tindakan yang berhubungan dengan perolehan peluang
dan penciptaan organisasi usaha (Suryana, 2001).

Esensi dari kewirausahaan adalah menciptakan nilai tambah di pasar melalui


proses pengkombinasian sumber daya dengan cara-cara baru dan berbeda agar
dapat bersaing.

Menurut Zimmerer (1996:51), nilai tambah tersebut dapat diciptakan melalui


cara-cara sebagai berikut:

 Pengembangan teknologi baru (developing new technology)


 Penemuan pengetahuan baru (discovering new knowledge)
 Perbaikan produk (barang dan jasa) yang sudah ada (improving existing
products or services)
Penemuan cara-cara yang berbeda untuk menghasilkan barang dan jasa yang lebih
banyak dengan sumber daya yang lebih sedikit (finding different ways of
providing more goods and services with fewer resources)

Walaupun di antara para ahli ada yang lebih menekankan kewirausahaan pada
peran pengusaha kecil, namun sifat inipun sebenarnya dimiliki oleh orang-orang
yang berprofesi di luar wirausahawan. Jiwa kewirausahaan ada pada setiap orang
yang menyukai perubahan, pembaharuan, kemajuan dan tantangan, apapun
profesinya.

Dengan demikian, ada enam hakekat pentingnya Kewirausahaan, yaitu:

 Kewirausahaan adalah suatu nilai yang diwujudkan dalam perilaku yang


dijadikan sumber daya, tenaga penggerak, tujuan, siasat, kiat, proses dan
hasil bisnis (Ahmad Sanusi, 1994)
 Kewirausahaan adalah suatu nilai yang dibutuhkan untuk memulai sebuah
usaha dan mengembangkan usaha (Soeharto Prawiro, 1997)
 Kewirausahaan adalah suatu proses dalam mengerjakan sesuatu yang baru
(kreatif) dan berbeda (inovatif) yang bermanfaat dalam memberikan nilai
lebih.
 Kewirausahaan adalah kemampuan untuk menciptakan sesuatu yang baru
dan berbeda (Drucker, 1959)
 Kewirausahaan adalah suatu proses penerapan kreatifitas dan keinovasian
dalam memecahkan persoalan dan menemukan peluang untuk
memperbaiki kehidupan usaha (Zimmerer, 1996)
 Kewirausahaan adalah usaha menciptakan nilai tambah dengan jalan
mengkombinasikan sumber-sumber melalui cara-cara baru dan berbeda
untuk memenangkan persaingan.

2.5 Mitos Kewirausahaan

Ada 10 mitos yang membelenggu pikiran para pemula yang akan memasuki dunia
kewirausahaan.

Mitos 1: Entrepreneur adalah pelaku, bukan pemikir


Dalam batas-batas tertentu entrepreneur memiliki kecenderungan berorientasi
kepada tindakan, tetapi sebenarnya mereka juga pemikir. Mereka adalah orang
yang berfikir sistematis yang merencanakan langkahnya dengan hati-hati.
Entrepreneur pemikir dengan entrepreneur pelaksana adalah sama-sama
melaksanakan kegiatan entrepreneurship.

Mitos 2: Entrepreneur itu dilahirkan, bukan diciptakan

Muncul anggapan bahwa tabiat dan sifat entrepreneur tidak dapat diajarkan atau
dipelajari, mereka memiliki bakat pembawaan lahir. Bakat tersebut diantaranya
adalah mencakup ke-agresif-an, inisiatif, dorongan, kemauan untuk mengambil
risiko, kemampuan analitik, dan kemampuan human relation. Sekarang diakui
bahwa entrepreneurship adalah suatu disiplin ilmu yang dapat membantu untuk
mematahkan mitos. Seperti halnya ilmu-ilmu lain entrepreneurship mempunyai
model, proses, dan studi kasus yang memungkinkan untuk mengkaji suatu topik
dan menguraikan karakteristik obyek yang dikajinya.

Mitos 3: Entrepreneur selalu merupakan penemu (Inventors)

Pemikiran yang menganggap entrepreneur adalah penemu merupakan akibat dari


kurang dipahaminya visi tersembunyi entrepreneur. Memang dalam keadaan
tertentu penemu juga sekaligus menjadi entrepreneur. Di sini ada sejumlah
entrepreneur yang melakukan berbagai jenis kegiatan inovatif tetapi bukan
penemu. Contoh Ray Kroc, tidak menemukan franchise fast-food, tapi ide
inovatifnya menjadikan McDonald merupakan perusahaan fast-food terbesar di
dunia. Pemahaman terbaru tentang entrepreneurship cakupannya bukan sekedar
pada invention. Tapi mencakup pemahaman yang lengkap dari perilaku inovatif
apapun bentuknya.

Mitos 4: Entrepreneur adalah orang yang canggung baik di dunia akademis atau di
masyarakat.

Ada kepercayaan bahwa entrepreneur secara akademis dan sosial merupakan


orang yang gagal. Mereka berhasil menjalankan usahanya karena drop out dari
sekolah atau dipecat dari tempat kerja. Ini kemudian digunakan untuk memahami
profil entrepreneur tipikal. Secara historis sebenarnya pendidikan dan organisasi
sosial tidak mengakui entrepreneur. Entrepreneur disingkirkan dari dunia
perusahaan raksasa karena dianggap orang yang canggung. Dalam pendidikan
bisnis, untuk contoh tujuan utamanya adalah memahami aktivitas perusahaan
bukan pada siapa yang berada di balik perusahaan. Sekarang entrepreneur
dipandang sebagai hero – baik secara sosial, ekonomi, dan akademik. Dia bukan
lagi si canggung, entrepreneur sekarang dipandang sebagai profesional.

Mitos 5: Entrepreneur harus sesuai dengan profil

Banyak buku dan artikel menyajikan cheklist ciri-ciri entrepreneur sukses. Daftar
tersebut baik yang divalidasi atau tidak didasarkan pada studi kasus dan temuan
riset atas orang-orang yang berorientasi pada pencapaian. Sekarang sangat susah
untuk melakukan kompilasi hingga terwujud standar profil entrepreneurial.

Mitos 6: Untuk menjadi entrepreneur anda perlu memiliki uang

Memang benar bahwa semua usaha membutuhkan modal untuk bisa berjalan; juga
benar bahwa banyak bisnis jatuh karena tidak didukung keuangan yang memadai.
Sekarang uang bukan satu-satunya benteng untuk menghadapi kegagalan bisnis.
Kegagalan bisnis yang berkaitan dengan tidak adanya dukungan finansial yang
memadai sering menjadi indikator adanya problem lain dalam usaha tersebut
seperti: ketidakmampuan manajemen, lemahnya pemahaman terhadap persoalan
keuangan; investasi yang buruk; perencanaan yang jelek dan sejenisnya. Banyak
entrepreneur sukses berhasil mengatasi persoalan kekurangan uang dalam
menjalankan usahanya, uang adalah sumber daya atau sarana yang digunakan
untuk menjalankan usaha tapi tidak pernah menjadi tujuan akhir dari usaha itu
sendiri.

Mitos 7: Anda perlu nasib baik untuk menjadi entrepreneur

Berada pada “tempat yang benar dan waktu yang tepat” selalu menjadi suatu
keunggulan. Tapi yang lebih tepat adalah “keberuntungan muncul ketika
kemampuan dan persiapan bertemu dengan kesempatan”. Entrepreneur adalah
orang melakukan serangkaian persiapan agar berhasil menggapai kesempatan.
Ketika kesempatan itu muncul dan dapat diraih sering dianggap sebagai suatu
keberuntungan. Mereka sebenarnya adalah orang-orang yang selalu melakukan
persiapan untuk menghadapi berbagai situasi dan mengubahnya menjadi sukses.
Apa yang nampak sebagai suatu keberuntungan sebenarnya adalah buah dari
melakukan perencanaan, menetapkan tujuan dan keinginan, mengakumulasi
pengetahuan, dan melakukan inovasi. Intinya seorang entrepreneur adalah yang
terus menerus waspada dan belajar untuk merespon lingkungan agar sesuai
dnegan keinginannya sendiri vis a vis keinginan masyarakat.

Mitos 8: Entrepreneur mengabaikan kesenangan

Mitos mengatakan perencanaan dan evaluasi yang njelimet cenderung


menimbulkan masalah yang permanen, analisis yang berlebihan menyebabkan
paralysis, tapi dalam pasar yang kompetitif seperti sekarang ini dibutuhkan
perencanaan dan persiapan yang cermat. Mengidentifikasikan kekuatan dan
kelemahan suatu usaha, menetapkan dengan jelas suatu jadwal atau skedul untuk
menghadapi perubahan membantu menangani masalah, dan meminimalisasikan
masalah dapat dilakukan melalui perumusan strategi yang hati-hati – itu semua
merupakan faktor kunci keberhasilan entrepreneurship. Dengan demikian
perencanaan yang cermat – bukan mengabaikan perencanaan – adalah ciri dari
entrepreneur yang sempurna.

Mitos 9: Entrepreneur mencari sukses tapi pengalaman menunjukkan tingginya


tingkat kegagalan.

Adalah benar bahwa banylak entrepreneur menghadapi sejumlah kegagalan


sebelum mereka berhasil. Mereka mengikuti kata bijak “Jika pertama anda belum
berhasil, coba, coba lagi”. Sebenarnya kegagalan dapat memberikan banyak
pelajaran, siapa yang mau belajar dari kegagalan sering mendapatkan sukses. Ini
nampak jelas terlihat dalam prinsip koridor, yang menyatakan bahwa setiap
langkah memiliki risiko, tapi sekaligus memunculkan peluang yang tidak diduga
sebelumnya. Perusahaan 3M menemukan “Pos-it” kertas kecil yang dilapisi lem
dengan tidak sengaja karena memanfaatkan lem yang tidak memenuhi kualifikasi
produk. Dari pada dibuang sayang lebih baik dibuat post-it, akhirnya produk ini
menghasilkan jutaan dolar dan dikenal di seluruh dunia. Sekarang catatan statistik
tentang kegagalan entrepreneur itu menyesatkan. Suatu riset yang dilakukan oleh
Bruce A. Kirchoff, melaporkan bahwa dari pelacakan 814.000 usaha yang mulai
start pada 1977 menemukan bahwa 50% tetap hidup dan dikelola oleh pemilik
awal atau pemilik baru. 28% ditutup secara suka rela, dan hanya 18% yang benar-
benar gagal.

Mitos 10: Entrepreneur adalah risk taker yang ekstrim

Dalam masyarakat berkembang pandangan bahwa entrepreneur adalah orang yang


suka berjudi dengan kemungkinan yang belum jelas, faktanya entrepreneur
umumnya selalu memperhitungkan risiko. Semua entrepreneur yang berhasil
adalah adalah mereka yang bekerja keras melalui persiapan dan perencanaan ketat
untuk meminimalisasikan risiko untuk dapat mengendalikan lebih baik agar
visinya tercapai.

Untuk mendobrak mitos, calon entrepreneur harus mempersiapkan pendidikan


dengan baik. Pendidikan merupakan fondasi yang sangat penting bagi
entrepreneur. Ia berperan penting dalam membantu entrepreneur menghadapi
masalah yang harus diselesaikannya. Sejarah memang telah mencatat ada
sejumlah entrepreneur berasal dari siswa drop out seperti William Durant, Henry
Ford, Andrew Carnegie, Thomas Alva Edison dan William Lear. Secara formal
pendidikan mereka tidak begitu bagus, tetapi mereka melakukan proses
pembelajaran sendiri, mereka menyerap explicit knowledge melalui learning by
doing sehingga mereka berhasil menyusun skema berfikir untuk dijadikan
panduan menghadapi persoalan.
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Secara umum,pengertian kewirausahaan adalah suatu proses dalam melakukan


atau menciptakan sesuatu yang baru dengan cara kreatif dan penuh inovasi yang
memberikan manfaat bagi orang lain dan bernilai tambah.

Beberapa tujuan kewirausahaan:

Meningkatkan jumlah para wirausaha yang berkualitas,Mewujudkan kemampuan


dan kemantapan para wirausaha untuk menghasilkan kemajuan dan kesejahteraan
masyarakat,Membudayakan semangat sikap, perilaku, dan kemampuan
kewirausahaan di kalangan pelajar dan masyarakat yang mampu, handal, dan
unggul,dan Menumbuhkembangkan kesadaran dan'orientasi Kewirausahaan yang
tangguh dan kuat terhadap para siswa dan masyarakat.

Hal-hal penting yang merupakan falsafah kewirausahaan adalah sebagai berikut :

Untuk mencapai tujuan yang diinginkan dalam hidup banyak belajar tentang
dirinya sendiri,Kegagalan usaha harus diterima sebagai pengalaman,Kekuatan
berusaha datangnya dari tindakannya sendiri bukan dari tindakan orang
lain,Risiko kegagalan selalu ada, tapi para wirausahawan harus menerimanya dan
bertanggungjawab,Adanya keberhasilan usaha setelah mengalami
kegagalan,Wirausaha yang menghindari risiko rendah tidak ada tantangan dan
menjauhi risiko tinggi karena ingin berhasil,Prestasi total sebuah bisnis, terutama
ditentukan dengan kemampuan dan keterampilan yang dimlikinya,dan Terimalah
apa adanya dan kurangilah kelemahan kelemahan diri sendiri.

Ada enam hakekat Kewirausahaan, yaitu:

 Kewirausahaan adalah suatu nilai yang diwujudkan dalam perilaku yang


dijadikan sumber daya, tenaga penggerak, tujuan, siasat, kiat, proses dan
hasil bisnis (Ahmad Sanusi, 1994)
 Kewirausahaan adalah suatu nilai yang dibutuhkan untuk memulai sebuah
usaha dan mengembangkan usaha (Soeharto Prawiro, 1997)
 Kewirausahaan adalah suatu proses dalam mengerjakan sesuatu yang baru
(kreatif) dan berbeda (inovatif) yang bermanfaat dalam memberikan nilai
lebih.
 Kewirausahaan adalah kemampuan untuk menciptakan sesuatu yang baru
dan berbeda (Drucker, 1959)
 Kewirausahaan adalah suatu proses penerapan kreatifitas dan keinovasian
dalam memecahkan persoalan dan menemukan peluang untuk
memperbaiki kehidupan usaha (Zimmerer, 1996)
 Kewirausahaan adalah usaha menciptakan nilai tambah dengan jalan
mengkombinasikan sumber-sumber melalui cara-cara baru dan berbeda
untuk memenangkan persaingan.

Ada 10 mitos kewirausahaan:

 Entrepreneur adalah pelaku bukan pemikir.


 Entrepreneur itu dilahirkan bukan diciptakan.
 Entrepreneur selalu merupakan penemu(inventors)
 Entrepreneur adalah orang yang canggung baik didunia akademis atau di
masyarakat.
 Entrepreneur harus sesuai dengan profil.
 Untuk menjadi entrepreneur harus memiliki uang.
 Anda perlu nasib baik untuk menjadi entrepreneur.
 Entrepreneur mengabaikan kesenangan.
 Entrepreneur mencari sukses tapi pengalaman menunjukkan tingginya
tingkat kegagalan.
 Entrepreneur adalah risk taker yang ekstrim.

3.2 Saran

1.Saran bagi penulis


Sebaiknya penulis lebih meningkatkan wawasan mengenai kewirausahaan.
Sehingga, penulis sebagai generasi muda sekarang ini,setelah lulus dari ranah
perkuliahan, tidak hanya menjalankan profesi sesuai jurusan yang diampu saja,
namun juga dapat menciptakan usahadan lapangan pekerjaan bagi orang lain.

2.Saran bagi masyarakat

Sebaiknya, di lingkungan masyarakat umum pun bisa diadakan sosialisasi


mengenai dunia kewirausahaan. Sehingga, masyarakat bisa paham bagaimana
cara untuk berwirausaha.Jika masyarakat bisa membuka usahanya sendiri,
otomatis orang tersebut juga membuka lapangan pekerjaan bagi orang lain yang
masih berstatus pengangguran.Sehingga, hal itu juga bisa menjadikan sebuah
keuntungan dalammengurangi jumlah pengangguran.
DAFTAR PUSTAKA

https://rudijunti20.blogspot.com/2018/01/makalah-konsep-dasar-kewirausahaan.html

https://www.maxmanroe.com/pengertian-kewirausahaan.html

file:///C:/Users/YOU/Downloads/68492706-Tujuan-Kewirausahaan.pdf

http://hamdannawawi.blogspot.com/2014/01/8-falsafah-wirausaha-yang-perlu-
anda.html

http://adesyams.blogspot.com/2009/09/hakekat-kewirausahaan.html

https://pascoelaviera.blogspot.com/2010/02/10-mitos-kewirausahaan.html

Anda mungkin juga menyukai