Anda di halaman 1dari 23

1.

Pendahuluan

I.1 Latar Belakang


Pemenuhan kebutuhan dan keinginan serta nilai kualitas jasa sangat ditentukan oleh
tingkat kepentingan maupun kepuasan pelanggan sebagai pemakainya. Pelayanan yang
kurang memuaskan akan menyebabkan berkurangnya konsumen atau bahkan hilang karena
konsumen berpindah ke jasa layanan lain. Hal ini merupakan tantangan besar bagi
perusahaan dalam membangun citra perusahaan yang tidak hanya mampu membuat dan
membangun tapi juga dapat memberikan pelayanan yang memuaskan. Oleh sebab itu
perusahaan perlu mengetahui perilaku pelanggan dalam membeli, menggunakan dan mengevaluasi
jasa dalam rangka pemenuhan dan pemuasan kebutuhan.
Setiap perusahaan memiliki tantangan untuk tetap mempertahankan usahanya antara lain
bagaimana menjaga kualitas pelayanan agar dapat bersaing dengan produk serupa dan juga produk
pengganti lainnya yang saat ini semakin banyak bermunculan. Salah satu faktor yang harus
diperhatikan dalam menjaga kualitas pelayanan yaitu dengan memberikan pelayanan yang
memuaskan, sesuai dengan atau melebihi harapan pelanggan. Sehingga dirasakan sangat penting
untuk mengetahui pelayanan yang diharapkan oleh pelanggan.
Bila ditinjau dari sudut pandang perusahaan, salah satu cara yang efektif dalam melakukan
diferensiasi adalah melalui jasa atau pelayanan yang diberikan. Hal ini membawa perubahan yang
cukup mendasar dalam bisnis utama suatu perusahaan. Sebagai contoh, semakin banyaknya bisnis
utama restoran bergeser dari sekedar menyediakan segala macam makanan untuk dijual, menjadi
usaha melayani dan memuaskan rasa lapar pelanggan dengan disertai usaha menyediakan suasana
yang kondusif bagi pelanggan untuk menikmati hidangan. Bahkan tidak jarang pula di restoran
disajikan pula hiburan musik.
Analisis mengenai tingkat kepuasan pelanggan ini nantinya dapat dijadikan sebagai dasar untuk
menentukan strategi dan program pemasaran yang relevan pada situasi dan kondisi saat ini. Konsep
strategi yang baik membutuhkan perumusan masalah yang berlandaskan kepada wawasan yang lebih
luas.
Manajemen pemasaran mengenal konsep bauran pemasaran (Marketing Mix) sebagai variabel-
variabel keputusan yang dapat dikendalikan oleh manajemen untuk mencapai tujuan perusahaan. Di
dalam konsep bauran pemasaran (Marketing Mix) terdapat 7 variabel yaitu produk (product), harga

1
(price), promosi (promotion) dan tempat (place), proses (process),personil (personil), dan fasilitas
fisik (physical facility).
Analisis tingkat kepuasan pelanggan memberikan landasan yang baik untuk memahami dan
memanfaatkan lebih efektif lagi konsep dan metode-metode pemasaran produk bagi strategi dan
program pemasaran. Strategi dan program pemasaran diperlukan untuk mengatasi permasalahan
pemasaran yang kompleks melalui pendekatan terhadap sistem nyata di dalam perusahaan.

I.2 Perumusan Masalah

Dalam memberikan pelayanan seringkali terjadi perbedaan kualitas antara yang diberikan suatu
perusahaan yang diharapkan oleh pelanggan. Besarnya perbedaan kualitas tersebut tergantung dari
seberapa besar perusahaan tersebut dapat memenuhi kebutuhan dan harapan pelanggannya serta
tergantung pada perilaku pelanggan dalam membeli, menggunakan dan mengevaluasi jasa yang
diberikan.
Sejalan dengan pandangan pelanggan terhadap pelayanan sebuah perusahaan dikaitkan dengan
penjelasan latar belakang di atas dapat dirumuskan hal-hal yang akan dijadikan acuan dalam
pembuatan makalah ini, yaitu :

1. Pemasaran
2. Konsep Pemasaran
3. Strategi Pemasaran
4. Turbo Marketing
5. Kebijaksanaan harga
6. Promotion atau Komunikasi Bisnis

2
2. Dasar-Dasar Pemasaran

1. Pemasaran
1.1. Pengertian dan Ruang lingkup pemasaran

Hal utama yang menjadi dasar perlu adanya pemasaran bagi perusahaan adalah karena produk
yang dihasilkannya tidak bisa mencari konsumennya sendiri. Oleh karena itu, di setiap koorporat
selalu terdapat bidang khusus yang menangani distribusi produk mereka agar sampai ke tangan
konsumen. Divisi tersebut dinamakan divisi pemasaran, yang di dalamnya termasuk bagian penjualan.
Semakin ketatnya kompetisi di antara perusahaan, menjadikan bidang pemasaran ini
mendapat perhatian sangat serius para ahli, karena ia menjadi semacam roh bagi sebuah koorporat.
Betapa pun bagusnya sebuah produk, tanpa didukung pemasaran yang memadai, akan menjadi sia-sia.
Kualitas sebuah produk memang menentukan daya tarik bagi konsumen, tetapi tanpa didukung model
pemasaran yang memadai, akan sulit sampai ke tangan konsumen.
Sebuah produk barang atau jasa tidak akan dibeli apabila konsumen tidak mengetahui
kegunaannya, keunggulannya, dimana produk dapat diperoleh dan berapa harganya. Untuk itulah
konsumen yang menjadi sasaran produk perlu diberikan informasi yang jelas mengenai:
Sebuah produk beserta mutunya.
Kegunaan produk tersebut serta cara penggunaanya.
Di mana produk tersebut bisa didapatkan
Jika dianggap perlu disebutkan berapa harganya

Kedua poin pertama dilakukan oleh bagian promosi. Setelah sebuah produk, baik
berupa barang mau pun jasa cukup dikenal oleh konsumen, barulah sarana distribusi
agar produk tersebut sampai di tangan konsumen ditentukan strateginya. Ini dilakukan oleh
bidang penjualan. Kedua bidang tersebut merupakan bagian dari divisi pemasaran.

Secara umum, pemasaran cenderung didefinisikan sebagai proses distribusi barang


atau jasa yang dihasilkan suatu perusahaan atau koorporat kepada konsumen. Perhatikan
difinisi-definisi berikut :
1. Pengertian Pemasaran Menurut H. Nystrom
Pemasaran merupakan suatu kegiatan penyaluran barang atau jasa dari tangan
produsen ke tangan konsumen.
2. Pengertian Pemasaran Menurut Philip dan Duncan
Pemasaran yaitu sesuatu yang meliputi semua langkah yang dipakai atau dibutuhkan untuk
menempatkan barang yang bersifat tangible ke tangan konsumen.

3
3. Pengertian Pemasaran Menurut Asosiasi Pemasaran Amerika Serikat /
American Merketing Association
Pemasaran adalah pelaksanaan kegiatan usaha pedagangan yang diarahkan pada aliran barang
dan jasa dari produsen ke konsumen.
4. Pengertian Pemasaran Menurut Wilkipedia
Pemasaran adalah sebuah proses dalam memuaskan kebutuhan dan keinginan manusia. Jadi,
segala kegiatan dalam hubungannya dalam pemuasan kebutuhan dan keinginan manusia merupakan
bagian dari konsep pemasaran.
Pemasaran dimulai dengan pemenuhan kebutuhan manusia yang kemudian bertumbuh
menjadi keinginan manusia. Contohnya, seorang manusia membutuhkan air dalam memenuhi
kebutuhan dahaganya. Jika ada segelas air maka kebutuhan dahaganya akan terpenuhi. Namun
manusia tidak hanya ingin memenuhi kebutuhannya namun juga ingin memenuhi keinginannya yaitu
misalnya segelas air merek Aqua yang bersih dan mudah dibawa. Maka manusia ini memilih Aqua
botol yang sesuai dengan kebutuhan dalam dahaga dan sesuai dengan keinginannya yang juga mudah
dibawa.
Proses dalam pemenuhan kebutuhan dan keinginan manusia inilah yang menjadi konsep
pemasaran. Mulai dari pemenuhan produk (product), penetapan harga (price), pengiriman barang
(place), dan mempromosikan barang (promotion). Seseorang yang bekerja dibidang pemasaran
disebut pemasar. Pemasar ini sebaiknya memiliki pengetahuan dalam konsep dan prinsip pemasaran
agar kegiatan pemasaran dapat tercapai sesuai dengan kebutuhan dan keinginan manusia terutama
pihak konsumen yang dituju.
Jika kita tilik pengertian di atas, maka pemasaran hanya diartikan sebagai kegiatan
mendistribusikan produk dari produsen ke konsumen. Dengan pengertian seperti itu menjadi tak ada
bedanya antara pemasaran dan penjualan.
Hingga saat ini masih banyak orang, termasuk beberapa eksekutif, belum bisa memahami
perbedaan antara pemasaran dengan penjualan. Padahal, sesungguhnya kedua istilah tersebut
memiliki konsep yang berbeda.
Dalam konsep penjualan, suatu perusahaan meluncurkan produk baru. Setelah itu, perusahaan
tersebut menggunakan segala methoda penjualan untuk merayu konsumen agar membeli produk
tersebut. Setelah konsumen terbujuk, diharapkan mereka mau membeli produk tersebut sehingga
perusahaan memperoleh laba. Jadi, dalam konsep penjualan, perusahaan mengarahkan permintaan
konsumen agar sesuai dengan produk yang dimilikinya. Hal ini berbeda dengan konsep pemasaran. Di
dalam konsep pemasaran, langkah perusahaan diawali dengan penjajakan untuk mengetahui apa yang
diinginkan atau dibutuhkan konsumen. Kemudian, perusahaan tersebut mengembangkan sebuah

4
produk yang dapat memenuhi keinginan atau kebutuhan konsumen, dari sini perusahaan mendapatkan
laba. Di sini, perusahaan menyesuaikan produk mereka untuk memenuhi keinginan atau kebutuhan
konsumen.

1.1.1 Perbedaan Orientasi Produksi, Orientasi Penjualan, dan Orientasi Pemasaran

Sebagaimana diuraikan sebelumnya, aktivitas pemasaran ibarat jantung kehidupan bagi


sebuah perusahaan. Oleh karena itu, semakin hari semakin banyak perusahaan menganut konsep
pemasaran dalam melakukan aktivitas bisnisnya. Namun, sebagaimana halnya konsep lainnya, konsep
pemasaran ini harus diaplikasikan dengan sungguh-sungguh supaya diperoleh manfaatnya secara
maksimal. Tanpa itu, ia akan menjadi pembicaraan yang tanpa arti bagi suatu perusahaan bisnis.
Dalam pernyataan ini terkandung makna bahwa : (1) Kegiatan pemasaran harus dikoordinasikan
secara menyeluruh dengan pihak-pihak lain dan dikelola secara sungguh-sungguh; (2) Eksekutif
pemasaran harus selalu terlibat dan berperan maksimal dalam perencanaan perusahaan. Jika kedua
item tersebut mulai diterapkan dalam sebuah perusahaan, maka bisa dikatakan bahwa manajemen
pemasaran mulai berkembang di dalam perusahaan tersebut. Jadi, manajemen pemasaran adalah
konsep pemasaran dalam tingkat nyata.
Terdapat 3 tahap perkembangan, dan tahap yang keempat sekarang sedang muncul. Meskipun
demikian, banyak perusahaan masih berada pada tingkat awal dalam menerapkan konsep pemasaran.
Hanya beberapa perusahaan saja yang telah menerapkan tahap-tahap mutakhir dari perkembangan
filsafat dan praktek pemasaran.
Ada pun tahap-tahap perkembangan atau evolusi manajemen pemasaran adalah sebagai
berikut :

a. Tahap Orientasi Produksi

Pada tahap awal ini, sebuah perusahaan biasanya berorientasi ke bidang produksi.
Perencanaan perusahaan dibuat oleh eksekutif produksi dan departemen tehnik. Peran dari bidang
atau departemen penjualan hanyalah sekadar menjual produk yang dihasilkan oleh
bagian produksi dan keuangan. Tahap ini sering disebut sebagai tahap “perangkap tikus” yang lebih
baik. Asumsi yang mendasari ialah asal produk bermutu baik dan harga yang wajar, produk pasti laku
dijual. Tidak dibutuhkan upaya pemasaran untuk membujuk orang membeli produk yang ditawarkan.
Dalam tahap ini, perusahaan belum mengakui departemen pemasaran. Yang ada adalah
departemen penjualan yang dipimpin oleh manajer penjualan yang bertugas mengelola tenaga
penjualan. Hal semacam ini mendominasi berbagai perusahaan di dunia hingga tahun 1930-an.

5
b. Tahap Orientasi Penjualan

Depresi perekonomian dunia memberi sebuah pelajaran berharga bahwa masalah utama
dalam ekonomi adalah bukanlah memproduksi berbagai produk secara cukup. Tetapi yang menjadi
masalah adalah bagaimana menjual produk-produk tersebut. Hanya memproduksi “perangkap tikus”
yang lebih baik tidak menjamin keberhasilan perusahaan dalam menguasai pasar. Untuk menguasai
pasar, harus dilakukan promosi yang memadai. Dengan promosi yang memadai, penjualan produk
secara besar-besaran akan bisa dicapai. Dalam tahap ini, penjualan dan pengelolaannya memperoleh
pengakuan dan tanggung-jawab baru dalam perusahaan.
Akan tetapi, di samping memperoleh pengakuan yang tinggi, pada tahap ini penjualan
memperoleh reputasi yang buruk. Jaman ini dikenal sebagai jaman “menjual keras”. Hal ini
digambarkan dengan para sales yang mendatangi rumah ke rumah ( door to door ). Dengan perilaku
ini menyebabkan calon konsumen “terpaksa harus membeli” produk yang ditawarkan para sales
tersebut. Konsep “menjual keras” ini tidak hanya dilakukan oleh bisnis korporat saja, tetapi
organisasi-organisasi non bisnis juga menggunakan konsep ini. Akibatnya, konsep “penjualan keras”
ini banyak menuai kritik dan kecaman. Bahkan pekerjaan sebagai sales banyak mendapat pandangan
negatif.
Pada tahap penjualan ini, terjadi dua perubahan penting dalam pengelolaan organisasi bisnis.
Pertama, semua aktivitas pemasaran seperti periklanan dan riset pemasaran biasanya dipimpin oleh
manajer penjualan atau wakil direktur bidang penjualan. Kedua, kegiatan seperti pelatihan dan
analisis penjualan yang sebelumnya ditangani oleh departemen lain sekarang dikelola oleh
departemen penjualan. Secara umum tahap ini berjalan dari tahun 1930-an sampai tahun 1950-an.

c. Tahap Orientasi Pemasaran

Pada tahap ketiga ini, perusahaan-perusahaan menganut konsep manajemen pemasaran yang
terkoordinir dan diarahkan untuk mencapai tujuan ganda : orientasi konsumen dan volume penjualan
yang menguntungkan. Perhatian ditujukan ke pemasaran, bukan ke penjualan. Eksekutif puncaknya
disebut sebagai manajer pemasaran atau wakil direktur pemasaran.

6
Awal ini diharapkan mereka dapat mengintegrasikan pemasaran ke alam setiap tahap dari aktivitas
perusahaan. Pemasaran harus mempengaruhi semua kebijakan perusahaan, baik yang jangka pendek
maupun yang jangka panjang.
Penerapan konsep pemasaran ini akan berhasil hanya bila mendapat dukungan dari
manajemen puncak. Pasalnya, “hanya manajemen puncaklah yang bisa menyediakan iklim, disiplin,
dan kepemimpinan yang dibutuhkan untuk sebuah program pemasaran yang berhasil,” demikian
ungkap seorang eksekutif Chase Bank. Bahkan, seorang eksekutif puncak pemasaran di International
Mineral and Chemical Coorporation memperingatkan :”Sebuah perusahaan tidak dapat menjadi sadar
konsumen hanya karena keputusan dan perintah. Karena semua organisasi cenderung mencontoh
pemimpinnya, sehingga penting untuk seorang pemimpin bisnis menjadi sadar-konsumen....Dia akan
dapat mengembangkan suasana, atmosfir dan semangat kesatuan yang memantulkan citra bahwa
konsumen adalah raja di perusahaan kami, dan gagasan ini meresap ke seluruh bagian dalam
perusahaan”.
Dewasa ini sebagian besar perusahaan besar, terutama perusahaan multi nasional, berada
pada tahap ini. Mereka telah mengadopsi konsep pemasaran untuk menjalankan usaha bisnisnya.
Burouhgs Coorporation menunjukkan citra perusahaan yang telah sepenuhnya menerapkan konsep
pemasaran. Dia berkata,”Setiap perusahaan yang bukan merupakan organisasi pemasaran tidak dapat
dikatakan sebagai perusahaan.” Presiden Direktur Pepsi Cola berkata,”Bisnis kita adalah bisnis
pemasaran”.

d. Tahap Orientasi Manusia dan Tanggung-jawab Sosial

Kondisi sosial dan ekonomi pada tahun 1970-an mendorong munculnya tahap ke empat
dalam evolusi manajemen pemasaran, tahapan yang banyak diwarnai oleh orientasi sosial
kemasyarakatannya. Di sini eksekutif pemasaran harus bertindak berdasarkan sikap dan tanggung-
jawab sosial jika mereka ingin berhasil, atau selamat. Tekanan-tekanan dari luar – tekanan-tekanan
dari luar – ketidakpuasan konsumen, perhatian pada masalah-maslah lingkungan, dan kekuatan-
kekuatan politik yang legal – mempengaruhi program pemasaran perusahaan-perusahaan.
Yang perlu diperhatikan adalah meskipun di atas diuraikan pembagian tahun untuk masing-
masing tahapan, sesungguhnya pembagian di atas hanyalah pembagian secara umum saja. Pada

7
kenyataannya, tidak ada waktu yang pasti yang membatasi masing-masing dari keempat tahapan
evolusi manajemen pemasaran di atas.

1.2 Utilitas

Utilitas adalah hubungan antara keinginan konsumen dengan nilai atau kegunaan barang/jasa
yang dijual. Empat tipe utilitas adalah sebagai berikut:

1. Utilitas bentuk: nilai tambah suatu produk karena perubahan bentuknya. Contoh: mobil
minivan, dengan bentuknya dapat dipakai sebagai mobil penumpang ataupun truk
pengangkut.
2. Utilitas tempat: nilai tambah karena barang atau jasa tersedia pada tempat yang diinginkan
konsumen. Contoh: restoran fast-food yang menyediakan paket layanan antar.
3. Utilitas waktu: nilai tambah barang atau jasa karena lebih cepat atau ada ketika
dibutuhkan. Contoh: mesin ATM, karena lebih cepat dibanding ke teller bank.
4. Utility kepemilikan: nilai tambah pada produk sehingga pembeli berhak memakai atau
mengkonsumsi.

Dari sumber lain didapat pembahasan mengenai Utilitas, menurut Wilkipedia:


Dalam ekonomi, utilitas adalah jumlah dari kesenangan atau kepuasan relatif (gratifikasi)
yang dicapai. Dengan jumlah ini, seseorang bisa menentukan meningkat atau menurunnya utilitas, dan
kemudian menjelaskan kebiasaan ekonomis dalam koridor dari usaha untuk meningkatkan kepuasan
seseorang. Unit teoritikal untuk penjumlahan utilitas adalah util.
Doktrin dari utilitarianisme ,elihat maksimalisasi dari utilitas sebagai kriteria moral untuk
organisasi dalam masyarakat. Menurut para utilitarian, seperti Jeremy Bentham (1748-1832) dan John
Stuart Mill (1806-1876), masyarakat harus bertujuan untuk memaksimalisasikan jumlah utilitas dari
individual, bertujuan untuk "kebahagiaan terbesar untuk jumlah terbesar".
Dalam ekonomi neoklasik, rasionalitas didefinisikan secara tepat dalam istilah dari kebiasaan
maksimalisasi utilitas dibawah keadaan ekonomi tertentu. Sebagai kebiasaan usaha hipotetikal, utilitas
tidak membutuhkan adanya keadaan mental seperti "kebahagiaan", "kepuasan", dll.
Utilitas digunakan oleh ekonom dalam konstruksi sebagai kurva indiferen, yang berperan
sebagai kombinasi dari komoditas yang dibutuhkan oleh individu atau masyarakat untuk
mempertahankan tingkat kepuasan. Utilitas individu dan utilitas masyarakat bisa dibuat sebagai
variabel tetap dari fungsi utilitas (contohnya seperti peta kurva indiferen) dan fungsi kesejahteraan

8
sosial. Ketika dipasangkan dengan komoditas atau produksi, fungsi ini bisa mewakilkan efisiensi
Pareto, yang digambarkan oleh kotak Edgeworth dan kurva kontrak. Efisiensi ini merupakan konsep
utama ekonomi kesejahteraan.

1.3 Fungsi Pemasaran


Dengan adanya pemasaran konsumen tidak perlu lagi memenuhi kebutuhan pribadi secara
sendiri-sendiri dengan melakukan pertukaran antara konsumen dengan pelaku
pemasaran sehingga akan ada banyak waktu konsumen untuk kegiatan yang dikuasai atau
disukai.

Fungsi-Fungsi Pemasaran :
1. Fungsi Pertukaran
Dengan pemasaran pembeli dapat membeli produk dari produsen baik dengan menukar uang
dengan produk maupun pertukaran produk dengan produk (barter) untuk dipakai sendiri atau untuk
dijual kembali.
2. Fungsi Distribusi Fisik
Distribusi fisik suatu produk dilakukan dengan cara mengangkut serta menyimpan produk.
Produk diangkut dari produsen mendekati kebutuhan konsumen dengan banyak cara baik melalui air,
darat, udara, dsb. Penyimpanan produk mengedepankan menjaga pasokan produk agar tidak
kekurangan saat dibutuhkan.
3. Fungsi Perantara
Untuk menyampaikan produk dari tangan produsen ke tangan konsumen dapat dilakukan
pelalui perantara pemasaran yang menghubungkan aktivitas pertukaran dengan distribusi fisik.
Aktivitas fungsi perantara antara lain seperti pengurangan resiko, pembiayaan, pencarian informasi
serta standarisasi / penggolongan produk.

2. Konsep Pemasaran

Pemasaran adalah keinginan manusia dalam hubungannya dengan pasar. Pemasaran


maksudnya bekerja dengan pasar untuk mewujudkan transaksi yang mungkin terjadi dalam memenuhi
kebutuhan dan keinginan manusia. Pemasar adalah orang yang mencari sumberdaya dari orang lain
dan mau menawarkan sesuatu yang bernilai untuk itu. Kalau salah satu pihak lebih aktif mencari

9
pertukaran daripada pihak lain, maka pihak pertama adalah pemasar dan pihak kedua adalah calon
pembeli.
Dari konsep inti pemasaran maka, ada lima konsep pemasaran yang mendasari cara organisasi
melakukan kegiatan pemasarannya.
Konsep Pemasaran Berwawasan Produksi
Konsep ini adalah salah satu konsep tertua, yaitu akan memilih produk yang mullah didapat dan
murah harganya. Dalam hal ini memusatkan perhatiannya untuk mencapai efisiensi produksi yang
tinggi serta cakupan distribusi yang luas. Konsep ini dapat dijalankan apabila permintaan produk
melebihi penawarannya dan dimana biaya produk tersebut sangat tingi. Kelemahan konsep pemasaran
ini adalah pelayanan tidak ramah dan buruk.
Konsep Pemasaran Berwawasan Produk
Konsep ini berpendapat bahwa pelanggan akan memilih produk yang menawarkan mutu, kinerja
terbaik dan inovatif dalam hal ini memuaskan perhatian untuk membuat produk yang lebih baik dan
terus menyempurnakannya. Industri yang berwawasan ini cenderung tidak memperhatikan keinginan
dan kebutuhan dari pelanggan, sehingga divisi pemasaran akan mengalami kesulitan dalam
pemasaran.
Konsep Pemasaran Berwawasan Menjual
Konsep ini berpendapat bahwa kalau pelanggan dibiarkan saja, pelanggan tidak akan membeli produk
industri dalam jumlah cukup sehingga harus melakukan usaha penjualan dan promosi yang agresif.
Konsep ini beranggapan bahwa pelanggan enggan membeli dan harus didorong supaya membeli.
Konsep ini sering digunakan pada " Produk yang tidak dicari" atau tidak terpikir untuk dibeli serta
pada industri yang mengalami kelebihan kapasitas produksi.
Konsep Pemasaran Berwawasan Pemasaran
Konsep ini berpendapat bahwa kunci untuk mencapai tujuan industri terdiri dari penentuan kebutuhan
dan keinginan pasar sasaran serta memberikan kepuasan yang diinginkan secara lebih efektif dan
efisien daripada saingannya. Konsep berwawasan pemasaran bersandar pada empat pilar utama, yaitu
:
(1) pasar sasaran,
(2) kebutuhan pelanggan,
(3) pemasaran yang terkoordinir serta
(4) keuntungan.
Konsep ini telah dinyatakan dalam banyak cara
- Memenuhi kebutuhan dengan menguntungkan
- Temukan keinginan dan penuhilah

10
- Cintailah pelanggan bukan produknya
- Dapatkanlah sesuai kesukaan anda
- Berusaha sekuat tenaga memberikan nilai, mutu dan kepuasan tertinggi bagi uang pelanggan.
Konsep Pemasaran Berwawasan Bermasyarakat
Konsep ini beranggapan bahwa tugas industri adalah menentukan kebutuhkan, keinginan serta
kepentingan pasar sasaran dan memenuhi dengan lebih efektif serta lebih efisien daripada saingannya
dengan cara mempertahankan atau meningkatkan kesejahteraan pelanggan dan masyarakat. Konsep
pemasaran bermasyarakat meminta pemasar untuk menyeimbangkan tiga faktor dalam menentukan
kebijaksanaan pemasaran, yaitu :
(1) keuntungan industri jangka pendek,
(2) kepuasan pelanggan jangka panjang dan
(3) kepentingan umum dalam pengambilan keputusan.
Dalam sejarah, konsep pemasaran ada 3 era yang dapat dijelaskan berikut ini :
1. Era Produksi (prodiction era)
Fokus produsen atau berkonsentrasi pada produksi.
Jenis market adalah seller’s market (pasar penjual) dimana permintaan (demand) barang atau
jasa lebihbesardaripada penawaran (supply), sehingga memicu adanya produksi masal dan
pada akhirnya penawaran lebih besar daripada permintaan. Atau menjadi jenis pasar pembeli
(buyer’s market).
2. Era Penjualan (sales era)
Karena penawaran lebih besar dari pada permintaan, maka focus pemasaran adalah menjual.
3. Era Pemasaran (marketing era)
Produsen lebih fokus kepada pasar atau berorientasi pada pelanggan (consumer orented).
Sehingga produsi barang atau jasa disesuaikan dengan keinginan konsumen.
Contohnya pelayanan deliveri dan drive through only untuk pembelian hamburger, yang
memanjakan konsumen.
2.1 Definisi Konsep Pemasaran
Konsep pemasaran adalah konsep dimana perusahaan atau produsen harus memberikan
produk atau jasa ataupun pelayanan yang diinginkan pelanggan yang ada ataupun pelanggan potensial
untuk mendatangkan keuntungan.
2.2 Segmentasi Pasar
Segmentasi pasar adalah kegiatan membagi-bagi pasar yang bersifat heterogen dari suatu
produk ke dalam satuan-satuan pasar (segmen pasar) yang bersifat homogen. Dengan kata lain,
segmentasi pasar adalah kegiatan membagi pasar menjadi kelompok pembeli yang terbedakan dengan

11
kebutuhan, karakteristik, atau tingkah laku berbeda yang mungkin membutuhkan produk atau bauran
pemasaran terpisah.
Perusahaan membagi pangsa pasar ke dalam segmen-segmen pasar tertentu di mana masing-
masing segmen tersebut bersifat homogen. Perbedaan keinginan dan hasrat konsumen merupakan
alasan yang utama untuk diadakannya segmentasi pasar. Jika terdapat bermacam-macam hasrat dan
keinginan konsumen, maka perusahaan dapat mendesain suatu produk untuk mengisi suatu
heterogenitas keinginan dan hasrat tersebut. Dengan demikian dapat berkreasi dengan suatu
penambahan penggunaan yang khusus untuk konsumen dalam segmen yang diinginkan. Konsumen
akan mau membayar lebih tinggi terhadap produk yang mereka butuhkan bila mereka menerima
berbagai keuntungan dari produk tersebut.
Perusahaan atau para penjual mengklasifikasikan beberapa kelompok sasaran segmen
pemasaran, yakni segmentasi pasar konsumen, segmentasi pasar industri, dan segmentasi pasar
internasional. Kelompok segmen pasar tersebut memiliki karakteristik berbeda, sehingga memerlukan
cara tersendiri untuk menanganinya.

3. Strategi Pemasaran

Masyarakat selaku konsumen pembeli perumahan tidak dengan begitu saja membeli rumah
tanpa mempunyai pertimbangan tentang faktor-faktor yang dapat mempengaruhi mereka dalam
pengambilan keputusan seperti produk, harga, lokasi, promosi (Kotler & Amstrong 1997). Selain itu,
dalam sebuah proses pengambilan keputusan pembelian tidak hanya berakhir dengan terjadinya
transaksi pembelian, akan tetapi diikuti pula oleh tahap perilaku purnabeli (post purchase behavior).
Pada tahap ini konsumen akan merasakan tingkat kepuasan atau ketidakpuasan tertentu yang akan
mempengaruhi perilaku berikutnya. Konsumen yang merasa puas cenderung akan menyatakan hal-hal
yang baik tentang produk dan perusahaan yang bersangkutan kepada orang lain (Bayus dalam Kotler
et al. 1996).
Konsumen perumahan mewah selain membeli untuk tinggal, mereka juga mengharapkan
adanya pencapaian kepuasan (Property 2000). Oleh karena itu, di dalam memasarkan perumahan
mewah, para pengembang harus mampu menciptakan kepuasan bagi para konsumennya.
Untuk mampu menciptakan kepuasan konsumen tersebut, para pengembang perlu memiliki
suatu strategi pemasaran yang jitu dalam memasarkan produknya, karena strategi pemasaran juga
merupakan alat fundamental yang direncanakan untuk mencapai tujuan perusahaan dengan
mengembangkan keunggulan bersaing yang digunakan untuk melayani pasar sasaran (Tull & Kahle
dalam Tjiptono 1997).

12
Salah satu bentuk strategi pemasaran yang mampu mendukung dalam memasarkan
perumahan untuk menciptakan kepuasan konsumen adalah penggunaan marketing mix (bauran
pemasaran) yang dapat meliputi product, price, promotion, dan physical evidence (Pawitra 1993).
Dengan demikian, faktor yang ada dalam bauran pemasaran merupakan variabel-variabel yang
diharapkan mampu menciptakan kepuasan konsumen, atau dengan kata lain variabel-variabel tersebut
akan mempengaruhi kepuasan konsumen dalam membeli suatu produk.
Pembangunan perumahan untuk kelompok masyarakat menengah ke atas cenderung
dilakukan oleh para pengembang swasta, dimana mereka lebih menekankan pada profit orientied.
Untuk mencapai tujuan tersebut, penekanan pada daya tarik bentuk rumah yang mereka bangun lebih
diutamakan. Hal tersebut dilakukan dengan menggunakan para konsultan pembangunan perumahan,
sehingga perumahan yang mereka bangun mampu menghasilkan bentuk yang menarik konsumen
untuk membelinya. Sedangkan beberapa hal seperti konstruksi, sarana jalan, saluran, dan fasilitas-
fasilitas umum yang seharusnya ada dalam kompleks perumahan yang mereka bangun, cenderung
diabaikan. Dengan demikian, ketidakpuasan konsumen mungkin akan muncul setelah membeli rumah
yang dipasarkan oleh para pengembang.
Pengertian pemasaran yang berkaitan dengan produk berupa real estate dan property adalah
suatu kegiatan yang diarahkan untuk memenuhi kebutuhan konsumen akan rumah tinggal dan atau
ruang usaha, dengan cara pengalihan hak atas produk tersebut dari perusahaan kepada konsumen
melalui proses pertukaran ( Santoso 2000).
Harapan konsumen terbentuk berdasarkan pesan yang diterima dari penjual, teman, dan
sumber-sumber informasi lainnya. Apabila penjual melebih-lebihkan manfaat suatu produk,
konsumen akan mengalami harapan yang tak tercapai (disconfirmed expectation), yang akan
menyebabkan ketidakpuasan. Semakin besar kesenjangan antara harapan dan kinerja yang dihasilkan
suatu produk, akan semakin besar ketidakpuasan konsumen.
Konsumen yang merasa tidak puas akan bereaksi dengan tindakan yang berbeda. Berkaitan
dengan hal ini, Singh dalam Tjiptono (1997) menyatakan ada tiga kategori tanggapan atau komplain
terhadap ketidakpuasan, yaitu :
a. Voice response ( respon suara)
Kategori ini meliputi usaha menyampaikan keluhan secara langsung dan/atau meminta ganti
rugi kepada perusahaan yang bersangkutan.
b. Private response ( swasta respon )
Tindakan yang dilakukan antara lain memperingatkan atau memberitahu kolega, teman atau
keluarganya mengenai pengalamannya dengan produk atau perusahaan yang bersangkutan, Umumnya
tindakan ini sering dilakukan dan dampaknya sangat besar bagi citra perusahaan.

13
c. Third-party response ( Pihak ketiga respon)
Tindakan yang dilakukan meliputi usaha meminta ganti rugi secara hukum; mengadu lewat
media massa (misalnya menulis di Surat Pembaca); atau secara langsung mendatangi lembaga
konsumen, instansi hukum, dan sebagainya. Tindakan seperti ini sangat ditakuti oleh sebagian besar
perusahaan yang tidak memiliki prosedur penanganan keluhan yang baik. Ada empat faktor yang
mempengaruhi apakah seorang konsumen yang tidak puas akan melakukan komplain atau tidak
menurut Day dalam Engel, Well,& Miniard (1994), yaitu:
1. Penting tidaknya konsumsi yang dilakukan, yaitu menyangkut derajat pentingnya produk bagi
konsumen, harga, waktu yang dibutuhkan untuk mengkonsumsi produk, serta social visibility.
2. Pengetahuan dan pengalaman, yakni jumlah pembelian sebelumnya, pemahaman akan produk,
persepsi terhadpa kemampuan sebagai konsumen, dan pengalaman komplain sebelumnya.
3. Tingkat kesulitan dalam mendapatkan ganti rugi, meliputi jangka waktu penyelesaian
masalah; gangguan terhadap aktivitas rutin, dan biaya.
4. Peluang keberhasilan dalam melakukan komplain.

PENGERTIAN STRATEGI PEMASARAN


Jika kita menengok literatur asing, makna yang terkandung pada konsep strategi pemasaran
adalah sepadan maknanya dengan konsep marketing strategy dalam bahasa Inggris. Kebanyakan para
penulis memaknai konsep tersebut dengan pernyataan yang agak meluas. Menurut William Zikmund
dan Michael D’Amico Menyebutkan Strategi Pemasaran pada hakikatnya merupakan serangkaian
upaya yang ditempuh dalam rangka mencapai tujuan tertentu. Untuk kepentingan kita dalam
merancang strategi pemasaran.

MENGEMBANGKAN STRATEGI PEMASARAN


Menurut McCarthy ddk (1998) setiap langkah yang dilakukan dalam mempormulasikan
strtegi pemasaran harus diorientasikan pada upaya untuk mencapai kepuasan pelanggan. Kepuasan
pelanggan merupakan kunci utama dari konsep pemasaran dan strategi pemasaran. Ini berarti bahwa
proses yang ditempuh oleh setiap pihak boleh jadi bermacam-macam sesuai dengan kesanggupan dan
karakteristik masing-masing tetapi tujuan akhirnya tetap akan bermuara pada tercapainya kepuasan
konsumen atau consumer satisfaction.
Cravens (1994) berkomentar bahwa dalam langkah kedua, disamping menganalisis segmen
pasar dan memilih pasar sasaran, adalah sangat penting bagi perusahaan untuk menentukan
positioning strategy (strategi penempatan pasar). Maksudnya, dalam langkah kedua tersebut pihak

14
perusahaan harus menentukan posisi produknya di pasaran; bagaimana produk dan atau merk yang ia
ciptakan akan dipersepsikan dan diposisikan oleh para konsumen.
3.1 Marketing Mix
Sebelumnya telah dijelaskan bahwa aktivitas pemasaran merupakan jantung dari sebuah
usaha bisnis. Mengingat pentingnya aktivitas pemasaran ini bagi kelangsungan usaha suatu usaha
bisnis, maka pengusaha harus memiliki perencanaan yang strategis, pengawasan yang matang serta
tindakan-tindakan yang konkrit dan terprogram dalam mempengaruhi konsumen. Dalam ilmu
manajemen pemasaran, hal ini dinamakan dengan marketing mix atau bauran pemasaran.
Aktivitas marketing mix meliputi empat macam tindakan, antara lain :
1. Produk (Product)
Pengusaha mempengaruhi konsumen lewat produk yang ditawarkan, misalnya membuat
produk dengan warna-warni, bungkus yang bagus dan exclusive dan sebaginya.

Beberapa hal yang perlu dipelajari tentang stategi ini :


a. Konsep Produk
Konsep produk merupakan suatu pengertian atau pandangan konsumen terhadap suatu produk yang
dibutuhkan dan diinginkannya. Misalnya sepatu, bagi konsumen memiliki dua arti. Pertama, Arti
(fungsi) teknis, sepatu adalah sebagi pelindung telapak kaki dari berbagai barang yang dapat melukai
telapak kaki. Fungsi ini biasa disebut dengan “Produk Pangkal / Generic Produk” Kedua, Arti non
teknis (aspek sosial budaya), sepatu juga dipandang tidak hanya semata-mata pelindung telapak
kakinya akan tetapi juga terhadap harapan agar dengan memakai sepatu itu konsumen akan dapat
menjadi tampak “bergengsi”. Unsur ini dikenal sebagai aspek kebutuhan manusia atau kebutuhan
pangkal atau “Generic Need”

b. Siklus Kehidupan Produk (Product life Cycle)


Tahap-tahap perkembangan hidup produk seperti grafik berikut :

15
Seperti halnya mahluk hidup, produk juga mengalami daur hidup. Dilihat dari sudut volume
penjualan, mereka juga mengalami lahir (perkenalan), tumbuh, puncak penjualan (kedewasaan),
merosot sampai akhirnya hilang dari peredaran. Daur hidup ini harus benar-benar menjadi perhatian,
karena berguna untuk menentukan strategi perusahaan secara kesuluruhan.
Dari ada pemahaman tentang daur hidup ini, membantu perusahaan untuk menentukan kapan harus
dilakukan inovasi-inovasi baru. Inovasi diperlukan karena setiap produk yang mereka miliki pada
akhirnya tidak akan diminati konsumen lagi karena pangsa pasar dan volume penjualan terkurangi
oleh adanya produk-produk yang dihasilkan para kompetitor. Jika penjualan terus merosot, otomatis
laba akan menurun. Oleh karena itu, perusahaan harus merubah atau mengganti produknya. Jika tidak,
maka laba, pangsa pasar, volume penjualan akan terus berkurang, hingga akhirnya perusahaan
tersebut tutup.
c. Jenis-Jenis Produk
Ada beberapa penggolongan produk :
- Barang Konsumsi
Beberapa barang konsumsi :
- Barang Konvenien/kebutuhan hidup sehari-hari.
Kebutuhan ini berfrekuensi pembelian tinggi tetapi jumlah pembelian yang kecil-kecil.

16
- Barang Shoping/perabot rumah tangga
Kebutuhan ini berfrekwensi pembelian rendah dengan jumlah pembelian /pengeluaran yang cukup
tinggi.
- Barang Spesial/mewah : Mobil, Video, Tape recorder
Kebutuhan ini berfrekwensi pembelian rendah dengan jumlah pembelian atau pengeluran tinggi.
- Barang Industri
Barang yang dibutuhkan untuk keperluan alat usaha atau kegiatan
produksi. Diantaranya, Bahan baku, bahan pembantu, peralatan produksi, mesin-mesin
pabrik dan peralatan administrai kantor
2. Harga (Price)
Jika dilihat sejarahnya, harga ditetapkan oleh pembeli dan penjual melalui mekanisme
tawar menawar di antara mereka. Penjual menetapkan harga yang tinngi untuk produk
mereka, sedangkan pembeli menawar dengan harga serendah mungkin. Dengan tawar
menawar akhirnya dicapai kesepakatan harga yang dapat diterima oleh kedua belah
pihak.
Menurut Philip Kotler bahwa harga untuk semua merupakan gagasan idea. Hal ini
memperoleh dorongan dari berkembangnya penjualan eceran berskala global pada akhir
abad 1900-an.
Penentuan harga yang rendah, discount, harga obral serta cuci gudang. Dengan cara ini
penetapan harga semacam ini akan menarik perhatian konsumen untuk memborong.
Dasar penentuan harga terdiri dari :
- Biaya, Harga jual ditambah dengan keuntungan “Cost –Plus Pricing”
- Konsumen
- Persaingan, Politik Dumping/harga jual dibawah biaya produksi, Discount, Kredit/Leasing
3. Promosi (Promotion).
Kegiatan promosi untuk memperkenalkan produk sehingga konsumen menjadi kenal
kemudian menyenanginya, bahkan bagi yang lupa diharapkan dapat menjadi ingat
kembali.
Alat untuk mempromosikan produknya ada beberapa cara :
- Advertensi, iklan di surat kabar, TV, bioskop, radio dll
- Promosi Penjualan, Membuka counter di Toko-toko atau Super Mall
- Personal Selling, Door to door selling, Mail order, Telepon Selling
- Publikasi, Membuat berita di Surat kabar, TV, radio maupun majalah

17
Keempat bentuk promosi ini harus dikonmbinasikan agar efektif untuk mempengaruhi
konsumen. Kombinasi ini disebut “Promotional Mix”

4. Distribusi (Placement)
Cari distribusi yang memenuhi kebutuhan konsumen dapat juga diterapkan agar
menarik para konsumen. Untuk barang kebutuhan sehari-hari distribusi dibuat sedekat
mungkin dengan konsumen.
Bentuk-bentuk saluran distribusi :
- Saluran Distribusi Langsung
Saluran distribusi ini pengusaha berusaha untuk menyalurkan barang-barangnya yang dibeli
konsumen secara langsung ke tempat konsumen tinggal
- Saluran Distribusi Tidak Langsung
Dalam hal ini pengusaha menggunakan pihak luar untuk membantu menyalurkan barang-
barangnya ke pada konsumen. Pihak luar ini merupakan penyalur/distributor
Penyaluaran tidak langsung meliputi 3 cara :
- Saluran distribusi yang eksklusif, penyaluran menggunakan satu distributor tunggal
- Saluran distribusi yang selektif, menggunakan distributor sedikit dengan syarat-syarat
tertentu. Lokasi, keuangan, fasilitas telepon, fasilitas parker, kondisi dan bentuk gudang
dll
- Saluran distribusi yang intensif, menggunakan distributor sebanyak-banyaknya agar dapat
menjangkau lokasi konsumen yang menyebar.

3.3 Nilai Pelanggan


Nilai pelanggan didapat dari membandingkan manfaat dengan nilai pengorbanan.
Manfaat yang diperoleh konsumen berasal dari:
Produk yang dibeli
Layanan yang diterima
Karyawan yang membarikan layanan dan citra atau nama baik
Rasa bangga terhadap perusahaan
Merek, Dll.
Korbanan adalah berupa pengorbanan yang dikeluarkan oleh konsumen yaitu:
Moneter berupa nilai uang yang dibayarkan
Waktu yang dikorbankan untuk memperoleh produk tersebut

18
Enerji merupakan rasa capek dalam mendapatkan produk tersebut
Psikhis yaitu pengorbanan dalam kejiwaan
Kenyamanan
Keamanan
Waswas, Dll.

4. Turbo Marketing

Setelah kita melihat orientasi perusahaan dalam menghadapi saingan melalui evaluasi
konsep maka ada pembaharuan terakhir usaha perusahaan mengatasi saingan melalui
strategi turbo marketing.
Sedari dulu perusahaan mengungguli saingan melalui:
1) Perang harga, dengan cara meningkatkan efisiensi, harga murah, produksi besar-besaran
2) Perang dessain, produk perusahaan tampil beda dari perusahaan lain. Orang berlomba
dalam membuat desain, style, rasa, bentuk, dan sebagainya
3) Perang kualitas, produk perusahaan diusahakan makin baik, berkualitas dengan
menerapkan Total Quality Control
4) Perusahaan menerapkan strategi turbo marketing, dengan berusaha menekan waktu
sehingga perusahaan lebih unggul dalam hal:
Proses produksi lebih cepat sehingga konsumen tidak menunggu lama.
Contoh: KA Ekspres, surat kilat khusus, produk mobil terbaru tidak perlu inden.
Pelayanan lebih cepat sehingga konsumen lebih cepat melihat hasilnya.
Contoh: cetak foto kilat, fast food, dll

5. Kebijaksanaan Harga

Kebijaksanaan harga adalah keputusan mengenai harga-harga yang akan diikuti


untuk jangka waktu tertentu. Kebijaksanaan harga dapat ditentukan oleh beberapa
lembaga seperti:
Produsen
Grosir
Retailer
Pemerintah

19
Produser dapat membuat kebijaksanaan harga seperti model skimming price, penetration
price.
Grosir dapat melakukan kebijaksanaan harga berdasarkan daerahpembeli, dengan
membebankan ongkos transport atau sebaliknya.
Kebijaksanaan harga oleh retailer, lebih banyak variasinya, yang tujuannya adalah untuk
menarik konsumen.
Kebijaksanaan harga pemerintah sebagai pengawas ekonomi di masyarakat dapat
menetapkan harga berdasarkan ceiling price dan floor price.

Price Discount
Kadang-kadang toko eceran menjual barang lebih murah, ini dimugkinkan karena adanya
discount. Discount ini dapat diberikan berdasarkan jumlah pembelian, karena musim, ada
tujuan tertentu perusahaan dan karena sistem pembayaran.

Promotional Discount
Ada dua tipe promotional discount, yaitu markdowns dan loss leaders. Markdown
discount berarti discount yang diadakan untuk memberanikan konsumen membeli barang
yang sebenarnya tidak ia perlukan.

A loss leader
Ini berarti usaha untuk menjual barang dibawah harga pokoknya. Agar denagn demikian
merangsang orang untuk membeli barang lain. Pengusaha akan rugi besar bila konsumen
yang datang hanya membeli barang loss leadersaja. Akan tetapi dalam kenyataan
konsumen yang datang, juga membeli barang lain untuk kebutuhan rumah tangga.

Penetapan harga barang baru


Price skimming. Dalam hal ini pengusaha menetapkan harga setinggi mungkin. Hal iini
dimungkinkan karena belum ada barang saingan, dal barang ditujukan untuk golongan
kaya. Barang ini harus mempunya keistimewaan, dan menimbulkan prestise bagi para
konsumennya. Setelah barsng laku, kemudian harganya berangsur diturunkan, dan
keuntungan pengusaha makin berlipat ganda Penetration pricing. Kabijaksanaan harga
ini berlawanan dengan skimminh price. Barang ini sudah banyak saingan di pasar. Oleh
sebab itu untuk memasuki pasar harganya harus di banting serendah munggkin.
Geographic pricing. Kebijaksanaan harga terakhir adalah yang memperhatikan ongkos
pengiriman. Setelah terjadi penjualan siapakah yang menanggung biaya pengiriman,

20
apakah penjual atau pembeli, ini disebut geographic pricing karena mempertimbangkan
lokasinya

6. Promotion atau Komunikasi Bisnis

Promosi adalah elemen ke empat dalam marketing mix. Promosi didefinisikan sebagai
komunikasi yang memberi informasi kepada calon konsumen mengenai suatu produk,
yang dapat memenuhi kebutuhan dan keinginan konsumen dan mendorong mereka
untuk membeli. Ada beberapa elemen promosi yang dikenal sebagai promotional mix,
yaitu:

Advertising
Merupakan alat komunikasi yang sangan ampuh, dapat mencapai daerah yang sangat
jauh, dan sulit dimasuki. Advertising dapat masuk ke rumah-rumah penduduk tidak
mengenal waktu siang atau malam.

Personal selling
Adalah promosi yang dilakukan oleh orang. Misalnya para penjual di toko, atau penjual
dari rumah ke rumah. Jangkauan operasionalnya sangat terbatas dan biayanya mahal.
Akan tetapi personal selling memiliki keunggulan, yaitu dapat mengetahui keberatan-
keberatan yang diajukan oleh konsumen, mereka dapat berdialog dengan konsumen.

Public relation
Merupakan bagian dari perusahaan yang memberi informasi pada publik tentang
perusahaan dan produk yang dihasilkannya.

Sales promotion
Adalah memberi intensif atau hadiah kepada konsumen, agar mereka tertarik untuk
membeli. Sales promotion mengajak mereka agar mau membeli sekarang juga.

21
Penutup
Pemasaran adalah sebuah proses dalam memuaskan kebutuhan dan keinginan
manusia. Jadi, segala kegiatan dalam hubungannya dalam pemuasan kebutuhan dan
keinginan manusia merupakan bagian dari konsep pemasaran.
Tujuan kegiatan pemasaran adalah mempengaruhi pembeli agar bersedia membeli
harang dan jasa perusahaan pada saat mereka membutuhkan. Agar tujuan tersebut tercapai
maka setiap perusahaan harus memahami tentang perilaku konsumen. Setiap manajer
pemasaran harus memahami tingkah laku konsumen sehingga perusahaan dapat
mengembangkan, menentukan harga, mempromosikan dan mendistribusikan produk secara
lebih baik.
Dasar-dasar pemasaran yang harus kita kuasai meliputi :

7. Pemasaran
8. Konsep Pemasaran
9. Strategi Pemasaran
10. Turbo Marketing
11. Kebijaksanaan harga
12. Promotion atau Komunikasi Bisnis

Oleh karena itu dengan adanya konsep pemasaran yang baik dan benar, diharapkan
dapat diaplikasikan ke dalam kegiatan produksi, distribusi dan konsumsi yang
sebenarnya. Sehingga kegiatan perusahaan berjalan dengan baik dan semakin baik lagi.

22
Daftar Pustaka
Fleschuer, Malcolm, and Gschwandtner, Gerhard. The Marriott Miracle. Personal Selling
Power, September 1994.

Mayros, Van, and Dolan, Dennis J. How to Design the MKIS that work for your Business
Marketing, January 1986.

Steven, R. E. Cs. Marketing Planning Guide, Joice Publihing House, 2002.


Alma, Buchari. Pengantar Bisnis. Alfabeta. Bandung, 2008.

23

Anda mungkin juga menyukai