Anda di halaman 1dari 21

AKUNTANSI BADAN LAYANAN UMUM (BLU)

Latar Belakang

Salah satu agenda reformasi keuangan negara adalah adanya pergeseran sistem penganggaran
dari pengganggaran tradisional menjadi pengganggaran berbasis kinerja. Dengan basis
kinerja ini, arah penggunaan dana pemerintah menjadi lebih jelas dari sekedar membiayai
input dan proses menjadi berorientasi pada output. Perubahan ini penting mengingat
kebutuhan dana yang makin tinggi tetapi sumber daya pemerintah terbatas.

Penganggaran yang berorientasi pada output merupakan praktik yang dianut oleh
pemerintahan modern di berbagai negara. Mewirausahakan pemerintah (enterprising the
government) adalah paradigma yang memberi arah yang tepat bagi sektor keuangan publik
untuk mendorong peningkatan pelayanan. Ketentuan tentang penganggaran tersebut telah
dituangkan dalam Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara.

Selanjutnya, Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara


membuka koridor baru bagi penerapan basis kinerja di lingkungan pemerintah. Dengan Pasal
68 dan Pasal 69 Undang-Undang tersebut, instansi pemerintah yang tugas pokok dan
fungsinya memberi pelayanan kepada masyarakat dapat menerapkan pola pengelolaan
keuangan yang fleksibel dengan mengutamakan produktivitas, efisiensi, dan efektivitas.

Prinsip-prinsip pokok yang tertuang dalam kedua undang-undang tersebut menjadi dasar
instansi pemerintah untuk menerapkan pengelolaan keuangan BLU. BLU diharapkan dapat
menjadi langkah awal dalam pembaharuan manajemen keuangan sektor publik, demi
meningkatkan pelayanan pemerintah kepada masyarakat.

Adapun alasan mengapa BLU diperlukan adalah:

 Dapat dilakukan peningkatan pelayanan instansi pemerintah kepada masyarakat


dalam rangka memajukan kesejahteraan umum dan mencerdaskan kehidupan bangsa;
 Instansi pemerintah dapat memperoleh fleksibilitas dalam pengelolaan keuangan
berdasarkan prinsip ekonomi dan produktivitas dengan menerapkan praktik bisnis
yang sehat;
 Dapat dilakukan pengamanan atas aset negara yang dikelola oleh instansi terkait.

Pengertian

Badan Layanan Umum (BLU) adalah instansi di lingkungan pemerintah yang dibentuk
untuk memberikan pelayanan kepada masyarakat berupa penyediaan barang atau jasa yang
dijual tanpa mengutamakan mencari keuntungan dan dalam melakukan kegiatannya
didasarkan pada prinsip efisiensi dan produktivitas.

Pola Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum, yang selanjutnya disebut PPK-BLU,
adalah pola pengelolaan keuangan yang memberikan fleksibilitas berupa keleluasaan untuk
menerapkan praktek-praktek bisnis yang sehat untuk meningkatkan pelayanan kepada
masyarakat dalam rangka memajukan kesejahteraan umum dan mencerdaskan kehidupan
bangsa.
Rencana Bisnis dan Anggaran BLU, yang selanjutnya disebut RBA, adalah dokumen
perencanaan bisnis dan penganggaran yang berisi program, kegiatan, target kinerja, dan
anggaran suatu BLU.

Dasar Hukum

Undang-Undang dan Peraturan Pemerintah

1. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara;


2. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara, pasal 68 dan
69;
3. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan
Tanggung Jawab Keuangan Negara;
4. Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Badan
Layanan Umum;

Peraturan Menteri Keuangan

1. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 7/PMK.02/2006 tentang Persyaratan


Administratif Dalam Rangka Pengusulan dan Penetapan Satuan Kerja Instansi
Pemerintah untuk Menerapkan Pola Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum
(dicabut dengan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 119/PMK.05/2007);
2. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 8/PMK.02/2006 tentang Kewenangan Pengadaan
Barang/Jasa pada Badan Layanan Umum;
3. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 9/PMK.02/2006 tentang Pembentukan Dewan
Pengawas pada Badan Layanan Umum (dicabut dengan Peraturan Menteri Keuangan
Nomor 109/PMK.05/2007);
4. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 10/PMK.02/2006 tentang Pedoman Penetapan
Remunerasi bagi Pejabat Pengelola, Dewan Pengawas, dan Pegawai Badan Layanan
Umum sebagaimana telah diubah terakhir dengan Peraturan Menteri Keuangan
Nomor 73/PMK.05/2007;
5. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 66/PMK.02/2006 tentang Tata Cara Penyusunan,
Pengajuan, Penetapan, dan Perubahan Rencana Bisnis dan Anggaran serta Dokumen
Pelaksanaan Anggaran Badan Layanan Umum (dicabut dengan Peraturan Menteri
Keuangan Nomor 44/PMK.05/2009);
6. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 73/PMK.05/2007 tentang Perubahan atas
Peraturan Menteri Keuangan Nomor 10/PMK.02/2006 Tentang Pedoman Penetapan
Remunerasi bagi Pejabat Pengelola, Dewan Pengawas, dan Pegawai Badan Layanan
Umum;
7. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 109/PMK.05/2007 tentang Pembentukan Dewan
Pengawas pada Badan Layanan Umum;
8. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 119/PMK.05/2007 tentang Persyaratan
Administratif dalam Rangka Pengusulan dan Penetapan Satuan Kerja Instansi
Pemerintah untuk Menerapkan Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum;
9. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 76/PMK.05/2008 tentang Pedoman Akuntansi
dan Pelaporan Keuangan BLU;
10. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 99/PMK.05/2008 tentang Pedoman Pengelolaan
Dana Bergulir Pada Kementrian Negara/Lembaga (diubah dengan Peraturan Menteri
Keuangan Nomor 218/PMK.05/2009);
11. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 197/PMK.05/2008 tentang Tata Cara Revisi
DIPA untuk Satuan Kerja BLU Tahun Anggaran 2008;
12. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 44/PMK.05/2009 tentang Rencana Bisnis dan
Anggaran serta Pelaksanaan Anggaran Badan Layanan Umum (dicabut dengan
Peraturan Menteri Keuangan Nomor 92/PMK.05/2011);
13. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 77/PMK.05/2009 tentang Pengelolaan Pinjaman
pada BLU;
14. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 217/PMK.05/2009 tentang Pedoman Pemberian
Bonus Atas Prestasi bagi Rumah Sakit Eks-Perjan yang Menerapkan Pengelolaan
Keuangan Badan Layanan Umum;
15. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 218/PMK.05/2009 tentang Perubahan atas
Peraturan Menteri Keuangan Nomor 99/PMK.05/2008 tentang Pedoman Pengelolaan
Dana Bergulir Pada Kementrian Negara/Lembaga;
16. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 230/PMK.05/2009 tentang Penghapusan Piutang
BLU;
17. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 92/PMK.05/2011 tentang Rencana Bisnis dan
Anggaran serta Pelaksanaan Anggaran Badan Layanan Umum;

Peraturan Dirjen Perbendaharaan

1. Peraturan Dirjen Perbendaharaan Nomor PER-30/PB/2011 tentang Mekanisme


Pengesahan Pendapatan dan Belanja Satuan Kerja Badan Layanan Umum;
2. Peraturan Dirjen Perbendaharaan Nomor PER-55/PB/2011 tentang Tata Cara Revisi
Rencana Bisnis dan Anggaran Definitif dan Revisi Daftar Isian Pelaksanaan
Anggaran Badan Layanan Umum;

Karakteristik

1. Berkedudukan sebagai lembaga pemerintah (bukan kekayaan negara yang


dipisahkan);
2. Menghasilkan barang/jasa yang seluruhnya/sebagian dijual kepada publik;
3. Tidak bertujuan mencari keuntungan;
4. Dikelola secara otonom dengan prinsip efisien dan produktivitas ala korporasi;
5. Rencana kerja/anggaran dan pertanggungjawaban dikonsolidasikan pada instansi
induk;
6. Pendapatan dan sumbangan dapat digunakan langsung;
7. Pegawai dapat terdiri dari PNS dan non-PNS;
8. Bukan sebagai subjek pajak.

Tujuan

BLU bertujuan untuk meningkatkan pelayanan kepada masyarakat dalam rangka memajukan
kesejahteraan umum dan mencerdaskan kehidupan bangsa dengan memberikan fleksibilitas
dalam pengelolaan keuangan berdasarkan prinsip ekonomi dan produktivitas, dan penerapan
praktik bisnis yang sehat.

Asas
Asas BLU adalah sebagai berikut:

1. BLU beroperasi sebagai unit kerja kementerian negara/lembaga/pemerintah daerah


untuk tujuan pemberian layanan umum yang pengelolaannya berdasarkan
kewenangan yang didelegasikan oleh instansi induk yang bersangkutan;
2. BLU merupakan bagian perangkat pencapaian tujuan kementerian
negara/lembaga/pemerintah daerah dan karenanya status hukum BLU tidak terpisah
dari kementerian negara/lembaga/pemerintah daerah sebagai instansi induk.
3. Menteri/pimpinan lembaga/gubernur/bupati/walikota bertanggung jawab atas
pelaksanaan kebijakan penyelenggaraan pelayanan umum yang didelegasikannya
kepada BLU dari segi manfaat layanan yang dihasilkan.
4. Pejabat yang ditunjuk mengelola BLU bertanggung jawab atas pelaksanaan kegiatan
pemberian layanan umum yang didelegasikan kepadanya oleh Menteri/pimpinan
lembaga/gubernur/bupati/walikota.
5. BLU menyelenggarakan kegiatannya tanpa mengutamakan pencarian keuntungan.
6. Rencana kerja dan anggaran serta laporan keuangan dan kinerja dan BLU disusun dan
disajikan sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari Rencana kerja dan anggaran serta
laporan keuangan dan kinerja kementerian negara/lembaga/SKPD/pemerintah daerah.
7. BLU mengelola penyelenggaraan layanan umum sejalan dengan praktik bisnis yang
sehat.

Pola Pengelolaan Keuangan BLU

Pola pengelolaan keuangan pada BLU merupakan pola pengelolaan keuangan yang
memberikan fleksibilitas berupa keleluasaan untuk menerapkan praktik-praktik bisnis yang
sehat untuk meningkatkan pelayanan kepada masyarakat dalam rangka memajukan
kesejahteraan dan mencerdaskan kehidupan bangsa, sebagai pengecualian dari ketentuan
pengelolaan keuangan negara pada umumnya.

Yang dimaksud dengan praktik bisnis yang sehat adalah proses penyelenggaraan fungsi
organisasi berdasarkan kaidah-kaidah manajemen yang baik dalam rangka pemberian layanan
yang bermutu dan berkesinambungan.

Instansi pemerintah yang melakukan pembinaan terhadap pola pengelolaan keuangan BLU
adalah Direktorat Pembinaan Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum Ditjen
Perbendaharaan.

Persyaratan

Persyaratan Substantif

1. Menyelenggarakan tugas pokok dan fungsiyang berhubungan dengan:


1. Penyediaan barang atau jasa layanan umum, seperti pelayanan di bidang
kesehatan, penyelenggaraan pendidikan, serta pelayanan jasa penelitian dan
pengembangan (litbang);
2. Pengelolaan wilayah/kawasan tertentu untuk tujuan meningkatkan
perekonomian masyarakat atau layanan umum seperti otorita dan Kawasan
Pengembangan Ekonomi Terpadu (Kapet); atau
3. Pengelolaan dana khusus dalam rangka meningkatkan ekonomi atau pelayanan
kepada masyarakat, seperti pengelola dana bergulir untuk usaha kecil dan
menengah.
2. Bidang layanan umum yang diselenggarakan bersifat operasional yang menghasilkan
semi barang/jasa publik (quasi public goods)
3. Dalam kegiatannya tidak mengutamakan keuntungan.

Persyaratan Teknis

1. Kinerja pelayanan di bidang tugas pokok dan fungsinya layak dikelola dan
ditingkatkan pencapaiannya melalui BLU sebagaimana direkomendasikan oleh
menteri/pimpinan lembaga/kepala SKPD sesuai dengan kewenangannya; dan
2. Kinerja keuangan satker instansi yang bersangkutan sehat sebagaimana ditunjukan
dalam dokumen usulan penetapan BLU.

Persyaratan Administratif

1. Pernyataan kesanggupan untuk meningkatkan kinerja pelayanan, keuangan, dan


manfaat bagi masyarakat.
Pernyataan tersebut disusun sesuai dengan format yang tercantum dalam lampiran
Peraturan Menteri Keuangan Nomor 119/PMK.05/2007 dan bermaterai,
ditandatangani oleh pimpinan satker Instansi Pemerintah yang mengajukan usulan
untuk menerapkan PPK-BLU dan disetujui oleh menteri/pimpinan lembaga terkait.
2. Pola tata kelola.
Merupakan peraturan internal satuan kerjaInstansi Pemerintah yang menetapkan:

1. organisasi dan tata laksana, yang memuat antara lain struktur organisasi, prosedur
kerja, pengelompokan fungsi yang logis, ketersediaan dan pengembangan sumber
daya manusia;
2. akuntabilitas, yaitu mempertanggungjawabkan pengelolaan sumber daya serta
pelaksanaan kebijakan yang dipercayakan kepada satuan kerja Instansi Pemerintah
bersangkutan dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan secara periodik, meliputi
akuntabilitas program, kegiatan, dan keuangan;
3. transparansi, yaitu adanya kejelasan tugas dan kewenangan, dan ketersediaan
informasi kepada publik.

 Rencana strategisbisnis, mencakup:


1. visi, yaitu suatu gambaran yang menantang tentang keadaan masa depan yang
berisikan cita dan citra yang ingin diwujudkan;
2. misi, yaitu sesuatu yang harus diemban atau dilaksanakan sesuai visi yang
ditetapkan, agar tujuan organisasi dapat terlaksana dan berhasil dengan baik;
3. program strategis, yaitu program yang berisi proses kegiatan yang berorientasi
pada hasil yang ingin dicapai selama kurun waktu 1 (satu) sampai dengan 5
(lima) tahun dengan memperhitungkan potensi, peluang, dan kendala yang ada
atau mungkin timbul; dan
4. kesesuaian visi, misi, program, kegiatan, dan pengukuran pencapaian kinerja;
5. indikator kinerja lima tahunan berupa indikator pelayanan, keuangan,
administrasi, dan SDM;
6. pengukuran pencapaian kinerja, yaitu pengukuran yang dilakukan dengan
menggambarkan apakah hasil kegiatan tahun berjalan dapat tercapai dengan
disertai analisis atas faktor-faktor internal dan eksternal yang mempengaruhi
tercapainya kinerja tahun berjalan.
 Laporan keuanganpokok, terdiri atas:

1. Kelengkapan laporan:
1. Laporan Realisasi Anggaran/Laporan Operasional Keuangan, yaitu
laporan yang menyajikan ikhtisar sumber, alokasi, dan pemakaian
sumber daya ekonomi yang dikelola, serta menggambarkan
perbandingan antara anggaran dan realisasinya dalam suatu periode
pelaporan yang terdiri atas unsur pendapatan dan belanja;
2. Neraca/Prognosa Neraca, yaitu dokumen yang menggambarkan posisi
keuangan mengenai aset, kewajiban, dan ekuitas pada tanggal tertentu;
3. Laporan Arus Kas, yaitu dokumen yang menyajikan informasi kas
sehubungan dengan aktivitas operasional, investasi, dan transaksi
nonanggaran yang menggambarkan saldo awal, penerimaan,
pengeluaran, dan saldo akhir kas selama periode tertentu;
4. Catatan atas Laporan Keuangan, yaitu dokumen yang berisi penjelasan
naratif atau rincian dari angka yang tertera dalam Laporan Realisasi
Anggaran, Neraca/Prognosa Neraca, dan Laporan Arus Kas, disertai
laporan mengenai kinerja keuangan.
2. Kesesuaian dengan standar akuntansi;
3. Hubungan antarlaporan keuangan.
4. Kesesuaian antara keuangan dan indikator kinerja yang ada di rencana
strategis;
5. Analisis laporan keuangan.
 Standar Pelayanan Minimum (SPM) merupakan ukuran pelayanan yang harus
dipenuhi oleh satuan kerja instansi pemerintah untuk menerapkan PK BLU.
SPM ditetapkan oleh Menteri/Pimpinan Lembaga dalam rangka penyelenggaraan
kegiatan pelayanan kepada masyarakat yang harus mempertimbangkan kualitas
layanan, pemerataan, dan kesetaraan layanan biaya serta kemudahan memperoleh
layanan.
SPM sekurang-kurangnya mengandung unsur:

1. Jenis kegiatan atau pelayanan yang diberikan oleh satker. Jenis kegiatan merupakan
pelayanan yang diberikan oleh satker baik pelayanan ke dalam (satker itu sendiri)
maupun pelayanan yang diberikan kepada masyarakat. Jenis kegiatan ini merupakan
tugas dan fungsi dari satker yang bersangkutan.
2. Rencana Pencapaian SPM. Satuan kerja menyusun rencana pencapaian SPM yang
memuat target tahunan pencapaian SPM dengan mengacu pada batas waktu
pencapaian SPM sesuai dengan peraturan yang ada.
3. Indikator pelayanan. SPM menetapkan jenis pelayanan dasar, indikator SPM dan
batas waktu pencapaian SPM.
4. Adanya tanda tangan pimpinan satuan kerja yang bersangkutan dan menteri/pimpinan
lembaga.

 Laporan audit terakhir, merupakan laporan auditor tahun terakhir sebelum satuan
kerja instansi pemerintah yang bersangkutan diusulkan untuk menerapkan PK BLU.
Dalam hal satuan kerja instansi pemerintah tersebut belum pernah diaudit, satuan
kerja instansi pemerintah dimaksud harus membuat pernyataan bersedia untuk diaudit
secara independen yang disusun dengan mengacu pada formulir yang telah
ditetapkan.

Tata Kelola

Kelembagaan

Pengelolaan Keuangan BLU dapat diterapkan oleh setiap instansi pemerintah yang secara
fungsional menyelenggarakan kegiatan yang bersifat operasional. Instansi dimaksud dapat
berasal dari dan berkedudukan pada berbagai jenjang eselon atau non eselon pada
kementerian/lembaga. Sehubungan dengan itu, apabila instansi pemerintah yang menerapkan
PK-BLU memerlukan perubahan status ataupun struktur kelembagaan, maka perubahan
tersebut berpedoman pada ketentuan yang ditetapkan oleh Menteri Pendayagunaan Aparatur
Negara.

Pejabat Pengelola

BLU dikelola oleh Pejabat Pengelola BLU yang terdiri atas:

1. Pemimpin BLU
Pemimpin berfungsi sebagai penanggung jawab umum operasional dan keuangan
BLU yang berkewajiban:

1. menyiapkan rencana strategis bisnis BLU;


2. menyiapkan RBA tahunan;
3. mengusulkan calon pejabat keuangan dan pejabat teknis sesuai dengan ketentuan yang
berlaku; dan
4. menyampaikan pertanggungjawaban kinerja operasional dan keuangan BLU.

 Pejabat Keuangan BLU


Pejabat keuangan BLU berfungsi sebagai penanggung jawab keuangan yang
berkewajiban :

1. mengkoordinasikan penyusunan RBA;


2. menyiapkan dokumen pelaksanaan anggaran BLU;
3. melakukan pengelolaan pendapatan dan belanja;
4. menyelenggarakan pengelolaan kas;
5. melakukan pengelolaan utang-piutang;
6. menyusun kebijakan pengelolaan barang, aset tetap, dan investasi BLU;
7. menyelenggarakan sistem informasi manajemen keuangan; dan
8. menyelenggarakan akuntansi dan penyusunan laporan keuangan.

 Pejabat Teknis BLU


Pejabat teknis BLU berfungsi sebagai penanggung jawab teknis di bidang masing-
masing yang berkewajiban:

1. menyusun perencanaan kegiatan teknis di bidangnya;


2. melaksanakan kegiatan teknis sesuai menurut RBA; dan
3. mempertanggungjawabkan kinerja operasional di bidangnya.

Kepegawaian

Pejabat pengelola dan pegawai BLU dapat terdiri dari pegawai negeri sipil (PNS) dan/atau
tenaga profesional non-PNS sesuai dengan kebutuhan BLU. Syarat pengangkatan dan
pemberhentian pejabat pengelola dan pegawai BLU yang berasal dari PNS dilaksanakan
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan bagi PNS. Pejabat pengelola dan
pegawai BLU yang berasal dari tenaga profesional non-PNS dapat dipekerjakan secara tetap
atau berdasarkan kontrak.

Dewan Pengawas

Dewan Pengawas untuk BLU di lingkungan pemerintah pusat dibentuk dengan keputusan
menteri/pimpinan lembaga atas persetujuan Menteri Keuangan.

Anggota dewan pengawas terdiri dari unsur-unsur pejabat dari kementerian negara/lembaga
teknis yang bersangkutan, Kementerian Keuangan, dan tenaga ahli yang sesuai dengan
kegiatan BLU.

Remunerasi

Kepada Pejabat Pengelola, Dewan Pengawas, dan Pegawai Badan Layanan Umum (BLU)
diberikan remunerasi berdasarkan tingkat tanggung jawab dan tuntutan profesionalisme yang
diperlukan. Remunerasi dapat juga diberikan kepada Sekretaris Dewan Pengawas.

Besaran gaji Pemimpin BLU ditetapkan dengan mempertimbangkan faktor-faktor sebagai


berikut :

1. Proporsionalitas, yaitu pertimbangan atas ukuran (size) dan jumlah aset yang dikelola
BLU serta tingkat pelayanan;
2. Kesetaraan, yaitu dengan memperhatikan industri pelayanan sejenis;
3. Kepatutan, yaitu menyesuaikan kemampuan pendapatan BLU yang bersangkutan;
4. Kinerja operasional BLU yang ditetapkan oleh Menteri/Pimpinan Lembaga sekurang-
kurangnya mempertimbangkan indikator keuangan, pelayanan, mutu dan manfaat
bagi masyarakat.

Gaji Pejabat Keuangan dan Pejabat Teknis ditetapkan sebesar 90% (sembilan puluh persen)
dari gaji Pemimpin BLU.

Honorarium Dewan Pengawas ditetapkan sebagai berikut :

1. Honorarium Ketua Dewan Pengawas sebesar 40% (empat puluh persen) dari gaji
Pemimpin BLU.
2. Honorarium anggota Dewan Pengawas sebesar 36% (tiga puluh enam persen) dari
gaji Pemimpin BLU.
3. Honorarium Sekretaris Dewan Pengawas sebesar 15% (lima belas persen) dari gaji
Pemimpin BLU.
Pejabat Pengelola, Dewan Pengawas dan Sekretaris Dewan Pengawas yang diberhentikan
sementara dari jabatannya memperoleh penghasilan sebesar 50% (lima puluh persen) dari
gaji/honorarium bulan terakhir yang berlaku sejak tanggal diberhentikan sampai dengan
ditetapkannya keputusan difinitif tentang jabatan yang bersangkutan.

BLU dapat memberikan tunjangan tetap, insentif, bonus atas prestasi, pesangon dan/atau
pensiun kepada Pejabat Pengelola, Dewan Pengawas, Sekretaris Dewan Pengawas, dan
Pegawai BLU, dengan memperhatikan kemampuan pendapatan BLU yang bersangkutan.

Pada setiap akhir masa jabatannya, Pejabat Pengelola, Dewan Pengawas, dan Sekretaris
Dewan Pengawas dapat diberikan pesangon berupa santunan purna jabatan dengan
pengikutsertaan dalam program asuransi atau tabungan pensiun yang beban premi/iuran
tahunannya ditanggung oleh BLU yang besarannya ditetapkan paling banyak sebesar 25%
(dua puluh lima persen) dari gaji/honorarium dalam satu tahun.

Besaran remunerasi untuk Pejabat Pengelola, Dewan Pengawas, Sekretaris Dewan Pengawas,
dan Pegawai BLU pada masing-masing BLU diusulkan oleh Menteri/Pimpinan Lembaga
kepada Menteri Keuangan untuk ditetapkan dalam Peraturan Menteri Keuangan.

Penilaian dan Penetapan

Penilaian

Menteri/pimpinan lembaga mengusulkan instansi pemerintah yang memenuhi persyaratan


substantif, teknis, dan administratif untuk menerapkan PK-BLU kepada Menteri Keuangan.
Menteri Keuangan melakukan penilaian atas usulan tersebut dan apabila telah memenuhi
semua persyaratan di atas, maka Menteri Keuangan menetapkan instansi pemerintah
bersangkutan untuk menerapkan PK-BLU berupa pemberian status BLU secara penuh atau
bertahap.

Dalam rangka penilaian usulan PK-BLU, Menteri Keuangan dapat membentuk Tim Penilai
yang terdiri dari unsur di lingkungan Kementerian Keuangan yang terkait dengan kegiatan
satker BLU yang diusulkan, antara lain Ditjen Perbendaharaan, Sekretariat Jenderal
Kementerian Keuangan, dan Ditjen Anggaran. Tim Penilai tersebut dapat menggunakan
narasumber yang berasal dari lingkungan pemerintahan maupun masyarakat.

Tugas Tim Penilai

Tugas dari Tim Penilai adalah:

1. Merumuskan kriteria yang akan digunakan sebagai pedoman dalam melakukan


penilaian.
2. Melakukan identifikasi dan klarifikasi terhadap usulan penerapan PK-BLU;
3. Melakukan koordinasi dengan unit/instansi terkait.
4. Melakukan penilaian atas usulan penerapan PK-BLU yang disampaikan oleh
menteri/pimpinan lembaga.
5. Menyampaikan rekomendasi hasil penilaian atas usulan penetapan Satuan Kerja
Instansi Pemerintah untuk menerapkan PK-BLU kepada Menteri Keuangan.
6. Melaksanakan tugas-tugas lain yang berkaitan dengan penilaian usulan penetapan
instansi PK-BLU.

Tim Penilai dalam melaksanakan prosedur penilaian sesuai dengan prosedur operasi standar
Penilaian dan Penetapan BLU.

Penetapan

Menteri Keuangan memberi keputusan penetapan atau surat penolakan terhadap usulan
penetapan BLU paling lambat tiga bulan sejak dokumen persyaratan diterima secara lengkap
dari menteri/pimpinan lembaga.

Berdasarkan penilaian yang dilakukan oleh Tim Penilai, usulan penetapan BLU dapat ditolak
atau ditetapkan dengan status BLU penuh maupun BLU bertahap.

1. Status BLU Penuh


Status BLU penuh diberikan apabila persyaratan substantif, teknis dan administratif
telah dipenuhi dengan memuaskan sesuai dengan kriteria SOP penilaian.
Satkeryang berstatus BLU Penuh diberikan seluruh fleksibilitas pengelolaan keuangan
BLU, yaitu:
1. Pengelolaan Pendapatan
2. Pengelolaan Belanja
3. Pengadaan Barang/Jasa
4. Pengelolaan Barang
5. Pengelolaan Kas
6. Pengelolaan Utang dan Piutang
7. Pengelolaan Investasi
8. Perumusan Kebijakan, Sistem, dan Prosedur Pengelolaan Keuangan.
2. Status BLU Bertahap
Status BLU Bertahap diberikan apabila persyaratan substantif, teknis, dan
administratif telah terpenuhi, namun persyaratan administratif kurang memuaskan
sesuai dengan kriteria SOP penilaian. Status BLU Bertahap berlaku paling lama tiga
tahun dan apabila persyaratan terpenuhi secara memuaskan dapat diusulkan untuk
menjadi BLU Penuh.

Fleksibilitas yang diberikan kepada satker berstatus BLU bertahap dibatasi:

1. Penggunaan langsung pendapatan dibatasi jumlahnya, sisanya harus disetorkan ke kas


negara sesuai prosedur PNBP.
2. Tidak diperbolehkan mengelola investasi;
3. Tidak diperbolehkan mengelola utang;
4. Pengadaan barang/jasa mengikuti ketentuan umum pengadaan barang/jasa pemerintah
yang berlaku.
5. Tidak diterapkan flexible budget.

Perubahan dan Pencabutan Status

Perubahan status dari BLU Penuh menjadi BLU Bertahap atau sebaliknya, dapat terjadi
apabila BLU yang bersangkutan mengalami penurunan atau peningkatan kinerja. Ditjen
Perbendaharaan c.q. Direktorat Pembinaan PK-BLU setiap periode melakukan pembinaan,
monitoring, dan evaluasi kinerja BLU. Hasil dari pembinaan, monitoring, dan evaluasi
tersebut menjadi masukan dalam perubahan status BLU.

Pencabutan status BLU menjadi satker biasa apabila:

1. Dicabut oleh Menteri Keuangan berdasarkan rekomendasi atau masukan dari tim
pembinaan, monitoring, dan evaluasi kinerja BLU ;
2. Dicabut oleh Menteri Keuangan atas usulan menteri teknis/pimpinan lembaga;
3. Berubah status menjadi badan hukum dengan kekayaan negara yang dipisahkan.

Apabila menteri/pimpinan lembaga teknis mengajukan usulan pencabutan BLU, Menteri


Keuangan membuat penetapan pencabutan penerapan PK-BLU paling lambat tiga bulan sejak
tanggal usulan tersebut diterima. Jika melebihi jangka waktu tersebut, usulan pencabutan
dianggap ditolak. Instansi pemerintah yang pernah dicabut dari status PK-BLU dapat
diusulkan kembali untuk menerapkan PK-BLU.

Tarif dan Biaya Satuan

Tarif

Satker berstatus BLU dapat memungut biaya kepada masyarakat sebagai imbalan atas
barang/jasa layanan yang diberikan. Imbalan atas barang/jasa layanan yang diberikan tersebut
ditetapkan dalam bentuk tarif yang disusun atas dasar perhitungan biaya per unit layanan atau
hasil per investasi dana yang dapat bertujuan untuk menutup seluruh atau sebagian dari biaya
per unit layanan. Tarif layanan tersebut dapat berupa besaran tarif atau pola tarif sesuai jenis
layanan BLU yang bersangkutan. Apabila BLU memiliki jenis layanan yang tidak terlalu
banyak, maka cukup memiliki tarif berupa angka mutlak ataupun kisaran tarif. Apabila BLU
memiliki jenis layanan yang banyak dan bersifat kompleks, seperti rumah sakit, maka
tarifnya berupa pola tarif untuk kelompok layanan.

Tarif layanan diusulkan oleh BLU bersangkutan kepada Menteri/Pimpinan Lembaga,


kemudian Menteri/Pimpinan Lembaga mengajukan usulan tarif tersebut kepada Menteri
Keuangan untuk ditetapkan. Dalam penetapan tarif dimaksud, Menteri Keuangan dibantu
oleh suatu tim dan dapat menggunakan narasumber yang berasal dari sektor terkait.

Hal-hal yang wajib dipertimbangkan dalam menyusun tarif adalah sebagai berikut:

1. Kontinuitas dan pengembangan layanan;


2. Daya beli masyarakat;
3. Asas keadilan dan kepatutan;
4. Kompetisi yang sehat.

Biaya Satuan

Dalam penyusunan tarif dan biaya layanan, terlebih dahulu ditentukan biaya satuan per unit
output dari layanan atau kegiatan BLU. Biaya satuan dibuat berdasarkan perhitungan
akuntansi biaya untuk setiap output barang/jasa yang dihasilkan.

Dalam rangka penyusunan biaya satuan per unit layanan, maka perlu diperhitungkan biaya-
biaya yang timbul, yaitu:
1. Biaya langsung; adalah biaya-biaya yang secara khusus dapat ditelusuri atau
diidentifikasi sebagai komponen langsung dari biaya produk. Total biaya langsung ini
dalam beberapa literatur juga sering disebut dengan istilah biaya utama (prime cost).
2. Biaya tidak langsung adalah semua biaya yang tidak dapat diidentifikasi secara
khusus terhadap suatu produk dan dibebankan kepada seluruh jenis produk secara
bersamaan. Biaya tidak langsung ini sering disebut juga dengan istilah biaya overhead
(overhead cost).
3. Biaya variabel adalah biaya yang berubah secara total seiring dengan berubahnya
volume produk yang dibuat. Sehingga hubungan antara total biaya variabel dengan
total unit barang yang diperoduksi adalah linier (garis lurus). Sedangkan biaya per
unit-nya adalah tetap. Contoh: Biaya bahan baku langsung dan tenaga kerja langsung.
4. Biaya tetap (fixed cost), seperti biaya penyusutan dan biaya sewa akan selalu tetap
(constant) dalam suatu rentang waktu/periode tertentu. Perlu dicatat bahwa biaya tetap
akan selalu konstan pada semua tingkat produksi (volume), sedangkan biaya tetap per
unit akan menurun seiring dengan meningkatnya volume produksi.

Langkah-langkah perhitungan biaya satuan adalah sebagai berikut:

1. Menentukan kegiatan berdasarkan program yang telah ditetapkan;


2. Menentukan indikator kinerja berupa keluaran (output), tolok ukur kinerja, dan target
kinerja;
3. Untuk satu jenis keluaran, tentukan jenis biaya dan besaran biaya per unit output.
Jenis biaya dapat berupa: biaya langsung variabel, biaya langsung tetap, biaya tidak
langsung variabel, dan biaya tidak langsung tetap.
4. Menghitung biaya per jenis kegiatan dengan mengalikan rincian biaya dengan satuan
biaya.
5. Menjumlahkan seluruh komponen biaya untuk mendapatkan satuan biaya per
kegiatan.

Perencanaan dan Penganggaran

Rencana Strategis Bisnis

BLU menyusun rencana strategis bisnis lima tahunan dengan mengacu kepada Rencana
Strategis Kementerian/Lembaga (Renstra K/L). Rencana strategis bisnis merupakan istilah
yang pengertiannya sama dengan Renstra bagi instansi pemerintah. Oleh karena itu
penyusunan rencana strategis bisnis berpedoman pada Instruksi Presiden Nomor 7 Tahun
1999 tentang Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah.

Sesuai dengan Inpres tersebut, rencana strategis mengandung visi, misi, tujuan/sasaran, dan
program yang realistis dan mengantisipasi masa depan yang diinginkan dan dapat dicapai.

Penyusunan Rencana Bisnis dan Anggaran

Rencana Bisnis dan Anggaran (RBA) BLU memuat antara lain:

1. Kondisi kinerja BLU tahun berjalan;


2. Asumsi makro dan mikro;
3. Target kinerja (output yang terukur);
4. Analisis dan perkiraan biaya per output dan agregat;
5. Perkiraan harga dan anggaran;
6. Prognosa laporan keuangan.

Perencanaan dan penganggaran BLU pada prinsipnya tidak berbeda dengan perencanaan dan
penganggaran pada kementerian/lembaga.

Pengintegrasian Rencana Bisnis dan Anggaran dalam RKA-K/L

RKA-K/L sebagai dokumen usulan anggaran (budget request) memuat sasaran terukur yang
penyusunannya dilakukan secara berjenjang dari tingkat kantor/satuan kerja ke tingkat yang
lebih tinggi (bottom-up) untuk melaksanakan penugasan dari menteri/pimpinan lembaga (top
down). Dengan demikian dalam menyusun suatu Rencana Kerja dan Anggaran BLU harus
menerapkan anggaran berbasis kinerja.

BLU sebagai satuan kerja merupakan bagian dari kementerian negara/lembaga. Oleh karena
itu pengintegrasian RBA BLU ke dalam RKA-K/L dilakukan oleh kementerian
negara/lembaga bersangkutan. Tata cara pengintegrasian RBA kedalam RKA-K/L
berpedoman pada ketentuan dalam Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 2004 tentang
Penyusunan Rencana Kerja dan Anggaran Kementerian Negara/Lembaga.

Pelaksanaan Anggaran

Dokumen Pelaksanaan Anggaran

Setelah RKA-KL dan Undang-undang APBN disahkan, pimpinan BLU menyesuaikan usulan
Rencana Bisnis dan Anggaran (RBA) menjadi RBA Definitif. RBA definitif digunakan
sebagai acuan dalam menyusun DIPA BLU untuk diajukan dan mendapat pengesahan
Menteri Keuangan c.q. Direktur Jenderal Perbendaharaan.

DIPA BLU sekurang-kurangnya memuat:

1. seluruh pendapatan dan belanja BLU;


2. proyeksi arus kas;
3. jumlah dan kualitas barang dan/atau jasa yang dihasilkan;
4. rencana penarikan dana yang bersumber dari APBN;
5. besaran persentase ambang batas sebagaimana ditetapkan dalam RBA definitif.

Dalam hal DIPA BLU belum disahkan oleh Menteri Keuangan, BLU dapat melakukan
pengeluaran paling tinggi sebesar angka dokumen pelaksanaan anggaran tahun lalu.

DIPA BLU yang telah disahkan oleh Menteri Keuangan menjadi lampiran dari contractual
performance agreement yang ditandatangani oleh menteri/pimpinan lembaga dengan
pimpinan BLU yang bersangkutan dan sekaligus menjadi dasar penarikan dana.

Pengelolaan PNBP

Pengelolaan PNBP pada BLU mengikuti pedoman sebagai berikut.

1. Penggunaan PNBP
1. Pada BLU Penuh
Satuan kerja berstatus BLU Penuh diberikan fleksibilitas pengelolaan
keuangan, antara lain dapat langsung menggunakan seluruh PNBP dari
pendapatan operasional dan nonopersaional, di luar dana yang yang bersumber
dari APBN, sesuai RBA tanpa terlebih dahulu disetorkan ke Rekening Kas
Negara. Apabila PNBP melebihi target yang ditetapkan dalam RBA tetapi
masih dalam ambang batas fleksibilitas, kelebihan tersebut dapat digunakan
langsung mendahului pengesahan revisi DIPA. Terhadap kelebihan PNBP
yang melampaui ambang batas fleksibilitas, dapat digunakan dalam tahun
berjalan setelah mendapat persetujuan Menteri Keuangan c.q. Dirjen
Perbendaharaan atau menjadi saldo awal tahun berikutnya.
2. Pada BLU Bertahap
Satker berstatus BLU Bertahap dapat menggunakan PNBP sebesar persentase
yang telah ditetapkan. Sedangkan PNBP yang dapat digunakan langsung
adalah sebesar persentase yang ditetapkan dalam Keputusan Menteri
Keuangan tentang penetapan satker yang menerapkan PK-BLU yang
bersangkutan.
Satker berstatus BLU Bertahap menyetor penerimaan PNBP yang tidak
digunakan langsung ke Rekening Kas Negara secepatnya. PNBP yang telah
disetor dapat dipergunakan kembali sebesar selisih antara PNBP yang dapat
digunakan dengan PNBP yang telah digunakan langsung.
2. Pertanggungjawaban Pengunaan PNBP oleh BLU
Satker BLU mempertanggungjawabkan pengggunaan PNBP secara langsung dengan
menyampaikan SPM Pengesahan kepada KPPN setiap triwulan selambat-lambatnya
tanggal 10 setelah akhir triwulan yang bersangkutan dengan dilampiri Surat
Pernyataan Tanggung Jawab (SPTJ) yang ditandatangani oleh pimpinan BLU.
Berdasarkan SPM pengesahan tersebut, KPPN menerbitkan SP2D sebagai
pengesahan penggunaan dana PNBP.
Pertanggungjawaban penggunaan dana PNBP selain yang digunakan langsung oleh
satker yang berstatus BLU Bertahap menggunakan mekanisme pertanggungjawaban
PNBP sebagaimana diatur dalam ketentuan perundangan yang berlaku
(mengakomodasi perubahan Peraturan Dirjen Perbendaharaan Nomor PER-
66/PB/2005).

Revisi Anggaran

DIPA BLU ataupun RBA Definitif apabila diperlukan dapat direvisi. Perubahan/revisi
terhadap DIPA BLU atau RBA Definitif dapat dilakukan jika:

1. Terdapat perubahan/pergeseran program atau kegiatan BLU;


2. Terdapat penambahan atau pengurangan pagu anggaran yang berasal dari APBN;
3. Belanja BLU melampaui ambang batas fleksibilitas;
4. Belanja BLU sampai dengan ambang batas fleksibilitas.

Tata cara perubahan/revisi yang berhubungan dengan penganggaran dan perubahan program
dan/atau kegiatan BLU berpedoman kepada Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 2004
atau Peraturan Menteri Keuangan (Nomor ?) tentang Mekanisme Revisi DIPA Kementerian
Negara/Lembaga dan RBA serta pelaksanaan anggaran BLU.
Perubahan/revisi sebagaimana dimaksud pada angka 4 dapat dilakukan setelah belanja
dilaksanakan. Perubahan tersebut dapat dilaksanakan sebelum akhir tahun anggaran dalam
bentuk pengesahan oleh Direktur Jenderal Perbendaharaan.

Surplus dan Defisit BLU

Surplus anggaran BLU adalah selisih lebih antara pendapatan dengan belanja BLU yang
dihitung berdasarkan laporan keuangan operasional berbasis akrual pada suatu periode
anggaran. Estimasi surplus dalam tahun anggaran berjalan diperhitungkan dalam RBA tahun
anggaran berikut untuk disetujui penggunaannya.

Surplus anggaran BLU dapat digunakan dalam tahun anggaran berikutnya kecuali atas
perintah Menteri Keuangan, disetorkan sebagian atau seluruhnya ke rekening kas umum
negara dengan mempertimbangkan posisi likuiditas BLU.

Defisit anggaran BLU adalah selisih kurang antara pendapatan dengan belanja BLU yang
dihitung berdasarkan laporan keuangan operasional berbasis akrual pada suatu periode
anggaran.

Defisit anggaran BLU dapat diajukan pembiayaannya dalam tahun anggaran berikutnya
kepada Menteri Keuangan melalui Menteri/Pimpinan Lembaga. Menteri Keuangan dapat
mengajukan anggaran untuk menutup defisit pelaksanaan anggaran BLU dalam APBN tahun
anggaran berikutnya.

Pengelolaan Keuangan dan Barang

Pengelolaan Kas

Pengelolaan kas BLU dilakukan berdasarkan praktek bisnis yang sehat. Dalam melaksanakan
pengelolaan kas, BLU menyelenggarakan hal-hal sebagai berikut :

1. Perencanaan penerimaan dan pengeluaran kas;


2. Pemungutan pendapatan atau tagihan;
3. Penyimpanan kas dan mengelola rekening bank;
4. Pembayaran;
5. Perolehan sumber dana untuk menutup defisit jangka pendek; dan
6. Pemanfaatan surplus kas jangka pendek untuk memperoleh pendapatan tambahan.

Pengelolaan kas BLU dapat dilakukan melalui:

1. Penarikan dana yang bersumber dari APBN dengan menerbitkan SPM;


2. Pembukaan Rekening Bank BLU oleh pimpinan BLU, sesuai dengan ketentuan yang
berlaku kecuali dalam rangka cash management;
3. Investasi jangka pendek dalam rangka cash management (jika terjadi surplus kas)
pada instrumen keuangan dengan resiko rendah.

Pengelolaan Piutang

Dalam pengelolaan keuangan, BLU dapat memberikan piutang terkait dengan kegiatannya,
yang dikelola secara tertib, efisien, ekonomis, transparan, dan bertanggung jawab serta dapat
memberikan nilai tambah, sesuai dengan praktek bisnis yang sehat dan ketentuan perundang-
undangan yang berlaku.

Piutang BLU dapat dihapus secara mutlak atau bersyarat oleh pejabat berwenang, yang
nilainya ditetapkan secara berjenjang. Kewenangan penghapusan piutang secara berjenjang
ditetapkan dengan Peraturan Menteri Keuangan dengan memperhatikan ketentuan peraturan
perundang-undangan.

Pengelolaan Utang

Dalam kegiatan operasional dengan pihak lain, BLU dapat memiliki utang yang dikelola
secara tertib, efisien, ekonomis, transparan, dan bertanggung jawab, sesuai dengan praktek
bisnis yang sehat. Pembayaran utang BLU pada prinsipnya menjadi tanggung jawab BLU.

Pengelolaan utang harus sesuai dengan peruntukannya, utang jangka pendek ditujukan hanya
untuk belanja operasional, sedangkan utang jangka panjang hanya untuk belanja modal.

Hak tagih atas utang BLU kadaluarsa setelah lima tahun sejak utang tersebut jatuh tempo,
kecuali ditetapkan lain oleh UU.

Perikatan peminjaman/utang dilakukan sesuai dengan jenjang kewenangan yang diatur oleh
Menteri Keuangan.

Pengelolaan Investasi

BLU tidak dapat melakukan investasi jangka panjang, kecuali atas persetujuan Menteri
Keuangan. Investasi jangka panjang yang dimaksud antara lain adalah penyertaan modal,
pemilikan obligasi untuk masa jangka panjang, atau investasi langsung (pendirian
perusahaan). Jika BLU mendirikan/membeli badan usaha yang berbadan hukum, kepemilikan
badan usaha tersebut ada pada Menteri Keuangan. Keuntungan yang diperoleh dari investasi
jangka panjang merupakan pendapatan BLU.

Pengelolaan Barang

Pengadaan barang dan jasa pada BLU secara khusus diatur dalam Peraturan Menteri
Keuangan Nomor 8/PMK.02/2006, antara lain sebagai berikut:

1. Pelaksanaan pengadaan barang/jasa pada BLU harus dilakukan berdasarkan prinsip


efisiensi dan ekonomis, sesuai dengan praktek bisnis yang sehat.
2. BLU Penuh dapat diberikan fleksibilitas berupa pembebasan sebagian atau seluruhnya
dari ketentuan pengadaan barang dan jasa pemerintah (Keppres 80/2003) bila terdapat
alasan efektivitas dan/atau efisiensi. Fleksibilitas sebagaimana dimaksud diberikan
terhadap pengadaan barang/jasa yang sumber dananya berasal dari:
1. jasa layanan yang diberikan kepada masyarakat;
2. hibah tidak terikat yang diperoleh dari masyarakat atau badan lain; dan/atau
3. hasil kerjasama BLU dengan pihak lain dan/atau hasil usaha lainnya.

Pengadaan barang/jasa tersebut dilaksanakan berdasarkan ketentuan pengadaan barang/jasa


yang ditetapkan oleh Pemimpin BLU dengan mengikuti prinsip-prinsip transparansi,
adil/tidak diskriminatif, akuntabilitas, dan praktek bisnis yang sehat.
1. Untuk pengadaan barang/jasa yang sumber dananya berasal dari hibah terikat dapat
dilakukan dengan mengikuti ketentuan pengadaan dari pemberi hibah, atau mengikuti
ketentuan pengadaan barang/jasa yang berlaku bagi BLU sepanjang disetujui oleh
pemberi hibah.
2. Dalam penetapan penyedia barang/jasa, Panitia Pengadaan terlebih dahulu harus
memperoleh persetujuan tertulis dari :
1. Pemimpin BLU untuk pengadaan barang/jasa yang bernilai di atas Rp.
50.000.000.000,00 (lima puluh miliar rupiah); atau
2. Pejabat lain yang ditunjuk oleh Pemimpin BLU untuk pengadaan yang bernilai
sampai dengan Rp. 50.000.000.000,00 (lima puluh miliar rupiah).
3. Penunjukan pejabat lain sebagaimana dimaksud pada huruf d 2) dengan melibatkan
semua unsur Pejabat Pengelola BLU dan harus memperhatikan prinsip-prinsip:

1. objektivitas, yaitu penunjukan yang didasarkan pada aspek integritas moral,


kecakapan pengetahuan mengenai proses dan prosedur pengadaan barang/jasa,
tanggung jawab untuk mencapai sasaran kelancaran dan ketepatan tercapainya
tujuan pengadaan barang/jasa;
2. independensi, yaitu menghindari dan mencegah terjadinya pertentangan
kepentingan dengan pihak terkait dalam melaksanakan penunjukan pejabat
lain, langsung maupun tidak langsung; dan
3. saling uji (cross check), yaitu berusaha memperoleh informasi dari sumber
yang berkompeten, dapat dipercaya, dan dapat dipertanggungjawabkan untuk
mendapatkan keyakinan yang memadai dalam melaksanakan penunjukan
pejabat lain.

Pengelolaan aset BLU

1. Barang inventaris BLU dapat dihapuskan dan/atau dialihkan kepada pihak lain dengan
cara dijual, dipertukarkan, atau dihibahkan, berdasarkan pertimbangan ekonomis dan
dilaporkan secara berkala kepada menteri/pimpinan lembaga;
2. BLU tidak dapat mengalihkan dan/atau menghapus aset tetap, kecuali atas persetujuan
pejabat yang berwenang sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
3. Penerimaan hasil penjualan barang inventaris/aset tetap merupakan pendapatan BLU;
4. Penggunaan aset tetap untuk kegiatan yang tidak terkait langsung dengan tugas pokok
dan fungsi BLU harus mendapat persetujuan pejabat Pengelola Barang (Menteri
Keuangan) sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku;
5. Tanah dan bangunan disertifikatkan atas nama kementerian/lembaga terkait;
6. Tanah dan bangunan yang tidak digunakan untuk penyelenggaraan tugas pokok dan
fungsi BLU, dapat dialihgunakan oleh menteri/pimpinan lembaga terkait dengan
persetujuan Menteri Keuangan.

Kerjasama Operasional

Dengan pertimbangan bahwa barang modal membutuhkan dana yang besar, sedangkan
kemampuan BLU yang terbatas dan alokasi dana APBN tidak dapat diperoleh segera,
sementara kebutuhan tidak dapat ditunda lagi, maka cara yang paling memungkinkan adalah
dengan melakukan kerja sama operasional (KSO) dengan pihak lain berdasarkan
pertimbangan efisiensi dan ekonomi. KSO dapat dilakukan antara lain dengan cara:
1. Buy-Build-Operate (BBO) adalah suatu fasilitas publik yang ada dipindahtangankan
ke pihak swasta untuk dilakukan renovasi dan dioperasikan selama suatu periode
tertentu atau sampai biaya renovasi tertutup dengan suatu tingkat keuntungan tertentu,
tetapi kepemilikan berada di tangan pihak swasta. Bentuk kerja sama mengijinkan
pihak pemerintah untuk mengawasi terhadap keamanan, dampak lingkungan, harga,
serta mutu layanan kepada masyarakat.
2. Built-Transfer-Operate (BTO) suatu praktek kerja sama di mana pihak swasta
mendanai dan membangun fasilitas dan selanjutnya memindahtangankan kepada
instansi pemerintah pada saat selesai pembangunannya. Selanjutnya pihak swasta
mengoperasikannya untuk suatu periode waktu tertentu sesuai dengan perjanjian.
3. Built-Operate-Transfer (BOT) adalah praktek kerja sama di mana pihak swasta
mendanai, membangun, memiliki, dan mengoperasikan suatu fasilitas untuk suatu
periode waktu tertentu atau sampai kembalinya dana investasi dengan tingkat
keuntungan tertentu. Setelah itu barulah fasilitas ini diserahkan kepada instansi
pemerintah.
4. Build-Own-Operate (BOO), dalam hal ini pihak swasta mendanai, membangun, dan
mengoperasikan suatu fasilitas, dengan memperoleh insentif untuk melakukan
investasi lebih lanjut namun pihak pemerintah mengatur harga dan kualitas layanan.
Model ini banyak dipakai untuk menyediakan fasilitas baru yang dapat diantisipasi
bawa permintaan pasar akan selalu ada.

Penyelesaian Kerugian

Setiap kerugian negara pada BLU yang disebabkan oleh tindakan melanggar hukum atau
kelalaian seseorang diselesaikan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan
mengenai penyelesaian kerugian negara.

Bendahara, pegawai negeri bukan bendahara, atau pejabat lain yang karena perbuatannya
melanggar hukum atau melalaikan kewajiban yang dibebankan kepadanya secara langsung
merugikan keuangan negara, wajib mengganti kerugian tersebut.

Setiap pimpinan kementerian negara/lembaga dapat segera melakukan tuntutan ganti rugi,
setelah mengetahui bahwa dalam kementerian negara/lembaga yang bersangkutan terjadi
kerugian akibat perbuatan dari pihak manapun.

Akuntansi, Pelaporan dan Pertanggungjawaban

Akuntansi

BLU menyelenggarakan akuntansi sesuai dengan standar akuntansi keuangan yang


diterbitkan oleh asosiasi profesi akuntan Indonesia, jika tidak ada standar akuntansi BLU
yang bersangkutan dapat menerapkan standar akuntansi industri yang spesifik setelah
mendapat persetujuan Menteri Keuangan.

BLU mengembangkan dan menerapkan sistem akuntansi dengan mengacu pada standar
akuntansi yang berlaku sesuai dengan jenis layanannya dan ditetapkan oleh menteri/pimpinan
lembaga.

Pelaporan
BLU menyampaikan laporan keuangan setiap triwulan kepada menteri/pimpinan lembaga
berupa Laporan Realisasi Anggaran, Laporan Arus Kas, dan Catatan atas Laporan Keuangan
dan Laporan keuangan yang lengkap (termasuk neraca dan ikhtisar laporan keuangan) pada
setiap semester dan tahunan. Laporan-laporan tersebut disampaikan paling lambat satu bulan
setelah periode pelaporan berakhir. Laporan keuangan unit-unit usaha yang diselenggarakan
dikonsolidasikan oleh BLU dan menjadi lampiran laporan keuangan BLU.

Laporan keuangan BLU dikonsolidasikan dengan laporan keuangan kementerian/lembaga


sesuai standar akuntansi pemerintahan dan diaudit oleh pemeriksa ekstern sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.

Pertanggungjawaban

Menteri/pimpinan lembaga bertanggung jawab atas keberhasilan pencapaian sasaran program


berupa hasil (political accountability), sedangkan pimpinan BLU bertanggung jawab atas
keberhasilan pencapaian sasaran kegiatan berupa keluaran (operational accountability) dan
terhadap kinerja BLU sesuai dengan tolok ukur yang ditetapkan dalam RBA.

Pembinaan, Pengawasan dan Pemeriksaan

Pembinaan

Pembinaan teknis BLU dilakukan oleh menteri/pimpinan lembaga, sedangkan pembinaan di


bidang keuangan dilakukan oleh Menteri Keuangan.

Pengawasan

Dalam rangka pelaksanaan pembinaan BLU dapat dibentuk dewan pengawas. Pembentukan
dewan pengawas hanya berlaku pada BLU yang memiliki realisasi nilai omzet tahunan
(menurut laporan realisasi anggaran) atau nilai aset (menurut neraca) memenuhi syarat
minimum yang ditetapkan oleh Menteri Keuangan.

Pengertian dan Tugas Dewan Pengawas

Dewan pengawas BLU bertugas melakukan pengawasan terhadap pengurusan BLU oleh
Pejabat Pengelola BLU mengenai pelaksanaan Rencana Bisnis dan Anggaran, Rencana
Strategis Bisnis Jangka Panjang, dan ketaatan terhadap ketentuan peraturan perundang-
undangan yang berlaku. Dewan pengawas BLU di lingkungan Pemerintah Pusat
berkewajiban:

1. memberikan pendapat dan saran kepada menteri/pimpinan lembaga dan Menteri


Keuangan mengenai Rencana Bisnis dan Anggaran yang diusulkan oleh Pejabat
Pengelola BLU;
2. mengikuti perkembangan kegiatan BLU, memberikan pendapat dan saran kepada
menteri/pimpinan lembaga dan Menteri Keuangan mengenai setiap masalah yang
dianggap penting bagi pengurusan BLU;
3. melaporkan kepada menteri/pimpinan lembaga dan Menteri Keuangan apabila terjadi
gejala menurunnya kinerja BLU; dan
4. memberikan nasihat kepada Pejabat Pengelola BLU dalam melaksanakan pengurusan
BLU.
Dewan pengawas melaporkan pelaksanaan tugasnya kepada menteri/pimpinan lembaga dan
Menteri Keuangan secara berkala sekurang-kurangnya satu kali dalam satu semester dan
sewaktu-waktu apabila diperlukan.

Pembentukan dan Pengangkatan Dewan Pengawas

Pembentukan dewan pengawas berlaku hanya pada BLU yang memiliki :

1. realisasi nilai omzet tahunan menurut laporan realisasi anggaran tahun terakhir,
minimum sebesar Rp15.000.000.000; atau
2. nilai aset menurut neraca, minimum sebesar Rp75.000.000.000.

Dewan Pengawas untuk BLU di lingkungan pemerintah pusat dibentuk dengan keputusan
menteri/pimpinan lembaga atas persetujuan Menteri Keuangan. Anggota Dewan Pengawas
terdiri dari unsur-unsur pejabat dari kementerian /lembaga, kementerian keuangan, serta
tenaga ahli yang sesuai dengan kegiatan BLU.

Masa jabatan anggota Dewan Pengawas ditetapkan selama lima tahun dan dapat diangkat
kembali untuk satu kali masa jabatan berikutnya. Pengangkatan anggota Dewan Pengawas
tidak bersamaan waktunya dengan pengangkatan pejabat pengelola BLU, kecuali
pengangkatan untuk pertama kali pada waktu pembentukan BLU.

Persyaratan Jumlah Keanggotaan Dewan Pengawas

 Jumlah anggota dewan pengawas ditetapkan sebanyak 3 (tiga) orang untuk BLU yang
memiliki :
o realisasi nilai omzet tahunan menurut laporan realisasi anggaran sebesar
Rp15.000.000.000,- (lima belas miliar rupiah) sampai dengan
Rp30.000.000.000,- (tiga puluh miliar rupiah); dan/atau
o nilai aset menurut neraca sebesar Rp 75.000.000.000,- (tujuh puluh lima miliar
rupiah) sampai dengan Rp 200.000.000.000,- (dua ratus miliar rupiah).
 Jumlah anggota dewan pengawas dapat ditetapkan sebanyak 3 (tiga) orang atau 5
(lima) orang untuk BLU yang memiliki :
o realisasi nilai omzet tahunan menurut laporan realisasi anggaran lebih besar
dari Rp 30.000.000.000,- (tiga puluh miliar rupiah); dan/atau
o nilai aset menurut neraca lebih besar dari Rp 200.000.000.000,- (dua ratus
miliar rupiah).

Jumlah Dewas Nilai Omset (LRA) Nilai Aset (Neraca)


3 orang Rp15 miliar s.d. Rp30 miliar Rp75 miliar s.d. Rp200 miliar
3 – 5 orang Di atas Rp30 miliar Di atas Rp200 miliar

 Yang dapat diangkat menjadi anggota Dewan Pengawas adalah orang perseorangan
dengan ketentuan:
o memiliki integritas, dedikasi, dan memahami masalah-masalah yang berkaitan
dengan kegiatan BLU, serta dapat menyediakan waktu yang cukup untuk
melaksanakan tugasnya; dan
o mampu melaksanakan perbuatan hukum dan tidak pernah dinyatakan pailit
atau tidak pernah menjadi anggota direksi atau komisaris atau dewan
pengawas yang dinyatakan bersalah sehingga menyebabkan suatu badan usaha
pailit, atau orang yang tidak pernah dihukum karena melakukan tindak pidana
yang merugikan keuangan negara.

Pemberhentian

Anggota Dewan Pengawas diberhentikan setelah masa jabatannya berakhir oleh


menteri/pimpinan lembaga.

Anggota Dewan Pengawas dapat diberhentikan sebelum habis masa jabatannya oleh
menteri/pimpinan lembaga atas persetujuan Menteri Keuangan, apabila terbukti:

1. tidak melaksanakan tugasnya dengan baik;


2. tidak melaksanakan ketentuan perundang-undangan;
3. terlibat dalam tindakan yang merugikan BLU;
4. dipidana penjara karena dipersalahkan melakukan perbuatan pidana kejahatan
dan/atau kesalahan yang berkaitan dengan tugasnya melaksanakan pengawasan atas
BLU; atau
5. berhalangan tetap.

Pemeriksaan

Pemeriksaan intern BLU dilaksanakan oleh satuan pemeriksaan intern (SPI) yang merupakan
unit kerja dan berkedudukan langsung di bawah pemimpin BLU, sedangkan pemeriksaan
ekstern dilaksanakan oleh lembaga pemeriksa ekstern sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.

BLU Daerah

BLU Daerah adalah Satuan Kerja Perangkat Daerah di lingkungan pemerintah daerah yang
dibentuk untuk memberikan pelayanan kepada masyarakat dengan prinsip usaha seperti BLU
Pusat, yaitu tanpa mengutamakan mencari keuntungan dan dalam melakukan kegiatannya
didasarkan pada prinsip efisiensi dan produktivitas.

Pola Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum Daerah (PPK-BLUD) adalah pola
pengelolaan keuangan yang memberikan fleksibilitas berupa keleluasaan untuk menerapkan
praktik-praktik bisnis yang sehat untuk meningkatkan pelayanan kepada masyarakat dalam
rangka memajukan kesejahteraan umum dan mencerdaskan kehidupan bangsa.

Anda mungkin juga menyukai

  • Surat Lamaran Dan Suarat Pernyataan
    Surat Lamaran Dan Suarat Pernyataan
    Dokumen2 halaman
    Surat Lamaran Dan Suarat Pernyataan
    Refhy Makawimbang
    100% (1)
  • Tenaga Ahli Fix
    Tenaga Ahli Fix
    Dokumen10 halaman
    Tenaga Ahli Fix
    Rickhard Makawimbang
    Belum ada peringkat
  • Magang
    Magang
    Dokumen18 halaman
    Magang
    Rickhard Makawimbang
    Belum ada peringkat
  • Bimtek Penyusunan Laporan Keuangan Blud
    Bimtek Penyusunan Laporan Keuangan Blud
    Dokumen2 halaman
    Bimtek Penyusunan Laporan Keuangan Blud
    Rickhard Makawimbang
    Belum ada peringkat
  • SKD-SEHAT
    SKD-SEHAT
    Dokumen2 halaman
    SKD-SEHAT
    Refhy Makawimbang
    Belum ada peringkat
  • Banten
    Banten
    Dokumen1 halaman
    Banten
    rickhard williams
    Belum ada peringkat
  • Uraian Tugas
    Uraian Tugas
    Dokumen1 halaman
    Uraian Tugas
    rickhard williams
    Belum ada peringkat
  • Sprint
    Sprint
    Dokumen11 halaman
    Sprint
    Rickhard Makawimbang
    Belum ada peringkat
  • SURAT KUASA
    SURAT KUASA
    Dokumen2 halaman
    SURAT KUASA
    Rickhard Makawimbang
    Belum ada peringkat
  • Kebersihan Toilet
    Kebersihan Toilet
    Dokumen1 halaman
    Kebersihan Toilet
    Rickhard Makawimbang
    Belum ada peringkat
  • Reno Vasi
    Reno Vasi
    Dokumen1 halaman
    Reno Vasi
    Rickhard Makawimbang
    Belum ada peringkat
  • Reno Vasi
    Reno Vasi
    Dokumen1 halaman
    Reno Vasi
    Rickhard Makawimbang
    Belum ada peringkat
  • Hasil Ujian
    Hasil Ujian
    Dokumen7 halaman
    Hasil Ujian
    Rickhard Makawimbang
    Belum ada peringkat
  • PDF Metadata 20162371
    PDF Metadata 20162371
    Dokumen1 halaman
    PDF Metadata 20162371
    Rickhard Makawimbang
    Belum ada peringkat
  • PEMBANDINGAN PECAHAN
    PEMBANDINGAN PECAHAN
    Dokumen32 halaman
    PEMBANDINGAN PECAHAN
    Rickhard Makawimbang
    Belum ada peringkat
  • PEMBANDINGAN PECAHAN
    PEMBANDINGAN PECAHAN
    Dokumen32 halaman
    PEMBANDINGAN PECAHAN
    Rickhard Makawimbang
    Belum ada peringkat
  • PeranPartaiPolitik
    PeranPartaiPolitik
    Dokumen46 halaman
    PeranPartaiPolitik
    Rickhard Makawimbang
    Belum ada peringkat