Anda di halaman 1dari 3

K.

H ZAENAL MUSTAFA

SECARA PANJANG

K.H. Zaenal Mustafa lahir di Bageur, Cimerah, Singaparna, Tasikmalaya, 1899 dan meninggal di
Jakarta, 28 Maret 1944.Beliau merintis pendidikan pondok pesantren pada 1927 dengan nama
Sukamanah. Beliau adalah salah satu pahlawan nasional Indonesia. Zaenal Mustafa adalah
pemimpin sebuah pesantren di Tasikmalaya dan pejuang Islam pertama dari Jawa Barat yang
mengadakan pemberontakan terhadap pemerintahan Jepang.Nama kecilnya Hudaeni. Lahir dari
keluarga petani berkecukupan, putra pasangan Nawapi dan Ny. Ratmah, di kampung Bageur, Desa
Cimerah, Kecamatan Singaparna (kini termasuk wilayah Desa Sukarapih Kecamatan Sukarame)
Kabupaten Tasikmalaya (ada yang menyebut ia lahir tahun 1901 dan Ensiklopedia Islam
menyebutnya tahun 1907, sementara tahun yang tertera di atas diperoleh dari catatan Nina Herlina
Lubis, Ketua Masyarakat Sejarawan Indonesia Cabang Jawa Barat). Namanya menjadi Zaenal
Mustofa setelah ia menunaikan ibadah haji pada tahun 1927.

Sejak tahun 1940, KH.Zaenal Mustofa secara terang-terangan mengadakan kegiatan yang
membangkitkan semangat kebangsaan dan sikap perlawanan terhadap pendudukan penjajah.Ia
selalu menyerang kebijakan politik kolonial Belanda yang kerap disampaikannya dalam ceramah dan
khutbah-khutbahnya. Atas perbuatannya ini, ia selalu mendapat peringatan, dan bahkan, tak jarang
diturunkan paksa dari mimbar oleh kiai yang pro Belanda.

Setelah Perang Dunia II, tepatnya pada 17 November 1941, KH. Zaenal Mustofa bersama KH.Ruhiat
(dari Pesantren Cipasung), Haji Syirod, dan Hambali Syafei ditangkap Belanda dengan tuduhan telah
menghasut rakyat untuk memberontak terhadap pemerintah Hindia Belanda.Mereka ditahan di
Penjara Tasikmalaya dan sehari kemudian dipindahkan ke penjara Sukamiskin Bandung, dan baru
bebas 10 Januari 1942.

Kendati sudah pernah ditahan, aktivitas perlawanannya terhadap penjajah tidak surut. Akhir
Februari 1942, KH. Zaenal Mustofa bersama Kiai Rukhiyat kembali ditangkap dan dimasukkan ke
penjara Ciamis. Kedua ulama ini menghadapi tuduhan yang sama dengan penangkapannya yang
pertama. Hingga pada waktu Belanda menyerah kepada Jepang, ia masih mendekam di penjara.

K.H Zaenal Mustafa tidak pernah merubah sikap dan pandangan nya. Bahkan kebencian nya
semakin memuncak saat Ia menyaksikan kezaliman penjajah. Ia tidak tahan lagi membiarkan
penindasan dan pemerasan terhadap rakyat, serta pemaksaan terhadap agama yakni adanya
upacara “Seikerei” (menyembah terhadap Tenno Heika Kaisar Jepang).

Pada tanggal 8 Maret 1942 kekuasaan Hindia Belanda berakhir dan Indonesia diduduki Pemerintah
Militer Jepang.Oleh penjajah yang baru ini, KH. Zaenal Mustofa dibebaskan dari penjara, dengan
harapan ia akan mau membantu Jepang dalam mewujudkan ambisi fasisnya, yaitu menciptakan
Lingkungan Kemakmuran Bersama Asia Timur Raya. Akan tetapi, apa yang menjadi harapan Jepang
tidak pernah terwujud karena KH. Zaenal Mustofa dengan tegas menolaknya.Dalam pidato
singkatnya, pada upacara penyambutan kembali di Pesantren, ia memperingatkan para pengikut dan
santrinya agar tetap percaya pada diri sendiri dan tidak mudah termakan oleh propaganda asing.Ia
malah memperingatkan bahwa fasisme Jepang itu lebih berbahaya dari imperialisme Belanda.
Dengan semangat jihad membela kebenaran agama dan memperjuangkan bangsa, KH. Zaenal
Mustofa merencanakan akan mengadakan perlawanan terhadap Jepang pada tanggal 25
Februari 1944 (1 Maulud 1363 H). Mula-mula ia akan menculik para
pembesar Jepang di Tasikmalaya, kemudian melakukan sabotase, memutuskan kawat-kawat
telepon sehingga militer Jepang tidak dapat berkomunikasi, dan terakhir, membebaskan
tahanan-tahanan politik. Untuk melaksanakan rencana ini, KH. Zaenal Mustofa meminta para
santrinya mempersiapkan persenjataan berupa bambu runcing dan golok yang terbuat dari
bambu, serta berlatih pencak silat.Kiai juga memberikan latihan spiritual (tarekat) seperti
mengurangi makan, tidur, dan membaca wirid-wirid untuk mendekatkan diri kepada Allah Swt.

sehari setelah peristiwa itu, antara 700-900 orang ditangkap dan dimasukkan ke dalam penjara di
Tasikmalaya. Sementara itu, KH.Zaenal Mustofa sempat memberi instruksi secara rahasia kepada
para santri dan seluruh pengikutnya yang ditahan agar tidak mengaku terlibat dalam pertempuran
melawan Jepang, termasuk dalam kematian para opsir Jepang, dan pertanggungjawaban tentang
pemberontakan Singaparna dipikul sepenuhnya oleh KH. Zaenal Mustofa. Akibatnya, sebanyak 23
orang yang dianggap bersalah, termasuk KH.Zaenal Mustofa sendiri, dibawa ke Jakarta untuk
diadili.Namun mereka hilang tak tentu rimbanya.

PANG SUMA

SECARA PANJANG

Pang Suma adalah seorang tokoh pejuang kemerdekaan Indonesia yang bergerilya di Kalimantan
Barat. Pang Suma dikenal sebagai pejuang melawan penjajah Jepang. Hingga kini, tokoh pahlawan
yang bernama Pangsuma, belum ada satu pun yang mengetahui di mana dan kapan ia lahir. Namun
menurut penuturan cucu pengawal Pangsuma, Sera, atau lebih dikenal dengan Pang Ronda,
menuturkan bahwa Pangsuma berasal dari dusun di Kecamatan Meliau bernama Nek Bindang.
Pangsuma merupakan nama panggilan, dalam Bahasa Meliau merupakan penggabungan dua suku
kata yakni Pang berarti bapak dan Suma adalah nama anaknya.

Pangsuma berjuang membebaskan Meliau dari penjajah Jepang, walaupun mati di tangan teman
seperguruannya yang berkhianat karena bergabung bersama Jepang. Pang Ronda mengungkapkan
cerita ini dari orang tua dan kakeknya, bahwa perjuangan Pangsuma memang benar-benar gigih.

Pangsuma saat menginjak dewasa, sama dengan masyarakat lainnya berada di bawah kekuasaan
Jepang yang mengharuskan para kaum laki-laki harus bekerja untuk Jepang (budak) membawa
batang kayu berukuran besar dan pada saat itu banyak rakyat yang sering dipukul serta perlakuan
lainnya yang tidak manusiawi bila tidak bekerja secara maksimal.

Latar belakang itulah, Pangsuma melawan ketidakadilan muncul dari hati dan mendapat dukungan
dari rakyat."Kita bekerja mati-matian untuk Jepang dan kita nanti mati juga untuk Jepang, daripada
kita mati untuk mereka kenapa kita tidak membunuh Jepang," tutur Pang Ronda menirukan cerita
kakeknya.

Rasa ingin membebaskan dari belenggu penjajah saat itu hanya dengan berbekal keberanian dan
sebilah Sabur (sejenis mandau/parang panjang), Pangsuma berhasil membunuh pimpinan Jepang di
tiga lokasi yakni Sekucing Balai Bekuak perbatasan Kabupaten Ketapang dan Kecamatan Meliau
Kabupaten Sanggau, kedua di Desa Kunyil Kecamatan Meliau dan ketiga di pusat Kota Meliau sendiri
yang merupakan basisnya Jepang.

Konon menurut cerita, seseorang dapat dikatakan jago atau pahlawan bila dapat membunuh musuh
paling banyak serta membawa pulang kepalanya sebagai bukti.Karena di rasa Pangsuma merupakan
satu sosok yang dapat membahayakan bagi Jepang, maka Jepang membayar teman seperguruan
Pangsuma (pengkhianat) untuk membunuh Pangsuma, yakni ditembak dengan buntat kuali.

Pangsuma ditembak bersama adiknya, sang adik selamat namun Pangsuma meninggal dunia di
bawah jembatan, yang saat ini berlokasi disebelah dermaga Meliau dan tidak jauh dari tempat itulah
Pangsuma dimakamkan. Kini berdiri sebuah tugu yang diberi nama Tugu Pangsuma.

Anda mungkin juga menyukai