Masalah lingkungan erat sekali hubungannya dengan dunia kesehatan, untuk mencapai kondisi masyarakat yang sehat diperlukan lingkungan yang baik pula. Dalam hal ini rumah sakit sebagai sarana kesehatan harus pula memperhatikan keterkaitan tersebut. Rumah Sakit adalah sarana upaya kesehatan yang menyelenggarakan kegiatan pelayanan kesehatan atau medis yang bersifat preventif, kuratif, promotif, dan rehabilitatif (Permenkes RI Nomor : 986/Per/XI/1992). Pelayanan kesehatan diselenggarakan secara terpadu agar mencapai pelayanan kesehatan paripurna yaitu pelayanan yang cepat, akurat, manusiawi, serta aman dan nyaman (Sanropie, dkk.1989). Dampak adanya kegiatan pelayanan kesehatan dirumah sakit adalah munculnya zat sisa atau disebut juga limbah. Limbah ini tidak dapat dibiarkan begitu saja dan berbaur dengan lingkungan karena limbah rumah sakit memiliki sifat berbahaya dan beracun. Kegiatan di rumah sakit akan menghasilkan limbah, baik limbah padat, cair, dan gas yang mengandung kuman patogen, zat-zat kimia serta alat-alat kesehatan yang pada umumnya bersifat berbahaya dan beracun (Paramita, 2007). Hal ini disebabkan oleh kandungan yang terdapat dalam limbah tersebut bersifat infeksius, toksik dan radioaktif. Rumah sakit merupakan penghasil sampah yang cukup banyak setiap harinya dan seringkali bersifat toksik, terutama sampah padat, baik itu sampah medis maupun sampah non medis. Limbah medis rumah sakit tersebut apabila terjangkau oleh binatang pengganggu atau serangga seperti lalat, kecoa, tikus dan lain-lain dapat menularkan penyakit (Depkes RI, 2002). Rumah sakit dan instalasi kesehatan lainnya memiliki kewajiban untuk memelihara lingkungan dan kesehatan masyarakat, serta memiliki tanggung jawab khusus yang berkaitan dengan limbah yang dihasilkan instalasi tersebut.
1 2
Kewajiban yang dipikul instalasi tersebut di antaranya adalah kewajiban untuk
memastikan bahwa penanganan, pengelolaan serta pembuangan limbah yang mereka lakukan tidak akan menimbulkan dampak yang merugikan kesehatan dan lingkungan. Penerapan kebijakan mengenai pengelolaan limbah layanan kesehatan, fasilitas medis dan lembaga penelitian semakin dekat dalam memenuhi tujuan mewujudkan lingkungan yang sehat dan aman bagi karyawan mereka maupun masyarakat sekitar (Pruss, 2005). Satu diantara upaya yang dilakukan rumah sakit dalam rangka menjaga lingkungan adalah dngan menyelenggarakan pelayanan sanitasi rumah sakit, yakni pengelolaan limbah. Pengelolaan limbah merupakan salah satu aspek strategis dari rumah sakit, karena dengan pengelolaan limbah yang baik akan menciptakan citra yang baik bagi rumah sakit. Dalam pengolahan limbah rumah sakit tidak hanya menghasilkan limbah organik dan anorganik, tetapi juga limbah infeksius yang mengandung bahan beracun berbahaya (B3). Keseluruhan dari limbah tersebut, sekitar 10 % sampai 15 % diantaranya merupakan limbah infeksius yang mengandung logam berat, antara lain merkuri (Hg). Karakteristik sampah medis memiliki sifat infeksius atau toksik, jika tidak dikelola dengan tepat, akan menyebabkan pencemaran. Sekitar 40 % lainnya adalah limbah organik yang berasal dari sisa makanan, baik dari pasien dan keluarga pasien maupun dapur gizi. Sisanya merupakan limbah anorganik dalam bentuk botol bekas infus dan plastik. Diperkirakan secara nasional produksi limbah (limbah padat) rumah sakit sebesar 376.089 ton per hari dan produksi air limbah sebesar 48.985,70 ton per hari. Menurut gambaran tersebut dapat dibayangkan betapa besar potensi rumah sakit untuk mencemari lingkungan dan kemungkinan menimbulkan kecelakaan serta penularan penyakit (Profil Kesehatan Indonesia, Depkes RI 2002). Rumah Sakit Umum Daerah Sultan Syarif Mohamad Alkadrie Kota Pontianak adalah rumah sakit milik pemerintah kota Pontianak, dikelola oleh pemerintah kota dan masuk katagori rumah sakit Tipe C. Rumah sakit diresmikan pada tanggal 24 Oktober 2012 dan mulai beroperasional pada 3
tanggal 1 November 2012 dengan kapasitas tempat tidur terpasang sebanyak
120 buah yang terdiri dari kamar Kelas III 70 buah, ICU 5 buah, ruang IGD 21 buah, ruang Perinatologi 10 buah dan ruang Bersalin sebanyak 14 buah. Dengan jumlah sampah mencapai 1 m3 perhari. Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka akan dilakukan penelitian untuk mengetahui sistem pengolahan limbah medis padat di Rumah Sakit Umum Daerah Sultan Syarif Mohamad Alkadrie Pontianak.
1.2 Rumusan Masalah
Apakah pengelolaan limbah medis padat Rumah Sakit Umum Daerah Sultan Syarif Mohamad Alqadrie sudah sesuai dengan peraturan nasional di Indonesia yang mengacu pada Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 1204/MENKES/SK/X/2004 tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit. Peraturan ini menetapkan prosedur bagaimana cara rumah sakit melakukan pengelolaan limbah medis padat mulai dari minimasi limbah, pemilahan, pengumpulan, penyimpanan, pengangkutan, pengolahan, pemusnahan, dan pembuangan limbah medis padat.
1.3 Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum Mengkaji sistem pengelolaan limbah medis padat Rumah Sakit Umum Daerah Sultan Syarif Mohamad Alqadrie Kota Pontianak apakah sudah sesuai dengan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 1204/MENKES/SK/X/2004 tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit. 2. Tujuan Khusus a. Mengkaji penimbunan/penampungan limbah medis padat di Rumah Sakit Umum Daerah Sultan Syarif Mohamad Alqadrie Kota Pontianak. b. Mengkaji pewadahan dan penyimpanan limbah medis padat di Rumah Sakit Umum Daerah Sultan Syarif Mohamad Alqadrie Kota Pontianak. 4
c. Mengkaji pengumpulan limbah medis padat di Rumah Sakit Umum
Daerah Sultan Syarif Mohamad Alqadrie Kota Pontianak. d. Mengkaji pengangkutan limbah medis padat di Rumah Sakit Umum Daerah Sultan Syarif Mohamad Alqadrie Kota Pontianak. e. Mengkaji pembuangan akhir dan pemusnahan limbah medis padat Rumah Sakit Umum Daerah Sultan Syarif Mohamad Alqadrie Kota Pontianak.
1.4 Manfaat Penelitian
1. Bagi peneliti dan ilmu pengetahuan Diharapkan penelitian dapat dijadikan satu diantara sumber referensi bagi penelitian lingkungan selanjutnya dan dapat dijadikan kajian lingkungan untuk solusi dalam mengatasi masalah limbah medis padat di masyarakat. 2. Bagi Rumah Sakit Umum Daerah Sultan Syarif Mohamad Alqadrie Penelitian diharapkan dapat dijadikan sebagai masukan dalam pengendalian limbah medis padat rumah sakit agar dapat meminimalisir dampak limbah medis padat rumah sakit terhadap lingkungan dan masyarakat. 3. Bagi Dinas Kesehatan Kota Pontianak Penelitian diharapkan dapat dijadikan sebagai evaluasi dalam melaksanakan fungsinya sebagai Pembina kesehatan di fasilitas – fasilitas kesehatan di wilayah Dinas Kesehatan Kota Pontianak. 4. Pemerintah Kota Pontianak Penelitian diharapkan dapat dijadikan masukan bagi Pemerintah Kota Pontianak dalam penentuan kebijakan-kebijakan tentang peraturan sarana kesehatan. 5
1.5 Ruang Lingkup Penelitian
1. Ruang Lingkup Tempat Penelitian dilakukan di Rumah Sakit Umum Daerah Sultan Syarif Mohamad Alqadrie Kota Pontianak. 2. Ruang Lingkup Waktu Penelitian dilakukan selama 2 minggu.