Anda di halaman 1dari 5

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Masalah lingkungan erat sekali hubungannya dengan dunia kesehatan,
untuk mencapai kondisi masyarakat yang sehat diperlukan lingkungan yang
baik pula. Dalam hal ini rumah sakit sebagai sarana kesehatan harus pula
memperhatikan keterkaitan tersebut. Rumah Sakit adalah sarana upaya
kesehatan yang menyelenggarakan kegiatan pelayanan kesehatan atau medis
yang bersifat preventif, kuratif, promotif, dan rehabilitatif (Permenkes RI
Nomor : 986/Per/XI/1992). Pelayanan kesehatan diselenggarakan secara
terpadu agar mencapai pelayanan kesehatan paripurna yaitu pelayanan yang
cepat, akurat, manusiawi, serta aman dan nyaman (Sanropie, dkk.1989).
Dampak adanya kegiatan pelayanan kesehatan dirumah sakit adalah
munculnya zat sisa atau disebut juga limbah. Limbah ini tidak dapat dibiarkan
begitu saja dan berbaur dengan lingkungan karena limbah rumah sakit
memiliki sifat berbahaya dan beracun. Kegiatan di rumah sakit akan
menghasilkan limbah, baik limbah padat, cair, dan gas yang mengandung
kuman patogen, zat-zat kimia serta alat-alat kesehatan yang pada umumnya
bersifat berbahaya dan beracun (Paramita, 2007). Hal ini disebabkan oleh
kandungan yang terdapat dalam limbah tersebut bersifat infeksius, toksik dan
radioaktif.
Rumah sakit merupakan penghasil sampah yang cukup banyak setiap
harinya dan seringkali bersifat toksik, terutama sampah padat, baik itu sampah
medis maupun sampah non medis. Limbah medis rumah sakit tersebut apabila
terjangkau oleh binatang pengganggu atau serangga seperti lalat, kecoa, tikus
dan lain-lain dapat menularkan penyakit (Depkes RI, 2002).
Rumah sakit dan instalasi kesehatan lainnya memiliki kewajiban untuk
memelihara lingkungan dan kesehatan masyarakat, serta memiliki tanggung
jawab khusus yang berkaitan dengan limbah yang dihasilkan instalasi tersebut.

1
2

Kewajiban yang dipikul instalasi tersebut di antaranya adalah kewajiban untuk


memastikan bahwa penanganan, pengelolaan serta pembuangan limbah yang
mereka lakukan tidak akan menimbulkan dampak yang merugikan kesehatan
dan lingkungan. Penerapan kebijakan mengenai pengelolaan limbah layanan
kesehatan, fasilitas medis dan lembaga penelitian semakin dekat dalam
memenuhi tujuan mewujudkan lingkungan yang sehat dan aman bagi
karyawan mereka maupun masyarakat sekitar (Pruss, 2005).
Satu diantara upaya yang dilakukan rumah sakit dalam rangka menjaga
lingkungan adalah dngan menyelenggarakan pelayanan sanitasi rumah sakit,
yakni pengelolaan limbah. Pengelolaan limbah merupakan salah satu aspek
strategis dari rumah sakit, karena dengan pengelolaan limbah yang baik akan
menciptakan citra yang baik bagi rumah sakit.
Dalam pengolahan limbah rumah sakit tidak hanya menghasilkan
limbah organik dan anorganik, tetapi juga limbah infeksius yang mengandung
bahan beracun berbahaya (B3). Keseluruhan dari limbah tersebut, sekitar 10 %
sampai 15 % diantaranya merupakan limbah infeksius yang mengandung
logam berat, antara lain merkuri (Hg). Karakteristik sampah medis memiliki
sifat infeksius atau toksik, jika tidak dikelola dengan tepat, akan menyebabkan
pencemaran. Sekitar 40 % lainnya adalah limbah organik yang berasal dari sisa
makanan, baik dari pasien dan keluarga pasien maupun dapur gizi. Sisanya
merupakan limbah anorganik dalam bentuk botol bekas infus dan plastik.
Diperkirakan secara nasional produksi limbah (limbah padat) rumah
sakit sebesar 376.089 ton per hari dan produksi air limbah sebesar 48.985,70
ton per hari. Menurut gambaran tersebut dapat dibayangkan betapa besar
potensi rumah sakit untuk mencemari lingkungan dan kemungkinan
menimbulkan kecelakaan serta penularan penyakit (Profil Kesehatan
Indonesia, Depkes RI 2002).
Rumah Sakit Umum Daerah Sultan Syarif Mohamad Alkadrie Kota
Pontianak adalah rumah sakit milik pemerintah kota Pontianak, dikelola oleh
pemerintah kota dan masuk katagori rumah sakit Tipe C. Rumah sakit
diresmikan pada tanggal 24 Oktober 2012 dan mulai beroperasional pada
3

tanggal 1 November 2012 dengan kapasitas tempat tidur terpasang sebanyak


120 buah yang terdiri dari kamar Kelas III 70 buah, ICU 5 buah, ruang IGD
21 buah, ruang Perinatologi 10 buah dan ruang Bersalin sebanyak 14 buah.
Dengan jumlah sampah mencapai 1 m3 perhari.
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka akan dilakukan
penelitian untuk mengetahui sistem pengolahan limbah medis padat di Rumah
Sakit Umum Daerah Sultan Syarif Mohamad Alkadrie Pontianak.

1.2 Rumusan Masalah


Apakah pengelolaan limbah medis padat Rumah Sakit Umum Daerah
Sultan Syarif Mohamad Alqadrie sudah sesuai dengan peraturan nasional di
Indonesia yang mengacu pada Peraturan Menteri Kesehatan Republik
Indonesia No. 1204/MENKES/SK/X/2004 tentang Persyaratan Kesehatan
Lingkungan Rumah Sakit. Peraturan ini menetapkan prosedur bagaimana cara
rumah sakit melakukan pengelolaan limbah medis padat mulai dari minimasi
limbah, pemilahan, pengumpulan, penyimpanan, pengangkutan, pengolahan,
pemusnahan, dan pembuangan limbah medis padat.

1.3 Tujuan Penelitian


1. Tujuan Umum
Mengkaji sistem pengelolaan limbah medis padat Rumah Sakit
Umum Daerah Sultan Syarif Mohamad Alqadrie Kota Pontianak apakah
sudah sesuai dengan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.
1204/MENKES/SK/X/2004 tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan
Rumah Sakit.
2. Tujuan Khusus
a. Mengkaji penimbunan/penampungan limbah medis padat di Rumah
Sakit Umum Daerah Sultan Syarif Mohamad Alqadrie Kota Pontianak.
b. Mengkaji pewadahan dan penyimpanan limbah medis padat di Rumah
Sakit Umum Daerah Sultan Syarif Mohamad Alqadrie Kota Pontianak.
4

c. Mengkaji pengumpulan limbah medis padat di Rumah Sakit Umum


Daerah Sultan Syarif Mohamad Alqadrie Kota Pontianak.
d. Mengkaji pengangkutan limbah medis padat di Rumah Sakit Umum
Daerah Sultan Syarif Mohamad Alqadrie Kota Pontianak.
e. Mengkaji pembuangan akhir dan pemusnahan limbah medis padat
Rumah Sakit Umum Daerah Sultan Syarif Mohamad Alqadrie Kota
Pontianak.

1.4 Manfaat Penelitian


1. Bagi peneliti dan ilmu pengetahuan
Diharapkan penelitian dapat dijadikan satu diantara sumber referensi bagi
penelitian lingkungan selanjutnya dan dapat dijadikan kajian lingkungan
untuk solusi dalam mengatasi masalah limbah medis padat di masyarakat.
2. Bagi Rumah Sakit Umum Daerah Sultan Syarif Mohamad Alqadrie
Penelitian diharapkan dapat dijadikan sebagai masukan dalam pengendalian
limbah medis padat rumah sakit agar dapat meminimalisir dampak limbah
medis padat rumah sakit terhadap lingkungan dan masyarakat.
3. Bagi Dinas Kesehatan Kota Pontianak
Penelitian diharapkan dapat dijadikan sebagai evaluasi dalam
melaksanakan fungsinya sebagai Pembina kesehatan di fasilitas – fasilitas
kesehatan di wilayah Dinas Kesehatan Kota Pontianak.
4. Pemerintah Kota Pontianak
Penelitian diharapkan dapat dijadikan masukan bagi Pemerintah Kota
Pontianak dalam penentuan kebijakan-kebijakan tentang peraturan sarana
kesehatan.
5

1.5 Ruang Lingkup Penelitian


1. Ruang Lingkup Tempat
Penelitian dilakukan di Rumah Sakit Umum Daerah Sultan Syarif
Mohamad Alqadrie Kota Pontianak.
2. Ruang Lingkup Waktu
Penelitian dilakukan selama 2 minggu.

Anda mungkin juga menyukai