Anda di halaman 1dari 14

TUGAS INDIVIDU

MATA KULIAH
PKN

DIBUAT OLEH:
NILAM TAYANG
NIM:
1901024
Demokrasi di Indonesia, Dulu hingga Kini
Kali ini saya akan membahas tentang pelaksanaan demokrasi di Indonesia.
Sebelum itu, tentu kita harus tahu seluk-beluk demokrasi terlebih dahulu.
Demokrasi berasal dari bahasa Yunani, yang diambil dari kata Demokratia yang
berarti kekuasaan rakyat. Demokratia sendiri terdiri dari dua kata, yakni demos
yang mempunyai arti rakyat serta kratos yang mempunyai arti kekuasaan atau
kekuatan.
Bagaimana pengertian demokrasi menurut para ahli? Menurut Abraham
Lincoln, demokrasi adalah sistem pemerintahan yang dibuat dari rakyat, oleh
rakyat, dan untuk rakyat. Menurut Charles Costello, demokrasi adalah sistem
sosial serta politik pemerintahan diri dengan kekuasaan pemerintah yang dibatasi
oleh hukum serta kebiasaan untuk melindungi setiap hak perorangan warga
negara.
Selain itu,masih banyak lagi ahli-ahli yang mengemukakan pendapatnya tentang
Secara umum, pengertian demokrasi adalah suatu bentuk pemerintahan
yang setiap warga negaranya memiliki hak yang setara dalam pengambilan suatu
keputusan yang akan memberikan efek dalam kehidupan mereka. Demokrasi juga
bisa diartikan sebagai bentuk kekuasaan tertinggi berada di tangan rakyat.
Demokrasi mencakup kondisi budaya, ekonomi, dan sosial dalam
terjadinya praktik kebebasan politik, baik secara bebas ataupun setara. Dalam
demokrasi, warga negara diizinkan untuk berpartisipasi aktif secara langsung atau
melalui perwakilan dalam melakukan perumusan, pengembangan, serta
pembuatan hukum.

Demokrasi dapat dibagi menjadi 2 berdasarkan penyaluran kehendak rakyat,


yaitu:

 Demokrasi langsung (direct democracy) adalah demokrasi yang secara


langsung melibatkan rakyat untuk pengambilan keputusan terhadap suatu
negara. Contohnya seperti pemilu.
 Demokrasi tidak langsung (indirect democracy) adalah demokrasi yang
tidak secara langsung melibatkan seluruh rakyat suatu negara dalam
pengambilan suatu keputusan. Contohnya seperti suatu keputusan yang
dilakukan oleh wakil-wakil rakyat (DPR, DPD, DPRD).

Negara yang menganut prinsip demokrasi memiliki ciri:

 Segala keputusan yang dilakukan pemerintah berdasarkan kehendak dan


kepentingan rakyat.
 Memiliki ciri kontitusional, (mengenai kehendak, kekuasaan, atau
kepentingan rakyat) yang dituliskan dalam suatu undang-undang negara.
 Memiliki ciri perwakilan. Ketika mengatur segala urusan negera,
kedaulatan dan kekuasaan rakyat sudah diwakilkan kepada beberapa orang
yang sebelumnya sudah dipilih oleh rakyat itu sendiri.
 Memiliki ciri pemilihan umum, yakni segala kegiatan politik dilakukan
untuk memilih pihak yang akan menjalankan pemerintahan.
 Memiliki ciri kepartaian, yakni partai menjadi suatu media atau sarana
sebagai bagian pelaksanaan sistem demokrasi.

Pelaksanaan demokrasi memiliki banyak kelebihan, di antaranya ialah:

 Kesetaraan hak membuat setiap masyarakat dapat ikut serta dalam sistem
politik .
 Pemegang kekuasaan dipilih menurut suara dan keinginan rakyat.
 Mencegah terjadinya monopoli kekuasaan.

Selain memiliki kelebihan, demokrasi juga memiliki kekurangan, antara lain:

 Kepercayaan rakyat bisa dengan mudah digoyangkan melalui pengaruh-


pengaruh negatif. Misalnya dengan media yang tidak netral dalam
menyampaikan informasi.
 Kesetaraan hak dianggap tidak adil, karena menurut para ahli setiap orang
memiliki pengetahuan politik yang tidak sama.
 Konsentrasi pemerintah yang sedang menjabat akan berkurang ketika
mendekati pemilihan umum berikutnya.
 Setelah mengetahui berbagai macam hal tentang demokrasi, sekarang
saya akan membahas tentang pelaksanaan demokrasi di Indonesia.

Pelaksanaan demokrasi di Indonesia dari masa ke masa tidaklah sama,


mengingat undang-undang dasar yang berlaku pun berganti-ganti. Pergantian
undang-undang dasar menyebabkan pergantian sistem pemerintahan. Indonesia
telah menganut sistem demokrasi sejak merdeka sampai saat ini. Dimulai dari
demokrasi terpimpin pada masa jabatan Soekarno, demokrasi pancasila yang
digunakan Soeharto selama puluhan tahun menjabat menjadi presiden, hingga
demokrasi sesungguhnya yang mulai berjalan setelah masa jabatan Soeharto
berakhir pada tahun 1998 yang ditandai oleh adanya pemilu daerah maupun
presiden yang dapat diikuti oleh rakyat secara serentak dan adil.
1. Orde Lama

 Demokrasi Liberal (1945-1959)

Setelah Indonesia memproklamasikan kemerdekaan, Ir. Soekarno yang


menjabat sebagai ketua PPKI dipercaya merangkap jabatan menjadi presiden RI
pertama. Kemudian PPKI membentuk Komite Nasional Indonesia Pusat dengan
ketuanya Kasman Singodimejo. Komite ini bertujuan untuk membantu tugas-
tugas presiden. Kebebasan dan kemerdekaan untuk berdemokrasi dalam tubuh
KNIP justru membawa pemerintah RI kepada sistem parlementer untuk
menghindari kekuasaan presiden yang terpusat. Akhirnya pada tanggal 7 Oktober
1945 lahir memorandum yang ditandatangani oleh 50 orang dari 150 orang
anggota KNIP.
Pada tanggal 3 November 1945, keluar maklumat untuk kebebasan
membentuk banyak partai atau multi partai sebagai persiapan pemilihan umum
yang akan diselenggarakan bulan Juni 1946. Tanggal 14 November 1945
terbentuklah susunan kabinet berdasarkan sistem parlementer (demokrasi
liberal).

Berlakunya UUDS 1950 pada tanggal 17 Agustus 1950 dengan sistem


demokrasi liberal tidak menunjukkan hasil yang sesuai dengan harapan rakyat
Indonesia, bahkan muncul tanda-tanda perpecahan bangsa yang ditandai dengan
pemberontakan PRRI Permesta, DI/TII yang ingin lepas dari NKRI.

Konstituante tidak berhasil menetapkan UUD sehingga negara dalam keadaan


darurat. Untuk mengatasi, dikeluarkan Dekrit Presiden 5 Juli 1959. Sistem
demokrasi liberal tidak berhasil dilaksanakan di Indonesia karena tidak sesuai
dengan pandangan hidup dan kepribadian bangsa Indonesia.

 Demokrasi Terpimpin (1959-1965)

Dekrit Presiden 5 Juli 1959 di antaranya berisi usulan pembubaran


konstituante, berlakunya kembali UUD 1945, dan pembentukan MPRS dan
DPAS dalam waktu sesingkat-singkatnya sehingga berakhirlah masa demokrasi
liberal.
Pada periode tahun 1959-1965 kekuasaan didominasi oleh presiden,
terbatasnya peranan partai politik, berkembangnya pengaruh komunis, dan makin
meluasnya peranan TNI/Polri sebagai unsur sosial politik. Pada masa demokrasi
terpimpin ada tiga unsur kekuatan utama, yaitu Ir. Soekarno, PKI, dan Angkatan
Darat. Pada masa ini banyak terjadi penyelewengan terhadap Pancasila dan UUD
1945, antara lain:
1. Pembentukan nasakom (nasionalis, agama, dan komunis).
2. Tap MPRS No. III/MPRS/1963 tentang pengangkatan Soekarno sebagai
Presiden seumur hidup.
3. Pembubaran DPR hasil pemilu oleh presiden.
4. Pengangkatan ketua DPRGR/MPRS menjadi menteri negara oleh
presiden dan penyelewengan lain dalam pelaksanaan pemerintahan.

Dalam demokrasi terpimpin jika terjadi ketidakmufakatan dalam sidang


legislatif, maka permasalahan itu diserahkan kepada presiden sebagai pemimpin
besar revolusi untuk dapat diputuskan. Akhirnya orde lama jatuh setelah terjadi
peristiwa G30S/PKI pada tahun 1965 dengan diikuti krisis ekonomi yang cukup
parah.

2. Orde Baru (1966-1998)


Berdasarkan pengalaman orde lama, pemerintahan orde baru
berupaya menciptakan stabilitas politik dan keamanan untuk
menjalankan pemerintahannya. Orde baru berpendapat bahwa orde
lama terlalu longgar dalam pendirian partai politik sehingga
berakibat lemahnya stabilitas pertahanan dan keamanan negara.

Stabilitas politik dan keamanan yang diciptakan justru mengekang


kelompok-kelompok kepentingan dan partai politik lain yang menginginkan
perubahan demokrasi. Media massa dan rakyat selalu di bayang-
bayangi ketakutan apabila ingin melancarkan kritik kecuali atas izin pemerintah.
Hal ini berakibat menurunnya mental serta moral bangsa Indonesia, sehingga
timbul KKN (Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme). Karena banyak KKN yang
terjadi, rasa percaya rakyat kepada pemerintah pun hilang, sehingga terjadi unjuk
rasa yang di pelopori oleh mahasiswa.

Pada akhir masa orde baru timbul krisis ekonomi yang cukup parah. Hal
ini menimbulkan gerakan massa rakyat yang menuntut diadakannya reformasi di
segala bidang. Rezim orde baru akhirnya jatuh dengan mundurnya Soeharto,
selanjutnya kekuasaan di serahkan kepada B. J. Habibie yang pada waktu itu
menjabat sebagai wakil presiden.

3. Reformasi (1998-sekarang)

Kepemimpinan B. J. Habibie dinilai melanjutkan orde baru sehingga tidak


mendapat legitimasi dari rakyat dan kepemimpinannya tidak dapat
dipertahankan. Pada pemilu tahun 1999 muncul K. H. Abdurrahman Wahid
sebagai presiden RI yang ke-4, yang terpilih secara demokratis di parlemen.
Dalam menjalankan pemerintahannya, Abdurrahman Wahid membuat beberapa
kebijaksanaan dan tindakan yang kurang sejalan dengan proses demokratisas,
maka pemerintahan sipilnya terpaksa tersingkir oleh sidang istimewa MPR.
Selanjutnya pimpinan RI beralih ke tangan Megawati Soekarnoputri yang pada
waktu itu menjabat sebagai wakil presiden. Ketidakpuasan rakyat akan
pemerintahan presiden ke-5 RI ini kembali timbul sehingga hampir saja terjadi
krisis kepemimpinan.

Pada 2004 dilaksanakan pemilihan umum yang dipilih secara langsung


oleh rakyat. Pemilu ini menempatkan pasangan Soesilo bambang Yudhoyono
(SBY) dan Jusuf Kalla sebagai presiden dan wakil presiden. Presiden Soesilo
Bambang Yudhoyono mempunyai komitmen untuk melaksanakan demokrasi
secara nyata sehingga terwujud masyarakat yang sejahtera seperti yang di
ungkapkannya pada pidato kenegaraannya.

Setelah masa kepemimpinan SBY-JK berakhir, diadakan pemilihan umum


kembali secara langsung pada tahun 2009, dan akhirnya pasangan Soesilo
Bambang Yudhoyono-Boediono terpilih sebagai presiden dan wakil presiden
dengan masa jabatan 2009-2014.

Saat ini demokrasi Indonesia berjalan pada era digital, yaitu era yang
disebabkan oleh kemajuan teknologi informasi dan komunikasi yang sangat pesat
hampir dua dasawarsa ini. Tentu saja era digital ini mempengaruhi berbagai
bidang kehidupan, tak terkecuali sistem demokrasi.

Menurut survei, pengguna media sosial dan chatting platform di Indonesia


mencapai 70 juta pengguna. Pengguna internet dapat dengan mudah menerima
informasi mengenai kinerja pemerintahan dan kebijakan-kebijakan pemerintah,
sehingga mereka dapat dengan mudah memberi masukan, kritikan, bahkan
hujatan.

Memang itulah salah satu dampak dari era digitalisasi yaitu kebebasan.
Tentu banyak juga dampak baiknya, misalnya saja beberapa instansi
pemerintahan yang mulai aktif di media sosial dengan memposting kegiatan,
anggaran, bahkan daftar belanja mereka. Hal ini disambut hangat oleh masyarakat
karena membuat semuanya menjadi lebih transparan.

Selain itu, melalui internet badan pemerintahan bisa berkomunikasi dua


arah dengan rakyat melalui dunia maya. Badan pemerintah bisa mendapat
masukan dari warga, sedangkan warga menjadi merasa lebih dekat dengan
pemerintahan dan bisa lebih mudah menyampaikan aspirasi kepada pemerintah.
Hal ini membuat jarak antara pemerintah dan rakyat menjadi semakin dekat serta
menghapuskan kesan pemerintahan yang kaku.
Para tokoh politik pun juga sudah memanfaatkan media sosial. Hal ini
membawa dampak positif, misalnya saja ketika Jokowi-Ahok maju sebagai calon
pemimpin saat pilkada Jakarta, pemberitaan yang masif akan prestasi dan
kesederhanaan beliau mampu menarik hati banyak orang untuk berpartisipasi
dalam pemilu. Sejak era digital dimulai, peningkatan pemuda dan pemudi yang
menggunakan hak pilihnya meningkat sangat pesat, tentu hal ini merupakan
prestasi yang membanggakan bagi sistem demokrasi di Indonesia.

Sebagai rakyat, kita memiliki kekuatan yang berpengaruh besar di dunia


maya, ada baiknya jika kita memanfaatkan kemudahan komunikasi ini dengan
tindakan yang baik, seperti memberi saran dan masukan untuk pemerintahan
atau memberi kritik bila kinerja pemerintahan sedang turun.

Pelaksanaan demokrasi di Indonesia pada masa orde baru dan masa


reformasi mengklaim memakai sistem demokrasi pancasila. Demokrasi pancasila
bukanlah demokrasi yang berdasarkan kekuasaan mayoritas. Dalam demokrasi
pancasila, tidak ada satu pun golongan yang boleh semaunya mempertahankan
atau memaksakan pendiriannya sendiri. Demorasi pancasila berbeda dengan
demokrasi liberal yang mengutamakan suara mayoritas dalam mengambil suatu
keputusan ataupun demokrasi terpimpin yang mengutamakan pemimpin dalam
mengambil keputusan.

Sila-sila pancasila merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan,


jadi demokrasi pancasila adalah demokrasi yang dijiwai oleh sila kerakyatan yang
di pimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan, yang
berketuhanan Yang Maha Esa, yang berkemanusiaan yang adil dan beradab,
persatuan Indonesia, dan yang berkeadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.

Perjalanan demokrasi di Indonesia yang begitu panjang tentu mengalami


banyak cobaan. Namun kegigihan bangsa mampu melewati masalah-masalah
demokrasi yang ada. Tak salah jika salah satu lembagai penelitian di Amerika
bernama Freedom House mengumumkan bahwa Indonesia merupakan negara
berkembang paling sukses dalam menjalankan sistem demokrasi. Semoga ke
depannya demokrasi di Indonesia bisa menuju ke arah yang semakin baik lagi.

Pelaksanaan Demokrasi Di Indonesia

Pengertian Demokrasi secara umum adalah bentuk atau sistem


pemerintahan dimana seluruh rakyatnya turut serta memerintah melalui wakil-
wakilnya. Menurut Abraham Lincoln, demokrasi adalah sistem pemerintahan
yang diselenggarakan “dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat”.
Istilah Demokrasi berasal dari bahasa Yunani, yaitu demos yang artinya
rakyat dan cratos yang artinya pemerintahan. Pengakuan resmi bahwa Indonesia
adalah negara demokrasi terdapat pada:

UUD 1945 Pasal 1 ayat 2 yang berbunyi “Kedaulatan berada di tangan rakyat dan
dilaksanakan menurut Undang-Undang Dasar.”

Pancasila sila keempat yang berbunyi “Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat
kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan.”

Pelaksanaan Demokrasi di Indonesia


Suatu negara dikatakan sebagai negara demokrasi apabila memenuhi dua
asas demokrasi, yaitu Indonesia merupakan negara kesatuan yang memiliki dasar
negara (Pancasila) dan hukumnya dibatasi oleh perundang-undangan. Indonesia
sendiri dapat disebut sebagai negara demokrasi. Kata demokrasi berasal dari
bahasa Yunani, yaitu demos yang berarti rakyat, dan kratos yang berarti kekuatan
atau kekuasaan atau pemerintahan. Sehingga demokrasi diartikan sebagai
pemerintahan atau kekuasaan rakyat.

Demokrasi disebut sebagai penentu dalam perkembangan politik suatu


negara. Dalam demokrasi, pemerintahannya memberikan kesempatan bagi rakyat
untuk mengambil keputusan atau berpendapat. Dengan kata lain, demokrasi
menjunjung rakyat sebagai pemilik kekuasaan tertinggi dan dijalanankan
langsung oleh rakyat atau wakil wakil yang mereka pilih dalam sistem pemilihan
bebas.
Pengakuan dan perlindungan terhadap hak asasi manusia. Jadi, apabila
negara mengakui hak asasi manusia dan melindungi hak asasi manusia setiap
individu, maka negara itu dikatakan demokrasi. Hal ini menjadi penentu utama
negara tersebut merupakan negara demokrasi atau tidak, karena demokrasi
sendiri sangat memperhatikan rakyat sebagai pemilik kekuasaan rakyat. Setiap
rakyat memiliki hak asasi manusia. Maka dari itu, bila suatu negara mengakui
dan melindunginya, maka dapat dikatakan demokrasi.
Partisipasi rakyat dalam pemerintahan negara. Terjadi apabila dalam
pemilihan suatu penjabat negara, rakyat ikut berpatisipasi (seperti pemiilu).
Rakyat dapat memilih pilihannya secara jujur dan adil serta negara memberikan
kebebasan rakyat untuk berpendapat. Maka dari itu, nilai-nilai demokrasi telah
diamalkan dalam negara tersebut.
Jika suatu negara tidak memenuhi salah satu asas tersebut maka negara
tersebut bukan negara demokrasi. Contohnya, yaitu negara China, Korea,
Amerika dan sebagainya. Adanya ide demokrasi disusun dari dasar pemikiran
secara teoritis, lalu dipraktekan untuk menghindari adanya penyelewengan pada
pelaksanaannya. Dengan demikian, demokrasi dapat menjadi panduan atau
pedoman dalam pelaksanaan sistem pemerintahan suatu negara.

Sejak merdeka, bangsa Indonesia pernah melaksanakan tiga macam demokrasi


yaitu Demokrasi Liberal, Demokrasi Terpimpin, dan Demokrasi Pancasila.

Demokrasi Liberal (1950-1959)

Demokrasi liberal atau demokrasi parlementer berlaku pada tahun 1950—


1959. Pada saat itu, konstitusi yang berlaku adalah UUDS 1950. Berdasarkan
UUDS 1950, sistem pemerintahan dan demokrasi yang diterapkan di Indonesia,
yaitu sistem parlementer dan demokrasi liberal. Artinya, kabinet yang menterinya
diajukan oleh parlemen (DPR) dan bertanggung jawab kepada parlemen (DPR).

Dalam sistem parlementer ini, kepala pemerintahan adalah perdana


menteri dan presiden hanya sebagai kepala negara. Masa demokrasi liberal ini
membawa dampak yang cukup besar, memengaruhi keadaan, situasi dan
kondisi politik pada waktu itu.

Dampaknya, yaitu:

 Pembangunan tidak berjalan lancar karena kabinet selalu silih berganti.


 Tidak ada partai yang dominan maka seorang kepala negara terpaksa
bersikap mengambang di antara kepentingan banyak partai.
 Dalam sistem multi partai, tidak pernah ada lembaga legislatif, yudikatif,
dan eksekutif yang kuat.
 Munculnya pemberontakan di berbagai daerah (DII/TII, Permesta,
APRA, RMS).
 Memunculkan ketidakpercayaan publik terhadap pemerintahan saat itu.

Presiden menganggap bahwa keadaan ketatanegaraan Indonesia membahayakan


persatuan dan kesatuan bangsa dan negara. Akhirnya, pada tanggal 5 Juli 1959
mengumumkan Dekrit Presiden mengenai pembubaran Konstituante dan
berlakunya kembali UUD 1945, serta tidak berlakunya UUDS 1950.

Demokrasi Terpimpin (1959—1966)

Demokrasi terpimpin atau demokrasi terkelola yaitu seluruh keputusan


serta pemikiran berpusat pada pemimpin negara saja. Menurut TAP MPRS No.
VIII/MPRS/1965, demokrasi terpimpin adalah kerakyatan yang dipimpin oleh
hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan yang berasaskan
musyawarah untuk mufakat secara gotong royong bagi semua kekuatan nasional
yang progresif revolusioner dengan berporoskan Nasakom.
Pada saat itu, konstitusi yang berlaku adalah UUD 1945 dan Presiden
Sukarno berkedudukan sebagai kepala negara sekaligus kepala pemerintahan
yang berlandaskan pada sistem presidensial (presidesiil). Para menteri berada di
bawah wewenang presiden dan bertanggung jawab kepada presiden.

Demokrasi Pancasila (1966—sekarang)

Demokrasi Pancasila adalah demokrasi yang merupakan perwujudan


kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan/perwakilan yang mengandung semangat Ketuhanan Yang
Maha Esa, kemanusiaan yang adil dan beradab, persatuan Indonesia, dan
keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.

Prinsip-prinsip Demokrasi Pancasila, yaitu:

 Persamaan hak dan kewajiban bagi seluruh rakyat Indonesia


 Keseimbangan antara hak dan kewajiban
 Pelaksanaan kebebasan yang bertanggungjawab secara moral kepada
Tunan Yang Maha Esa, diri sendiri, dan orang lain.
 Mewujudkan rasa keadilan sosial.
 Pengambilan keputusan dengan musyawarah mufakat.
 Mengutamakan persatuan nasional dan kekeluargaan.
 Menjunjung tinggi tujuan dan cita-cita nasional.

Kelebihan dan Kekurangan Demokrasi

Demokrasi, menurut definisi, adalah sistem politik di mana kekuasaan


tertinggi terletak pada rakyat yang memiliki hak untuk memilih wakil mereka.
Terdapat dua jenis demokrasi yaitu demokrasi langsung dan demokrasi
perwakilan.
Dalam demokrasi langsung, rakyat mengambil bagian aktif dalam
pembuatan undang-undang dan keputusan pemerintah lainnya.
Dalam demokrasi perwakilan, wakil yang dipilih oleh rakyat diberi mandat
membuat undang-undang dan keputusan lain.
Demokrasi kontras dengan bentuk pemerintahan di mana kekuasaan
dipegang oleh individu, seperti dalam monarki absolut, atau di mana kekuasaan
dipegang oleh sejumlah kecil individu, seperti dalam oligarki.

Namun demikian, pertentangan ini, yang diwarisi dari filsafat Yunani,


sekarang menjadi ambigu karena pemerintah kontemporer mencampurkan
antara unsur-unsur demokratis dengan oligarki dan monarki.
Itu sebab, Karl Popper kemudian mendefinisikan demokrasi sebagai
sistem yang berbeda dengan kediktatoran atau tirani.
Demokrasi berfokus pada peluang rakyat untuk mengontrol pemimpin
mereka dan kemampuan menggantinya tanpa perlu revolusi (melalui pemilu).

Berikut akan dibahas berbagai hal yang menjadi kelebihan dan kekurangan
demokrasi.

Kelebihan Demokrasi

1. Melindungi kepentingan rakyat

Demokrasi merupakan sistem yang melindungi kepentingan rakyat.


Kekuasaan yang sesungguhnya terletak di tangan orang-orang yang mewakili
rakyat banyak.
Para wakil rakyat dipilih dan harus bertanggung jawab kepada rakyat
yang memilihnya. Dengan cara ini, kepentingan sosial, ekonomi dan politik
rakyat menjadi lebih terjamin di bawah demokrasi.

2. Berdasarkan prinsip kesetaraan

Demokrasi didasarkan pada prinsip kesetaraan. Semua warga negara


memiliki kedudukan sama di mata hukum.
Semua rakyat memiliki hak sosial, politik dan ekonomi yang sama dan
negara tidak boleh membedakan warga negara atas dasar kasta, agama, jenis
kelamin, atau kepemilikan.

3. Stabilitas dan tanggung jawab dalam pemerintahan

Demokrasi dikenal sebagai sistem yang stabilitas dan efisien.


Pemerintahan berjalan stabil karena didasarkan pada dukungan publik. Dalam
demokrasi perwakilan, wakil rakyat mendiskusikan masalah negara secara
menyeluruh dan mengambil keputusan berdasarkan aspirasi rakyat. Di bawah
sistem monarki, elit kerajaan mengambil keputusan sesuai keinginannya sendiri.
Sedangkan di bawah kediktatoran, diktator tidak melibatkan rakyat sama sekali
dalam pengambilan keputusan.

4. Pendidikan politik kepada rakyat

Demokrasi bisa berfungsi sebagai sekolah pendidikan politik bagi rakyat.


Rakyat akan ikut terdorong untuk mengambil bagian dalam urusan negara.
Pada saat pemilihan umum, partai politik mengusulkan kebijakan dan
program untuk dinilai oleh rakyat. Hal ini pada akhirnya menciptakan kesadaran
politik di kalangan masyarakat.
5. Sedikit peluang revolusi

Karena demokrasi didasarkan pada kehendak publik, terdapat


kemungkinan kecil terjadi pemberontakan rakyat. Para wakil dipilih oleh rakyat
untuk melakukan urusan negara dengan dukungan rakyat.
Jika mereka tidak bekerja dengan baik atau tidak memenuhi harapan
rakyat, para wakil bisa saja tidak dipilih lagi dalam pemilu berikutnya. Dengan
cara ini, rakyat tidak perlu melakukan pemberontakan saat menginginkan
perubahan.

6. Pemerintahan stabil

Demokrasi didasarkan pada kehendak rakyat sehingga penyelenggaraan


negara berjalan didasarkan atas dukungan rakyat. Oleh karena itu, demokrasi
dianggap lebih stabil daripada bentuk pemerintahan lain.

7. Membantu membentuk rakyat menjadi warga negara yang baik

Keberhasilan demokrasi terletak pada bertumbuhnya warga negara yang


baik. Demokrasi menciptakan lingkungan yang tepat untuk pengembangan
kepribadian dan menumbuhkan kebiasaan yang baik. Dalam demokrasi, rakyat
dilatih untuk memahami hak dan kewajiban mereka.

8. Berdasarkan opini publik

Pemerintahan demokrasi didasarkan pada keinginan publik dan tidak didasarkan


pada ketakutan pada penguasa.
Demokrasi berdiri di atas konsensus, bukan pada kekuasaan; dengan
warga negara memiliki kesempatan mengambil bagian aktif dalam
pemerintahan.

Kekurangan Demokrasi

1. Lebih menekankan pada kuantitas daripada kualitas


Demokrasi tidak didasarkan pada kualitas tetapi pada kuantitas. Partai mayoritas
memiliki wewenang memegang pemerintahan. Selain itu, orang yang tidak
memiliki kecerdasan, visi dan korup bisa saja terpilih menjadi penyelenggara
negara.
2. Pemerintahan oleh orang tidak kompeten

Demokrasi bisa saja dijalankan oleh orang-orang yang tidak kompeten.


Dalam demokrasi, setiap warga negara diperbolehkan untuk mengambil bagian,
sedangkan tidak semua orang cocok dengan peran itu.
Segerombolan manipulator yang dapat mengumpulkan suara bisa
mendapatkan kekuasaan dalam demokrasi. Hasilnya, demokrasi dijalankan oleh
orang bodoh dan tidak kompeten.

3. Berdasarkan kesetaraan yang tidak wajar

Konsep kesetaraan dalam demokrasi dianggap bertentangan dengan


hukum alam. Alam memberi setiap individu dengan kecerdasan dan
kebijaksanaan yang berbeda.

Faktanya, kemampuan tiap orang berbeda. Sebagian orang berani, lainnya


pengecut. Sebagian sehat, yang lain tidak begitu sehat. Sebagian cerdas, yang lain
tidak. Kritik berpendapat bahwa akan bertentangan dengan hukum alam untuk
memberikan status yang sama kepada semua orang

4. Pemilih tidak tertarik pada pemilu

Pemilih tidak selalu menunaikan hak pilihnya sebagaimana seharusnya.


Umum ditemukan tingkat partisipasi pemilih hanya berada pada kisaran angka
50 sampai 60 persen saja.

5. Menurunkan standar moral

Satu-satunya tujuan kandidat adalah memenangkan pemilihan. Mereka


sering menggunakan politik uang dan praktik bawah tangan lainnya agar
terpilih. Kekuatan otot dan uang bekerja bahu-membahu untuk memastikan
kemenangan seorang kandidat.
Dengan demikian, moralitas adalah korban pertama dalam pemilu. Apa
yang bisa diharapkan setelah moralitas dikorbankan

6. Demokrasi adalah pemerintahan orang kaya

Demokrasi modern pada kenyataannya adalah kapitalistik. Pemilu


dilakukan dengan uang. Para calon kaya membeli suara. Pada akhirnya, rakyat
mendapatkan pemerintahan plutokrasi yang berbaju demokrasi.
Pada kondisi ini, orang kaya menguasai media untuk keuntungan mereka
sendiri. Kepentingan pemilik modal bisa saja mempengaruhi keputusan politik
yang diambil pemerintah.

7. Penyalahgunaan waktu dan dana publik


Demokrasi bisa terjerumus pada pemborosan waktu dan sumber daya.
Dibutuhkan banyak waktu dalam perumusan undang-undang. Banyak uang
yang dihabiskan selama pemilu.

8. Tidak terjadi pemerintahan yang stabil

Ketika tidak ada partai yang manjadi mayoritas mutlak, pemerintahan


koalisi harus dibentuk. Koalisi partai politik dengan pembagian kekuasaan
hanya merupakan perkawinan semu.

Setiap kali terjadi benturan kepentingan, koalisi hancur dan pemerintahan


runtuh. Dengan demikian, pemerintah stabil di bawah demokrasi bisa sulit
dicapai.

9. Kediktatoran mayoritas

Demokrasi dikritik karena menjadi legitimasi kediktatoran mayoritas.


Mayoritas diharuskan melindungi kepentingan minoritas tetapi dalam praktiknya
tidak selalu demikian.
Mayoritas setelah mendapatkan kesuksesan saat pemilu terkadang
melupakan minoritas dan menjalankan pemerintahan sesuai dengan kehendak
mereka sendiri.

10. Pengaruh buruk dari partai politik

Partai politik merupakan dasar demokrasi. Partai politik bertujuan


merebut kekuasaan dengan cara yang sah.Namun terkadang, anggota partai
politik lebih mendahulukan kepentingan partai dibanding kepentingan negara.

Anda mungkin juga menyukai