Anda di halaman 1dari 10

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Surat Ketetapan Pajak (SKP)

2.1.1 Pengertian Surat Ketetapan Pajak (SKP)

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2009 tentang Ketentuan Umum

dan Tata Cara Perpajakan Surat Ketetapan Pajak (SKP) adalah surat ketetapan

yang meliputi Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar, Surat Ketetapan Pajak

Kurang Bayar Tambahan, Surat Ketetapan Pajak Nihil, atau Surat Ketetapan

Pajak Lebih Bayar. Surat ketetapan tersebut dihasilkan dari proses pemeriksaan

pajak yang dilaksanakan oleh petugas fungsional pemeriksa pajak maupun

penyidik pajak atau hasil penelitian dari petugas pengawasan dan konsultasi

pajak. Penerbitan suatu Surat Ketetapan Pajak hanya terbatas kepada Wajib Pajak

tertentu yang disebabkan oleh ketidakbenaran dalam pengisian Surat

Pemberitahuan (SPT) atau karena ditemukannya data fiskal yang tidak dilaporkan

oleh Wajib Pajak.


8

2.1.2 Jenis Surat Ketetapan Pajak (SKP)

Berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor

183/PMK.03/2015 Surat Ketetapan Pajak dibagi menjadi 4 (empat), yaitu sebagai

berikut:

1. Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar (SKPKB) adalah Surat Ketetapan Pajak

(SKP) yang menentukan besarnya jumlah pokok pajak, jumlah kredit pajak,

jumlah kekurangan pembayaran pokok pajak, besarnya sanksi administrasi,

dan jumlah pajak yang masih harus dibayar.

2. Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan (SKPKBT) adalah Surat

Ketetapan Pajak (SKP) yang menentukan tambahan atas jumlah pajak yang

telah ditetapkan sebelumnya.

3. Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar (SKPLB) adalah Surat Ketetapan Pajak

(SKP) yang menentukan jumlah kelebihan pembayaran pajak karena jumlah

kredit pajak lebih besar daripada pajak yang terutang atau tidak seharusnya

terutang.

4. Surat Ketetapan Pajak Nihil (SKPN) adalah Surat Ketetapan Pajak (SKP)

yang menentukan jumlah pokok pajak sama besarnya dengan jumlah kredit

pajak tidak terutang dan tidak ada kredit pajak.


9

2.1.3 Fungsi Surat Ketetapan Pajak (SKP)

Surat Ketetapan Pajak berfungsi sebagai:

1. Sarana untuk melakukan koreksi fiskal terhadap Wajib Pajak tertentu yang

nyata – nyata atau berdasarkan hasil pemeriksaan tidak memenuhi kewajiban

formal dan/atau kewajiban materiil dalam memenuhi ketentuan perpajakan.

2. Sarana untuk mengenakan sanksi administrasi perpajakan.

3. Sarana administrasi untuk melakukan penagihan pajak.

4. Sarana untuk mengembalikan kelebihan pajak dalam hal lebih bayar.

5. Sarana untuk memberitahukan jumlah pajak yang terutang.

(www.pajak.go.id)

2.1.4 Daluwarsa Penetapan Pajak

Berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor

183/PMK.03/2015 daluwarsa penetapan pajak ditentukan dalam jangka waktu 5

(lima) tahun sejak akhir Masa Pajak atau Bagian Tahun Pajak atau Tahun Pajak.

2.1.5 Pembetulan Ketetapan Pajak

Berdasarkan pada Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2009 tentang Ketentuan

Umum dan Tata Cara Perpajakan Kesalahan atau kekeliruan dalam ketetapan

pajak dapat dibetulkan apabila terdapat kesalahan tulis, kesalahan hitung atau
10

kekeliruan dalam Surat Ketetapan Pajak dapat dibetulkan oleh Direktur Jenderal

Pajak secara jabatan atau atas permohonan Wajib Pajak sendiri.

Ruang lingkup pembetulan ketetapan pajak terbatas pada kesalahan atau

kekeliruan dari:

1. Kesalahan tulis antara lain nama, alamat, Nomor Pokok Wajib Pajak

(NPWP), nomor Surat Ketetapan Pajak (SKP), jenis pajak, Masa atau Tahun

Pajak, dan tanggal jatuh tempo.

2. Kesalahan hitung yang berasal dari penjumlahan dan/atau pengurangan

dan/atau perkalian dan/atau pembagian suatu bilangan.

3. Kekeliruan dalam penetapan tarif, penerapan persentase norma penghitungan

penghasilan neto, penerapan sanksi administrasi, Penghasilan Tidak Kena

Pajak (PTKP), penghitungan Pajak Penghasilan dalam tahun berjalan, dan

pengkreditan pajak.

2.1.6 Jangka Waktu Penyelesaian Permohonan Pembetulan Ketetapan Pajak

Berdasarkan pada Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2009 tentang Ketentuan

Umum dan Tata Cara Perpajakan jangka waktu penyelesaian permohonan

pembetulan Wajib Pajak harus diselesaikan oleh Direktur Jenderal Pajak dalam

jangka waktu 6 (enam) bulan sejak tanggal surat permohonan pembetulan

diterima. Apabila jangka waktu tersebut telah lewat Direktur Jenderal Pajak tidak

memberikan suatu keputusan maka permohonan atas pembetulan yang diajukan

dianggap dikabulkan.
11

2.2 Pengurangan atau Pembatalan Surat Ketetapan Pajak yang Tidak


Benar

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2009 tentang Ketentuan Umum

dan Tata Cara Perpajakan Setiap Wajib Pajak memiliki hak untuk mendapatkan

pengurangan atau pembatalan atas Surat Ketetapan Pajak (SKP) yang tidak benar,

kecuali Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar (SKPKB) yang diterbitkan karena

kealpaan yang dilakukan oleh Wajib Pajak, seperti tidak menyampaikan Surat

Pemberitahuan (SPT) atau menyampaikan Surat Pemberitahuan (SPT) tetapi

isinya tidak benar atau tidak lengkap.

2.2.1 Ruang Lingkup Pengurangan atau Pembatalan Surat Ketetapan Pajak


yang Tidak Benar

Surat Ketetapan Pajak (SKP) yang dapat Wajib Pajak ajukan pengurangan melalui

permohonan adalah Surat Ketetapan Pajak (SKP) yang jumlah pajak terutangnya

tidak benar. Surat Ketetapan Pajak (SKP) yang tidak benar dapat dibatalkan

berdasarkan permohonan yang dapat Wajib Pajak lakukan meliputi Surat

Ketetapan Pajak (SKP) yang seharusnya tidak diterbitkan (melewati daluwarsa

penetapan). Berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor

8/PMK.03/2013 jika Surat Ketetapan Pajak (SKP) dibatalkan terhadap Masa

Pajak, Bagian Tahun Pajak, atau Tahun Pajak, dan jenis pajak yang terkait dengan

Surat Ketetapan Pajak (SKP) Wajib Pajak yang dibatalkan tersebut, maka:

1. Surat Ketetapan Pajak (SKP) dianggap tidak pernah diterbitkan; dan


12

2. Direktorat Jenderal Pajak (DJP) tetap dapat menerbitkan Surat Ketetapan

Pajak (SKP) atas Masa Pajak, Bagian Tahun Pajak, atau Tahun Pajak, dan

jenis pajak tersebut.

2.2.2 Persyaratan Pengurangan atau Pembatalan Surat Ketetapan Pajak


yang Tidak Benar

Berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor

8/PMK.03/2013 Surat Ketetapan Pajak (SKP) yang ingin Wajib Pajak ajukan

pengurangan atau pembatalan harus memenuhi kondisi sebagai berikut:

1. Surat Ketetapan Pajak (SKP) sedang tidak diajukan keberatan.

2. Diajukan keberatan, tetapi tidak dipertimbangkan.

3. Tidak diajukan permohonan pengurangan atau penghapusan sanksi

administrasi.

4. Sudah diajukan permohonan pengurangan atau penghapusan sanksi

administrasi, tetapi kemudian dicabut oleh Wajib Pajak.

5. Tidak sedang diajukan permohonan pembatalan Surat Ketetapan Pajak (SKP)

hasil pemeriksaan atau verifikasi.

6. Diajukan permohonan pembatalan Surat Ketetapan Pajak (SKP) hasil

pemeriksaan atau verifikasi.

7. Diajukan permohonan pembatalan Surat Ketetapan Pajak (SKP) hasil

pemeriksaan atau verifikasi, tetapi permohonan tersebut ditolak.

Syarat permohonan pengurangan atau pembatalan Surat Ketetapan Pajak (SKP)

adalah sebagai berikut:

1. 1 (satu) permohonan untuk 1 (satu) Surat Ketetapan Pajak (SKP);


13

2. Permohonan diajukan tertulis dalam bahasa Indonesia;

3. Menyampaikan jumlah pajak yang terutang menurut perhitungan Wajib Pajak

dengan disertai alasannya;

4. Permohonan harus disampaikan ke Kantor Pelayanan Pajak (KPP) tempat

Wajib Pajak terdaftar;

5. Surat Permohonan ditandatangani oleh Wajib Pajak dan dalam hal surat

permohonan ditandatangani bukan oleh Wajib Pajak, surat permohonan

tersebut harus dilampiri dengan surat kuasa khusus sebagaimana dimaksud

dalam pasal 32 ayat (3) Undang-Undang KUP.

Wajib Pajak tidak dapat mengajukan pengurangan atau pembatalan Surat

Ketetapan Pajak (SKP) jika Surat Ketetapan Pajak (SKP) tersebut diajukan

keberatan tetapi Wajib Pajak cabut. Apabila permohonan pertama dikembalikan

karena tidak memenuhi ketentuan maka Wajib Pajak tidak dapat mengajukan

permohonan kembali.

2.2.3 Cara Penyampaian Permohonan Pengurangan atau Pembatalan Surat


Ketetapan Pajak yang Tidak Benar

Berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor

8/PMK.03/2013 Wajib Pajak dapat menyampaikan surat permohonan ke Kantor

Pelayanan Pajak (KPP) tempat dimana Wajib Pajak terdaftar dengan salah satu

cara ssebagai berikut:

1) Disampaikan langsung;

2) Melalui pos dengan bukti pengiriman surat;

3) Melalui perusahaan jasa ekspedisi dengan bukti pengiriman surat;

4) Melalui jasa kurir dengan bukti pengiriman surat;


14

5) Melalui e-filing.

Dalam hal permohonan Wajib Pajak tidak benar dan dikembalikan karena tidak

memenuhi persyaratan sebagai berikut:

1) Untuk permohonan yang pertama, Wajib Pajak akan dianggap belum

mengajukan permohonan sehingga masih dapat mengajukan permohonan

paling banyak 2 (dua) kali; atau

2) Untuk permohonan yang kedua, Wajib Pajak masih dapat mengajukan

permohonan sepanjang waktu 3 (tiga) bulan belum terlampaui.

2.2.4 Proses Penyelesaian Permohonan Pengurangan atau Pembatalan Surat


Ketetapan Pajak yang Tidak Benar

Berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor

8/PMK.03/2013 proses penyelesaian permohonan pengurangan atau pembatalan

Surat Ketetapan Pajak (SKP) ynag tidak benar sebagai berikut:

1. Permohonan yang Wajib Pajak ajukan akan ditindaklanjuti dengan penelitian.

2. Dalam rangka penelitian, Direktur Jenderal Pajak dapat meminta pembukuan

atau pencatatan, dokumen terkait, data, dan/atau informasi yang diperlukan

melalui penyampaian surat permintaan.

3. Wajib Pajak harus memenuhi permintaan ini dalam jangka waktu paling lama

15 (lima belas) hari kerja setelah tanggal surat permintaan dikirim.

4. Jika diperlukan penelitian lebih lanjut untuk pemrosesan permohonan–

permohonan pengurangan atau pembatalan Surat Ketetapan Pajak (SKP) yang

tidak benar, Direktur Jenderal Pajak dapat meminta keterangan tambahan

kepada Wajib Pajak dengan menyampaikan surat permintaan keterangan


15

tambahan dan atas permintaan keterangan tambahan tersebut harus diberikan

keterangan yang diminta dalam jangka waktu paling lama sebagaimana

disebut dalam surat permintaan keterangan tambahan.

5. Direktur Jenderal Pajak dapat mempertimbangkan data, dan/atau informasi,

serta keterangan tambahan yang diberikan dalam proses penyelesaian

permohonan pengurangan atau pembatalan Surat Ketetapan Pajak (SKP) yang

tidak benar.

6. Dikecualikan dari ketentuan ini, dalam hal Penghasilan Kena Pajak dalam

Surat Ketetapan Pajak (SKP) dihitung secara jabatan, dokumen yang dapat

dipertimbangkan dalam proses penyelesaian permohonan pengurangan atau

pembatalan Surat Ketetapan Pajak (SKP) yang tidak benar, terbatas pada:

1) Dokumen yang terkait dengan penghitungan peredaran usaha atau

penghasilan bruto dalam rangka penghitungan penghasilan neto secara

jabatan; dan

2) Dokumen kredit pajak sebagai pengurang Pajak Penghasilan.

2.2.5 Keputusan Permohonan Pengurangan atau Pembatalan Surat


Ketetapan Pajak yang Tidak Benar

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2009 tentang Ketentuan Umum

dan Tata Cara Perpajakan Direktur Jenderal Pajak harus memberi keputusan atas

permohonan yang Wajib Pajak ajukan dalam jangka waktu paling lama 6 (enam)

bulan sejak tanggal diterimanya permohonan Wajib Pajak. Apabila dalam jangka

waktu 6 (enam) bulan telah terlewati dan Direktur Jenderal Pajak tidak

memberikan suatu keputusan maka atas permohonan yang Wajib Pajak ajukan
16

dianggap dikabulkan dan Direktur Jenderal Pajak harus menerbitkan keputusan

sesuai dengan permohonan yang diajukan Wajib Pajak.

Anda mungkin juga menyukai