Anda di halaman 1dari 10

MODEL KONSERVASI ETNIS-ETNIS DI INDONESIA

Andi Saputra Hasrudin1, Merlianti Kayely2

Program Studi Pendidikan Biologi fakultas keguruan dan ilmu pendidikan Universitas
Khairun Ternate

ABSTRAK

Sumber daya alam dan keanekaragaman hayati memiliki manfaat bagi kehidupan
manusia baik yang rasakan langsung maupun tidak langsung, antara lain menyediakan
kebutuhan pangan, kebutuhan sandang dan bangunan, sebagai sumber daya genetik. Upaya
perlindungan dan pengelolaan sumber daya perlu di lakukan agar tetap bisa di manfaatkan
sepanjang masa. Hal yang dapat di lakukan adalah dengan konservasi. Konservasi ini di
lakukan sebagai bentuk pelestarian dan pemanfaatan sumber daya alam hayati dan
ekosistemnya secara serasi dan seimbang. Metode yang di lakukan adalah metode suvei/
observasi dengan pendekatan analisis deskriptif. Hasil yang di dapat dari upaya konservasi di
berbagai Etnis-Etnis ini antara lain ; pemanfaatan satwa, konservasi kebudayaan lokal,
pengelolaan dan perlindungan lingkungan hidup, Pengetahuan Lokal Petani Dan Inovasi
Ekologi Dalam Konservasi Dan Pengelolahan Tanah Pada Pertanian.

Kata kunci : Sumber Daya, Konservasi, Etnis,

PENDAHULUAN yang di lakukan oleh manusia dalam


memanfaatkan sumberdaya alam sehingga
Alam dan manusia saling memiliki dapat menghasilkan keuntungan sebesar-
ketergantungan satu sama lain besarnya secara berkelanjutan untuk
(suryadarma,2008), Alam membutuhkan generasi manusia saat ini serta tetap
manusia untuk kelestariannya,dan manusia memelihara potensinya untuk memenuhi
membutuhkan alam untuk menunjang kebutuhan – kebutuhan dan aspirasi-
kebutuhan hidup sehari-hari. Hal tersebut aspirasi generasi yang akan datang.
di karenakan alam memiliki kebutuhan
dasar yang di perlukan manusia untuk Di indonesia, memiliki banyak sumber
bertahan hidup seperti air, energi, daya alam yang berlimpah, baik yang ada
makanan, udara, dan perlindungan. di hutan maupun di lautan yang tersebar di
Ketergantungan antara keduannya semua wilayah atau etnis-etnis yang ada di
seringkali membuat suatu interaksi yang indonesia yang beragam. Akan tetapi
kuat untuk menunjang satu sama lain hampir di beberapa wilayah di indonesia
(satyananda dkk.,2013). hal ini kemudian sumber daya alam dimanfaatkan tetapi
harus di lakukan upaya berupa konservasi. tidak di sertai dengan pengelolaan dan
Konservasi adalah suatu usaha pengelolaan pelestarian, akibatnya lama – kelamaan
akan habis Untuk itu, di harapkan pada PEMBAHASAN
berbagai etnis di wilayahnya harus
mengadakan pola konservasi sehingga a. Pemanfaatan Satwa Pada Orang
Bukit Duabelas Provinsi Jambi
sumber daya alam tersebut dapat terjaga
dan dapat di manfaatkan hingga pada Orang rimba memanfaatkan satwa 29
generasi yang akan datang. jenis (mamalia 51,73 % ; aves 17,24 % ;
Artikel ini bertujuan memaparkan reptil 7,24% dan pisces 13,79%) untuk
beberapa model konservasi yang di keperluan konsumsi, pengobatan,
lakukan oleh beberapa etnis-etnis kebutuhan adat (dilindungi) dan dijual.
indonesia di daerahnya masing-masing Bagian tubuh dominan yang biasa
untuk menjaga kelestarian dan upaya dimanfaatkan yaitu daging (62%) dan cara
pemanfaatan dalam jangka waktu yang pemanfaatan tertinggi, yaitu dibakar (75
berkelanjutan. %). Satwa diperoleh dengan berburu dan
meracun ikan. Orang Rimba tidak
Artikel ini hanya memuat tentang memiliki aturan adat dalam kegiatan
beberapa upaya konservasi yang di berburu, kecuali mengatur lokasi dan jenis
lakukan oleh beberapa etnis-etnis di satwa yang dapat diburu
indonesia yang terkait pengelolaan dan
pemanfaatan sumber daya alam dengan Nilai yang terkandung dalam upaya
berbasis kearifan lokal yang ada di daerah mendapatkan satwa dalam kehidupan
masing-masing. sehari-hari Orang Rimba ialah nilai
perlindungan dan nilai kesederhaan. Kedua
METODE nilai ini erat kaitannya dengan
kepercayaan yang dianut. Orang Rimba
Penelitian ini menggunakan metode
tetap patuh terhadap larangan menembus
survei dengan pendekatan analisis
deskriptif. Data primer dikumpulkan zona inti dan memburu satwa yang
melalui observasi dan wawancara terlindungi oleh adat mereka, meskipun
mendalam. Menurut Bungin (2011), telah berpindah kepercayaan dari penganut
analisis deskriptif bertujuan untuk animisme menjadi monoteis (Islam atau
menjelaskan berbagai kondisi, situasi atau Kristen) dan bermukim di desa.
berbagai variabel yang timbul dari objek
penelitian berdasarkan apa yang terjadi. b. Konservasi kebudayaan lokal
Responden adalah Orang lokal yang yogyakarta
tinggal di daerah tersebut, yang terdiri dari
tokoh adat/spiritual, pengurus kelompok, Dalam konteks ini Yogyakarta kecuali
yaitu Tumenggung (kepala kelompok/pemi sebagai “kota pelajar” juga menjadi daerah
mpin tertinggi), Menti (penyidang orang tujuan wisata penting di Indonesia yang
secara adat) dan masyarakat. bertumpu pada sumberdaya ekonomi
kreatif (cultural economic) yaitu
kebudayaan, terutama pada kekhasan
sejarah, pusat pendidikan, dan berbagai
kesenian seperti perayaan adat dan pesta
rakyat. Dengan ditunjang karya seni-
budaya,Yogyakarta dapat menjadi tempat
ideal untuk pengembangan pariwisata
budaya dan etnik (Smith 1977), dengan
menekankan observasi terhadap ekspresi Sunda. Hubungan Masyarakat Sunda yang
dan gaya hidup masyarakat yang eksotik. lekat dengan alam mulai tergerus dengan
Pariwisata budaya meliputi kunjungan ke riuhnya arus modernisasi saat ini. Contoh;
industri dengan obyek kuliner, kesenian, dalam hal makanan, banyak generasi muda
baik seni rupa (bangunan dan upa cara yang lebih suka nongkrong di kafe sambil
tradisional, tata rias, pementasan tari) minum kopi dengan racikan luar negeri
maupun seni suara (kerawitan, mancapat). yang harganya mahal ketimbang membeli
Seni rupa meliputi seni arsitektural makanan tradisional seperti lotek, gegetuk,
bangunan, seni rias (terutama seni pakaian bandros, bandrek, bajigur dll., dalam hal
kebaya yang telah menjadi kebudayaan pakaian, sudah jarang generasi muda yang
nasional dengan seni batik dan lurik), seni menggunakan pakaian tradisional seperti
kerajinan (kulit atau wayang). selain itu, baju pangsi dan Kabaya kalau bukan pada
seni suara yang ada di Yogyakarta meliputi acara-acara tertentu seperti hajatan,dalam
seni vokal dan instrumental (karawitan dan aktivitas generasi muda saat ini lebih
macapat) yang tergabung dengan seni tari. menyukai menghabiskan waktunya dengan
Ruang lingkup keduanya berkembang permainan video game ketimbang
pesat. permainan tradisional ucing-ucingan,
galah,sapintrong dll.
c. Kearifan Lokal Masyarakat Hal ini menjadi tatangan cukup berat
Kampung Naga Sebagai Konservasi bagi Kebudayaan Sunda untuk tetap eksis
Alam Dalam Menjaga Budaya Sunda di era modern. Masyarakat Kampung Naga
adalah sebagian Masyarakat Sunda yang
Kebudayaan adalah seluruh cara hidup mengisolasikan dirinya dari
kehidupan dari masyarakat yang mana pun modernisasi. Masyarakat Kampung Naga
dan tidak hanya mengenai sebagian dari menetap di suatu kampung yang terletak
cara hidup itu yaitu bagian yang oleh kaki Gunung Galunggung di Desa
masyarakat dianggap lebih tinggi atau Neglasari, Kecamatan Salawu Kabupaten
lebih diinginkan (Linton dalam Ihromi, Tasikmalaya. Masyarakat Kampung Naga
2006: 18). Begitupun dengan kebudayaan merupakan suatu perkampungan yang
Sunda yang secara umum memiliki dihuni oleh sekelompok masyarakat yang
kebudayaan yang berbeda dengan sangat kuat dalam menjunjung tinggi adat
kebudayaan Jawa ataupun lainnya. Padahal istiadat, budaya, dan kepercayaan
secara administratif Masyarakat Sunda dan peninggalan leluhurnya.
Masyarakat Jawa menempati satu pulau Masyarakat Kampung Naga umumnya
yang sama. masih mempertahankan diri dari pengaruh
Hal tersebut terjadi dikarenakan modernisasi. Walaupun dalam kehidupan
sejarah masyarakat Nusantara (Indonesia) masih memegang teguh terhadap adat
sendiri yang tidak mengenal kendaraan istiadat dan tradisi, tapi tidak menutup diri
modern seperti kendaraan bermesin, dari dunia luar utamanya dalam hal
sehingga dua kelompok kebudayaan ini pendidikan (Setiana, Haerudin dan
terpisah karena bentangan alam seperti Koswara. 2014: 6).
hutan, pegunungan dan sungai. Keadaan
tersebut mengisolasi kebudayaan Sunda
dari kebudayaan lainnya.Ada tantangan
besar bagi Masyarakat Sunda pada era
teknologi informasi sekarang ini.
Kebudayaan asli Sunda mulai terdegradasi.
Banyak generasi muda yang tidak
mengenal kebudayaan sendiri dan d. Kearifan Lokal Masyarakat Adat
cenderung meninggalkan Kebudayaan Moronene Dalam Perlindungan
Dan Pengelolaan Lingkungan pembuatan teras dan rorak/lubang angin
Hidup dan sistem agroforestri dengan
memanfaatkan tanaman naungan, serta
Suku Moronene merupakan salah satu penyiangan pada lahan kopi. Konstruksi
suku yang ada di Provinsi Sulawesi tanah yang telah dipraktekkan petani
Tenggara dan berada di wilayah adalahpembuatan teras dan rorak. Pilihan
Kabupaten Bombana serta bertempat teknik konservasi ini dikenal secara luas
tinggal dalam kawasan adat Hukaea-Lea. karena dapat dilakukan dengan mudah
Dalam sejarah Provinsi Sulawesi dan murah, bahkan dapat dikatakan sudah
Tenggara,masyarakat adat Moronene menjadi bentuk praktek keseharian petani.
merupakan suku asli tertua yang mendiami Pada Dari beberapa konstruksi teknik
daratan Sulawesi Tenggara, di samping konservasi yang diterapkan petani di
orang Tolaki dan Mekongga. Masyarakat Sumberjaya, jenis teras adalah yang
adat Suku Moronene mendiami ekosistem paling umum digunakan. Jenis teras ini
hutan hujan tropis dataran rendah yang di dapat dibuat tanpa harus merombak
dominasi oleh savana. Hutan hujan Tropis tanaman kopi yang sudah ada. Proses
dataran rendah di kawasan TN. RAW pembuatan teras sederhana dapat
berada pada ketinggian antara 500 sampai dilakukan secara bertahap (gradual)
980 mdpl dengan vegetasi yang beragam disesuaikan dengan kemampuan petani.
dan tajuk hutan yang selalu menghijau Sejumlah petani mendeskripsikan
sepanjang tahun. beberapa keuntungan adanya teras antara
Pada Menggunakan beraneka macam lain:
tumbuh - tumbuhan yang ada dalam hutan 1. menghambat laju air yang mengalir
adalah untuk dijadikan maupun menunjang di permukaan tanah sehingga
kehidupan seperti, pangan, pengobatan, mengurangi erodibilitas tanah;
bahan bangunan, upacara adat, budaya, 2. menampung tanah lapisan atas (
bahan pewarna dan lainnya. Konsep atau topsoil) yang hanyut dari lahan di
tradisi yang dibangun oleh masyarakat atasnya. Lapisan tanah yang sering
Suku Moronene tersebut merupakan salah terbawa oleh air adalah lapisan
satu pengetahuan lokal masyarakat dalam tanah atas (topsoil) yang
memanfaatkan sumber daya tumbuhan merupakan lapisan tanah subur dan
dalam rangka membantu menjaga gembur. Jika topsoilnya terkikis
kelestarian lingkungan maupun karena terbawa limpasan
keanekaragaman hayati. permukaan, maka kesuburan tanah
dapat berkurang. Dengan adanya
e. Pengetahuan Lokal Petani Dan teras, tanah subur yang tergerus
Inovasi Ekologi Dalam Konservasi limpasan permukaan tidak hilang
Dan Pengelolahan Tanah Pada terhanyut, tetapi ditampung oleh
Pertanian Berbasis Kopi Di Sumber teras yang ada dibawahnya;
Jawa, Lampung Barat 3. memudahkan petani dalam
mengelola lahan khususnya dalam
Dalam upaya mengatasi kondisi lahan proses panen (saat mutil).
yang kritis serta untuk meningkatkan Berdasarkan deskripsi di atas,
produktivitas lahan mereka,petani lokal dapat dikatakan bahwateras
memiliki pengetahuan dan menerapkan berdampak positif terhadap
teknik konservasi tanah dan air meskipun peningkatan kesuburan tanah
sifatnya masih sederhana. Pengetahuan Selain konstruksi tanah, petani di
lokal petani yang telah dipraktekkan Sumberjaya telah menerapkan
dalam upaya konservasi tanah dan air sistem agroforestri baik sederhana
antara lain: konstruksi tanah dengan
maupun kompleks untuk mengelola g. Konservasi Kawasan Hutan Di
kebun kopi mereka. Lamandau Dengan Konsep
Sistem ini ditandai dengan penanaman Bioremiadasi Dan Adat Dayak
tanaman buah-buahan, tanaman kayu atau Kaharingan
tanaman legum multiguna di antara
tanaman kopi sebagai tanaman pelindung
(Agus et al., 2002). Solusi yang bisa ditawarkan untuk
mengatasi permasalahan lingkungan antara
f. Konservasi Dan Budaya Di Teluk lain melakukan perbaikan lingkungan
Tomini (remedier) dan kualitasnya. Beberapa cara
yang dapat dilakukan untuk perbaikan
Budaya ekonomi yang kini eksis dan lingkungan tercemar limbah industri,
berkembang di pesisir Pohuwato, Teluk antara lain secara fisik, kimiawi, dan
Tomini, khususnya pada kawasan Tanjung biologis.Perbaikan lingkungan secara fisik
Panjang tak bisa dilepaskan dari 5 (lima) antara lain dengan teknik pemindahan
kondisi utama. Pertama, absennya otoritas bahan pencemar yang kemudian dilakukan
dan regularitas pengelolaan ruang Cagar proses isolasi. Sedangkan perbaikan secara
Alam Tanjung Panjang kimiawi dapat dilakukan dengan cara
Masyarakat tanjung panjang memiliki pertukaran ion dan reserve osmosis. Tetapi
etos kerja yang tinggi dalam merespon kedua metode tersebut membutuhkan
perubahan (ekonomi). Beberapa usaha biaya yang relatif mahal (Suhendrayatna,
yang dilakukan masyarakat tanjung 2001).
panjang adalah pengelolaan tambak ikan Bioremidiasi merupakan cara yang
di area hutan bakau. sebelum di paling efektif ditinjau dari proses dan
lakukannya kegiatan pembersihan pohon produknya. Menurut Suhendrayana (2001)
bakau lokasi tambak, masayarat bioremidiasi mempunyai potensi tinggi
melakukan ritual atau doa syukuran yang dalam mengurangi kadar pencemar sampai
di lakukan di lokasi tersebut. Masyarakat dengan level konsentrasi yang sangat
duduk di atas tikar dengan posisi bersila rendah.Bioremidiasi lebih efektif di
bersama pimpinan tetua. bandingkan dengan pertukaran ion dan
Setelah doa syukuran selesai, reserve osmosis dalam hal sensitivitas
dilanjutkan dengan menyabung ayam, kehadiran padatan terlarut. Zat organik,
ayam yang akan di sabungkan berada di dan logam berat lainnya. Bioremidiasi
dalam lingkaran para pekerja yang lebih Juga dinyatakan lebih baik dibandingkan
dahulu membentuk lingkaran. Saat ayam proses pengendapan, jika dikaitkan dengan
sementara beradu, orang-orang yang kemampuan menstimulus penurunan pH.
membentuk lingkaran akan berebut ayam Proses bioremidiasi kebanyakan
yang tengah di sabung itu. Setelah itu menggunakan bakteri indigen, karena
barulah dilangsungkan pembersihan tingkat adaptasi terhadap lingkungan lebih
Tujuan dari ritual berdoa dan ritual tinggi, kendati juga ada yang
sabung ayam itu agar dalam proses mengintroduksi strain bakteri atau fungi
pekerjaan lahan berjalan lancar.Selain itu, dari luar (Mellor et.al.,1996).
ritual seperti ini merupakan suatu bentuk perbaikan lingkungan dengan cara
permintaan izin kepada “pemilik lahan” bioremidiasi dapat diawali dengan
yang sesungguhnya, yakni Tuhan Allah karakterisasi bakteri yang terdapat pada
SWT, sekaligus permintaan izin kepada insang dan saluran pencernaan ikan
“makhluk halus” yang selama ini keramba yang ada di sungai Kabupaten
menghuni tempat yang akan dijadikan Lamandau. Bakteri indigen dominan
lokasi usaha tambak tersebut. selanjutnya diuji kemampuannya dalam
menghidrolisis lemak dalam skala labor
atorium.Upaya pelestarian lingkungan Bambusa sp. sebagai bangunan, kesenian,
hidup bagi masyarakat Dayak Kaharingan sayuran & anyaman dan Musa x
sudah dilaksanakan sejak dulu. Hal ini paradisiaca L. sebagai Obat, sayuran dan
dibuktikan dengan salah satu budaya pangan (ICS=114), Calamus sp.
masyarakat setempat yang melarang (ICS=112) dan Gigantochloa apus
pengambilan hasil-hasilpotensi tertentu (Schult.) Kurz (100) sebagai bangunan,
dengan atau tanpa merusak lingkungan. Sayuran & Anyaman. Etnozoologi suku
Kegiatan larangan pengambilan hasil- hasil Togutil berdasarkan analisis nilai
potensi ini oleh masyarakat kepentingan relatif dari spesies yang
Dayak Kaharingan dikenal dengan dikenal secara lokal yaitu hewan
beberapa istilah tertentu .Fenomena dan digunakan sebagai sumber energi, hewan
ketentuan adat tersebut melarang peliharaan, indikator musim buah dan
masyarakat untuk memetik buah - buah hewan pemburu (100%), sumber penyakit
tertentu di darat dan mengambil hasil (67%) dan sumber obat (24%).
tertentu dari sungai selama jangka waktu
yang ditetapkan oleh pemerintah desa i. Konservasi Budaya Dan Adat Suku
(Cooley, 1987 dalam Judge & Nurizka, Sahu
2008). Masyarakat suku Dayak di
Kalimantan Tengah, secara turun temurun Suku sahu memiliki ritual yaitu ritual
dalam kehidupannya telah mempraktekkan menaikan rumah atau yang di sebut sibere
upaya konservasi sumberdaya alam dan wanat. Sibere berarti naik dan wanat
perlindungan terhadap keanekaragaman adalah atap. Upacara ini di awali dengan
sumberdaya hayati. doa yang dipimkpin oleh tokoh
adat.setelah itu wanat di bawa oleh tiga
h. Perspektif Konservasi Berbasis pria yang berjalan diatas batang bambu
Kearifan Lokal Dan Etnobiologi hingga puncak rumah sasadu. Wanat lalu
Keanekaragaman Hayati Suku dipasang diatap. Ritual dilanjutkan dengan
Togutil Di Pulau Halmahera tarian Legu Salai. Kali ini, tarian dilakukan
oleh anak-anak. Mereka menari dengan
Suku Togutil di pulau Halmahera pakaian adat suku Sahu diiringi alat musik
memiliki kearifan lokal untuk melindungi tifa dan gong. Mereka yang bisa duduk
hutan yaitu adanya zona hutan larangan hanya ayah dan anak pertama. Mereka
(Hongana ihigumayaua), zona mesti memakai penutup kepala seperti peci
pemanfaatan (Mialolingiri), zona tanaman atau topi adat untuk masuk ke rumah
pangan, zona tanaman obat, zona berburu, Sasadu. Di dalam rumah, mereka makan
zona sumber air, zona pemukiman dan bersama. Nasi kembar, makanan khas suku
berladang. Etnobotani Suku Togutil Sahu wajib ada dalam ritual itu. Nasi
nomaden yaitu terdapat 2 spesies yang kembar adalah nasi yang dimasak dengan
nilai kualitas, intensitas dan eksklusivitas daun dan bambu. Daun lebar digulung
penggunaannya dinilai sangat tinggi, yaitu menjadi dua lubang (tempat nasi) lalu
Dendrocalamus asper (Schult.) Backer dimasukan ke bambu dan dibakar. Setelah
(ICS=144) dan Bambusa sp. (ICS=100) matang, akan ada dua gulungan nasi
spesies ini berguna untuk bahan bangunan, berdempetan sehingga disebut nasi
sayuran, anyaman dan kesenian,sedangkan kembar. Untuk lauk, tidak ada menu
suku Togutil menetap memanfaatkan 5 khusus dalam ritual. Kali ini, nasi kembar
spesies yang nilai kualitas, intensitas dan ditemani ikan, telur, dan sup. Musik tifa
eksklusivitas penggunaannya dinilai sangat dan gong tetap dimainkan selama makan
tinggi, yaitu Dendrocalamus asper bersama. Para orang tua juga bernyayi.
(Schult.) Backer (ICS=150) sebagai Mereka lalu berbincang ditemani minuman
bangunan, kesenian, sayuran & anyaman, air nira di dalam batang bambu atau
minuman keras ciu. Sibere Wanat untuk dilakukan oleh masyarakat dalam
dahulunya digelar selama 9 hari 9 malam bentuk hubungan-hubungan sosial maupun
tanpa henti. Jika ingin lebih singkat, lama dalam pemanfaatan sumber-sumber daya
ritual mesti ganji, yaitu 7 hari 7 malam, 5
alam yang ada, misalnya larangan-
hari 5 malam, 3 hari 3 malam, atau hanya
sehari semalam. Ritual Sibere Wanat larangan untuk membunuh jenis-jenis
digelar setahun sekali sebagai ucapan hewan tertentu, menebang sembarangan
syukur atas hasil panen enam bulan sekali. pohon-pohon di kawasan hutan tertentu,
Ritual dilakukan di rumah Sasadu di merusak atau mencemarkan lingkungan
masing-masing desa. Ukuran rumah alam tertentu atau melakukan perbuatan a-
Sasadu tiap desa berbeda-beda. Paling sosial di tempat-tempat tertentu. Perbuatan
besar berukuran 9 kali 6 meter. Rumah itu
membunuh hewan, menebang hutan,
terbuat dari kayu dan anyaman daun
kering. Atap rumah dibuat rendah agar merusak dan mencemarkan lingkungan
setiap orang yang ingin masuk mesti yang dikeramatkan disamakan dengan
menunduk sebagai tanda penghormatan. membunuh masyarakat setempat.
"Bangun rumah tidak pakai paku. Jadi
kayu disusun, lalu diikat pakai tali gemutu k. Konservasi Alam Secara Tradisional
dari pohon aren. Kelompok Etnik Matbat

j. Konservasi Sumber Daya Alam Penduduk kampung Lilinta di Pulau


Papua Ditinjau Dari Aspek Budaya Misol, Kepulauan Raja Ampat termasuk
kelompok etnik Matbat, adalah penduduk
Dalam pandangan kosmis masyarakat asli yang mendiami pulau Misol, salah satu
tradisional (sebagian besar kelompok- pulau besar di gugusan Kepulauan Raja
kelompok etnik di Tanah Papua tergolong Ampat. Seperti halnya pada penduduk di
ke dalam masyarakat ini), manusia adalah kampung-kampung lain di pulau Misol
bagian yang integral dengan ekosistemnya. pada khususnya dan penduduk Kepulauan
Perwujudan dari pandangan demikian Raja Ampat pada umumnya dikenal suatu
adalah personifikasi gejala-gejala alam system konservasi alam yang disebut
tertentu dengan kelompoknya. Misalnya samsom. Samsom berarti larangan untuk
orang Amungme yang mengambil hasil laut pada kurung waktu
mempersonifikasikan alam dengan tubuh tertentu. Larangan ini dilakukan atas dasar
seorang manusia, orang Asmat pandangan orang Matbat tentang hubungan
menganggap pohon sebagai penjelmaan antar manusia dengan sumber-sumber daya
jati diri manusia dan ada kelompok- alam disekitarnya. Dalam pandangan orang
kelompok etnik tertentu percaya bahwa Matbat, Sumber Daya Alam (SDA) baik
mereka adalah keturunan dari burung atau yang habis terpakai maupun yang dapat
jenis hewan tertentu lainnya. diperbaharui (renewable), termasuk yang
Pandangan dan keyakinan demikian terdapat di laut, mempunyai batas-batas
menyebabkan terbentuknya norma-norma untuk dimanfaatkan oleh manusia.
dan nilai-nilai tertentu yang berfungsi
sebagai pengendali sosial bagi masyarakat
pendukungnya untuk berinteraksi dengan
ekosistem. Norma-norma itu menetapkan
apa yang baik dan apa yang tidak baik
l. Konservasi alam secara tradisional mengatur pemanfaatan sumber daya alam
etnik sentani di wilayah kekuasaan masing-masing
kampung pada kelompok etnik Sentani,
Pada kelompok etnik Sentani yang juga pada kelompok etnik Nimboran dan
mendiami darah sekitar danau Sentani kelompo etnik Tabla di daerah Jayapura,
yang terletak di sebelah selatan maka secara tradisi hubungan antara
pegunungan Cycloop, Kabupaten manusia dengan lingkungan tetap terjaga
Jayapura, terdapat meknisme pengawasan dan terpelihara sehingga SDA yang
terhadap pemanfaatan sumber daya alam terdapat di dalam lingkungan alamnya
yang diatur melalui bagian tertentu dalam selalu terpelihara dengan baik untuk dapat
organisasi pemerintahan adatnya. Dalam dimanfaatkan secara berkesinambungan
struktur organisasi pemerintahan adat dari generasi- ke generasi. Hal demikian
terdapat suatu bagian yang memang mulai terganggu sejak system
diadakan untuk kepentingan pengawasan pemerintahan modern berlaku di daerah
pemanfaatan sumber daya alam. Bagian ini pada awal abad ke-20.
dalam struktur organisasi pemerintahan
adat ini disebut phume-ameyo. Phume-
ameyo diartikan sebagai bagian dalam
struktur organisasi pemerinahan adat yang
mempunyai tugas dan tanggungjawab
untuk mengurus masalah-masalah yang
menyangkut kemakmuran dan
kesejahteraan masyarkat. Dalam bidang ini
terdapat sejumlah fungsionaris atau pejabat
yang mempunyai tanggungjawab untuk
mengawasi dan mengatur pemanfaatan
sumber daya alam yang berada di dalam
wilayah kekuasaan kampung. Misalnya
untuk mangambil hasil hutan sagu (
meramu sagu) maka ada pejabat yang
berwewenang untuk mengatur
pemanfaatannya, pejabat ini disebut fi-yo;
selanjutnya pejabat yang mempunyai tugas
untuk mengurus dan mengawasi
penangkapan ikan di perairan danau milik
kampung disebut buyo-kayo. Selain itu
petugas khusus yang mengatur dan
mengawasi pemanfaatan hasil hutan
disebut aniyo-erayo; sedangankan petugas
yang khusus mengawasi dan mengatur
pemanfaatan bintang buruan disebu yayo.
Dengan menempatakan berbagai pejabat
dalam struktur pemerintahan adat seperti
tersebut di atas untuk mejaga, dan
NO ETNIS MODEL KONSERVASI
1. Jambi Perlindungan jenis satwa dengan larangan adat.
2. Jawa (Jogja) Budaya dan adat meliputi upacara, kerajinan, pakaian
3. Sunda Budaya
4. Morene Perlindungan Dan Pengelolaan Lingkungan Hidup

5. Jawa (lampung) Konservasi Pengelolahan Tanah Pada Pertanian Berbasis


Kopi
6. Tanjung Panjang Konservasi dan budaya dengan etos kerja masyarakat
dalam pembangunan
7. Dayak Konservasi lingkungan dengan bioremediasi dan adat
larangan
8. Suku togutil Konservasi berbasis kearifan lokal dengan zona larangan
hutan
9. Etnis Sahu Konservasi adat dengan ritual upacara panen.
10. Etnis Matbat Konservasi alam secara tradisional yaitu samsom
larangan untuk mengambil hasil laut pada kurung waktu
tertentu.
11. Etnis Santani Pemanfaatan sumber daya alam yang diatur melalui
bagian tertentu dalam organisasi pemerintahan adatnya

PENDAPAT PENULIS TENTANG Model konservasi setiap etnis di


MASALAH indonesia sangat beragam dengan tujuan
menjaga kelestarian sumber daya alam.
Dari masalah di atas, penulis Adapun hal yang di lakukan adalah
berpendapat bahwa upaya konservasi yang Pemanfaatan Satwa Pada Orang Bukit
di lakukan di setiap etnis sangat baik Duabelas Provinsi Jambi, Konservasi
dalam pengelolaan serta pelestarian kebudayaan lokal yogyakarta, Kearifan
sumber daya alam, sera adanya kearifan Lokal Masyarakat Kampung Naga Sebagai
lokal sebagai suatu wadah dalam Konservasi Alam Dalam Menjaga Budaya
membangun kerja sama di antara Sunda dan masih banyak lagi.
masyarakat dalam menjaga kelestarian
sumber daya alam yang di miliki saat ini. Saran

PENUTUP Di harapkan dengan adanya artikel ini


di dapat bermanfaat bagi pembaca. Kami
Kesimpulan akui penulisan artikel ini masih jauh dari
kesempurnaan, untuk itu kritik yang
Dari uraian di atas dapat di simpulkan membangun dari pembaca sangat kami
bahwa hubungan manusia dan alam sangat butuhkan untuk perbaikan di penulisan
erat kaitannya, di mana di antara kedua berikutnya.
nya saling berketergantungan dan saling
membutuhkan. Untuk itu hendaknya kita
menjaga kelestarian serta pintar-pintar
mengolah alam kita dengan baik sehingga
dapat di manfaatkan hingga generasi ke
generasi.
DAFTAR RUJUKAN Pengembangan Buku ReferensiEtno-
Konservasi. Ternate.
Novriyanti et al. 2014. Pola Dan nilai
Lokal etnis Dalam Pemanfaatan
Satwa pada Orang rimba bukit
duabelas provinsi jambi. Bogor.
Fakultas Kehutanan Universitas
Jambi.

Soeroso amiluhur et al. 2008. strategi


konservasi kebudayaan lokal
yogyakarta. Yogyakarta.

Wiradimadja agung et al. Kearifan Lokal


Masyarakat Kampung Naga Sebagai
Konservasi Alam Dalam Menjaga
Budaya Sunda. Malang.

Sabaruddin Muh. Sinapoy. 2018. Kearifan


Lokal Masyarakat Adat Suku Morene
Dalam Perlindungan Dan Pengelolaan
Lingkungan Hidup. Kendari.

Mulyoutami M Elok et al. 2004.


Pengetahuan Lokal Petani Dan Inovasi
Ekologi Dalam Konservasi Dan
Pengelolahan Tanah Pada Pertanian
Berbasis Kopi Di Sumberjaya,
Lampung Barat. Bandar lampung.

Amin basri. Konservasi Dan Budaya Di


Teluk Tomini. Gorontalo.

Hujjatusnaini Noor. 2016. Konservasi


Kawasan Hutan Di Lamandau Dengan
Konsep Bioremediasi Dan Adat Dayak
Kaharingan. Palangkaraya.

J. R. Mansoben. 2003. Antropologi Papua.


Jayapura, YKB Papua.

Tamalene M. Nasir. 2016. Perspektif


Konservasi Berbasis Kearifan Lokal
dan Etnobiologi Keanekaragaman
Hayati SukuTogutil di Pulau
Halmahera sebagai Bahan

Anda mungkin juga menyukai