HGHV
HGHV
Banyak sekali pertanyaan masuk yang menanyakan sebaiknya kita mengambil terapi yang
mana? Banyak yang melaporkan bahwa mencari-cari informasi di internet justru membuat
bingung, karena semua menawarkan yang terbaik dan ilmiah. Tetapi diantara yang
menurutnya terbaik dan ilmiah itu, yang mana yang sebaiknya bisa kita gunakan?
Jalan termudah tentunya kita bisa tanya langsung kepada pihak profesional misalnya dokter,
psikolog, ahli kependidikan berkekhususan, guru, terapis profesional, dan seterusnya sesuai
masalah yang kita hadapi. Cilakanya kadang kita juga terjebak justru masuk ke berbagai
terapi yang tidak jelas efektivitasnya dan juga tidak jelas kerugian yang dapat diperkirakan
dari awal. Apalagi kadang kita malah terjebak dalam trial and error yang seringkali tidak
dibicarakan dari awal jika terapi itu memang tidak didukung bukti efektivitasnya.
Memilih bentuk terapi yang EBP/EBM adalah bertujuan agar kita bisa mendapatkan tingkat
efektivitas, efisiensi, serta tingkat keamanan yang baik. Yang lebih penting lagi menghindari
trial and error – yang mana tindakan ini tidak menghitung risk & benefitnya, atau untung
ruginya – atau efektivitas dan bahayanya.
Semakin ketatnya tuntutan EBP/EBM ini disebabkan karena globalisasi informasi yang
semakin cepat dan tawaran-tawaran intervensi yang semakin banyak. Karena itu di banyak
negara sudah menetapkan bahwa bentuk-bentuk intervensi kepada anak maupun orang
dewasa memerlukan sebanyak mungkin bukti pendekatan kebenaran yang dapat
dipehitungkan secara metodologis ilmiah.
Dengan kata lain dengan menggunakan intervensi EBP/EBM maka kita akan:
1. Menghindari efek-efek yang tidak diinginkan
2. Mendapatkan efek-efek yang sudah dapat diperhitungkan dalam upaya mencari
perbaikan
3. Tidak bermain spekulasi.
Evidence Based Practice/Evidence Based Medicine adalah suatu perkembangan dalam dua
dekade ini guna menolong para profesi, praktisi, dan klien/pasien untuk mencari bentuk
intervensi/terapi yang paling efisien, efektif, teraman, dan menghindari spekulasi. EBP/EBM
mengandung dua faktor: idiologi, dan metoda. Idiologi dalam EBP/EBM berangkat dari etika
bahwa setiap penderita/penyandang mempunyai hak untuk mendapatkan intervensi/terapi
yang paling efisien, efektif, paling aman, dan tidak mengandung faktor spekulasi. Sedang
faktor metoda mengandung bagaimana cara dan jalan penerapan suatu intervensi/terapi untuk
mengatasi masalah.
Dari ketiga proses itu, barulah suatu protokol atau tatalaksana intervensi EBP/EBM dapat
diterapkan. Lihat gambar di bawah ini.
Jika kita melihat semua proses mencapai EBP/EBM, maka secara singkat dapat kita
pahami bahwa, sebuah intervensi EBP/EBM membutuhkan:
1. Penelitian dengan tingkat kepercayaan yang tinggi, yaitu adanya kelompok
pembanding, dan sampel yang diambil secara random sebagai gambaran populasinya.
2. Dengan demikian hasil-hasil penelitian yang ada dapat direplika oleh peneliti lain
dengan hasil yang sama.
3. Hasil yang diperoleh atau yang ditunjukkan oleh penelitian harus dapat dijelaskan
melalui teori yang mendukungnya. Sepanjang hasil (sekalipun positip) tidak ada
dukungan teori untuk menjelaskan hasil yang diperoleh, maka tingkat kepercayaannya
akan dianggap rendah. Karena itu semua penelitian yang digunakan untuk kepentingan
EBP/EBM harus mempunyai korelasi dengan badan keilmuan tertentu.
4. Adanya kesepakatan para ahli apakah hasil penelitian tersebut layak dilansir ke
masyarakat dengan melihat faktor keuntungan dan kerugiannya (risk and benefit) serta
diketahui bagaimana efek samping yang mungkin terjadi.
5. Dalam aplikasinya masih diperlukan melihat secara cermat kondisi dan pengalaman
pasien/client dalam memanfaatkan intervensi/terapi tersebut. Hal ini bisa saja terjadi
yang disebabkan karena adanya masalah spesifik pada pasien/client.
1. Cara termudah adalah mencari dalam buku-buku EBP/EBM dalam bidang ilmu terkait.
Buku-buku panduan seperti ini kini sudah tersedia yang dapat digunakan sebagai buku
panduan. Misalnya saja Evidence Based Practice in Infant and Early Childhood
Psychology.
Tetapi buku-buku seperti ini bagi yang tidak mempunyai latar belakang keilmuan
tersebut cukup menyulitkan karena itu memerlukan konsultasi kepada profesional yang
berkaitan.
Berbagai buku-buku tentang intervensi/terapi kini banyak yang menyertakan penjelasan
bahwa buku tersebut mengikuti pegangan EBP/EBM hal ini untuk memudahkan
pembaca memisahkannya dari buku-buku alternative moderen yang juga banyak
menggelar penjelasan-penjelasan ilmiah tetapi ilmiah semu (pseudoscience).
Situs profesi yang menyediakan layanan penjelasan EBP/EBM misalnya:
http://www.aap.org/
http://www.psych.org/
2. Cara lain yang dapat kita upayakan adalah mencari pengumuman-pengumuman atau rilis
EBP/EBM yang diberikan oleh pihak asosiasi profesi berkaitan baik dalam negeri
maupun luar negeri. Apabila kita tidak menemukannya, kemungkinan besar bentuk
tawaran intervensi yang diberikan masih dalam daftar CAM (Complementary
alternative medicine). Kita dapat mencarinya melalui lembaga-lembaga CAM, misalnya
dari US dengan nama NCCAM http://nccam.nih.gov/
Atau dapat juga kita menelusurinya melalui website WHO (World Health Organisation)
http://apps.who.int/medicinedocs/en/d/Js5525e/1.html
Bila kita melihat fenomena/gejala yang meragukan, maka apa yang kita lakukan agar
masuk ke jalur EBP?
Kadang kita menemui suatu gejala yang kita tidak tahu apakah gejala ini bisa kita bahas
secara EBP/EBM. Pengertian EBP/EBM pada dasarnya adalah suatu tatalaksana yang sudah
melalui suatu pengujian bertingkat-tingkat dan disepakati oleh para ahlinya bahwa protokol
itu dapat digunakan sebagai intervensi/terapi.
Namun kadang kita sebagai konsumen mendapatkan kejadian sehari-hari yang tidak kita
ketahui apakah benar tindakan yang akan kita berikan adalah memang EBP/EBM. Sedangkan
gejalanya cocok dengan suatu diagnosa tertentu, padahal sebetulnya tidak benar. Situasi ini
kita sebut sebagai false-positip. Apabila intervensi kita lanjutkan maka tatalaksana yang kita
ambil jelas salah. Apabila kita mengetahui bahwa gejala yang kita hadapi meragukan sebagai
gejala penegakan diagnosanya, maka upaya yang dapat kita ambil adalah mencari informasi
penjelasan teori-teori yang mendukungnya. Dengan bantuan tenaga ahli – untuk melakukan
penelusuran literature.
Contoh yang sering terjadi misalnya pada kasus-kasus anak berkekhususan dimana pada saat
si anak masih balita gejala-gejala yang ada seringkali menunjukkan keragu-raguan, karena
banyak gejala yang mirip (mix syndrome). Karena itu untuk ketepatan diagnosa dan
pemilihan intervensi EBP/EBM perlu ditempuh berbagai cara, selain observasi lebih intensif,
juga perdalaman teori yang mendukung berbagai fenomena atau gejala yang nampak.
Placebo effect adalah effect yang terjadi memang bukan karena intervensi/terapi yang
digunakan, nampaknya seolah-seolah effect dari intervensi/terapi tersebut. Contoh yang sering
terjadi misalnya pengobatan dengan homeopathy dimana homeopathy menggunakan satu
molekul preparat diencerkan dengan air hingga beribuan kali, yang kita hadapi sebetulnya
molekul tadi tidak ada lagi dalam air tersebut. Sehingga yang digunakan adalah memory air
terhadap molekul preparat yang digunakan. Dengan demikian pengobatan homeopathy
merupakan pengobatan berdasarkan kepercayaan dengan efek placebo.
Placebo effect sering terjadi juga pada penggunaan dua atau tiga bentuk intervensi/terapi
sekaligus. Dengan maksud menutupi kegagalan intervensi/terapi yang ditawarkan. Misalnya
penawaran suatu bentuk intervensi/terapi dengan berbagai cerita yang manis dan luar biasa,
namun sebetulnya bentuk intervensi/terapi itu mempunyai tingkat keberhasilan yang rendah.
Misalnya penawaran neurofeedback yang dari hasil-hasil penelitian menunjukkan bahwa
terapi ini hanya dapat digunakan sebagai terapi supportif untuk masalah konsentrasi pada
ADHD, tetapi tidak menanggulangi masalah inti ADHD yaitu masalah perilaku dan emosi,
serta masalah belajar. Tawaran terapi ini seringkali juga diikuti dengan terapi lainnya
misalnya terapi perilaku tertentu yang memang EBP. Dengan begitu terapi dengan
neurofeedback hanya akan menghasilkan efek plasebo. Demikian juga terapi motivasi untuk
memperbaiki perilaku dengan hypnoterapi jika terapi yang diberikan disertai bentuk terapi
perilaku, maka kita tidak tahu lagi apakah perubahan yang terjadi memang benar karena efek
hypnoterapi yang diberikan.
http://www2.ed.gov/nclb/methods/whatworks/eb/edlite-slide026.html
http://www.spu.edu/depts/Library/reference/health_science/ebp.htm
http://www.leeds.ac.uk/educol/documents/00001819.htm
http://www.hva.nl/lectoraten/documenten/ol12-050623-devos.pdf
http://www.lyceumbooks.com/pdf/Toward_Evidence-Based_Chapter_21.pdf
http://www.medicine.ox.ac.uk/bandolier/painres/download/whatis/What_is_critical_appraisal.
pdf
http://whqlibdoc.who.int/hq/2002/who_edm_trm_2002.1.pdf