Anda di halaman 1dari 7

Memilih Terapi Berbasis Penelitian Ilmiah

(Evidence Based Practice/Evidence Based Medicine)


Julia Maria van Tiel
Kelompok diskusi orang tua CIBI anakberbakat@yahoogroups.com
9 Mart 2011

Banyak sekali pertanyaan masuk yang menanyakan sebaiknya kita mengambil terapi yang
mana? Banyak yang melaporkan bahwa mencari-cari informasi di internet justru membuat
bingung, karena semua menawarkan yang terbaik dan ilmiah. Tetapi diantara yang
menurutnya terbaik dan ilmiah itu, yang mana yang sebaiknya bisa kita gunakan?

Jalan termudah tentunya kita bisa tanya langsung kepada pihak profesional misalnya dokter,
psikolog, ahli kependidikan berkekhususan, guru, terapis profesional, dan seterusnya sesuai
masalah yang kita hadapi. Cilakanya kadang kita juga terjebak justru masuk ke berbagai
terapi yang tidak jelas efektivitasnya dan juga tidak jelas kerugian yang dapat diperkirakan
dari awal. Apalagi kadang kita malah terjebak dalam trial and error yang seringkali tidak
dibicarakan dari awal jika terapi itu memang tidak didukung bukti efektivitasnya.

Memilih bentuk terapi yang EBP/EBM adalah bertujuan agar kita bisa mendapatkan tingkat
efektivitas, efisiensi, serta tingkat keamanan yang baik. Yang lebih penting lagi menghindari
trial and error – yang mana tindakan ini tidak menghitung risk & benefitnya, atau untung
ruginya – atau efektivitas dan bahayanya.

Semakin ketatnya tuntutan EBP/EBM ini disebabkan karena globalisasi informasi yang
semakin cepat dan tawaran-tawaran intervensi yang semakin banyak. Karena itu di banyak
negara sudah menetapkan bahwa bentuk-bentuk intervensi kepada anak maupun orang
dewasa memerlukan sebanyak mungkin bukti pendekatan kebenaran yang dapat
dipehitungkan secara metodologis ilmiah.

Dengan kata lain dengan menggunakan intervensi EBP/EBM maka kita akan:
1. Menghindari efek-efek yang tidak diinginkan
2. Mendapatkan efek-efek yang sudah dapat diperhitungkan dalam upaya mencari
perbaikan
3. Tidak bermain spekulasi.

Apakah itu EBP/EBM ?

Evidence Based Practice/Evidence Based Medicine adalah suatu perkembangan dalam dua
dekade ini guna menolong para profesi, praktisi, dan klien/pasien untuk mencari bentuk
intervensi/terapi yang paling efisien, efektif, teraman, dan menghindari spekulasi. EBP/EBM
mengandung dua faktor: idiologi, dan metoda. Idiologi dalam EBP/EBM berangkat dari etika
bahwa setiap penderita/penyandang mempunyai hak untuk mendapatkan intervensi/terapi
yang paling efisien, efektif, paling aman, dan tidak mengandung faktor spekulasi. Sedang
faktor metoda mengandung bagaimana cara dan jalan penerapan suatu intervensi/terapi untuk
mengatasi masalah.

Bagaimana ilmuan mencapai EBP/EBM?


1. Tahapan penelitian dan hirarkinya
Dalam penelitian ilmiah terdapat hirarki mulai dari tingkat kepercayaannya yang paling
rendah hingga yang paling tinggi. Dibawah ini mulai yang paling rendah sampai yang
paling tinggi:
- laporan fenomena atau kejadian-kejadian yang kita temui sehari-hari
- studi kasus
- studi lapangan atau laporan deskriptif
- studi percobaan tanpa penggunaan tehnik pengambilan sampel secara acak
(random)
- studi percobaan yang menggunakan setidaknya ada satu kelompok pembanding,
dan menggunakan sampel secara acak (random)
- systemic reviews oleh kelompok bijak bestari atau meta analisa yaitu pengakajian
berbagai penelitian yang ada dengan tingkat kepercayaan yang tinggi.

2. Critical appraisal dan kesepakatan para ahli dengan mempertimbangkan : bioetika,


penerapan dg melihat kondisi ekonomi, sosial, psikologis. Critical appraisal adalah
melakukan analisa secara hati-hati dari berbagai penelitian yang ada (hasil dari
metaanalisa) yg dilakukan oleh tim bijak bestari (peer reviewer) dan merujuknya
kembali dengan berbagai teori yang mendukung. Dari tahapan ini akan keluar anjuran-
anjuran yang berkaitan dengan hasil-hasil penelitian, apakah layak digunakan sebagai
acuan suatu tatalaksana/protokol intervensi. Saran-saran ini kemudian perlu disepakati
dari berbagai bidang keilmuan/profesi yang berkaitan. Suatu tatalaksana yang EBP/EBM
secara klinik/lab dalam studi penelitian ini, masih memerlukan pertimbangan apakah
layak dilansir ke masyarakat dengan melihat berbagai hal yang mendukung/tidak
mendukung seperti misalnya pengalaman para ahli di lapangan, kondisi ekonomi, nilai
budaya setempat, etika, hukum, dan kondisi psikologis.
3. Pengalaman klinik/pasien.
Dalam penerapan protokol EBP/EBM juga diperlukan bagaimana pengalaman
pasien/client yang bersangkutan terhadap intervensi terpilih, apabila menunjukkan
ketidaksesuaian maka diperlukan mencari metoda EBP/EBM yang sesuai baginya.

Dari ketiga proses itu, barulah suatu protokol atau tatalaksana intervensi EBP/EBM dapat
diterapkan. Lihat gambar di bawah ini.

Jika kita melihat semua proses mencapai EBP/EBM, maka secara singkat dapat kita
pahami bahwa, sebuah intervensi EBP/EBM membutuhkan:
1. Penelitian dengan tingkat kepercayaan yang tinggi, yaitu adanya kelompok
pembanding, dan sampel yang diambil secara random sebagai gambaran populasinya.
2. Dengan demikian hasil-hasil penelitian yang ada dapat direplika oleh peneliti lain
dengan hasil yang sama.
3. Hasil yang diperoleh atau yang ditunjukkan oleh penelitian harus dapat dijelaskan
melalui teori yang mendukungnya. Sepanjang hasil (sekalipun positip) tidak ada
dukungan teori untuk menjelaskan hasil yang diperoleh, maka tingkat kepercayaannya
akan dianggap rendah. Karena itu semua penelitian yang digunakan untuk kepentingan
EBP/EBM harus mempunyai korelasi dengan badan keilmuan tertentu.
4. Adanya kesepakatan para ahli apakah hasil penelitian tersebut layak dilansir ke
masyarakat dengan melihat faktor keuntungan dan kerugiannya (risk and benefit) serta
diketahui bagaimana efek samping yang mungkin terjadi.
5. Dalam aplikasinya masih diperlukan melihat secara cermat kondisi dan pengalaman
pasien/client dalam memanfaatkan intervensi/terapi tersebut. Hal ini bisa saja terjadi
yang disebabkan karena adanya masalah spesifik pada pasien/client.

Bagaimana kita bisa mendapatkan info EBP/EBM?

1. Cara termudah adalah mencari dalam buku-buku EBP/EBM dalam bidang ilmu terkait.
Buku-buku panduan seperti ini kini sudah tersedia yang dapat digunakan sebagai buku
panduan. Misalnya saja Evidence Based Practice in Infant and Early Childhood
Psychology.
Tetapi buku-buku seperti ini bagi yang tidak mempunyai latar belakang keilmuan
tersebut cukup menyulitkan karena itu memerlukan konsultasi kepada profesional yang
berkaitan.
Berbagai buku-buku tentang intervensi/terapi kini banyak yang menyertakan penjelasan
bahwa buku tersebut mengikuti pegangan EBP/EBM hal ini untuk memudahkan
pembaca memisahkannya dari buku-buku alternative moderen yang juga banyak
menggelar penjelasan-penjelasan ilmiah tetapi ilmiah semu (pseudoscience).
Situs profesi yang menyediakan layanan penjelasan EBP/EBM misalnya:
http://www.aap.org/
http://www.psych.org/

2. Cara lain yang dapat kita upayakan adalah mencari pengumuman-pengumuman atau rilis
EBP/EBM yang diberikan oleh pihak asosiasi profesi berkaitan baik dalam negeri
maupun luar negeri. Apabila kita tidak menemukannya, kemungkinan besar bentuk
tawaran intervensi yang diberikan masih dalam daftar CAM (Complementary
alternative medicine). Kita dapat mencarinya melalui lembaga-lembaga CAM, misalnya
dari US dengan nama NCCAM http://nccam.nih.gov/
Atau dapat juga kita menelusurinya melalui website WHO (World Health Organisation)
http://apps.who.int/medicinedocs/en/d/Js5525e/1.html

Badan-badan pengawas obat dan makanan, misalnya FDA


http://www.fda.gov/
Skeptic’s Dictionary
http://www.skepdic.com/

3. Situs-situs asuransi kesehatan terpercaya seringkali juga memberikan alasan-alasan


mengapa beberapa intervensi tidak mendapatkan penggantian asuransi yang disebabkan
karena belum dapat diterimanya intervensi tersebut secara EBP/EBM. Misalnya Gicna
milik US: http://www.cigna.com/

4. Lembaga yang mengawasi health/education fraudulence. Misalnya National Caouncil


Against Health Fraudulence http://www.ncahf.org/

Bila kita melihat fenomena/gejala yang meragukan, maka apa yang kita lakukan agar
masuk ke jalur EBP?

Kadang kita menemui suatu gejala yang kita tidak tahu apakah gejala ini bisa kita bahas
secara EBP/EBM. Pengertian EBP/EBM pada dasarnya adalah suatu tatalaksana yang sudah
melalui suatu pengujian bertingkat-tingkat dan disepakati oleh para ahlinya bahwa protokol
itu dapat digunakan sebagai intervensi/terapi.
Namun kadang kita sebagai konsumen mendapatkan kejadian sehari-hari yang tidak kita
ketahui apakah benar tindakan yang akan kita berikan adalah memang EBP/EBM. Sedangkan
gejalanya cocok dengan suatu diagnosa tertentu, padahal sebetulnya tidak benar. Situasi ini
kita sebut sebagai false-positip. Apabila intervensi kita lanjutkan maka tatalaksana yang kita
ambil jelas salah. Apabila kita mengetahui bahwa gejala yang kita hadapi meragukan sebagai
gejala penegakan diagnosanya, maka upaya yang dapat kita ambil adalah mencari informasi
penjelasan teori-teori yang mendukungnya. Dengan bantuan tenaga ahli – untuk melakukan
penelusuran literature.

Contoh yang sering terjadi misalnya pada kasus-kasus anak berkekhususan dimana pada saat
si anak masih balita gejala-gejala yang ada seringkali menunjukkan keragu-raguan, karena
banyak gejala yang mirip (mix syndrome). Karena itu untuk ketepatan diagnosa dan
pemilihan intervensi EBP/EBM perlu ditempuh berbagai cara, selain observasi lebih intensif,
juga perdalaman teori yang mendukung berbagai fenomena atau gejala yang nampak.

Atau masalah lain yang sering terjadi di lapangan.


Laporan kasus baru atau fenomena baru yang terjadi di lapangan, sebetulnya juga sudah
merupakan evidence ( tingkat pertama) yang memerlukan perhatian kita, agar penderita cepat
mendapatkan pertolongan. Untuk mendapatkan intervensi yang sesuai yang harus kita
lakukan, fenomena tersebut merupakan gejala dari suatu kondisi apa, bagaimana teori
penjelasannya? Bila sudah sesuai dengan kriteria tertentu, maka kita dapat menelusuri
intervensi/terapi EBP yang disediakan. Tetaplah mencari bantuan pada ahlinya.
Placebo effect

Placebo effect adalah effect yang terjadi memang bukan karena intervensi/terapi yang
digunakan, nampaknya seolah-seolah effect dari intervensi/terapi tersebut. Contoh yang sering
terjadi misalnya pengobatan dengan homeopathy dimana homeopathy menggunakan satu
molekul preparat diencerkan dengan air hingga beribuan kali, yang kita hadapi sebetulnya
molekul tadi tidak ada lagi dalam air tersebut. Sehingga yang digunakan adalah memory air
terhadap molekul preparat yang digunakan. Dengan demikian pengobatan homeopathy
merupakan pengobatan berdasarkan kepercayaan dengan efek placebo.

Placebo effect sering terjadi juga pada penggunaan dua atau tiga bentuk intervensi/terapi
sekaligus. Dengan maksud menutupi kegagalan intervensi/terapi yang ditawarkan. Misalnya
penawaran suatu bentuk intervensi/terapi dengan berbagai cerita yang manis dan luar biasa,
namun sebetulnya bentuk intervensi/terapi itu mempunyai tingkat keberhasilan yang rendah.
Misalnya penawaran neurofeedback yang dari hasil-hasil penelitian menunjukkan bahwa
terapi ini hanya dapat digunakan sebagai terapi supportif untuk masalah konsentrasi pada
ADHD, tetapi tidak menanggulangi masalah inti ADHD yaitu masalah perilaku dan emosi,
serta masalah belajar. Tawaran terapi ini seringkali juga diikuti dengan terapi lainnya
misalnya terapi perilaku tertentu yang memang EBP. Dengan begitu terapi dengan
neurofeedback hanya akan menghasilkan efek plasebo. Demikian juga terapi motivasi untuk
memperbaiki perilaku dengan hypnoterapi jika terapi yang diberikan disertai bentuk terapi
perilaku, maka kita tidak tahu lagi apakah perubahan yang terjadi memang benar karena efek
hypnoterapi yang diberikan.

Ciri-ciri penawaran tidak EBP/EBM


1. Menawarkan satu bentuk intervensi/terapi mampu mengatasi banyak gangguan.
2. Coba dulu lalu ambil; jangan komentar sebelum mencoba
3. Tidak memberikan informasi keuntungan dan kerugian; hanya menyajikan
keuntungannya
4. Menyatakan ilmiah namun bukan pernyataan dari asosiasi ilmiah yang berkaitan
dalam bentuk position paper atau rislis EBP/EBM dari bentuk intervensi/terapi
tersebut.
5. Menggunakan literature-literature penelitian namun tidak menunjukkan metaanalisa
atau reviews dari hasil-hasil penelitian yang ada.
6. Tidak menggunakan protokol terpercaya, atau bahkan cara-caranya disembunyikan.
7. Kita harus juga memahami bahwa seorang tenaga profesi tidak diperkenankan secara
etika untuk mengiklankan bentuk-bentuk pelayanannya apalagi memberikan informasi
dengan jaminan mencapai kesembuhan. Sehingga yang biasa mengiklankan
keampuhannya adalah kelompok non-EBP/EBM.

Debat yang sering terjadi .

Debat sering terjadi dalam menentukan intervensi/terapi bagi kelompok-kelompok:


1. Anak-anak berkekhususan yang masih belum ada konsesus final tentang penyebab dan
mekanismenya. Contoh: autisme dan gangguan belajar (learning disablites).
2. Intervensi/terapi yang tidak pernah/belum lolos masuk ke dalam tingkatan EBP/EBM
dengan kepercayaan yang tinggi, namun sudah dipasarkan di pasaran luas. Bentuk-
bentuk seperti ini sangat banyak sekali. Karena perlu ditanyakan kembali bentuk
tawaran ini merupakan tawaran EBP/EBM?
3. Nature VS Nurture , kelompok yang mempertahankan pendapat bahwa masalah
perkembangan anak terutama inteligensi adalah keturunan (Nature) VS kelompok
yang percaya bahwa perkembangan anak adalah berkat pengasuhan, pendidikan,
stimulasi dini, nutrisi, dan vitamin (nurture). Namun sesungguhnya perkembangan
anak termasuk perkembangan inteligensi adalah berkat Nature + Nurture. Sehingga
debat Nature VS Nurture tidak pada titian yang benar. Kelompok terbanyak yang
menawarkan bentuk stimulasi inteligensi berada dalam kelompok nurture yang bila
kita telusuri biasanya memang tidak ada EBP/EBM yang mendukungnya. Karena
berbagai penelitian ilmiah masa kini menunjukkan bahwa perkembangan anak
terutama perkembangan inteligensi merupakan pengaruh dari genetiknya plus faktor
lingkungan (pengasuhan, pendidikan, stimulasi, nutrisi, dan vitamin) yang baik.

http://www2.ed.gov/nclb/methods/whatworks/eb/edlite-slide026.html
http://www.spu.edu/depts/Library/reference/health_science/ebp.htm
http://www.leeds.ac.uk/educol/documents/00001819.htm
http://www.hva.nl/lectoraten/documenten/ol12-050623-devos.pdf
http://www.lyceumbooks.com/pdf/Toward_Evidence-Based_Chapter_21.pdf
http://www.medicine.ox.ac.uk/bandolier/painres/download/whatis/What_is_critical_appraisal.
pdf
http://whqlibdoc.who.int/hq/2002/who_edm_trm_2002.1.pdf

Anda mungkin juga menyukai