Kelompok A-02
Ketua:
Mohammad Rifqi Sauqi Sanusi 1102017142
Sekertaris:
Muhammad Aqil Irwansyah Tualeka 1102017146
Anggota:
Dina Islamia 1102017073
Fadilah Dirayati 1102017080
Fauzan Miftahulfalah 1102017089
Fellya Noveliony Dheona 1102017090
Firman Cipta Maulana 1102017093
Galda Feriyalda Galeb 1102017096
Grandy Ilham Hutama 1102017099
Hanif Hajjaj Miftah Fathan 1102017101
UNIVERSITAS YARSI
FAKULTAS KEDOKTERAN
1.1.Dasar Teori
Pada dasarnya semua manusia memiliki hipotalamus yang berfungsi menjaga suhu tubuhnya
sehingga manusia bisa disebut makhluk homeoterm. Sebelum dilakukannya pemeriksaan
kesehatan yang paling utama adalah melakukan pengecekan suhu tubuh. Ada beberapa tempat
yang bisa dijadikan standar pasti untuk pengukuran suhu tersebut, seperti axilaris, oral, dan anus.
Walaupun pada suhu yang ekstrim pengukuran suhu dapat dilakukan karena manusia dapat
menjaga suhu tubuhnya agar tetap seimbang mengunakan lapisan lemak pada kulitnya dan
dengan pengaturan dari hipotalamus.
Di alam, pengaturan suhu tubuh oleh hewan dan manusia dilakukan untuk mengatur panas
yang diterimanya atau yang hilang ke lingkungan. Mekanisme perubahan panas tubuhhewan
dapat terjadi dengan 4 proses, yaitu konduksi, konveksi, radiasi, dan evaporasi.
Konduksi adalah pemindahan panas antara dua kegiatan secara kontak fisik langsung
diantaranya keduanya. Konduksi juga bisa berarti perpindahan panas akibat paparan langsung
kulit dengan benda-benda yang ada di sekitar tubuh. Biasanya proses kehilangan panas dengan
mekanisme konduksi sangat kecil. Sentuhan dengan benda umumnya memberi dampak
kehilangan suhu yang kecil karena dua mekanisme, yaitu kecenderungan tubuh untuk terpapar
langsung dengan benda relative jauh lebih kecil dari pada paparan dengan udara, dan sifat
isolator benda menyebabkan proses perpindahan panas tidak dapat terjadi secara efektif terus
menerus.
Konveksi adalah transfer panas akibat adanya gerakan udara atau cairan melalui permukaan
tubuh.
Radiasi adalah mekanisme kehilangan panas tubuh dalam bentuk gelombang panas
inframerah. Gelombang inframerah yang dipancarkan dari tubuh memiliki panjang gelombang 5
– 20 mikrometer. Tubuh manusia memancarkan gelombang panas ke segala penjuru tubuh.
Radiasi merupakan mekanisme kehilangan panas paling besar pada kulit (60%) atau 15% seluruh
mekanisme kehilangan panas. Panas adalah energi kinetik pada gerakan molekul. Sebagian besar
energi pada gerakan ini dapat dipindahkan ke udara bila suhu udara lebih dingin dari kulit. Sekali
suhu udara bersentuhan dengan kulit, suhu udara menjadi sama dan tidak terjadi lagi pertukaran
panas, yang terjadi hanya proses pergerakan udara sehingga udara baru yang suhunya lebih
dingin dari suhu tubuh.
Evaporasi ( penguapan air dari kulit ) dapat memfasilitasi perpindahan panas tubuh. Pada
kondisi individu tidak berkeringat, mekanisme evaporasi berlangsung sekitar 450 – 600 ml/hari.
Hal ini menyebabkan kehilangan panas terus menerus dengan kecepatan 12 – 16 kalori per jam.
Evaporasi ini tidak dapat dikendalikan karena evaporasi terjadi akibat difusi molekul air secara
terus menerus melalui kulit dan sistem pernafasan. Selama suhu kulit lebih tinggi dari pada suhu
lingkungan, panas hilang melalui radiasi dan konduksi. Namun ketika suhu lingkungan lebih
1
tinggi dari suhu tubuh, tubuh memperoleh suhu dari lingkungan melalui radiasi dan konduksi.
Pada keadaan ini, satu-satunya cara tubuh melepaskan panas adalah melalui evaporasi.
Memperhatikan pengaruh lingkungan terhadap suhu tubuh, sebenarnya suhu tubuh aktual ( yang
dapat diukur ) merupakan suhu yang dihasilkan dari keseimbangan antara produksi panas oleh
tubuh dan proses kehilangan panas tubuh dari lingkungan.
1.2.Tujuan
a. Menjelaskan penyebab perbedaan hasil pengukuran suhu dengan lokasi yang berbeda
pada tubuh manusia
b. Menerangkan pengaruh lingkungan terhadap suhu tubuh manusia jika bernafas melalui
mulut dan berkumur dengan air es
c. Menjelaskan pengaruh suhu keliling pada suhu tubuh makhluk poikilotherm
dibandingkan dengan homeotherm
d. Mendemonstrasikan pelbagai factor isolasi terhadap pengeluaran panas
e. Mengukur kelembaban udara diruangan dengan menggunakan psychometric chart
2
BAB II
METODE PENGAMATAN
2. Tata Kerja
3
3. Letakan ‘Reservoir’ thermometer dibawah lidah dan suruh orang percobaan
menutup mulutnya rapat-rapat.
4. Setelah 10 menit baca dan catat suhu mulut orang percobaan.
2.2.Pengaruh bernafas melalui mulut dan berkumur air es pada suhu mulut.
1. Turunkan meniscus air raksa sampai dibawah skala dengan cara seperti diatas
2. Letakan reservoir thermometer dibawah lidah orang percobaan
3. Baca dan catat suhu mulu setelah 5 menit
4. Tanpa menurunkan meniscus air raksa, letakan kembali reservoir thermometer
dibawah lidah orang percobaan.
5. Baca dan catat lagi suhu mulut setelah 5 menit
6. Suruh orang percobaan bernafas dengan melalui mulut selama 2 menit sambil
menutup lubang hidung. Segera setelah tindakan ini ulangi percobaan 1s/d 5
7. Suruh orang berkumur berulang ulang dengan air es selama 1 menit. Segera
setelah tindakan ini ulangin percobaan 1 s/d 5.
P.I.2. Apa ada perbedaan antara suhu mulut pada 5 menit pertama dan 5 menit kedua
pada ketiga tindakan diatas ? Dan apakah ada perbedaan antara suhu akhir
ketiga keaadaan tersebut ?
- Suhu mulut atau oral pada 5‘ pertama : 37 oC
Suhu mulut atau oral pada 5‘ kedua : 37oC
Suhu ketika bernafas tenang melalui mulut : 36,9 oC
Suhu mulut setelah berkumur denan air es : 35,8 oC
- Ketika bernafas suhu menjadi lebih rendah kaerena terjadi perpindahan panas secara
konveksi ke dalam oral atau mulut dan ketika berkumur dengan air es, suhu menjadi
lebih rendah karena terjadi perpindahan panas secara konduski pada mulut karena air
es.
-
2.3.Pengukuran suhu ketiak.
4
4. Letakn reservoir thermometer klinik di ruang ketiak dan suruhlah orang
percobaan menjepitnya dengan baik
5. Setelah 10 menit baca dan catat suhu ketiak orang percobaan.
P.I.4 apakah ada perbedaan antara suhu ketiak dan suhu mulut apa sebabnya ?
Karena bisa mengubah suhu aslinya atau terjadinya perpindahan panas secara
konduksi.
2.5.Perbandingan pengeluaran panas pada kendi tanah yang dipernis dan kendi tanah
yang tidak dipernis.
5
4. Ketika suhu pada tb telah konstan, catat suhu pada kedua thermometer (tb&tk)
5. Lihat tabel dan diagram psychometric untuk menentukan kelembapan udara di
ruangan
6
BAB III
HASIL PENGAMATAN
3.2 Data hasil Pengukuran suhu mulut dengan pengaruh nafas melalui mulut dan berkumur
dengan air es
Suhu awal mulut = 36,2˚C
Suhu mulut setelah dipengaruhi nafas melalui mulu = 36,2˚C
Suhu mulut setelah dipengaruhi dengan berkumur air es = 37˚C
3.4 Data suhu air dengan lapisan paraffin dan tanpa lapisan paraffin
40
parrafin ˚C
20
B Parrafin ˚C
0
1 2 3 4 5 6
7
Selisih suhu awal dengan suhu akhir
Gelas A = 50 – 32 = 18˚C
Gelas B = 50 – 45 = 15˚C
Terlihat dari hasil selisih suhu Gelas A lebih besar dari Gelas B terbukti bahwa paraffin
menghambat proses penguapan air
3.5 Data suhu air dalam kendi yang dipernis dan tidak di pernis
3.7 Data Pengaruh suhu keliling pada suhu tubuh binatang poikilothermik
Suhu ruang: 25˚C
Suhu katak: 24˚C
Suhu air es: 5˚C
Suhu katak: 20˚C
Suhu air panas: 43˚C
Suhu katak: 31˚C
8
BAB IV
KESIMPULAN
Setelah melakukan percobaan suhu dan kelembapan udara, dapat disimpulkan bahwa:
1. Temperatur pada air mengalami penurunan yang lebih besar daripada pada air yang
ditambahkan paraffin disebabkan karena paraffin memiliki molekul yang rapat sehingga
dapat menahan pengeluaran uap air berlebih sehingga suhu air dengan lapisan paraffin bisa
tahan lebih lama.
2. Temperatur pada air di kendi biasa mengalami penurunan yang lebih besar daripada pada air
pada kendi yang dipernis. Karena kendi dengan lapisan pernis mempertahankan suhu air
lebih kuat maka dari itu jika kendi tanpa lapisan pernis akan lebih mudah mengalami
penurunan suhu dikarenakan tidak adanya penghalang atau penahan suhu air.
3. Yang dipernis itu ibarat lemak pada manusia, yang bisa menahan panas keluar dari tubuh.
Sedangkan yang tidak dipernis, menandakan tidak ada penahan panas sehingga suhu bisa
turun
4. Diketahui kelembapan udara saat melakukan praktikum ini ialah 90%. Tinggi rendahnya
kelembaban udara di suatu tempat sangat bergantung pada beberapa faktor sebagai berikut :
a. Suhu.
b. Tekanan udara.
c. Pergerakan angin.
d. Kuantitas dan kualitas penyinaran.
e. Vegetasi dsb.
f. Ketersediaan air di suatu tempat (air, tanah, perairan).
5. Pengaruh suhu keliling pada suhu tubuh binatang poikiloterm
Suhu kodok ketika sedang direndam di dalam air es akan mengikuti suhu es yakni semakin
menurun. Begitu pula pada saat direndam di air hangat suhu kodok pun akan meningkat.
Pada percobaan ini, air es yang digunakan untuk merendam kodok tidak boleh masuk ke
dalam tubuh kodok tersebut karena jika air es masuk ke dalam tubuh kodok, akan
mempengaruhi pengukuran suhunya karena terkontaminasi oleh suhu air es.
9
DAFTAR PUSTAKA
Sherwood,L. 2008. Human Physiology From Cells to Systems edisi 6. Graphic World Inc: USA
Sherwood,L. 2008. Human Physiology From Cells to Systems edisi 7. Graphic World Inc: USA
Wijaya, Agung. Dkk. (2006). IPA Terpadu SMP/MTs Kelas VII A. Grasindo. Jakarta
10