Anda di halaman 1dari 5

A.

Pendahuluan
Saat ini, dunia tengah memasuki era revolusi industri 4.0 atau
revolusi industri dunia ke-empat dimana teknologi telah menjadi basis
dalam kehidupan manusia. Segala hal menjadi tanpa batas dan tidak
terbatas akibat perkembangan internet dan teknologi digital. Era ini telah
mempengaruhi banyak aspek kehidupan baik di bidang ekonomi, politik,
kebudayaan, seni, pendidikan dan bahkan sampai ke dunia perbankan.
Lembaga keuangan juga termasuk jenis usaha yang terkena
dampak revolusi industri. Banyak lembaga keuangan menggunakan
kecerdasan buatan untuk mendeteksi penipuan dan ekuitas penelitian.
Mereka bahkan menggunakan data dari pembelajaran mesin untuk
mengelola hubungan klien. Misalnya, kecerdasan buatan membantu
penasihat keuangan memprediksi prospek mana yang paling berharga
dalam siklus penjualan, memutuskan tindakan terbaik berikutnya, dan
membuat layanan pelanggan yang sangat pribadi berdasarkan sasaran
keuangan, dan variabel lain khusus untuk setiap pelanggan. Industri
perbankan sedang mengalami perubahan besar akibat revolusi industri ini.
Cabang-cabang menghilang, pesaing baru memasuki industri dengan
sangat cepat.
Secara singkat pengertian revolusi industri 4.0 adalah tren didunia
industri yang menggabungkan teknologi otomatisasi dengan teknologi
cyber. Pada industri 4.0, teknologi manufaktur sudah masuk pada tren
otomatisasi dan pertukaran data. Hal tersebut mencakup sistem cyber-fisik,
internet of things (IoT), komputasi awan dan komputasi kognitif. Tren ini
telah mengubah banyak bidang kehidupan manusia, termasuk ekonomi,
dunia kerja, bahkan gaya hidup manusia itu sendiri. Singkatnya, revolusi
4.0 menanamkan teknologi cerdas yang dapat terhubung dengan berbagai
bidang kehidupan manusia.

1
B. Perkembangan Revolusi Industri 4.0 di Indonesia
Di Indonesia, perkembangan Industry 4.0 sangat didorong oleh
Kementerian Perindustrian. Menteri Perindustrian mengatakan, agar
Indonesia dapat bersaing dengan negara lain di bidang industri, Indonesia
juga harus mengikuti tren. Lantas, faktor penggerak apakah yang harus
diperkuat untuk menyambut Industry 4.0 di Indonesia? Menurut Kepala
Badan Penelitian dan Pengembangan Industri (BPPI) menjelaskan, ada
beberapa bidang yang harus dipersiapkan. Beberapa di antaranya adalah
melakukan peningkatan otomatisasi, komunikasi machine-to-machine,
komunikasi human-to-machine, AI, serta pengembangan teknologi
berkelanjutan.
Lebih lanjut, ada empat dasar faktor penggerak. Pertama adalah
peningkatan volume data, daya komputasi, dan konektivitas. Harusnya
juga adanya peningkatan kemampuan analitis dan bisnis intelijen di
Industri ini. Kemenperin juga sudah mulai memberikan dorongan untuk
mempersiapkan apa saja yang dibutuhkan oleh pelaku industri. Mereka
telah melakukan beberapa hal, seperti pemberian insentif kepada pelaku
usaha padat karya berupa infrastruktur industri, melakukan kolaborasi
dengan Kementerian Komunikasi dan Informatika dalam optimalisasi
bandwidth, serta penyediaan Sistem Informasi Industri Nasional (SIINAS)
yang memudahkan integrasi data untuk membangun industri elektronik.
Lantas, perusahaan mana yang sudah mengimplementasikan Industry 4.0
di Indonesia? Ternyata, salah satu pabrik yang sudah mengadopsi
langsung adalah pabrik alat listrik asal Jerman yang ada di Indonesia,
yakni PT Schneider Electric Manufacturing Batam (SEMB).
Dalam situs resmi Kemenperin, kedua pihak melakukan kerjasama
mengenai pengaplikasian teknologi Virtual Reality untuk mengontrol
kondisi mesin. Kerjasama ini dilakukan pada saat Airlangga mengunjungi
pabrik tersebut pada 16 November 2018 silam. Satu hal lagi yang harus
dipersiapkan oleh Pemerintah Indonesia untuk menyongsong Industri 4.0.
Salah satunya adalah melalui persiapan hadirnya jaringan generasi kelima

2
atau yang lebih dikenal sebagai jaringan 5G. ingga saat ini, ada beberapa
operator yang sudah mencoba jaringan 5G di Indonesia.

C. Tantangan Perbankan di Era Revolusi Industri


Dengan hadirnya Revolusi Industri 4.0 dalam perekonomian di
Indonesia khususnya sektor jasa keuangan, masyarakat modern pada saat
ini tentu menyikapi hal tersebut sebagai suatu kemudahan dalam
bertransaksi. Walaupun pada kenyataannya dalam pandangan beberapa
pekerja revolusi industri 4.0 memang memberikan ancaman bagi mereka
dalam mendapatkan pekerjaan. Maka salah satu solusinya adalah dengan
meningkatkan kompetensi manusia itu sendiri agar terus bisa mengatasi
Era Industri 4.0.
Untuk membuka peluang dalam meningkatkan kompetensi
tersebut, Program International of Management and Business (IMaBs)
2019 mengadakan The 5th International Conference of Management
Sciences (ICOMS 2019). Kemudian para praktisi bisnis dan peneliti dari
berbagai perguruan tinggi untuk saling bertukar ilmu melalui 45 paper
penelitian yang dipresentasikan. Dalam konferensi Internasional tersebut
hadir pembicara dari 3 Negara yang ahli dalam bidang ekonomi yaitu Prof.
Shu Hsien Liao berasal dari Tamkang University Taiwan, Dr. Shafinar Hj.
Ismail dari UITM Malaysia, dan Assoc. Prof. Pensri Joroenwanit Khon
Khaen University Thailand. Pada kesempatan ini juga hadir Dr. Baruna
Kurnianto dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK) yang mengemukakan Era
Industri 4.0 bukan suatu ancaman justru merupakan peluang bagi
Indonesia. Beberapa jasa keuangan seperti perbankan terus meningkatkan
pemanfaatan teknologi informasi melalui digital banking (mobile banking)
juga branchless banking, dengan ini nasabah menjadi mudah dalam
bertransaksi.
Bahkan pesatnya kemajuan teknologi Era Industri 4.0 dengan Big
Data, Artificial Intelegence (AI), dan Internet Of Things, cara bertransaksi
akan menjadi sangat cepat dan efisien di masa depan. Mungkin nanti

3
seiring perkembangan Revolusi Industri 4.0 ini dengan adanya AI, pekerja
manusia bisa berdampingan dengan robot atau mungkin tergantikan.
Tenaga profesional di industri jasa keuangan juga harus siap terhadap
potensi berkurangnya profesi karena perkembangan teknologi digital.

D. Solusi Perbankan Menghadapi Revolusi Industri 4.0 di Indonesia


Pemerintah berkomitmen untuk meningkatkan posisi daya saing
Indonesia dari urutan ke-41 menjadi urutan ke-39 dunia dari 138 negara
yang tercatat pada Global Competitiveness Report tahun 2016-2017.
Untuk mencapai sasaran tersebut, salah satu solusi yang tengah didorong
Kementerian Perindustrian adalah memacu industri dalam negeri agar
terus melakukan inovasi dalam menghadapi implementasi Industri 4.0.
Inovasi dan perubahan terhadap model bisnis yang lebih efisien dan efektif
merupakan bagian hasil penerapan industri 4.0. Revolusi industri ini akan
mempercepat peningkatan daya saing sektor industri nasional secara
signifikan’
Inovasi itu, misalnya penerapan Information Communication
Technology (ICT) di sektor industri, yang memanfaatkan sistem online
document approval untuk mengontrol penyelesaian pekerjaan. Teknologi
tersebut memberikan penghematan dalam penggunaan waktu dan biaya
sehingga produk yang dihasilkan lebih murah dan mampu bersaing di
pasar domestik maupun global. pemberlakuan industri 4.0 akan menambah
lapangan kerja yang memerlukan keterampilan khusus. Hal tersebut adalah
peluang dari penerapan model bisnis disruptive & distributed
manufacturing. Kebutuhan investasi dalam implementasi Industri 4.0
didasarkan pada empat faktor penggerak, yaitu: (1) Peningkatan volume
data, daya komputasi dan konektivitas; (2) Kemampuan analitis dan bisnis
intelijen; (3) Bentuk baru dari interaksi human-machine, seperti touch
interface dan sistem augmented-reality; serta (4) Pengembangan transfer
instruksi digital ke dalam bentuk fisik, seperti robotik dan cetak 3D.
Sementara itu, Kemenperin juga terus mendorong kesiapan industri
nasional menghadapi babak Industri 4.0 dengan berbagai upaya, yaitu: (1)

4
Pemberian insentif kepada pelaku usaha padat karya berupa infrastruktur
industri (2) Kolaborasi dengan Kementerian Komunikasi dan Informatika
dalam optimalisasi bandwidth (3) Penyediaan Sistem Informasi Industri
Nasional (SIINAS) yang memudahkan integrasi data untuk membangun
industri elektronik (4) Penyiapan SDM industri melalui pendidikan vokasi
yang mengarah pada high skill (engineer).
Lebih lanjut, komitmen yang kuat dan konsistensi dari seluruh
stakeholders dalam berbagai fokus area dibutuhkan untuk memaksimalkan
kemampuan dalam transformasi digital industri 4.0. Produksi yang
berkelanjutan, penyediaan tenaga kerja ahli dan peningkatan litbang
industri adalah visi untuk memperkuat produksi barang dan jasa industri
nasional.

E. Kesimpulan
Revolusi industri 4.0 adalah tren didunia industri yang
menggabungkan teknologi otomatisasi dengan teknologi cyber. Pada
industri 4.0, teknologi manufaktur sudah masuk pada tren otomatisasi dan
pertukaran data.
Dengan hadirnya Revolusi Industri 4.0 dalam perekonomian di
Indonesia khususnya sektor jasa keuangan, masyarakat modern pada saat
ini tentu menyikapi hal tersebut sebagai suatu kemudahan dalam
bertransaksi. Walaupun pada kenyataannya dalam pandangan beberapa
pekerja revolusi industri 4.0 memang memberikan ancaman bagi mereka
dalam mendapatkan pekerjaan. Maka salah satu solusinya adalah dengan
meningkatkan kompetensi manusia itu sendiri agar terus bisa mengatasi
Era Industri 4.0.
Inovasi dan perubahan terhadap model bisnis yang lebih efisien
dan efektif merupakan bagian hasil penerapan industri 4.0. Revolusi
industri ini akan mempercepat peningkatan daya saing sektor industri
nasional secara signifikan.

Anda mungkin juga menyukai