PENDAHULUAN
1
1.3 Manfaat Tujuan
Mengetahui proses Sitogenetika dengan indikasi-indikasi tertentu yang
telah ditentukan.
Mengetahui cara pembacaan kromosom-kromosom individu yang telah
ditentukan.
Mengetahui cara mengelompokkan kromosom-kromosom individu yang
telah ditentukan.
Mengetahui kelainan yang terdapat pada proses Sitogenetika dengan proses
karyotype.
Mengetahui cara mengklasifikasikan jenis kelainan tersebut dalam
Sitogenetika.
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 SITOGENETIKA
Sitogenetika adalah pemeriksaan bahan genetik yang terdapat pada tingkat sel
berupa kromosom pada inti sel, pada saat tahap pembelahan dan pemeriksaan
kromosom dapat diperiksa pada mikroskop cahaya.
2.2 Kromosom
3
Dalam buku Internasional System for Human Cytogenetics Nomenclature
(ISCN) kromosom manusia dikelompokkan menjadi 7 kelompok utama (ISCN,
2009):
1. Kelompok A (Kromosom 1-3) yaitu kromosom metasentrik berukuran
besar dan mudah dibedakan dengan yang lain karena ukurannya dan letak
sentromernya.
2. Kelompok B (Kromosom 4-5) yaitu kromosom submetasentrik berukuran
besar.
3. Kelompok C (Kromosom 6-12) yaitu kromosom metasentrik dan
submetasentrik berukuran sedang.
4. Kelompok D (Kromosom 13-15) yaitu kromosom akrosentrik berukuran
sedang dan memiliki satelit.
5. Kelompok E (Kromosom 16-18) yaitu kromosom metasentrik dan
submetrasentrik berukuran kecil.
6. Kelompok F (Kromosom 19-20) yaitu kromosom metasentrik berukuran
sangat kecil.
7. Kelompok G (Kromosom 21-22) yaitu kromosom akrosentrik berukuran
sangat kecil dan memiliki satelit kecuali kromosom Y.
Kromosom pertama kali ditemukan pada akhir abad ke sembilan belas.
Kromosom berasal dari kata Yunani Chrom yang artinya warna dan soma
berarti tubuh. Kata ini dicetuskan oleh ahli-ahli anatomi Jerman yaitu Willhelm
von Gottfried Waldeyer-Hartz (Gardnert, 2012: 3).
Itulah awal mulanya bahwa benda-benda halus berbentuk batang panjang
atau pendek dan lurus atau bengkok yang terdapat dalam inti sel dan dapat
diwarnai adalah pembawa sifat keturunan (Santosa, 2009: 63). Dengan
perkembangan teknik pewarnaan pada tahun 1980an dan 1990an (Gardnet,
2012: 4), kromosom terlihat seperti pita terang dan gelap yang disebut
karyotype (Green, 2011: 132). Karyotype dapat membantu mengidentifikasi
kelainan kromosom dalam hal jumlahnya atau struktur kromosom (Green,
2011: 135)
4
2.3 indikasi
Indikasi adalah hal yang harus diperhatikan pada saat pemeriksaan Sitogenetika.
Hal yang mengarahkan kepada pasien tersebut memerlukan pemeriksaan Sitogenetika
pada kromosom di sel-sel miliknya. (2)
Beberapa indikasi yang dapat di perhatikan, yaitu berupa:
1. Kecurigaan adanya kelainan genetik.
2. Individu dengan cacat bawaan.
3. Individu dengan keterbelakangan mental.
4. Orang tua dari anak yang memiliki kelainan kromosom.
5. Pasangan dengan riwayat tidak subur.
6. Pasangan dengan keguguran spontan.
7. Wanita dengan postur tubuh pendek.
8. Individu dengan jenis kelamin yang tidak jelas.
9. Individu yang ingin operasi ganti kelamin.
1. Hitung : 20 sel
2. Analisis : 6-8 sel
3. Mosaik hitung s/d 100 sel
5
5. Karyotyping
6. Klarifikasi Kariotyping
1. Mengikuti ISCN
Pertama kali tulis jumlah kromosom kemudian diikuti koma dan jenis
kromosom seks, diikuti koma lagi dan selanjutnya jenis kelainan struktur (bila
ada). Bila pada kelainan kromosom yang melibatkan 2 kromosom maka tulislah
jumlah kromosom dari nomor yang terkecil
Contoh:
47,XY,+21
47, XXY
46, XX,del (1)(q21)
46, XY, dup (13)(q14)
Untuk menunjukkan suatu sekuens DNA (area of interest) secara langsung (in
situ) pada preparasi kromosom.
Prinsip hibridisasi in situ:
6
BAB III
METODOLOGI
Alat :
1. Gunting
2. Buku gambar
3. Lem kertas
4. Alat tulis
5. Penggaris
Bahan:
1. Gambaran kromosom
2. ISCN
3. Contoh pengelompokkan kromosom
7
BAB IV
PEMBAHASAN
Pembahasan :
8
Gejala pada Patau Syndrome sebagai berikut:
9
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
10
DAFTAR PUSTAKA
2. Sultana_M._H._Faradz.pdf.
11