NIM : 041710188
Kelas : Manajemen (5 E)
I. Pendahuluan
A. Tentang PT. Timah Tbk.
Ekspotir logam timah nomor 1 di dunia, sekaligus merupakan produsen logam
timah terbesar nomor 2 di dunia. Bagian dari sejarah penambangan timah di
Kepulauan Bangka Belitung yang telah berlangsung selama lebih dari 4 abad, yang
berkembang menjadi kultur masyarakat Bangka Belitung. Produk logam yang
diakui secara internasional dimana produk yang bermerek “Banka Tin’s”, “Kundur
Tin”, dan “Muntok Tin” telah resmi terdaftar di London Metal Exchange (LME).
Aktif berkontribusi dalam kancah industri pertimahan global melalui keanggotaan
di International Tin Association (ITA). Melantai di Bursa Efek Indonesia sejak
1995 dengan kode emiten “TINS” dimana kepemilikan saham publik mencapai
35% dan kapitalisasi pasar sebesar Rp. 7,2 Triliun.
Harga saham PT Timah Tbk (TINS) pada perdagangan Kamis, 24 Januari 2019
ditutup meroket 17,64 persen dengan berakhir pada level Rp1.100 per saham. TINS
bergerak sangat atraktif pada perdagangan kemarin dengan ditransaksikan sebanyak
8.976 kali serta nilai transaksi yang mencapai Rp159,44 miliar.Berdasarkan aktivitas
broker summary, tiga broker teratas yang paling banyak membeli saham TINS pada
perdagangan kemarin antara lain RHB Sekuritas (DR) senilai Rp50,49 miliar,
kemudian Mandiri Sekuritas (CC) Rp17,38 miliar, dan Mirae Asset Sekuritas (YP)
Rp13,03 miliar.Nilai pembelian ketiga broker tersebut berkontribusi terhadap nilai
transaksi keseluruhan TINS masing-masing sebesar 31,67 persen, 10,91 persen, dan
8,17 persen.
Lonjakan harga saham TINS cukup mengejutkan lantaran belum adanya kabar terkait
aksi fundamental dari perseroan yang memengaruhi harga sahamnya. Sementara itu,
harga timah di pasar dunia pada perdagangan kemarin menguat 1,24 persen ke level
harga US$ 20.805 per metrik ton.Dari sisi bisnis, perseroan membukukan kinerja
konsolidasi yang kurang memuaskan pada kuartal III 2018. Laba bersih perseroan
tercatat turun hampir 15 persen karena penurunan harga timah, padahal TINS berhasil
meningkatkan jumlah produksi.Berdasarkan laporan keuangannya, laba bersih TINS
turun 14,98 persen menjadi Rp255,55 miliar pada kuartal III 2018, dibandingkan
dengan Rp300,57 miliar pada periode yang sama tahun 2017.Pendapatan pada periode
itu hanya naik tipis 2,73 persen menjadi Rp6,8 triliun dari sebelumnya Rp6,62 triliun.
Namun pada saat yang sama, beban pokok pendapatan naik lebih tinggi, yaitu sebesar
4,58 persen menjadi Rp5,72 triliun dari sebelumnya Rp 5,47 triliun.
Di sisi lain, TINS menargetkan prototipe atau desain rekayasa terperinci alias detail
engineering design (DED) rampung tahun ini. Dengan itu, TINS mengklaim bisa
melakukan operasi penambangan timah di laut Bangka Belitung dengan teknologi
yang ramah lingkungan.
"Yang (tambang) laut lagi bikin prototipe-nya, tahun ini mudah-mudahan selesai,"
kata M. Riza Pahlevi, Direktur Utama Timah di sela Rapat Dengar Pendapat dengan
Komisi VII DPR RI, Senin (21/1) seperti dilansir Kontan.Riza mengatakan
penambangan timah laut tersebut nantinya akan serupa dengan sistem teknologi dalam
pengeboran minyak dan gas di laut (off-shore). Hal tersebut juga sekaligus
menindaklanjuti arahan dari Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM)
serta Kementerian Kelautan dan Perikanan yang meminta untuk mengedepankan
aspek lingkungan dalam aktivitas penambangan timah di laut.
Menurut Direktur Keuangan PT Timah Tbk Emil Ermindra, pada tahun 2018,
perolehan bijih timah yang bersumber dari laut sebesar 19.159 ton sn. Jumlah tersebut
naik 7 persen dibandingkan tahun 2017 yang hanya mencapai 17.906 ton sn.Emil
mengatakan, pada tahun ini TINS menargetkan pertumbuhan perolehan bijih timah
dari laut sebesar 22.000 ton sn atau naik 15 persen dibanding tahun 2018. Untuk
mencapai peningkatan kapasitas produksi itu, TINS berencana menambah empat unit
KIP yang pengadaannya dilakukan melalui anak perusahaan yaitu PT Dok Air
Kantung (DAK).Mengenai perhitungan biaya, Emil memperkirakan pihaknya akan
membutuhkan dana sekitar Rp70 miliar per unit KIP. Selain itu, empat kapal keruk
dan 17 KIP yang ada akan dimodifikasi, diperbaiki dan ditambah kapasitas
produksinya dengan anggaran total sebesar Rp635 miliar.
III. Analisis Teknikal di PT. Timah Tbk.