Soal Quis Ips 3
Soal Quis Ips 3
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Media Visual
Media Visual (Daryanto, 1993:27), artinya semua alat peraga yang digunakan dalam proses belajar yang bisa
dinikmati lewat panca-indera mata.Media visual ( image atau perumpamaan) memegang peran yang sangatpenting
dalam proses belajar. Media visual dapat memperlancar pemahaman dan memperkuat ingatan. Visual dapat pula
menumbuhkan minat siswa dan dapat memberikan hubungan antara isi materi pelajaran dengan dunia nyata.
Agar menjadi efektif, visual sebaiknya ditempatkan pada konteks yang bermakna dansiswa harus berinteraksi
dengan visual ( image ) itu untuk meyakinkan terjadinya proses informasi. Dengan demikian media visual dapat
diartikan sebagai alat pembelajaran yang hanya bisa dilihat untuk memperlancar pemahaman dan memperkuat
ingatan akan isi materi pelajaran.
Media Visual yang bergerak ialah media yang dapat menampilkan atau membiaskan gambar atau bayangan
yang dapat bergerak di layar bias, seperti: bias gambar-gambar yang ditampilkan oleh motion picture film dan
loopfilm.
Masing-masing media baik yang bergerak maupun yang tak bergerak dilihat penggunaannya tak lepas dari
kelebihan dan keterbatasan yang ada, tergantung pada situasi dan kondisi pengoperasiannya.
2. Media proyeksi.
1. Transparansi OHP merupakan alat bantu mengajar tatap muka sejati, sebab tata letak ruang kelas tetap seperti biasa,
guru dapat bertatap muka dengan siswa (tanpa harus membelakangi siswa). Perangkat media transparansi meliputi
perangkat lunak (Overhead transparancy / OHT) dan perangkat keras (Overhead projector / OHP). Teknik
pembuatan media transparansi, yaitu:
- Mengambil dari bahan cetak dengan teknik tertentu.
- Membuat sendiri secara manual.
2. Film bingkai / slide adalah film transparan yang umumnya berukuran 35 mm dan diberi bingkai 2X2 inci. Dalam
satu paket berisi beberapa film bingkai yang terpisah satu sama lain. Manfaat film bingkai hampir sama dengan
transparansi OHP, hanya kualitas visual yang dihasilkan lebih bagus. Sedangkan kelemahannya adalah beaya
produksi dan peralatan lebih mahal serta kurang praktis. Untuk menyajikan dibutuhkan proyektor slide.
b) Sketsa
Sketsa merupakan gambar yang merupakan draft kasar yang menyajikan bagian-bagian pokoknya saja tanpa
detail. Sketsa selain dapat menarik perhatian peserta atau siswa juga dapat menghindari verbalisme dan dapat
memperjelas penyampaian pesan.
a. Diagram
Berfungsi sebagai penyederhana sesuatu yang kompleks sehingga dapat memperjelas penyajian pesan. Isi
diagram pada umumnya berupa petunjuk-petunjuk. Sebagai suatu gambar sederhana yang menggunakan garis dan
simbol, diagram menggambarkan struktur dari objeknya secara garis besar, menunjukkan hubungan yang ada antar
komponennya atau sifat-sifat proses yang ada.
b. Bagan/Chart
Terdapat dua jenis chart yaitu chart yang menyajikan pesannya secara bertahap dan chart yang menyajikan
pesannya sekaligus. Chart yang menyajikan pesannya secara bertahap misalnya adalah flipchart atau hidden chart,
sementara bagan atau chart yang menyajikan pesannya secara langsung misalnya bagan pohon (tree chart), bagan
alir (flow chart), ataubagan garis waktu (time line chart).
Bagan atau chart Berfungsi untuk menyajikan ide-ide atau konsep-konsep yang sulit jika hanya disampaikan
secara tertulis atau lisan secara visual. Bagan juga mampu memberikan ringkasan butir-butir penting dari suatu
presentasi.
Dalam bagan biasanya kita menjumpai jenis media visual lain seperti gambar, diagram, atau lambing-
lambang verbal.
c. Grafik
Grafik adalah gambar sederhana yang mengguanakan titik-titik, garis atau gambar. Fungsi grafik adalah
untuk menggambarkan data kuantitatif secara teliti, menerangkan perkembangan atau perbandingan sesuatu objek
atau peristiwa yang saling berhubungan secara singkat dan jelas.
d. Kartun
Yaitu penggambaran dalam bentuk lukisan atau karikatur tentang orang, gagasan, atau situasi yang didesain
untuk mempengaruhi opini masyarakat. Kegunaan kartun dalam pengajaran dapat memperjelas rangkaian isi bahan
dalam satu urutan logis atau mengandung makna.
Pemilihan kartun yaitu:
1) Pemakaiannya sesuai dengan tingkat pengalaman.
2) Kesederhanaan.
3) Lambang yang jelas.
Penggunaan kartun yaitu:
1) Untuk motivasi.
2) Sabagai ilustrasi.
3) Untuk kegiatan siswa.
e. Poster
Poster dapat dibuat di atas kertas, kain, batang kayu, seng dan sebagainya. Poster tidak saja penting untuk
menyampaikan pesan atau kesan tertentu akan tetapi mampu pula untuk mempengaruhi dan memotivasi tingkah
laku orang yang melihatnya.
f. Papan planel
Papan Planel yaitu papan yang dilapisi kain flannel untuk menyajikan gambar atau kata- kata yang mudah
ditempel dan mudah pula diepas. Papan planel merupakan media visual yang efektif dan mudah untuk
menyampaikan pesan-pesan tertentu kepada sasaran tertentu pula.
2. Bila terkena angin sedikit saja, bahan yang ditempel pada papan flanel tersebut akan berhamburan jatuh.
Kelebihannya papan flannel, antara lain sebagai berikut :
1. Karena kesederhanaan papan flanel dapat dibuat sendiri oleh guru.
2. Dapat dipersiapkan terlebih dahulu dengan teliti.
3. Dapat memusatkan perhartian siswa terhadap suatu masalah yang dibicarakan.
4. Dapat menghemat waktu pembelajaran karena segala sesuatunya sudah dipersiapkan dan peserta didik dapat melihat
sendiri secara langsung.
g. Papan Buletin.
Papan Buletin berfungsi untuk memberitahukan kejadian dalam waktu tertentu. Papan ini adalah papan
biasa tanpa dilapisi kain flannel. Gambar- gambar atau tulisan- tulisannya biasanya langsung ditempelkan dengan
menggunakan lem atau alat penempel lainnya.
2. Modul
Modul, yaitu suatu paket yang disusun dalam bentuk satuan tertentu dan didesain sedemikian rupa guna
kepentingan belajar siswa. Satu paket modul biasanya memiliki komponen petunjuk guru, lembaran kegiatan siswa,
lembaran kerja siswa, kunci lembaran kerja, lembaran tes, dan kunci lembaran tes.
Dalam memilih sebuah gambar/ foto sebaiknya diperhatikan hal- hal sebagai berikut :
a. Substansi materi yang disajikan dalam bentuk foto / gambar harus memiliki relevansi dengan kompetensi yang
harus dikuasai oleh peserta didik.
b. Gambar yang disajikan dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya.
c. Ditampilkan dengan skala yang sesuai sehingga terlihat logis dan enak dilihat.
d. Gambar menampilkan judul atau keterangan.
e. Beberapa foto / gambar dapat dibeli di toko buku.
Jenis Media Proyeksi Diam diantaranya OHP/ OHT, Opaque Projector, Slide, dan FilmStrip.
a) Media OHP/ OHT
OHT ( Overhead Transparency ) adalah media visual yang diproyeksikan melalui alat proyeksi yang
disebut OHP ( Overhead Projector ). OHT terbuat dari bahan transparan yang biasanya berukuran 8,5 x 11 inchi.
OHP ( Overhead Projector ) adalah media yang digunakan untuk memproyeksikan program- program
transparansi pada sebuah layar. Biasanya alat ini digunakan sebagai pengganti papan tulis.
Ada 2 jenis model OHP, yaitu :
1. OHP Classroom, yaitu OHP yang dirancang dan dibuat secara permanen untuk di simpan di suatu kelas atau
ruangan. Biasanya memiliki bobot yang lebih berat dibandingkan dengan OHP jenis portable.
2. OHP Portable, yaitu OHP yang dirancang agar mudah dibawa kemana- mana, sehingga ukuran dan bobot beratnya
lebih ringkas.
c) Media Slide
Media Slide atau film bingkai adalah media visual yang diproyeksikan melalui alat yang disebut dengan
Proyektor Slide. Slide atau film bingkai terbuat dari film positif yang kemudian diberi bingkai yang terbuat dari
karton/ plastik. Film positif yang biasanya digunakan untuk film slide adalah film yang ukurannya 35 mm dengan
ukuran bingkai 2 x 2 inchi. Sebuah program slide biasanya terdiri atas beberapa bingkai yang banyaknya tergantung
pada bahan atau materi yang akan disampaikan.
d) Media FilmStrip
Film Strip atau Film Rangkai atau Film Gelang adalah media visual proyeksi diam, yang pada dasarnya
hampir sama dengan media slide. Hanya film strip ini terdiri dari beberapa film yang merupakan satu kesatuan (
merupakan gelang, dimana antara ujung yang satu dengan ujung yang lainnya bersatu ). Jumlah frame atau gambar
dari suatu filmstrip ada yang berjumlah 50 buah dan ada pula yang berjumlah 75 buah dengan panjang 100 sampai
130 cm.
Kelebihan filmstrip dibandingkan dengan film slide adalah media filmstrip mudah penggandaannya karena
tidak memerlukan bingkai, juga frame- frame filmstrip tidak akan tertukar karena merupakan satu kesatuan. Akan
tetapi pengeditan dan perbaikan/ revisi filmstrip relative agak sukar, karena harus dilaboratorium khusus.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dengan menggunakan media visual secara tepat dan bervariasi dapat mengatasi sikap pasif siswa. Sehingga
menimbulkan gairah belajar, memungkinkan interaksi langsung antara siswa, lingkungan, kenyataan, dan
memungkinkan siswa untuk belajar sesuai dengan minat dan kemampuannya.
Penggunaan media visual dalam pembelajaran dapat membantu anak dalam memberikan pengalaman yang
bermakna bagi siswa. Penggunaan media visual pembelajaran dapat mempermudah siswa dalam memahami sesuatu
yang abstrak menjadi lebih konkrit.
3.2 Saran
Kami selaku penulis menyarankan agar pembaca menggunakan media visual pembelajaran ini secara tepat
dan bervariasi yang sesuai dengan tingkat dan kemampuan berpikir anak didik. Untuk menyampaikan pesan
pembelajaran dari guru kepada siswa, sebaiknya guru juga menggunakan alat bantu mengajar (teaching aids) berupa
gambar, model, atau alat-alat lain yang dapat memberikan pengalaman konkrit, motivasi belajar, serta dapat
mempertinggi daya serap siswa.
pengertian media audio
BAB I
PENDAHULUAN
I. 1. Latar Belakang
Perkembangan komunikasi suara sebenarnya telah melalui sejarah yang lama.Dalam tahun 1844,
Samsul F.B.Morse mengirim berita lewat kawat dari Baltimore ke Washington, maka lahirlah Telegrafi.
Kemudian Alexander Graham Bell berpikir “Kalau bunyi bisa di-salurkan melalui kawat, mengapa suara
tidak?”. Maka pada tanggal 14 pebruari tahun 1875 untuk pertama kali Bell melakukan percakapan lewat
telepon. Dan sejak Guglielmo Marconi untuk pertama kali dalam tahun 1896 mengirim dan menerima
pesan (suara) tanpa kawat. Sembilan tahun kemudian suara manusia dapat disiarkan keseluruh dunia
melalui radio. Demikian pula pemakaian alat perekam suara pemakaian alat perekam suara baru di-mulai
sejak tahun 1877, ketika Thomas Edison menemukan phonograf. Kemudian melalui alat inilah orang
merekam suara melalui piringan hitam berkat kemajuan teknologi, kini orang dapat pula merekam suara
dengan alat perekam suara yang disebut “Caseete Tape Recorder”. Dengan alat terakhir ini kita dapat
memperoleh beberapa keuntungan yang tidak dimiliki oleh alat perekam suara yang ada sebelumnya.
Pada umumnya keberadaan media audio muncul karena keterbatasan kata-kata, waktu, ruang, dan
ukuran. Ditambahkan juga bahwa media pembelajaran audio berfungsi sebagai sarana yang mampu
menyampaikan pesan sekaligus mempermudah penerima pesan dalam memahami isi pesan
Membantu menyampaikan maklumat dengan lebih berkesan membantu meningkatkan daya tarikan
terhadap sesuatu persembahan. Jenis audio termasuk suara latar, musik, atau rekaman suara dan
lainnya.
Dengan demikian media pembelajaran audio ini kami gunakan untuk mengetahui tingkat pemahaman
siswa dalam materi statistika dasar khususnya mengenai Mean dan Median. Berdasarkan hal-hal yang
dipaparkan di atas maka penulis menyusun makalah yang bertema “Media Pembelajaran Audio“.
3
I. 2. Rumusan Masalah
Beberapa hal yang menjadi permasalahan dalam menyusun makalah ini adalah
sebagai berikut :
• Apa yang dimaksud dengan Media Audio?
• Apa fungsi dan manfaat Media Audio dalam kegiatan belajar - mengajar ?
• Apa saja kelebihan dan kekurangan Media Audio tersebut ?
• Apa saja macam – macam Media Audio itu ?
• Bagaimana Prosedur pembuatan Media Audio tersebut ?
• Bagaimana cara penggunaan Media Audio tersebut ?
I. 3. 2. Manfaat Penulisan
Agar Bapak/Ibu Guru maupun Calon Guru seperti layaknya tim penyusun makalah dapat memahami dan
menerapkan berbagai macam media pembelajaran serta dapat mengatasi kesulitan dari masing- masing
media tersebut dan dapat memanfaatkan kelebihannya dalam pembelajaran agar kompetensi yang
ditetapkan dapat tercapai dengan baik.
4
I. 4. Metode Penulisan
Untuk menyelesaikan makalah ini penyusun memperoleh data dengan berbagai cara diantaranya :
a. Data Sekunder, data yang dipilih dari dokumen/ penelitian pustaka yang berhubungan dengan objek
penelitian.
b. Melalui fasilitas internet.
I. 5. Ruang Lingkup
Mengingat keterbatasan waktu dan kemampuan yang kami–tim penyusun–miliki serta sesuai rujukan
materi yang harus dibahasa dalam makalah ini yang diberikan oleh dosen pengasuh mata kuliah Media
Pembelajaran yang juga sebagai pemberi tugas, maka ruang lingkup makalah ini terbatas pada
pembahasan pengertian Media Audio, fungsi dan manfaat Media Audio, pengenalan beberapa Media
Audio, kelebihan dan kekurangan Media Audio , pemilihan Media Audio dan penggunannya
5
BAB II
PEMBAHASAN
II. 1. Pengertian Media Audio
Yang dimaksud dengan Media Dengar (Media Audio) adalah alat media yang isi pesannya hanya
diterima melalui indera pendengaran saja. Pada penggalan ini berturut-turut dibahas Media Dengar yaitu
Radio Rekaman Suara (Audio Cassete Tape Recorder). media pembelajaran, adalah suara-suara
ataupun bunyi yang berkaitan dengan materi pembelajaran direkam dengan menggunakan alat perekam
suara, kemudian hasil perekaman tersebut diperdengarkan kembali kepada peserta didik dengan
menggunakan sebuah alat pemutarnya.
Media Audio Menurut sadiman ( 2005:49 ) adalah media untuk menyampaikan pesan yang akan
disampaikan dalam bentuk lambang – lambang auditif, baik verbal ( ke dalam kata – kata atau bahasa
lisan ) maupun non verbal.
Sedangkan menurut sudjana dan Rivai ( 2003 :129 ) Media Audio untuk pengajaran adalah bahan yang
mengandung pesan dalam bentuk auditif ( pita suara atau piringan suara), yang dapat merangsang
pikiran, perasaan, perhatian dan kemauan siswa sehingga terjadi proses belajar - mengajar
Kaitannya dengan audio sebagai media pembelajaran , dapat disimpulkan bahwa Media Audio
Pembelajaran yaitu sarana yang digunakan untuk menyampaikan pesan atau rangkaian pesan materi
pembelajaran melalui suara - suara ataupun bunyi yang direkam menggunakan alat perekam suara ,
kemudian diperdengarkan kembali kepada peserta didik dengan menggunakan sebuah alat pemutarnya.
6
Namun demikian, karena sifatnya rekaman, maka jika ada sesuatu yang kurang jelas peserta didik dapat
memutarnya kembali secara berulang-ulang di mana saja dan kapan saja, sampai akhirnya peserta didik
dapat memperoleh kejelasan tentang materi yang sedang mereka pelajari.
Untuk mengatasi kelemahan ini maka perlu diperhatikan beberapa hal sebagai berikut :
- Materi yang ada di progam Audio maupun Radio hendaknya mampu memotivasi agar peserta didik
tertarik untuk mendengarkannya sampai selesai. Sehubungan dengan hal ini unsur menghibur perlu
diperhatikan tentunya, agar peserta didik tidak bosan dan senang mendengarkannya sampai program
selesai.
- Adanya jadwal atau acara tatap muka, yaitu pertemuan antara pendidik dengan peserta didiknya guna
mendiskusikan berbagai kesulitan yang ditemui dalam mempelajari materi pembelajaran yang dikemas
dalam Media Audio.
9
Sedangkan menurut Rivai ( 2005 : 131 ) penggunaan Media Audio dalam dunia pengajaran memiliki
kekurangan antara lain :
Memerlukan suatu pemusatan pada suatu pengalaman yang tetap dan tertentu,
sehingga pengertiannya harus didapat dengan cara belajar khusus.
Media Audio yang menampilkan symbol digit dan analog dalam bentuk auditif adalah abstrak, sehingga
pada hal – hal tertentu memerlukan bantuan pengalaman visual.
Karena abstrak, tingkatan pengertiannya hanya bisa dikontrol melalui tingkatan penguasaan
pembendaharaan kata – kata atau bahasa, serta susunan kalimat.
Media ini hanya akan mampu melayani secara baik bagi mereka yang sudah
mempunyai kemampuan dalam berfikir abstrak.
Penampilan melalui ungkapan perasaan atau symbol analog lainnya dalam bentuk suara harus disertai
dengan perbendaharaan pengalaman analog tersebut pada si penerima. Bila tidak bisa maka akan terjadi
kesalah pahaman.
1. Radio
Radio merupakan perlengkapan elektronik yang dapat digunakan untuk mendengarkan berita yang
bagus dan aktual, dapat mengetahui beberapa kejadian dan peristiwa – peristiwa penting dan baru,
masalah – masalah kehidupan dan sebagainya. Radio dapat digunakan sebagai media pembelajaran
yang cukup efektif. Media ini juga mampu merangsang partisipasi aktif bagi si pendengar.
10
2. Kaset – Audio
Disini khusus membahas kaset audio yang sering digunakan di sekolah. Memiliki keuntungan yaitu
merupakan media yang ekonomis dan praktis, karena biaya pengadaan dan perawatan sangat murah
dan mudah didapatkan.
11
• Kaset
Kaset adalah alat penyimpan file audio yang berbentuk pita kaset. Setiap pita kaset mampu menyimpan
file audio yang berdurasi sekitar 1 jam di setiap sisinya. Kualitas suaranya cukup baik. Penurunan
kualitas suara dapat terjadi jika pita kaset rusak, jamuran, kotor dan lain-lain. Alat untuk memutar kaset
bisa berupa radio tape, tape deck atau bisa juga diputar dengan menggunakan walkman.
• CD dan DVD
CD ( Compact Disc ) dan juga DVD ( Digital Compact Disc ) adalah sebuah media
penyimpanan file audio yang dibuat untuk merampingkan sistem penyimpanannya. Selain ramping,
keduanya memiliki kemampuan menyimpan file yang lebih banyak jika dibandingkan dengan pita kaset.
Kualitas suara yang dihasilkan juga lebih bagus. Kualitas suara akan menurun atau bahkan hilang jika
permukaandisc tergores, kotor, berjamur atau mengalami kerusakan lainnya. Alat yang diperlukan untuk
memutar CD atau DVD audio adalah CD player dan atau DVD player.
• (MP3)
MP3 merupakan salah satu bentuk (format) penyimpanan file audio digital yang dianggap popular saat
iini. Disamping ukuran filenya yang lebih kecil, MP3 juga memberikan kualitas suara yang lebih bagus jika
dibandingkan dengan CD audio. alat untuk memutar MP3 adalah MP3 player. Selain itu MP3 juga bisa
diputar dengan iPod. iPod adalah salah satu merk dari serangkaian alat pemutar media digital yang
dirancang, dikembangkan dan dipasarkan oleh Apple Computer.
iPod merupakan salah satu merk sebuah alat pemutar WAV yang dikeluarkan oleh Aplle Computer.
Microsoft juga mengeluarkan produk sejenis yang bisa digunakan untuk memutar WAV maupun MP3,
dengan merk Zune.
II. 6. Prosedur Pembuatan Media Audio
Pembuatan media audio pembelajaran memerlukan beberapa tahapan kegiatan. Tahapan kegiatan
tersebut, yaitu pra-produksi, produksi dan pasca produksi
Tahapan prosedur pembuatan Media Audio Pembelajaran :
1. Pra Produksi
Kegiatan-kegitan yang dilakukan pada tahapan Pra Produksi yaitu telaah kurikulum dan penulisan
naskah.
a. Telaah Kurikulum
- Mengapa harus dilakukan telaah kurikulum?
- Siapa yang melakukan telaah kurikulum?
Dalam mengembangkan media untuk menunjang pembelajaran, semestinya mengacu pada kurikulum.
Kurikulum dijadikan sebagai acuan utama, dalam menentukan kompetensi yang akan dimuat untuk
diajarkan kepada siswa melalui media audio. sehingga media pembelajaran yang dibuat sesuai dengan
tujuan dan tepat sasaran.
Telah kurikulum harus dilakukan oleh guru, dikaji oleh ahli materi dan ahli media. peranan Guru adalah
menentukan materi dalam media yang dapat mewakili kompetensi yang diharapkan yang akan yang
sesuai dengan kompetensi dan jejang pendidikan. Sebagai contoh, materi SD harus ditelaah oleh guru
SD, materi SMP d itelaah oleh guru SMP, dan seterusnya.
13
Peranan ahli materi yaitu untuk menjaga agar materi tetap harus benar dan sesuai dengan sasaran tidak
lebih dan tidak kurang. Di samping itu ahli materi juga harus menginformasikan perkembangan ilmu
tersebut yang terkini.
Peranan ahli media harus mengkaji dan memastikan pemilihan materi yang akan diangkat ke dalam
media audio sesuai dengan karakteristik media tersebut, karena tidak semua materi yang ada di
kurikulum dapat dibuat ke dalam media audio secara menarik.
b. Penulisan Naskah
Langkah selanjutnya yaitu penulisan naskah. Naskah ditulis oleh orang yang dianggap mampu untuk
menulis naskah audio. Naskah yang ditulis akan dikaji oleh ahli materi dan ahli media. Ahli materi akan
mengkaji kebenaran, kecukupan, dan ketepatan pemilihan aplikasi atau contohnya. Sedangkan ahli
media akan mengkaji kemenarikan penyampaian materi tersebut sesuai karakteristik media audio,
misalnya pemain, perwatakan, pilihan kata/bahasa, konflik, musik, sound effect, dll.
Tahapan penulisan naskah, yaitu persiapan, penelitian, pengorganisasian informasi, penulisan sinopsis
dan treatment, dan skenario/naskah.
2. Produksi
Produksi media audio ini diawali dengan diterimanya naskah oleh team produksi. Setelah itu dilakukan
langkah-langkah produksi, yaitu: pembentukan tim produksi, rembug naskah (script conference),
Pemilihan pemain (casting), latihan kering, rekaman (recording), editing dan mixing, preview, pembuatan
master (mastering).
14
a. Team Produksi
Produksi media audio ini merupakan kerja bersama(team work), kerja dari sekelompok orang yang
memiliki keahlian atau ketrampilan berbeda, sehingga diperlukan koordinasi antar anggota tim sehingga
terwujud media audio yang baik, menarik dan komunikatif. Anggota tim tersebut yaitu :
1. Sutradara, orang yang bertanggung jawab atas semua aspek manajemen dan
artistik dari sebuah produksi.
2. Operator, mempersiapkan peralatan rekam dan bertanggung jawab atas hasil perekaman.
3. Teknisi, mengontrol dan memastikan semua peralatan dalam keadaan siap pakai.
4. Penata musik, mempersiapkan musik dan sound effect sesuai dengan
naskah.
5. Editor, melakukan koreksi terhadap hasil rekaman dan melakukan mixing
tutur ( dialog / drama ) dengan musik dan sound effect yang diperlukan
sesuai naskah.
15
d. Latihan Kering
Latihan kering maksudnya, para pemain diberi kesempatan untuk mempelajari naskah dan berlatih
sebelum rekaman, agar mereka benar-benar paham akan isi pesan, alur cerita dan peran masing-masing
dalam naskah tersebut. Hal ini untuk menghindari banyak kesalahan pada saat rekaman.
e. Rekaman(Recording)
Rekaman adalah proses pengambilan suara dari masing-masing pemain. Sutradara adalah pengendali
sepenuhnya jalannya rekaman. Sutradara bertanggung jawab atas kualitas hasil rekaman.
f. Editing dan Mixing
Editing: maksudnya adalah membuang atau memotong kata-kata salah yang dianggap tidak perlu atau
juga menambah efek, misalnya echo.
Mixing: maksudnya mencampur atau menambah musik, background, dan soundeffect sehingga media
audio lebih terkesan menarik.
g. Preview
Preview adalah kegiatan evaluasi terhadap hasil produksi. Preview ini dilakukan oleh tim yang melibatkan
pengkaji materi, pengkaji media, dan sutradara sebagai penanggung jawab produksinya. Evaluasi
terhadap hasil produksi ini ditinjau dari segi materi dan media. Dari segi materi misalnya ketepatan
pengucapan. Tinjauan media, misalnya ketepatan penggunaan musik, efek suara (sound effect), kualitas
suara, meliputi ada tidaknya noise, kestabilan volume. Jika hasil produksi belum dinyatakan layak, maka
harus dilakukan perbaikan sesuai dengan masukan tim preview.
16
Teknik dalam perekaman radio pendidikan, Sudjana ( 2005: 139 ), mengusulkan hal – hal yang harus
diperhatikan adalah sebagai berikut :
a) Pilih subjek atau tema yang menarik dan mengundang perhatian mereka.
b) Tentukan garis- garis besar cerita atau membuat synopsis.
c) Tentukan pemain, pelaku, penangungjawab dan sebagainya.
d) Adakan latihan diluar studio untuk melatih penjiwaan mereka.
e) Pilih sound effect yang sesuai, kemudian coba rekam dan adakan revisi.
18
BAB III
PENUTUP
III. 1. Kesimpulan
Media pembelajaran Audio sebagai alat komunikasi antara pengajar dan peserta didik sehingga proses
belajar pembelajaran lebih efektif dan efisien.
Dengan menggunakan media audio secara tepat dan bervariasi dapat mengatasi sikap pasif siswa.
Sehingga menimbulkan gairah belajar, memungkinkan interaksi langsung antara siswa, lingkungan,
kenyataan, dan memungkinkan siswa untuk belajar sesuai dengan minat dan kemampuannya.
Penggunaan media audio dalam pembelajaran dapat membantu anak dalam memberikan pengalaman
yang bermakna bagi siswa. Penggunaan media visual pembelajaran dapat mempermudah siswa dalam
memahami sesuatu yang abstrak menjadi lebih konkrit.
III. 2. Saran
Kami selaku penulis menyarankan kepada pembaca bahwa Media Audio merupakan salah satu metode
pengajaran Matematika yang bisa kita berikan kepada siswa, tapi dalam aplikasinya tidak semua materi
pembelajaran Matematika bisa menggunakan media audio.
19
DAFTAR PUSTAKA
I. PENDAHULUAN
Evaluasi kurikulum dan evaluasi pendidikan memiliki karakteristik yang tak terpisahkan
dari bidang studi ilmu sosial pada umumnya. Karakteristik itu adalah lahirnya berbagai definisi
untuk sutatu istilah teknis yang sama. Demikian pula dengan evaluasi yang diartikan oleh
berbagai pihak dengan berbagai pengertian. Definisi akademik yang sifatnya universal dan
seragam sangat sulit di terapkan dalam bidang evaluasi kurikulum.
Evaluasi merupakan subsistem yang sangat penting dan sangat dibutuhkan dalam setiap
sistem pendidikan, evaluasi dapat mencerminkan seberapa jauh perkembangan/kemajuan hasil
pendidikan. Dengan evaluasi, maka maju mundurnya kualitas pendidikan dapat diketahui dengan
evaluasi.
III. PEMBAHASAN
A. Pengertian Evaluasi
Secara etimologis kata evaluasi berasal dari bahasa Inggris evaluation yang berarti
penilaian terhadap sesuatu. Witherington secara singkat merumuskan bahwa an evaluation is a
dedaration that samething has or class not have value.
Mengevaluasi berarti memberi nilai, menetapkan apakah sesuatu itu bernilai atau tidak
bernilai.
Ada tiga istilah yang hapir sama pengertiannya dengan evaluasi.
a. Tes/testing artinya menggunakan tes
b. Measurement (pengukuran) artinya penilaian yang sifatnya lebih luas daripada instrumen yang
digunakan dalam testing, begitu pula mengenai interprestasi hasil pengukuran.
c. Evaluasi menggunakan instrumen yang lebih banyak daripada measurement; menggunakan data
kuantitatif dan kualitatif, memerlukan waktu yang lebih panjang dalam pelaksanaannya. Misal
saja bila guru menggunakan catatan pribadi sebagai bahan menilai murid, juga dengan cara
mengamati.
Secara umum evaluasi dapat membantu memperhitungkan potensi murid dalam belajar.
Evaluasi dapat memberikan informasi paling akurat mengenai kemampuan akademik siswa.
Evaluasi dapat juga menunjukkan bagaimana murid tumbuh. Karena itu, evaluasi dapat
meningkatkan efektivitas pengajaran.[1]
Pengertian yang dikemukakan Tyler (1949) merupakan pengertian awal dari evaluasi
kurikulum. Evaluasi berfokus pada upaya untuk menentukan tingkat perubahan yang terjadi pada
hasil belajar (behavior). Ruang lingkup evaluasi yang dikemukakan Tyler memang sangat
singkat dan terbatas. Meskipun demikian, pengaruh Tyler masih sangat kuat dan banyak usaha
evaluasi yang hanya memusatkan perhatian pada pencapaian hasil belajar semata.
Hasil belajar tersebut umumnya diukur dengan tes. Ini mudah dipahami karena pada masa
ini tradisi evaluasi masih sangat kuat mengikuti tradisi pengukuran (measurement). Aplikasi
pengukuran yang paling dominan adalah pada tes adalah pada tes dan oleh karena itu evaluasi
dan tes sering diartikan sama.[2]
Evaluasi terhadap proses pengajaran dilakukan oleh guru sebagai bagian integral dari
pengajaran itu sendiri. Artinya, evaluasi harus tidak terpisah dalam penyusunan dan pelaksanaan
pengajaran. Evaluasi proses bertujuan menilai keefektifan dan efisiensi kegiatan pengajaran
sebagai bahan untuk perbaikan dan penyempurnaan program dan pelaksanaannya.
Tujuan utama melakukan evaluasi dalam proses belajar mengajar adalah untuk
mendapatkan informasi yang akurat mengenai tingkap pencapaian tujuan intruksional oleh siswa
sehingga dapat diupayakan tindak lanjutnya. Tindak lanjut tersebut merupakan fungsi evaluasi
dan dapat berupa:
- Penempatan pada tempat yang tepat
- Pemberian umpan balik
- Diagnosis kesulitan belajar siswa
- Penentuan kelulusan
Untuk masing-masing tindak lanjut yang dikehendaki ini diadakan tes yang diberi nama:
Tes penempatan : tes jenis ini disajikan pada awal tahun pelajaran untuk mengukur kesiapan
siswa dan mengetahui tingkat pengetahuan yang telah dicapai sehubungan dengan pelajaran yang
akan disajikan.
Tes Formatif : tes jenis ini disajikan di tengah-tengah program pengajaran untuk memantau
kemajuan belajar siswa demi memberikan umpan balik.
Tes Diagnotik : tes jenis ini bertujuan mendiagnosa kesulitan belajar siswa untuk mengupayakan
perbaikannya.
Tes Sumatif : tes jenis ini biasanya diberikan pada akhir tahun ajaran/akhir suatu jenjang
pendidikan.[7]
C. Makna Evaluasi
Evaluasi mempunyai makna bagi berbagai pihak, evaluasi hasil belajar siswa bermakna
bagi semua komponen dalam proses pengajaran, terutama siswa, guru, pembimbing/penyuluh
sekolah dan orang tua siswa.
1) Makna bagi siswa
Hasil evaluasi memberikan informasi tentang sejauh mana ia telah menguasai bahan pelajaran
yang disajikan guru. Dengan informasi ini siswa dapat mengambil langkah-langkah yang sesuai.
Ada 2 kemungkinan siswa mengambil langkah yang sesuai tersebut:
(a) Hasil evaluasi tidak memuaskan
Apabila ternyata hasil evaluasi menunjukkan siswa itu belum mencapai tujuan intruksional yang
diinginkan ia dapat di motivasi untuk belajar lebih giat lagi dan mencari upaya untuk menutup
kekurangannya itu.
(b) Hasil evaluasi memuaskan
Apabila hasil evaluasi memuaskan siswa, siswa terdorong untuk mengulangi/bahkan
memperbaiki hasilnya supaya dapat memperoleh kepuasan yang sama di waktu yang akan
datang.
Evaluasi merupakan subsistem yang sangat penting dan sangat dibutuhkan dalam setiap
sistem pendidikan, karena evaluasi dapat mencerminkan seberapa jauh perkembangan/kemajuan
hasil pendidikan. Dengan evaluasi, maka kaju dan mundurnya kualitas penidikan dapat diketahui
dengan evaluasi, dan dengan evaluasi pula,kita dapat mengetahui titik kelemahan serta mudah
mencari jalan keluar untuk berubah menjadi lebih baik ke depan.
Tanpa evaluasi kita tidak bisa mengetahui seberapa jauh keberhasilan siswa dan tanpa
evaluasi pula kita tidak akan ada perubahan menjadi lebih baik. Maka dari itu, secara umum
evaluasi adalah suatu proses sistematik untuk mengetahui tingkat keberhasilan suatu program.
Evaluasi pendidikan dan pengajaran adalah proses kegiatan untuk mendapatkan informasi
data mengenai hasil belajar mengajar yang dialami siswa. Evaluasi pembelajaran merupakan
evaluasi dalam bidang pembelajaran.[11]
Sebelum mengajarkan pelajaran baru, guru harus menyelidiki latar belakang murid tentang
bahan baru itu, artinya hingga manakah kemampuannya tentang bahan baru yang akan diajarkan,
ini disebut bahan apersepsi dan sekarang sering disebut “entry behavior”. Bahan baru hendaknya
diberikan atas dasar apa yang telah ada pada murid, kemudian barulah ia mulai dengan pelajarn
itu yakni dengan langkah pertama menurut analisis dan urutan bahan pelajaran seperti yang
direncanakan. Setelah itu ia segera menilai hingga manakah langkah pertama dikuasai oleh
murid. Penilaian itu dapat dilakukan dengan tes/pertanyaan. Ia (guru) juga dapat memperhatikan
ekspresi wajah/sikap murid untuk mengetahui apakah mereka telah mengerti/tidak.[12]
Evaluasi merupakan bagian dari proses belajar mengajar yang secara keseluruhan tidak
dapat dipisahkan dari kegiatan belajar mengajar. Pada sebagian guru masih ada asumsi yang
kurang tepat. Asemsi yang tidak pada tempatnya misalnya adalah hal biasa jika kegiatan evaluasi
tidak mempunyai tujuan tertentu.
Konsep dasar evaluasi proses pembelajaran penulis sarikan dari buku panduan evaluasi
pembelajaran dari pusat pengembangan sistem pembelajaran lembaga pengembangan pendidikan
universal 11 Maret 2007. Buku panduan tersebut ditujukan untuk pembelajaran di pendidikan
tinggi. Namun dapat dimodifikasi untuk kegiatan pembelajaran ditingkat dasar maupun
menengah.
Sasaran evaluasi proses pembelajaran adalah pelaksanaan dan pengelolaan pembelajaran
untuk memperoleh pemahamn tentang kinerja guru selama dalam pembelajaran. Media yang
digunakan oelh guru dalam pembelajaran serta minat, sikap dan motivasi belajar siswa.[13]
ANALISIS
Evaluasi adalah sebuah proses pengumpulan data unuk menentukan sejauh mana, dalam hal
apa dan bagaimana tujuan pendidikan sudah tercapai. Evaluasi proses pengajaran adalah suatu
rangkaian kegiatan yang dilakukan dengan sengaja untuk melihat atau mengetahui seberapa
tinggi tingkat keberhasilan dari kegiatan yang dicapai. Evaluasi proses pengajaran sangat
diperlukan oleh guru dalam rangka untuk memenuhi tugasnya sebagai seorang pendidik.
Tujuan evaluasi pengajarn adalah untuk memiliki keefektifan dan efesiensi kegiatan
mengajar sebagai bahan untuk prbaikan atau penyempurnaan program dan pelaksanaanya.
Evaluasi terhadap proses pengajaran dilakukan oleh guru sebagai bagian integral dari pengajaran
itu sendiri. Artinya evaluasi tidak terpisahkan dalam penyusunan dan pelaksanaan pengajaran.
Evaluasi yang baik haruslah didasarkan atas tujuan pengajaran yang telah ditetapkan oleh guru
dan kemudian benar-benar diusahakan oleh guru untuk siswa, apabila evaluasi tidak didasarkan
atas tujuan pengajaran yang diberikan, maka tidak akan tercapai sasarannya.
Untuk mengevaluasi keberhasilan program pembelajaran perlu menjangkau terhadap desain
pembelajaran, meliputi aspek kompetensi yang dikembangkan, setrategi pembelajaran yang
dipilih dan isi program, penilaian terhadap implementasi program pembelajaran berusaha untuk
menilai seberapa tinggi tingkat kualitas pembelajaran yang dilaksanakan oleh guru.
Dengan evaluasi maka maju mundurnya kualitas pendidikan dapat diketahui dengan
evaluasi dan dengan evaluasi pula kita dapat mengetahui titik kelemahan serta mudah mencari
jalan keluar untuk berubah lebih baik kedepan. Tanpa evaluasi kita tidak bisa mengetahui
seberapa jauh keberhasilan siswa dan tanpa evaluasi kita tidak aka nada perubahan menjadi lebih
baik, maka dari itu evaluasi secara umum adalah suatu proses sistematik untuk mengetahui
tingkat keberhasilansuatu program.
IV. KESIMPULAN
Pengertian evaluasi secara etimologi berasal dari bahasa Inggris evaluation yang berarti
penilaian terhadap sesuatu. Mengevaluasi berarti memberi nilai, menetapkan apakah sesuatu itu
bernilai atau tidak bernilai.
Evaluasi mempunyai 2 fungsi yaitu:
1) Fungsi Formatif
Suatu evaluasi kurikulum hanya dapat dilaksanakan ketika berkenaan dengan proses dan bukan
berfokus pada hasil.
2) Fungsi Sumatif
Tidak dapat diterapkan ketika kurikulum masih berproses. Fungsi sumatif adalah fungsi
kurikulum untuk memberikan pertimbangan terhadap hasil pengembangan kurikulum.
Tujuan utama evaluasi dalam proses belajar mengajar adalah untuk mendapatkan informasi
yang akurat mengenai tingkat pencapaian tujuan intruksional oleh siswa sehingga dapat
diupayakan tindak lanjutnya.
Makna evaluasi itu ada 5 yaitu:
kna evaluasi bagi siswa
Makna evaluasi bagi guru
kna evaluasi bagi pembimbing
4. Makna evaluasi bagi sekolah
5. Makna evaluasi bagi orangtua siswa.
Ada 4 pertimbangan yang perlu diperhatikan oleh seorang guru dalam melakukan evaluasi
belajar, yaitu:
1. Mengidentifikasi tujuan yang dapat dijabarkan dari prosedur evaluasi dan hubungannya dengan
mengajar.
2. Menentukan pengalaman belajar yang biasanya direalisasikan dengan pretes sebagai awal dan
postes.
3. Menentukan standar yang bisa dicapai dan “menantang” siswa belajar lebih giat.
4. Mengembangkan ketrampilan dan mengambil keputusan guna memilih tujuan.
V. PENUTUP
Demikianlah makalah yang dapat saya paparkan, saya menyadari makalah ini masih
banyak kekurangan dalam penyusunan maupun isi dari makalah ini. Maka dari itu, kritik dan
saran yang konstruktif sangat saya harapkan guna menyempurnakan makalah selanjutnya.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Amin..