Anda di halaman 1dari 33

pengertian media visual

BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Media Visual
Media Visual (Daryanto, 1993:27), artinya semua alat peraga yang digunakan dalam proses belajar yang bisa
dinikmati lewat panca-indera mata.Media visual ( image atau perumpamaan) memegang peran yang sangatpenting
dalam proses belajar. Media visual dapat memperlancar pemahaman dan memperkuat ingatan. Visual dapat pula
menumbuhkan minat siswa dan dapat memberikan hubungan antara isi materi pelajaran dengan dunia nyata.
Agar menjadi efektif, visual sebaiknya ditempatkan pada konteks yang bermakna dansiswa harus berinteraksi
dengan visual ( image ) itu untuk meyakinkan terjadinya proses informasi. Dengan demikian media visual dapat
diartikan sebagai alat pembelajaran yang hanya bisa dilihat untuk memperlancar pemahaman dan memperkuat
ingatan akan isi materi pelajaran.
Media Visual yang bergerak ialah media yang dapat menampilkan atau membiaskan gambar atau bayangan
yang dapat bergerak di layar bias, seperti: bias gambar-gambar yang ditampilkan oleh motion picture film dan
loopfilm.
Masing-masing media baik yang bergerak maupun yang tak bergerak dilihat penggunaannya tak lepas dari
kelebihan dan keterbatasan yang ada, tergantung pada situasi dan kondisi pengoperasiannya.

2.2 Fungsi dan Manfaat Media Visual


Media visual berfungsi untuk menyalurkan pesan dari sumber ke penerima pesan. Pesan yang akan
disampaikan dituangkan ke dalam simbol-simbol visual. Selain itu, fungsi media visual adalah untuk menarik
perhatian, memperjelas sajian ide, menggambarkan atau menghiasi fakta yang mungkin akan cepat dilupakan jika
tidak divisualkan.
2.3 Macam- macam Media Visual
Media Visual terdiri dari:
1. Media yang tidak diproyeksikan.
a. Media realia adalah benda nyata.
Benda tersebut tidak harus dihadirkan di ruang kelas, tetapi siswa dapat melihat langsung ke obyek. Kelebihan dari
media realia ini adalah dapat memberikan pengalaman nyata kepada siswa. Misal untuk mempelajari
keanekaragaman makhluk hidup, klasifikasi makhluk hidup, ekosistem, dan organ tanaman.
b. Model adalah benda tiruan dalam wujud tiga dimensi yang merupakan representasi atau pengganti dari benda yang
sesungguhnya. Penggunaan model untuk mengatasi kendala tertentu sebagai pengganti realia. Misal untuk
mempelajari sistem gerak, pencernaan, pernafasan, peredaran darah, sistem ekskresi, dan syaraf pada hewan.
c. Media grafis tergolong media visual yang menyalurkan pesan melalui simbol-simbol visual. Fungsi dari media grafis
adalah menarik perhatian, memperjelas sajian pelajaran, dan mengilustrasikan suatu fakta atau konsep yang mudah
terlupakan jika hanya dilakukan melalui penjelasan verbal.

2. Media proyeksi.
1. Transparansi OHP merupakan alat bantu mengajar tatap muka sejati, sebab tata letak ruang kelas tetap seperti biasa,
guru dapat bertatap muka dengan siswa (tanpa harus membelakangi siswa). Perangkat media transparansi meliputi
perangkat lunak (Overhead transparancy / OHT) dan perangkat keras (Overhead projector / OHP). Teknik
pembuatan media transparansi, yaitu:
- Mengambil dari bahan cetak dengan teknik tertentu.
- Membuat sendiri secara manual.
2. Film bingkai / slide adalah film transparan yang umumnya berukuran 35 mm dan diberi bingkai 2X2 inci. Dalam
satu paket berisi beberapa film bingkai yang terpisah satu sama lain. Manfaat film bingkai hampir sama dengan
transparansi OHP, hanya kualitas visual yang dihasilkan lebih bagus. Sedangkan kelemahannya adalah beaya
produksi dan peralatan lebih mahal serta kurang praktis. Untuk menyajikan dibutuhkan proyektor slide.

Pengenalan Beberapa Media Visual, antara lain sebagai berikut :


A. Media Grafis
Media Grafis adalah media visual yang menyajikan fakta, ide atau gagasan melalui penyajian kata- kata,
kalimat atau angka- angka, dan symbol/ gambar. Grafis biasanya digunakan untuk menarik perhatian. Memperjelas
penyajian ide, dan mengilustrasikan kata- kata sehingga menarik perhatian dan diingat orang.
a. Gambar atau foto
Gambar/ foto adalah media yang paling umum dipakai. Gambar/ foto merupakan bahasa yang paling umum
sehingga mudah dimengerti.
Manfaat atau kelebihan gambar atau foto sebagai media pembelajaran adalah:
 Memberikan tampilan yang sifatnya konkrit.
 Gambar dapat mengatasi batasan ruang dan waktu.
 Gambar atau foto dapat mengatasi keterbatasan pengamatan kita.
 Dapat memperjelas suatu masalah, dalam bidang apa saja dan untuk tingkat usia berapa saja.
 Murah harganya dan mudah didapat serta digunakan tanpa memerlukan peralatan khusus.

b) Sketsa
Sketsa merupakan gambar yang merupakan draft kasar yang menyajikan bagian-bagian pokoknya saja tanpa
detail. Sketsa selain dapat menarik perhatian peserta atau siswa juga dapat menghindari verbalisme dan dapat
memperjelas penyampaian pesan.

a. Diagram
Berfungsi sebagai penyederhana sesuatu yang kompleks sehingga dapat memperjelas penyajian pesan. Isi
diagram pada umumnya berupa petunjuk-petunjuk. Sebagai suatu gambar sederhana yang menggunakan garis dan
simbol, diagram menggambarkan struktur dari objeknya secara garis besar, menunjukkan hubungan yang ada antar
komponennya atau sifat-sifat proses yang ada.

Ciri-ciri dari sebuah diagram yang baik adalah:


 Benar, digambar rapi, diberi judul, label dan penjelasan-penjelasan yang perlu.
 Cukup besar dan ditempatkan strategis.
 Penyusunannya disesuaikan dengan pola membaca yang umum, dari kiri ke kanan dan dari atas ke bawah.

b. Bagan/Chart
Terdapat dua jenis chart yaitu chart yang menyajikan pesannya secara bertahap dan chart yang menyajikan
pesannya sekaligus. Chart yang menyajikan pesannya secara bertahap misalnya adalah flipchart atau hidden chart,
sementara bagan atau chart yang menyajikan pesannya secara langsung misalnya bagan pohon (tree chart), bagan
alir (flow chart), ataubagan garis waktu (time line chart).
Bagan atau chart Berfungsi untuk menyajikan ide-ide atau konsep-konsep yang sulit jika hanya disampaikan
secara tertulis atau lisan secara visual. Bagan juga mampu memberikan ringkasan butir-butir penting dari suatu
presentasi.
Dalam bagan biasanya kita menjumpai jenis media visual lain seperti gambar, diagram, atau lambing-
lambang verbal.

Ciri-ciri bagan sebagai media yang baik adalah:


 Dapat dimengerti oleh pembaca.
 Sederhana dan lugas tidak rumit atau berbelit-belit.
 Diganti pada waktu-waktu tertentu agar selain tetap mengikuti perkembangan jaman juga tidak kehilangan daya tarik.

c. Grafik
Grafik adalah gambar sederhana yang mengguanakan titik-titik, garis atau gambar. Fungsi grafik adalah
untuk menggambarkan data kuantitatif secara teliti, menerangkan perkembangan atau perbandingan sesuatu objek
atau peristiwa yang saling berhubungan secara singkat dan jelas.

d. Kartun
Yaitu penggambaran dalam bentuk lukisan atau karikatur tentang orang, gagasan, atau situasi yang didesain
untuk mempengaruhi opini masyarakat. Kegunaan kartun dalam pengajaran dapat memperjelas rangkaian isi bahan
dalam satu urutan logis atau mengandung makna.
Pemilihan kartun yaitu:
1) Pemakaiannya sesuai dengan tingkat pengalaman.
2) Kesederhanaan.
3) Lambang yang jelas.
Penggunaan kartun yaitu:
1) Untuk motivasi.
2) Sabagai ilustrasi.
3) Untuk kegiatan siswa.

e. Poster
Poster dapat dibuat di atas kertas, kain, batang kayu, seng dan sebagainya. Poster tidak saja penting untuk
menyampaikan pesan atau kesan tertentu akan tetapi mampu pula untuk mempengaruhi dan memotivasi tingkah
laku orang yang melihatnya.

f. Papan planel
Papan Planel yaitu papan yang dilapisi kain flannel untuk menyajikan gambar atau kata- kata yang mudah
ditempel dan mudah pula diepas. Papan planel merupakan media visual yang efektif dan mudah untuk
menyampaikan pesan-pesan tertentu kepada sasaran tertentu pula.

Kelemahannya papan planel, antara lain sebagai berikut :


1. Walaupun bahan flanel dapat menempel pada sesamanya, tetapi hal ini tidak menjamin pada “bahan yang berat”,
karena dapat lepas bila ditempelkan.

2. Bila terkena angin sedikit saja, bahan yang ditempel pada papan flanel tersebut akan berhamburan jatuh.
Kelebihannya papan flannel, antara lain sebagai berikut :
1. Karena kesederhanaan papan flanel dapat dibuat sendiri oleh guru.
2. Dapat dipersiapkan terlebih dahulu dengan teliti.
3. Dapat memusatkan perhartian siswa terhadap suatu masalah yang dibicarakan.
4. Dapat menghemat waktu pembelajaran karena segala sesuatunya sudah dipersiapkan dan peserta didik dapat melihat
sendiri secara langsung.

g. Papan Buletin.
Papan Buletin berfungsi untuk memberitahukan kejadian dalam waktu tertentu. Papan ini adalah papan
biasa tanpa dilapisi kain flannel. Gambar- gambar atau tulisan- tulisannya biasanya langsung ditempelkan dengan
menggunakan lem atau alat penempel lainnya.

Kelebihan media grafis, antara lain sebagai berikut :


Dapat mempermudah dan mempercepat pemahaman siswa terhadap pesan yang disajikan.
Dapat dilengkapi dengan warna- warna sehingga lebih menarik perhatian siswa.
Pembuatannya mudah dan harganya murah.

Kelemahan media grafis, antara lain sebagai berikut :


Membutuhkan keterampilan khusus dalam pembuatannya, terutama untuk grafis yang lebih kompleks.
Penyajian pesan hanya berupa unsur visual.

B. Media Bahan Cetak


Media bahan cetak adalah media visual yang pembuatannya melalui proses pencetakan/ printing atau offset.
Media bahan cetak ini menyajikan pesannya melalui huruf dan gambar- gambar yang diilustrasikan untuk lebih
memperjelas pesan atau informasi yang disajikan.

Jenis media bahan cetak diantaranya adalah :


1. Buku Teks
Buku Teks, yaitu buku tentang suatu bidang studi atau ilmu tertentu yang disusun untuk memudahkan para
guru dan siswa dalam upaya mencapai tujuan pembelajaran. Penyusunan buku teks ini disesuaikan dengan urutan
dan ruang lingkup GBPP tiap bidang studi tertentu.
Dalam memilih sebuah buku sebaiknya diperhatikan hal- hal sebagai berikut :
a. Substansi materi.
b. Memiliki daya tarik.
c. Mudah dipahami.
d. Mudah dibaca.

2. Modul
Modul, yaitu suatu paket yang disusun dalam bentuk satuan tertentu dan didesain sedemikian rupa guna
kepentingan belajar siswa. Satu paket modul biasanya memiliki komponen petunjuk guru, lembaran kegiatan siswa,
lembaran kerja siswa, kunci lembaran kerja, lembaran tes, dan kunci lembaran tes.

Dalam memilih modul sebaiknya diperhatikan hal sebagai berikut :


a. Substansi materi relevan dengan kompetensi dasar atau materi pokok yang harus dikuasai oleh peserta didik.
b. Modul tersusun secara lengkap, paling tidak mencakup antara lain; judul, pernyataan kompetensi dasar yang harus
dikuasai peserta didik, petunjuk menggunakannya, informasi, langkah kerja, dan penilaian.
c. Materi memberikan penjelasan secara lengkap tentang definisi, klasifikasi, prosedur, perbandingan, rangkuman dan
sebagainya.
d. Padat pengetahuan.
e. Kebenaran materi dapat dipertanggungjawabkan.
f. Kalimat yang disajikan singkat, jelas.
g. Menuntun guru dan siswa sehingga mudah digunakan.
h. Beberapa modul dapat di download dari internet.

3. Bahan Pengajaran Terprogram


Bahan Pengajaran Terprogram, yaitu program pengajaran individual, hampir sama dengan modul.
Perbedaannya dengan modul, bahan pengajaran terprogram ini disusun dengan topic- topic kecil untuk setiap
bingkai/ halamannya. Satu bingkai biasanya berisi informasi yang merupakan bahan ajaran, pertanyaan, dan balikan/
respons dari pertanyaan bingkai lain.

Kelebihan media bahan cetak, antara lain :


Dapat menyajikan pesan atau informasi dalam jumlah yang banyak.
Pesan atau informasi dapat dipelajari oleh siswa sesuai dengan kebutuhan, minat, dan kecepatan masing- masing.
Dapat dipelajari kapan saja dan dimana karena mudah dibawa.
Akan lebih menarik bila dilengkapi dengan gambar dan warna.
Perbaikan/ revisi mudah dilakukan.

Kelemahan media bahan cetak, antara lain :


Proses pembuatannya membutuhkan waktu yang cukup lama.
Bahan cetak yang tebal mungkin dapat membosankan dan mematikan minat siswa untuk membacanya.
Apabila jilid dan kertasnya jelek akan mudah rusak dan robek.

C. Media Gambar Diam


Media Gambar Diam adalah media visual yang berupa gambar yang dihasilkan melalui proses
fotografi. Jenis media gambar diam ini adalah foto.
Foto/gambar memiliki makna yang lebih baik dibandingkan dengan tulisan. Foto/gambar sebagai bahan ajar
tentu saja diperlukan satu rancangan yang baik agar setelah selesai melihal sebuah atau serangkaian foto/gambar
siswa dapat melakukan sesuatu yang pada akhirnya menguasai satu atau lebih kompetensi dasar. Foto/gambar yang
didesain secara baik dapat memberikan pemahaman yang lebih baik.
Sebuah gambar yang bermakna paling tidak memiliki kriteria sebagai berikut:
1) Gambar harus mengandung sesuatu yang dapat dilihat dan penuh dengan informasi/data. Sehingga gambar tidak
hanya sekedar gambar yang tidak mengandung arti atau tidak ada yang dapat dipelajari.
2) Gambar bermakna dan dapat dimengerti sehingga, si pembaca gambar benar-benar mengerti, tidak salah pengertian.
3) Lengkap, rasional untuk digunakan dalam proses pembelajaran, bahannya diambil dari sumber yang benar. Sehingga
jangan sampai gambar miskin informasi yang berakibat penggunanya tidak belajar apa-apa.

Dalam memilih sebuah gambar/ foto sebaiknya diperhatikan hal- hal sebagai berikut :
a. Substansi materi yang disajikan dalam bentuk foto / gambar harus memiliki relevansi dengan kompetensi yang
harus dikuasai oleh peserta didik.
b. Gambar yang disajikan dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya.
c. Ditampilkan dengan skala yang sesuai sehingga terlihat logis dan enak dilihat.
d. Gambar menampilkan judul atau keterangan.
e. Beberapa foto / gambar dapat dibeli di toko buku.

Kelebihan Media Gambar Diam, antara lain :


Dibandingkan dengan media grafis, media foto ini lebih konkret.
Dapat menunjukkan perbandingan yang tepat dari objek yang sebenarnya.
Pembuatannya mudah dan harganya murah.

Kelemahan Media Gambar Diam, antara lain :


Biasanya ukurannya terbatas sehingga kurang efektif untuk pembelajaran kelompok besar.
Perbandingan yang kurang tepat dari suatu objek akan menimbulkan kesalahan persepsi.

D. Media Proyeksi Diam


Media Proyeksi Diam adalah media visual yang diproyeksikan atau media yang memproyeksikan pesan,
dimana hasil proyeksinya tidak bergerak atau memiliki sedikit unsur gerakan.

Jenis Media Proyeksi Diam diantaranya OHP/ OHT, Opaque Projector, Slide, dan FilmStrip.
a) Media OHP/ OHT
OHT ( Overhead Transparency ) adalah media visual yang diproyeksikan melalui alat proyeksi yang
disebut OHP ( Overhead Projector ). OHT terbuat dari bahan transparan yang biasanya berukuran 8,5 x 11 inchi.

Ada 3 jenis bahan yang dapat digunakan sebagai OHT, diantaranya :


1. Write on film ( plastic transparansi ), yaitu jenis transparensi yang dapat ditulisi atau digambari secara langsung
dengan menggunakan spidol.
2. PPC transparansi film ( PPC = Plain Paper Copier ), yaitu jenis transparansi yang dapat diberi tulisan atau
gambar dengan menggunakan mesin fotocopy.
3. Infrared transparency film, yaitu jenis transparansi yang dapat diberi tulisan atau bergambar dengan menggunakan
mesin thermofax.

OHP ( Overhead Projector ) adalah media yang digunakan untuk memproyeksikan program- program
transparansi pada sebuah layar. Biasanya alat ini digunakan sebagai pengganti papan tulis.
Ada 2 jenis model OHP, yaitu :
1. OHP Classroom, yaitu OHP yang dirancang dan dibuat secara permanen untuk di simpan di suatu kelas atau
ruangan. Biasanya memiliki bobot yang lebih berat dibandingkan dengan OHP jenis portable.
2. OHP Portable, yaitu OHP yang dirancang agar mudah dibawa kemana- mana, sehingga ukuran dan bobot beratnya
lebih ringkas.

Kelebihan Media OHT/ OHP, antara lain :


1. Dapat digunakan untuk menyajikan pesan di semua ukuran ruangan kelas.
2. Menarik, karena memungkinkan penyajian yang variatif, dan disertai dengan warna- warna yang menarik.
3. Tatap muka dengan siswa selalu terjaga dan memungkinkan siswa untuk mencatat hal- hal yang penting.
4. Tidak memerlukan operator secara khusus dan tidak pula memerlukan penggelapan ruangan.
5. Dapat menyajikan pesan yang banyak dalam waktu yang relative singkat.
6. Program OHT dapat digunakan berulang- ulang.

Kelemahan Media OHT/ OHP, antara lain :


1. Memerlukan perencanaan yang matang dalam pembuatan dan penyajiaannya.
2. OHT dan OHP merupakan hal yang tak dapat dipisahkan, karena sebuah gambar dalam kertas biasa tidak bisa
diproyeksikan melalui OHP.
3. Urutan OHT mudah kacau, karena merupakan urutan yang lepas.

b) Media Opaque Projector


Opaque Projector atau proyektor tak tembus pandang adalah media yang digunakan untuk memproyeksikan
bahan dan benda- benda yang tidak tembus pandang, seperi buku, foto, dan model- model, baik yang dua dimensi
maupun yang tiga dimensi. Berbeda dengan OHP, opaque projector ini tidak memerlukan transparansi, tetapi
memerlukan penggelapan ruangan.
Opaque Projector biasanya dapat pula digunakan dapat pula digunakan untuk memproyeksikan film bingkai/
slide akan tetapi tidak dilengkapi dengan tape recorder.
Kelebihan dan kelemahan media opaque projector ini hampir mirip dengan kelebihan dan kelemahan OHP
dan media slide. Oleh karena opaque projector dengan segala karakteristiknya berfungsi sebagai OHP dan Slide
Proyektor.

c) Media Slide
Media Slide atau film bingkai adalah media visual yang diproyeksikan melalui alat yang disebut dengan
Proyektor Slide. Slide atau film bingkai terbuat dari film positif yang kemudian diberi bingkai yang terbuat dari
karton/ plastik. Film positif yang biasanya digunakan untuk film slide adalah film yang ukurannya 35 mm dengan
ukuran bingkai 2 x 2 inchi. Sebuah program slide biasanya terdiri atas beberapa bingkai yang banyaknya tergantung
pada bahan atau materi yang akan disampaikan.

Kelebihan Media Slide, antara lain :


Membantu menimbulkan pengertian dan ingatan yang kuat pada pesan yang disampaikan dan dapat dipadukan
dengan unsur suara.
Merangsang minat dan perhatian siswa dengan warna dan gambar yang konkrit.
Program slide mudah di revisi sesuai dengan kebutuhan, karena filmnya terpisah- pisah.
Penyimpanannya mudah karena ukurannya kecil.

Kelemahan Media Slide, antara lain :


Memerlukan penggelapan ruangan untuk memproyeksikannya.
Pembuatannya memerlukan waktu yang cukup lama, jika program yang dibuatnya cukup panjang.
Memerlukan biaya yang boleh dikatakan besar.
Hanya dapat menyajikan gambar yang diam ( geraknya terbatas walaupun dengan menggunakan lebih dari sebuah
proyektor.

d) Media FilmStrip
Film Strip atau Film Rangkai atau Film Gelang adalah media visual proyeksi diam, yang pada dasarnya
hampir sama dengan media slide. Hanya film strip ini terdiri dari beberapa film yang merupakan satu kesatuan (
merupakan gelang, dimana antara ujung yang satu dengan ujung yang lainnya bersatu ). Jumlah frame atau gambar
dari suatu filmstrip ada yang berjumlah 50 buah dan ada pula yang berjumlah 75 buah dengan panjang 100 sampai
130 cm.
Kelebihan filmstrip dibandingkan dengan film slide adalah media filmstrip mudah penggandaannya karena
tidak memerlukan bingkai, juga frame- frame filmstrip tidak akan tertukar karena merupakan satu kesatuan. Akan
tetapi pengeditan dan perbaikan/ revisi filmstrip relative agak sukar, karena harus dilaboratorium khusus.

2.4 Pemilihan media visual


Untuk mempermudah penyampaian materi kepada peserta didik perlu dipilih media yang tepat. Ketepatan
dalam pemilihan media visual menyebabkan proses pembelajaran menjadi lancar dan materi yang disampaikan
dipahami peserta didik. Misalnya Guru pendidikan jasmani dapat memanfaatkan media visual yang umum
dipergunakan seperti gambar atau foto atau VCD. Kedua jenis media visual ini mempunyai beberapa kelebihan
yaitu, mudah dibuat dan digunakan, praktis, sederhana, dan relatit murah.
Beberapa kriteria yang perlu diperhatikan oleh guru dalam memilih media visual. Diantaranya. media visual
yang dipilih sesuai dengan kurikulum, tujuan pembelajaran yang ingin dicapai, mempertimbangkan kemampuan dan
keterampilan peserta didik, praktis dan sederhana, bersifat fleksibel, multiguna, tahan lama, ekonomis, dan mudah
digunakan oleh guru.
2.5 Penggunaan Media Visual
Azhar Arsyad (2005:92-93) memberikan gambaran mengenai beberapa konsep penggunaan media visual
a~ar efektif yaitu, bentuk media visual dibuat yang sesederhana mung kin agar mudah dipahami, penggunaan media
visual untuk menjelaskan informasi yang terdapat teks, berikan pengulangan sajian visual dan libatkan peserta didik
di dalamnya, gunakan gambar untuk membedakan dua konsep yang berbeda, keterangan gambar harus dicantumkan
secara garis besar, dan penggunaan wama harus realistik.
Banyak hal yang harus diperhatikan dalam penggunaan media visual dalam menopang proses pembelajaran
pendidikan jasmani di sekolah dasar.
Pertimbangan-pertimbangan mulai dari fungsi ekonomis, kepraktisan, dan manfaat yang diperoleh dari
penggunaan media visual dijadikan pertimbangan bagi seorang guru pendidikan jasmani terutama untuk
memudahkan dalam fungsi utamanya sebagi seorang pendidik dan pengajar.
Pengoptimalan media visual memberikan dampak psikologis bagi guru, karena ia akan lebih memiliki rasa
percaya diri dalam menyampaikan materi atau pesan kepada peserta didik. Jika dilihat lebih lanjut sebenamya media
visual ini sudah tidak asing lagi bagi para guru pendidikan jasmani. Sebab, sejak di bangku kuliah mereka sudah
diberikan pengetahuan dan keterampilan dasar pemanfaatan media pembelajaran sehingga, dalam situasi mengajar
yang sesungguhnya guru tinggal mengembangkan atau menciptakan media-media visual baru yang lebih kreatif dan
inovatif.

BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dengan menggunakan media visual secara tepat dan bervariasi dapat mengatasi sikap pasif siswa. Sehingga
menimbulkan gairah belajar, memungkinkan interaksi langsung antara siswa, lingkungan, kenyataan, dan
memungkinkan siswa untuk belajar sesuai dengan minat dan kemampuannya.
Penggunaan media visual dalam pembelajaran dapat membantu anak dalam memberikan pengalaman yang
bermakna bagi siswa. Penggunaan media visual pembelajaran dapat mempermudah siswa dalam memahami sesuatu
yang abstrak menjadi lebih konkrit.

3.2 Saran
Kami selaku penulis menyarankan agar pembaca menggunakan media visual pembelajaran ini secara tepat
dan bervariasi yang sesuai dengan tingkat dan kemampuan berpikir anak didik. Untuk menyampaikan pesan
pembelajaran dari guru kepada siswa, sebaiknya guru juga menggunakan alat bantu mengajar (teaching aids) berupa
gambar, model, atau alat-alat lain yang dapat memberikan pengalaman konkrit, motivasi belajar, serta dapat
mempertinggi daya serap siswa.
pengertian media audio
BAB I
PENDAHULUAN
I. 1. Latar Belakang
Perkembangan komunikasi suara sebenarnya telah melalui sejarah yang lama.Dalam tahun 1844,
Samsul F.B.Morse mengirim berita lewat kawat dari Baltimore ke Washington, maka lahirlah Telegrafi.
Kemudian Alexander Graham Bell berpikir “Kalau bunyi bisa di-salurkan melalui kawat, mengapa suara
tidak?”. Maka pada tanggal 14 pebruari tahun 1875 untuk pertama kali Bell melakukan percakapan lewat
telepon. Dan sejak Guglielmo Marconi untuk pertama kali dalam tahun 1896 mengirim dan menerima
pesan (suara) tanpa kawat. Sembilan tahun kemudian suara manusia dapat disiarkan keseluruh dunia
melalui radio. Demikian pula pemakaian alat perekam suara pemakaian alat perekam suara baru di-mulai
sejak tahun 1877, ketika Thomas Edison menemukan phonograf. Kemudian melalui alat inilah orang
merekam suara melalui piringan hitam berkat kemajuan teknologi, kini orang dapat pula merekam suara
dengan alat perekam suara yang disebut “Caseete Tape Recorder”. Dengan alat terakhir ini kita dapat
memperoleh beberapa keuntungan yang tidak dimiliki oleh alat perekam suara yang ada sebelumnya.
Pada umumnya keberadaan media audio muncul karena keterbatasan kata-kata, waktu, ruang, dan
ukuran. Ditambahkan juga bahwa media pembelajaran audio berfungsi sebagai sarana yang mampu
menyampaikan pesan sekaligus mempermudah penerima pesan dalam memahami isi pesan
Membantu menyampaikan maklumat dengan lebih berkesan membantu meningkatkan daya tarikan
terhadap sesuatu persembahan. Jenis audio termasuk suara latar, musik, atau rekaman suara dan
lainnya.
Dengan demikian media pembelajaran audio ini kami gunakan untuk mengetahui tingkat pemahaman
siswa dalam materi statistika dasar khususnya mengenai Mean dan Median. Berdasarkan hal-hal yang
dipaparkan di atas maka penulis menyusun makalah yang bertema “Media Pembelajaran Audio“.

3
I. 2. Rumusan Masalah
Beberapa hal yang menjadi permasalahan dalam menyusun makalah ini adalah
sebagai berikut :
• Apa yang dimaksud dengan Media Audio?
• Apa fungsi dan manfaat Media Audio dalam kegiatan belajar - mengajar ?
• Apa saja kelebihan dan kekurangan Media Audio tersebut ?
• Apa saja macam – macam Media Audio itu ?
• Bagaimana Prosedur pembuatan Media Audio tersebut ?
• Bagaimana cara penggunaan Media Audio tersebut ?

I. 3. Tujuan Dan Manfaat Penulisan


I. 3. 1. Tujuan Penulisan
♦ Untuk memenuhi tugas Media Pembelajaran yang diberikan oleh Bapak Rohman M.Pd selaku Dosen
pengasuh mata kuliah Media Pembelajaran.
♦ Untuk memberikan wawasan kepada pembaca dan penulis tentang Media Audio dalam kegiatan belajar
– mengajar.
♦ Untuk mengetahui adanya interaksi pengaruh penggunaan Media Audio sebagai motivasi berprestasi
terhadap prestasi belajar khususnya pada mata pelajaran Matematika.

I. 3. 2. Manfaat Penulisan
Agar Bapak/Ibu Guru maupun Calon Guru seperti layaknya tim penyusun makalah dapat memahami dan
menerapkan berbagai macam media pembelajaran serta dapat mengatasi kesulitan dari masing- masing
media tersebut dan dapat memanfaatkan kelebihannya dalam pembelajaran agar kompetensi yang
ditetapkan dapat tercapai dengan baik.

4
I. 4. Metode Penulisan
Untuk menyelesaikan makalah ini penyusun memperoleh data dengan berbagai cara diantaranya :
a. Data Sekunder, data yang dipilih dari dokumen/ penelitian pustaka yang berhubungan dengan objek
penelitian.
b. Melalui fasilitas internet.

I. 5. Ruang Lingkup
Mengingat keterbatasan waktu dan kemampuan yang kami–tim penyusun–miliki serta sesuai rujukan
materi yang harus dibahasa dalam makalah ini yang diberikan oleh dosen pengasuh mata kuliah Media
Pembelajaran yang juga sebagai pemberi tugas, maka ruang lingkup makalah ini terbatas pada
pembahasan pengertian Media Audio, fungsi dan manfaat Media Audio, pengenalan beberapa Media
Audio, kelebihan dan kekurangan Media Audio , pemilihan Media Audio dan penggunannya
5

BAB II
PEMBAHASAN
II. 1. Pengertian Media Audio

Yang dimaksud dengan Media Dengar (Media Audio) adalah alat media yang isi pesannya hanya
diterima melalui indera pendengaran saja. Pada penggalan ini berturut-turut dibahas Media Dengar yaitu
Radio Rekaman Suara (Audio Cassete Tape Recorder). media pembelajaran, adalah suara-suara
ataupun bunyi yang berkaitan dengan materi pembelajaran direkam dengan menggunakan alat perekam
suara, kemudian hasil perekaman tersebut diperdengarkan kembali kepada peserta didik dengan
menggunakan sebuah alat pemutarnya.
Media Audio Menurut sadiman ( 2005:49 ) adalah media untuk menyampaikan pesan yang akan
disampaikan dalam bentuk lambang – lambang auditif, baik verbal ( ke dalam kata – kata atau bahasa
lisan ) maupun non verbal.
Sedangkan menurut sudjana dan Rivai ( 2003 :129 ) Media Audio untuk pengajaran adalah bahan yang
mengandung pesan dalam bentuk auditif ( pita suara atau piringan suara), yang dapat merangsang
pikiran, perasaan, perhatian dan kemauan siswa sehingga terjadi proses belajar - mengajar

Media audio mempunyai sifat yang khas, yaitu:


• Hanya mengandalkan suara (indera pendengaran)
• Personal
• Cenderung satu arah
• Mampu menggugah imaginasi

Kaitannya dengan audio sebagai media pembelajaran , dapat disimpulkan bahwa Media Audio
Pembelajaran yaitu sarana yang digunakan untuk menyampaikan pesan atau rangkaian pesan materi
pembelajaran melalui suara - suara ataupun bunyi yang direkam menggunakan alat perekam suara ,
kemudian diperdengarkan kembali kepada peserta didik dengan menggunakan sebuah alat pemutarnya.
6

II. 2. Fungsi Media Audio


Fungsi media audio menurut Arsyad ( 2003 : 44 ) beliau mengutip pendapat sudjana dan Rivai ( 1991 :
130 ) adalah untuk melatih segala kegiatan pengembangan keterampilan terutama yang berhubungan
dengan aspek – aspek keterampilan pendengaran, yang dapat dicapai dengan media audio ialah berupa
:
 Pemusatan perhatian dan mempertahankan perhatian.
 Mengikuti pengarahan.
 Melatih daya analisis.
 Menentukan arti dan konteks.
 Memilah informasi dan gagasan.
 Merangkum , mengingat kembali dan menggali informasi.
Fungsi lain dari Media Audio adalah sebagi alat Bantu bagi para pendidik, karena sifatnya hanya sekedar
membantu, maka dalam pemamfaatannya memerlukan bantuan metode atau media lain, sehingga
pengalaman dan pengetahuan siap dimiliki oleh pendengar yang akan membantu keberhasilan.
Selain itu juga Sudjana (2005 : 129 ) menambahkan pemanfaatan fungsi Media Audio dalam pengajaran
terutama digunakan dalam :
 Pengajaran musik literaty ( pembacaan sajak ) , dan kegiatan dokumentasi.
 Pengajaran Bahasa Asing , baik secara Audio ataupun secara Audio Visual.
 Pengajaran melalui radio atau radio pendidikan.
 Paket – paket untuk berbagai jenis materi , yang memungkinkan siswa dapat melatih daya
penafsirannya dalam suatu bidang studi.

II. 3. Manfaat Media Audio


Pada uraian sebelumnya telah dikemukakan tentang manfaat (sisi positif) dari media audio.
Sebagaimana media Radio, media audio juga merupakan media pembelajaran yang sifatnya searah,
sehingga jika ada sesuatu yang kurang jelas peserta didik tidak bisa langsung bertanya.
7

Namun demikian, karena sifatnya rekaman, maka jika ada sesuatu yang kurang jelas peserta didik dapat
memutarnya kembali secara berulang-ulang di mana saja dan kapan saja, sampai akhirnya peserta didik
dapat memperoleh kejelasan tentang materi yang sedang mereka pelajari.

Untuk mengatasi kelemahan ini maka perlu diperhatikan beberapa hal sebagai berikut :
- Materi yang ada di progam Audio maupun Radio hendaknya mampu memotivasi agar peserta didik
tertarik untuk mendengarkannya sampai selesai. Sehubungan dengan hal ini unsur menghibur perlu
diperhatikan tentunya, agar peserta didik tidak bosan dan senang mendengarkannya sampai program
selesai.
- Adanya jadwal atau acara tatap muka, yaitu pertemuan antara pendidik dengan peserta didiknya guna
mendiskusikan berbagai kesulitan yang ditemui dalam mempelajari materi pembelajaran yang dikemas
dalam Media Audio.

II. 4. Kelebihan Dan Kekurangan Media Audio


II. 4. 1. Kelebihan Media Audio
Kelebihan Media Audio , Sadiman ( 2005 : 50 ) , adalah :
 Harga murah dan variasi program lebih banyak dari pada TV.
 Sifatnya mudah untuk dipindahkan.
 Dapat digunakan bersama – sama dengan alat perekam radio, sehingga dapat diulang atau diputar
kembali.
 Dapat merangsang partisifasi aktif pendengaran siswa, serta dapat mengembangkan daya imajinasi
seperti menulis, menggambar dan sebagainya.
 Dapat memusatkan perhatian siswa seperti membaca puisi, sastra, menggambar musik dan bahasa

Kelebihan lainnya dari Media Audio, Sadiman ( 2005 : 51 ) , yaitu :


 Dapat menggantikan Guru dengan lebih baik, misalnya menghadirkan ahli dibidang – bidang tertentu,
sehingga kelemahan guru dalam mengajar tergantikan.
 Pelajaran lewat radio bisa lebih bermutu baik dari segi ilmiah maupun metodis. Ini mengingat Guru kita
terkadang jarang mempunyai waktu yang luang dan sumber untuk mengadakan penelitian.
 Dapat menyajikan laporan seketika, karena biasanya siaran – siaran yang aktual itu dapat memberikan
kesegaran pada sebagian besar topik.
 Dapat mengatasi keterbatasan ruang dan waktu.
Kelebihan Media Audio, Arsyad ( 2003 : 45 ) , adalah :
 Merupakan peralatan yang sangat murah dan lumrah sehingga mudah
dijangkau oleh masyarakat.
 Rekaman dapat digandakan untuk keperluan perorangan sehingga isi pesan
dapat berada ditempat secara bersamaan.
 Merekam peristiwa atau isi pelajaran untuk digunakan kemudian.
 Rekaman dapat digunakan sendiri sebagai alat diagnosis guna untuk membantu meningkatkan
keterampilan membaca, mengaji dan berpidato.
 Dalam pengoperasiannya relatif sangat mudah.

II. 4. 2 Kekurangan Media Audio


Kekurangan Media Audio, Arsyad( 2003 : 46 ) , adalah :
 Dalam suatu rekaman sulit menemukan lokasi suatu pesan atau informasi, jika pesan atau informasi
tersebut berada ditengah – tengah pita, apalagi jika radio, tape tidak memiliki angka – angka penentuan
putaran.
 Kecepatan rekaman dan pengaturan trek yang bermacam – macam menimbulkan kesulitan untuk
memainkan kembali rekaman yang direkam pada suatu mesin perekam yang berbeda.

9
Sedangkan menurut Rivai ( 2005 : 131 ) penggunaan Media Audio dalam dunia pengajaran memiliki
kekurangan antara lain :
 Memerlukan suatu pemusatan pada suatu pengalaman yang tetap dan tertentu,
sehingga pengertiannya harus didapat dengan cara belajar khusus.
 Media Audio yang menampilkan symbol digit dan analog dalam bentuk auditif adalah abstrak, sehingga
pada hal – hal tertentu memerlukan bantuan pengalaman visual.
 Karena abstrak, tingkatan pengertiannya hanya bisa dikontrol melalui tingkatan penguasaan
pembendaharaan kata – kata atau bahasa, serta susunan kalimat.
 Media ini hanya akan mampu melayani secara baik bagi mereka yang sudah
mempunyai kemampuan dalam berfikir abstrak.
 Penampilan melalui ungkapan perasaan atau symbol analog lainnya dalam bentuk suara harus disertai
dengan perbendaharaan pengalaman analog tersebut pada si penerima. Bila tidak bisa maka akan terjadi
kesalah pahaman.

II. 5. Pengenalan Beberapa Media Audio

1. Radio
Radio merupakan perlengkapan elektronik yang dapat digunakan untuk mendengarkan berita yang
bagus dan aktual, dapat mengetahui beberapa kejadian dan peristiwa – peristiwa penting dan baru,
masalah – masalah kehidupan dan sebagainya. Radio dapat digunakan sebagai media pembelajaran
yang cukup efektif. Media ini juga mampu merangsang partisipasi aktif bagi si pendengar.

1.1 Kekurangan media radio:


• Hanya selintas
• Hanya mengandalkan suara
• Tidak dapat diulang
• Cenderung satu arah

10

1.2 Kekuatan media radio:


• Personal
• Cepat
• Jangkauan luas
• Imajinatif
• Sederhana
• Murah dan mudah
• Siaran langsung

2. Kaset – Audio
Disini khusus membahas kaset audio yang sering digunakan di sekolah. Memiliki keuntungan yaitu
merupakan media yang ekonomis dan praktis, karena biaya pengadaan dan perawatan sangat murah
dan mudah didapatkan.

3. Alat perekam magnetic


Alat perekam magnetik atau tape recorder adalah salah satu alat elektronik yang mampu merekam suara
secara manual dan merupakan salah satu media yang memiliki peranan yang sangat penting dalam
penyampaian keakuratan sebuah informasi. Alat ini sangat cocok digunakan sebagai media
pembelajaran yang akan disampaikan kepada siswa.
Macam – macam alat penyimpanan File Audio antara lain :
• Piringan Hitam (PH).
Alat penyimpan file audio ( modern ) yang pertama ditemukan adalah piringan hitam. Ia memiliki pena
bergetar yang berfungsi untuk menghasilkan bunyi/suara dari sebuahdisc. Alat yang diperlukan untuk
memutar piringan hitam adalah Gramophone.

11

• Kaset
Kaset adalah alat penyimpan file audio yang berbentuk pita kaset. Setiap pita kaset mampu menyimpan
file audio yang berdurasi sekitar 1 jam di setiap sisinya. Kualitas suaranya cukup baik. Penurunan
kualitas suara dapat terjadi jika pita kaset rusak, jamuran, kotor dan lain-lain. Alat untuk memutar kaset
bisa berupa radio tape, tape deck atau bisa juga diputar dengan menggunakan walkman.

• CD dan DVD
CD ( Compact Disc ) dan juga DVD ( Digital Compact Disc ) adalah sebuah media
penyimpanan file audio yang dibuat untuk merampingkan sistem penyimpanannya. Selain ramping,
keduanya memiliki kemampuan menyimpan file yang lebih banyak jika dibandingkan dengan pita kaset.
Kualitas suara yang dihasilkan juga lebih bagus. Kualitas suara akan menurun atau bahkan hilang jika
permukaandisc tergores, kotor, berjamur atau mengalami kerusakan lainnya. Alat yang diperlukan untuk
memutar CD atau DVD audio adalah CD player dan atau DVD player.

• (MP3)
MP3 merupakan salah satu bentuk (format) penyimpanan file audio digital yang dianggap popular saat
iini. Disamping ukuran filenya yang lebih kecil, MP3 juga memberikan kualitas suara yang lebih bagus jika
dibandingkan dengan CD audio. alat untuk memutar MP3 adalah MP3 player. Selain itu MP3 juga bisa
diputar dengan iPod. iPod adalah salah satu merk dari serangkaian alat pemutar media digital yang
dirancang, dikembangkan dan dipasarkan oleh Apple Computer.

• Audio Digital (WAV)


WAV atau Waveform audio format, merupakan salah satu format penyimpanan file audio yang dirancang
dan dikembangkan oleh microsoft dan IBM. Perangkat yang diperlukan untuk memutar WAV salah
satunya adalah iPod.
12

iPod merupakan salah satu merk sebuah alat pemutar WAV yang dikeluarkan oleh Aplle Computer.
Microsoft juga mengeluarkan produk sejenis yang bisa digunakan untuk memutar WAV maupun MP3,
dengan merk Zune.
II. 6. Prosedur Pembuatan Media Audio
Pembuatan media audio pembelajaran memerlukan beberapa tahapan kegiatan. Tahapan kegiatan
tersebut, yaitu pra-produksi, produksi dan pasca produksi
Tahapan prosedur pembuatan Media Audio Pembelajaran :
1. Pra Produksi
Kegiatan-kegitan yang dilakukan pada tahapan Pra Produksi yaitu telaah kurikulum dan penulisan
naskah.
a. Telaah Kurikulum
- Mengapa harus dilakukan telaah kurikulum?
- Siapa yang melakukan telaah kurikulum?

Dalam mengembangkan media untuk menunjang pembelajaran, semestinya mengacu pada kurikulum.
Kurikulum dijadikan sebagai acuan utama, dalam menentukan kompetensi yang akan dimuat untuk
diajarkan kepada siswa melalui media audio. sehingga media pembelajaran yang dibuat sesuai dengan
tujuan dan tepat sasaran.
Telah kurikulum harus dilakukan oleh guru, dikaji oleh ahli materi dan ahli media. peranan Guru adalah
menentukan materi dalam media yang dapat mewakili kompetensi yang diharapkan yang akan yang
sesuai dengan kompetensi dan jejang pendidikan. Sebagai contoh, materi SD harus ditelaah oleh guru
SD, materi SMP d itelaah oleh guru SMP, dan seterusnya.

13

Peranan ahli materi yaitu untuk menjaga agar materi tetap harus benar dan sesuai dengan sasaran tidak
lebih dan tidak kurang. Di samping itu ahli materi juga harus menginformasikan perkembangan ilmu
tersebut yang terkini.
Peranan ahli media harus mengkaji dan memastikan pemilihan materi yang akan diangkat ke dalam
media audio sesuai dengan karakteristik media tersebut, karena tidak semua materi yang ada di
kurikulum dapat dibuat ke dalam media audio secara menarik.
b. Penulisan Naskah
Langkah selanjutnya yaitu penulisan naskah. Naskah ditulis oleh orang yang dianggap mampu untuk
menulis naskah audio. Naskah yang ditulis akan dikaji oleh ahli materi dan ahli media. Ahli materi akan
mengkaji kebenaran, kecukupan, dan ketepatan pemilihan aplikasi atau contohnya. Sedangkan ahli
media akan mengkaji kemenarikan penyampaian materi tersebut sesuai karakteristik media audio,
misalnya pemain, perwatakan, pilihan kata/bahasa, konflik, musik, sound effect, dll.
Tahapan penulisan naskah, yaitu persiapan, penelitian, pengorganisasian informasi, penulisan sinopsis
dan treatment, dan skenario/naskah.

2. Produksi
Produksi media audio ini diawali dengan diterimanya naskah oleh team produksi. Setelah itu dilakukan
langkah-langkah produksi, yaitu: pembentukan tim produksi, rembug naskah (script conference),
Pemilihan pemain (casting), latihan kering, rekaman (recording), editing dan mixing, preview, pembuatan
master (mastering).

14

a. Team Produksi
Produksi media audio ini merupakan kerja bersama(team work), kerja dari sekelompok orang yang
memiliki keahlian atau ketrampilan berbeda, sehingga diperlukan koordinasi antar anggota tim sehingga
terwujud media audio yang baik, menarik dan komunikatif. Anggota tim tersebut yaitu :
1. Sutradara, orang yang bertanggung jawab atas semua aspek manajemen dan
artistik dari sebuah produksi.
2. Operator, mempersiapkan peralatan rekam dan bertanggung jawab atas hasil perekaman.
3. Teknisi, mengontrol dan memastikan semua peralatan dalam keadaan siap pakai.
4. Penata musik, mempersiapkan musik dan sound effect sesuai dengan
naskah.
5. Editor, melakukan koreksi terhadap hasil rekaman dan melakukan mixing
tutur ( dialog / drama ) dengan musik dan sound effect yang diperlukan
sesuai naskah.

•b. Rembuk Naskah (Script Conference)


Setelah Sutradara menerima dan mempelajari, kemudian dilakukan rembuk naskah dengan penulis
naskah, ahli materi dan ahli media. Rembuk naskah diperlukan untuk menyamakan persepsi pemahaman
terhadap naskah, sehingga apabila diproduksi tidak terjadi kesalahan yang fatal.
c. Pemilihan Pemain (Casting)
Setelah rembuk naskah dilakukan, langkah selanjutnya yaitu pemilihan pemain. Pemain disini adalah
orang yang akan memerankan tokoh dalam naskah. Pemilihan pemain yang baik, sesuai dengan
karakter tokoh yang dituntut dalam naskah akan membuat media audio bagus dan menarik.

15

d. Latihan Kering
Latihan kering maksudnya, para pemain diberi kesempatan untuk mempelajari naskah dan berlatih
sebelum rekaman, agar mereka benar-benar paham akan isi pesan, alur cerita dan peran masing-masing
dalam naskah tersebut. Hal ini untuk menghindari banyak kesalahan pada saat rekaman.
e. Rekaman(Recording)
Rekaman adalah proses pengambilan suara dari masing-masing pemain. Sutradara adalah pengendali
sepenuhnya jalannya rekaman. Sutradara bertanggung jawab atas kualitas hasil rekaman.
f. Editing dan Mixing
Editing: maksudnya adalah membuang atau memotong kata-kata salah yang dianggap tidak perlu atau
juga menambah efek, misalnya echo.
Mixing: maksudnya mencampur atau menambah musik, background, dan soundeffect sehingga media
audio lebih terkesan menarik.
g. Preview
Preview adalah kegiatan evaluasi terhadap hasil produksi. Preview ini dilakukan oleh tim yang melibatkan
pengkaji materi, pengkaji media, dan sutradara sebagai penanggung jawab produksinya. Evaluasi
terhadap hasil produksi ini ditinjau dari segi materi dan media. Dari segi materi misalnya ketepatan
pengucapan. Tinjauan media, misalnya ketepatan penggunaan musik, efek suara (sound effect), kualitas
suara, meliputi ada tidaknya noise, kestabilan volume. Jika hasil produksi belum dinyatakan layak, maka
harus dilakukan perbaikan sesuai dengan masukan tim preview.

16

h. Pembuatan Master Audio Pembelajaran (Mastering)


Menyimpan atau merekam hasil produksi media audio pembelajaran ini dalam kaset, CD, atau media
penyimpanan lainnya. Master media audio pembelajaran ini yang kemudian akan dijadikan master jika
diperlukan penggandaan.

II. 7. Cara Penggunaan Media Audio


Dalam pembuatan atau penggunaan media ada beberapa peralatan pokok yang
Harus diperhatikan yaitu : mikrofon, alat perekam (recorder ), alat pemutar hasil rekaman ( player), alat
penyampur sumber suara (mixer) dan beberapa fasilitas lainnya yang diperlukan, Rivai ( 2005 : 152 ).

 Langkah–langkah untuk mempersiapkan Media Audio, Arsyad (2003:46 ) adalah :


a) Mempersiapkan diri
b) Mempersiapkan kesiapan siswa
c) Mendiskusikan membahas materi program audio.
d) Mendengarkan materi audio yang akan dibahas.

 Sedangkan menurut, Sudjana ( 2005 : 130 ) langkah – langkah yang harus


dipersiapkan dalam menggunakan media audio meliputi tiga hal, yaitu :

a) Langkah persiapan meliputi : persiapan dalam merencanakan,


memberikan pengarahan terhadap siswa mengenai ide – ide yang sulit,
menentukan sasaran dan periksa peralatan.
b) Langkah penyajian meliputi : menyajikan waktu yang tepat, mengatur
situasi ruangan, berikan motivasi untuk siswa.
c) Tindak lanjut.
17

 Teknik penggunaan rekaman menurut, Hamalik ( 1994 : 103 ) antara lain :

a) Kelas harus dibawa kearah belajar mendengarkan rekaman secara aktif


b) Guru hendaknya mengenal dan memahami rekaman tersebut
c) Menguasai penggunaan rekaman dan cakap mempergunakan rekaman
dalam belajar.
d) Kegiatan lanjutan.

 Teknik dalam perekaman radio pendidikan, Sudjana ( 2005: 139 ), mengusulkan hal – hal yang harus
diperhatikan adalah sebagai berikut :

a) Pilih subjek atau tema yang menarik dan mengundang perhatian mereka.
b) Tentukan garis- garis besar cerita atau membuat synopsis.
c) Tentukan pemain, pelaku, penangungjawab dan sebagainya.
d) Adakan latihan diluar studio untuk melatih penjiwaan mereka.
e) Pilih sound effect yang sesuai, kemudian coba rekam dan adakan revisi.
18

BAB III
PENUTUP

III. 1. Kesimpulan

Media pembelajaran Audio sebagai alat komunikasi antara pengajar dan peserta didik sehingga proses
belajar pembelajaran lebih efektif dan efisien.
Dengan menggunakan media audio secara tepat dan bervariasi dapat mengatasi sikap pasif siswa.
Sehingga menimbulkan gairah belajar, memungkinkan interaksi langsung antara siswa, lingkungan,
kenyataan, dan memungkinkan siswa untuk belajar sesuai dengan minat dan kemampuannya.
Penggunaan media audio dalam pembelajaran dapat membantu anak dalam memberikan pengalaman
yang bermakna bagi siswa. Penggunaan media visual pembelajaran dapat mempermudah siswa dalam
memahami sesuatu yang abstrak menjadi lebih konkrit.

III. 2. Saran
Kami selaku penulis menyarankan kepada pembaca bahwa Media Audio merupakan salah satu metode
pengajaran Matematika yang bisa kita berikan kepada siswa, tapi dalam aplikasinya tidak semua materi
pembelajaran Matematika bisa menggunakan media audio.

19

DAFTAR PUSTAKA

Komunitas Teknologi Informasi Indonesia ”,http://indocommiit.com 4/18/2008


“Internet Radio”,http://en.wikipedia.org/wiki/internet_rqdio 4/18/2008 2.20 PM
“Rivalitas zune dan iPod”,http:// fistonita.net , 4/18/2008
Romi Satria Wahono,Mengenal Radio Internet,http://RomiSatriaWahono.Net ,February 4th, 2006
WAV: Waveform Audio Format,http://id. wik ipedia.org/ wiki/WAF/
AudioDigital,http://id.wikipedia.org/wiki/Audiodigital/iPod,http://id.wikipedia.org/wiki/iPod/Waldopo Drs.
M.Pd. “Teknik Menulis Naskah Untuk Program Audio
Pembelajaran”, Pusat Teknologi Informasi dan Komunikasi Pendidikan, Jakarta, 2006.
Pemanfaatan Media Audio dan Radio Untuk Pendidikan,
Pusat Teknologi Komunikasi Pendidikandan Kebudayaan, Jakarta, 2003
Ade Koesnandar, Drs. M.Pd. “Dasar-Dasar Program Audio”, Pusat Teknologi Komunikasi Pendidikan dan
Kebudayaan, Jakarta, 1999.
“Helps with Windows Sound Recorder”, http://www.myComm.net , 20/02/2009
“Sound System ”,http://e-dukasi.net, 20/02/2009
Waldopo Drs. M.Pd. “Teknik Menulis Naskah Untuk Program Audio Pembelajaran”, Pusat Teknologi
Informasi dan Komunikasi Komunikasi Pendidikan, Jakarta, 2006.
BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Media Pembelajaran Audio Visual 1. Pengertian Media Pembelajaran Media
pembelajaran merupakan perantara untuk menyampaikan pesan atau informasi yang sangat dibutuhkan
dalam proses pembelajaran agar memudahkan guru dalam penyampaian materi pembelajaran dan
memudahkan siswa untuk menerima materi pembelajaran. Asra (2007: 5.5) mengemukakan bahwa kata
media dalam “media pembelajaran” secara harfiah berarti perantara atau pengantar, sedangkan kata
pembelajaran diartikan sebagai suatu kondisi yang diciptakan untuk membuat seseorang melakukan
sesuatu kegiatan belajar. Media pembelajaran memberikan penekanan pada posisi media sebagai
wahana penyalur pesan atau informasi belajar untuk mengondisikan seseorang belajar. Sementara itu
Gerlach dan Ely dalam Aryad (2011: 3) mengatakan bahwa media apabila dipahami secara garis besar
adalah manusia, materi atau kejadian yang membangun kondisi yang membuat siswa mampu
memperoleh pengetahuan, keterampilan, atau sikap. Dalam pengertian ini, guru, buku teks, dan
lingkungan sekolah merupakan media. Sedangkan Musfiqon (2012: 28) mengungkapkan bahwa secara
lebih utuh media pembelajaran dapat digunakan sebagai perantara antara guru dan siswa dalam
memahami materi pembelajaran agar lebih efektif dan efisien. 8 Berdasarkan penjelasan di atas dapat
disimpulkan bahwa media pembelajaran adalah segala bentuk saluran sebagai perantara atau pengantar
pesan dari pengirim ke penerima pesan. Media pembelajaran dapat merangsang minat siswa untuk
belajar serta membantu guru dan siswa dalam proses pembelajaran untuk mencapai tujuan
pembelajaran. 2. Fungsi Media Pembelajaran Media pembelajaran dapat memenuhi tiga fungsi utama
apabila media itu digunakan untuk perorangan, kelompok, atau kelompok pendengar yang besar
jumlahnya, yaitu (a) memotivasi minat atau tindakan, (b) menyajikan informasi, dan (c) memberi
instruksi (Kemp dan Dayton dalam Arsyad, 2011: 19). Fungsi dari media pembelajaran juga diungkapkan
oleh Asyhar (2011: 29-35) bahwa media pembelajaran memiliki beberapa fungsi yang dijelaskan sebagai
berikut. a. Media sebagai sumber belajar, media pembelajaran berperan sebagai salah satu sumber
belajar bagi siswa. b. Fungsi semantik, melalui media dapat menambah perbendaharaan kata atau
istilah. c. Fungsi manipulatif, adalah kemampuan suatu benda dalam menampilkan kembali suatu benda
atau peristiwa dengan berbagai cara, sesuai kondisi, situasi, tujuan dan sasarannya. d. Fungsi fiksatif,
adalah kemampuan media untuk menangkap, menyimpan dan menampilkan kembali suatu objek atau
kejadian yang sudah lampau. e. Fungsi distributive, bahwa dalam sekali penggunaan suatu materi, objek
atau kejadian dapat diikuti siswa dalam jumlah besar dan dalam jangkauan yang sangat luas. f. Fungsi
psikologis, media pembelajaran memiliki beberapa fungsi seperti atensi, afektif, kognitif, imajinatif, dan
fungsi motivasi. g. Fungsi sosio kultural, penggunaan media dapat mengatasi hambatan sosial kultural
antarsiswa. 9 Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa media pembelajaran memiliki
fungsi di antaranya (a) memotivasi minat atau tindakan, (b) menyajikan informasi, dan (c) memberi
instruksi. Fungsi dari media pembelajaran dapat mendukung pelaksanaan proses pembelajaran untuk
mencapai tujuan pembelajaran. 3. Manfaat Media Pembelajaran Secara umum manfaat praktis media
dalam proses pembelajaran disampaikan oleh Sudjana dan Rivai dalam Arsyad (2011: 24-25) adalah
sebagai berikut. a. Pembelajaran akan lebih menarik perhatian siswa sehingga dapat menumbuhkan
motivasi belajar. b. Bahan pembelajaran akan lebih jelas maknanya sehingga dapat lebih dipahami oleh
siswa dan memungkinkannya menguasai dan mencapai tujuan pembelajaran. c. Metode mengajar akan
lebih bervariasi, tidak semata-mata komunikasi verbal melalui penuturan kata-kata oleh guru, sehingga
siswa tidak bosan dan guru tidak kehabisan tenaga, apalagi kalau guru mengajar pada setiap jam
pelajaran. d. Siswa dapat lebih banyak melakukan kegiatan belajar sebab tidak hanya mendengar uraian
guru, tetapi juga aktivitas lain seperti mengamati, melakukan, mendemonstrasikan, memerankan, dan
lain-lain. Sementara itu Daryanto (2010: 40) mengungkapkan bahwa media pembelajaran bermanfaat
sebagai berikut. a. Memperjelas pesan agar tidak terlalu verbalitas. b. Mengatasi keterbatasan ruang,
waktu, tenaga dan daya indra. c. Menimbulkan gairah belajar. d. Memungkinkan anak dapat belajar
mandiri sesuai dengan bakat dan kemampuan visual, auditori,dan kinestetiknya. e. Memberikan
rangsangan yang sama, mempersamakan pengalaman, dan menimbulkan persepsi yang sama. f. Dapat
merangsang perhatian, minat, pikiran dan perasaan siswa dalam kegiatan belajar untuk mencapai tujuan
pembelajaran. 10 Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa manfaat praktis dari
penggunaan media pembelajaran di dalam proses belajar mengajar akan lebih menarik. 4. Karakteristik
Media Pembelajaran Setiap jenis pembelajaran memiliki karakteristik yang berbeda satu dengan yang
lainnya. Hernawan (2007: 22-34) menjelaskan karakteristik media pembelajaran menurut jenisnya,
yaitu: a. Media visual adalah media yang hanya dapat dilihat. b. Media audio adalah media yang hanya
dapat didengar. c. Media audio visual merupakan kombinasi audio visual atau biasa disebut media
pandang dengar. Sementara itu Asyhar (2011: 53-57) mengungkapkan karakteristik media pembelajaran
sebagai berikut. a. Media visual, media yang di dalamnya terdapat unsur-unsur yang terdiri dari garis,
bentuk warna dan tekstur. b. Media audio, merupakan media yang isi pesannya hanya diterima melalui
indra pendengar. c. Media audio visual, media ini dapat menampilkan unsur gambar (visual) dan suara
(audio). d. Multimedia, media yang melibatkan beberapa jenis media untuk merangsang semua indra
dalam satu kegiatan pembelajaran. Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa media
pembelajaran memiliki karakteristik yang berbeda-beda. Karakteristik media pembelajaran
dikelompokkan sesuai dengan jenis dan penggunaannya dalam proses pembelajaran. 5. Jenis-jenis
Media Pembelajaran Pengelompokan jenis-jenis media pembelajaran banyak disampaikan oleh para ahli
media pembelajaran, di antaranya Asra 11 (2007: 5.8-5.9) mengelompokkan media pembelajaran
menjadi beberapa jenis, yaitu: a. Media visual yaitu media yang hanya dapat dilihat, seperti foto,
gambar dan poster. b. Media audio yaitu media yang hanya dapat didengar saja seperti kaset audio,
MP3, dan radio. c. Media audio visual yaitu media yang dapat dilihat sekaligus didengar seperti film
suara, video, televise dan sound slide. d. Multimedia adalah media yang dapat menyajikan unsur media
secara lengkap seperti suara, animasi, video, grafis dan film. e. Media realia yaitu semua media nyata
yang ada di lingkungan alam, seperti tumbuhan, batuan, air, sawah, dan sebagainya. Pengelompokan
jenis-jenis media pembelajaran juga diungkapkan oleh Ashar (2011: 44-45) yaitu: a. Media visual yaitu
jenis media yang digunakan hanya mengandalkan indra pengliatan misalnya media cetak seperti buku,
jurnal, peta, gambar, dan lain sebagainya. b. Media audio adalah jenis media yang digunakan hanya
mengandalkan pendengaran saja, contohnya tape recorder, dan radio. c. Media audio visual adalah film,
video, program TV, dan lain sebagainya. d. Multimedia yaitu media yang melibatkan beberapa jenis
media dan peralatan secara terintegrasi dalam suatu proses atau kegiatan pembelajaran. Berdasarkan
penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa media pembelajaran memiliki beberapa jenis, yaitu (a)
media visual, (b) media audio, (c) media audio visual, (d) multimedia, dan (e) media realia. Setiap jenis
media pembelajaran memiliki bentuk dan cara penyajian yang berbeda-beda dalam pembelajaran audio
visual. 6. Pemilihan Media Pembelajaran. Penggunaan media pembelajaran oleh guru dalam proses
pembelajaran harus sesuai dengan kebutuhan belajar siswa sehingga dapat digunakan secara tepat
untuk mendukung pencapaian tujuan pembelajaran. Hernawan (2007: 39) mengungkapkan terdapat
tiga hal 12 utama yang perlu dijadikan pertimbangan dalam pemilihan media pembelajaran, yaitu (a)
tujuan pemilihan media, (b) karakteristik media, dan (c) alternatif media pembelajaran yang dapat
dipilih. Sementara itu Arsyad (2011: 75-76) mengungkapkan ada beberapa kriteria yang perlu
diperhatikan dalam memilih media, yaitu (a) sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai, (b) tepat untuk
mendukung isi pelajaran yang sifatnya fakta, konsep, prinsip atau generalisasi, (c) praktis, luwes, dan
bertahan lama, (d) guru terampil menggunakannya, (e) pengelompokan sasaran, dan (f) mutu teknis.
Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa sebelum menggunakan media dalam proses
pembelajaran harus memperhatikan beberapa hal di antaranya, yaitu (a) tujuan pemilihan media, (b)
karakteristik media, (c) kepraktisan, keluwesan dan ketahanan media, (d) keterampilan guru dalam
menggunakan media, (e) pengelompokan sasaran, dan (f) mutu teknis. Proses penggunaan media
pembelajaran akan lebih efisien apabila guru memperhatikan terlebih dahulu media pembelajaran yang
akan digunakan sebelum menggunakan dalam proses pembelajaran. 7. Pengertian Media Pembelajaran
Audio Visual Media audio visual merupakan salah satu jenis media pembelajaran yang dapat digunakan
dalam proses pembelajaran. Asyhar (2011: 45) mendefinisikan bahwa media audio visual adalah jenis
media yang digunakan dalam kegiatan pembelajaran dengan melibatkan pendengaran dan penglihatan
sekaligus dalam satu proses atau kegiatan. Pesan dan informasi yang dapat disalurkan melalui media ini
dapat berupa pesan verbal dan nonverbal yang mengandalkan baik penglihatan maupun pendengaran.
Beberapa contoh media audio visual adalah film, video, program TV dan lain-lain. 13 Sementara itu Asra
(2007: 5−9) mengungkapkan bahwa media audio visual yaitu media yang dapat dilihat sekaligus dapat
didengar, seperti film bersuara, video, televisi, dan sound slide. Sedangkan Rusman (2012: 63)
menjelaskan bahwa media audio visual yaitu media yang merupakan kombinasi audio dan visual atau
bisa disebut media pandang-dengar. Contoh dari media audio-visual adalah program video/televisi
pendidikan, video/televisi instruksional, dan program slide suara (sound slide). Berdasarkan penjelasan
di atas dapat disimpulkan bahwa media audio visual merupakan media yang dapat digunakan dalam
kegiatan pembelajaran dengan melibatkan pendengaran dan penglihatan sekaligus dalam satu proses
atau kegiatan. Contoh media audio visual adalah film, video, program TV, slide suara (sound slide) dan
lainlain. 8. Karakteristik Media Audio Visual Pembelajaran menggunakan teknologi audio visual adalah
satu cara menyampaikan materi dengan menggunakan mesin-mesin mekanis dan elektronis untuk
menyajikan pesan-pesan audio visual. Arsyad (2011: 31) mengemukakan bahwa media audio visual
memiliki karakteristik sebagai berikut. a. Mereka biasanya bersifat linear. b. Mereka biasanya
menyajikan visual yang dinamis. c. Mereka digunakan dengan cara yang telah ditetapkan sebelumnya
oleh perancang/pembuatnya. d. Mereka merupakan gambaran fisik dari gagasan real atau abstrak. e.
Mereka dikembangkan menurut prinsip psikologis behaviorisme dan kognitif. f. Umumnya mereka
berorientasi pada guru dengan tingkat pelibatan interaktif murid yang rendah. 14 9. Kelebihan dan
Kelemahan Media Audio Visual Setiap jenis media yang digunakan dalam proses pembelajaran memiliki
kelebihan dan kelemahan begitu pula dengan media audio visual. Arsyad (2011: 49−50) mengungkapkan
beberapa kelebihan dan kelemahan media audio visual dalam pembelajaran sebagai berikut. a.
Kelebihan media audio visual: 1) Film dan vidio dapat melengkapi pengalaman dasar siswa. 2) Film dan
vidio dapat menggambarkan suatu proses secara tepat yang dapat disaksikan secara berulang-ulang jika
perlu. 3) Di samping mendorong dan meningkatkan motivasi film dan video menanamkan sikap-sikap
dan segi afektif lainnya. 4) Film dan video yang mengandung nilai-nilai positif dapat mengundang
pemikiran dan pembahasan dalam kelompok siswa. 5) Film dan video dapat menyajikan peristiwa yang
berbahaya jika dilihat secara langsung. 6) Film dan video dapat ditunjukkan kepada kelompok besar atau
kelompok kecil, kelompok yang heterogen maupun homogen maupun perorangan. 7) Film yang dalam
kecepatan normal memakan waktu satu minggu dapat ditampilkan dalam satu atau dua menit. b.
Kelemahan media audio visual: 1) Pengadaan film dan video umumnya memerlukan biaya mahal dan
waktu yang banyak. 2) Tidak semua siswa mampu mengikuti informasi yang ingin disampaikan melalui
film tersebut. 3) Film dan vidio yang tersedia tidak selalu sesuai dengan kebutuhan dan tujuan belajar
yang diinginkan, kecuali dirancang dan diproduksi khusus untuk kebutuhan sendiri. Dari uaian di atas
dapat disimpulkan bahwa kelebihan dan kelemahan media audio visual yang berupa film dan video
bukan merupakan suatu kendala dalam proses pembelajaran. 10. Langkah-langkah Menggunakan Media
Audio Visual Media pembelajaran audio visual memiliki langkah-langkah dalam penggunaannya seperti
halnya media pembelajaran lainnya. Langkah- 15 langkah pembelajaran menggunakan media audio
visual adalah sebagai berikut. a. Persiapan Kegiatan yang dilakukan oleh guru pada saat persiapan yaitu
(1) membuat rencana pelaksanaan pembelajaran, (2) mempelajari buku petunjuk penggunaan media,
(3) menyiapkan dan mengatur peralatan media yang akan digunakan. b. Pelaksanaan/Penyajian Pada
saat melaksanakan pembelajaran menggunakan media audio visual, guru perlu mempertimbangkan
seperti (1) memastikan media dan semua peralatan telah lengkap dan siap digunakan, (2) menjelaskan
tujuan yang akan dicapai, (3) menjelaskan materi pelajaran kepada siswa selama proses pembelajaran
berlangsung, (4) menghindari kejadian-kejadian yang dapat mengganggu konsentrasi siswa. c. Tindak
lanjut Aktivitas ini dilakukan untuk memantapkan pemahaman siswa tentang materi yang telah
disampaikan menggunakan media audio visual. Di samping itu aktivitas ini bertujuan untuk mengukur
efektivitas pembelajaran yang telah dilaksanakan. Kegiatan yang bisa dilakukan di antaranya diskusi,
observasi, eksperimen, latihan dan tes adaptasi dari Sumarno (2011, Blog.elearning-unesa.ac.id).
Gambar 2.1 Langkah-langkah penggunaan media audio visual Tindak lanjut diskusi, observasi,
eksperimen, latihan. Pelaksanaan dalam proses pembelajaran Persiapan media dan perangkat
pembelajaran 16 B. Motivasi dan Hasil Belajar 1. Pengertian belajar Belajar merupakan suatu kebutuhan
bagi setiap manusia, karena belajar seseorang dapat meningkatkan pengetahuan, keterampilan, dan
sikap, baik bagi dirinya maupun orang lain dalam kehidupan bermasyarakat. Belajar hanya mungkin
terjadi apabila anak aktif mengalami sendiri. Menurut Hamalik (2011: 27) belajar adalah merupakan
suatu proses, suatu kegiatan dan bukan suatu hasil atau tujuan. Menurut teori behavioristik belajar
adalah perubahan tingkah laku akibat adanya interaksi stimulus dan respon. Dengan kata lain belajar
merupakan satu bentuk perubahan yang dialami siswa dalam hal kemampuannya untuk bertingkah laku
dengan cara yang baru sebagai hasil interaksi antara stimulus dan respon. Seseorang dianggap telah
belajar sesuatu jika ia dapat menunjukkan perubahan tingkah lakunya (Budiningsih, 2004: 20).
Sedangkan menurut Skinner dalam Dimyati dan Mujiono (2002: 9) belajar adalah suatu perilaku. Pada
saat orang belajar maka responnya jadi lebih baik dan sebaliknya bila tidak belajar maka responnya
menurun. Menurut Syah (2002: 113) belajar merupakan tahapan perubahan perilaku siswa yang relatif
positif dan menetap sebagai hasil interaksi dengan lingkungan yang melibatkan proses kognitif.
Berdasarkan pengertian tentang belajar yang dikemukakan, penulis menyimpulkan belajar adalah suatu
proses usaha mencari dan menemukan hal-hal baru sehingga mengakibatkan perubahan tingkah laku
atau kemampuan yang dicapai seseorang. 2. Pengertian Motivasi dan Fungsi Motivasi Bayi dan anak-
anak mempunyai motivasi untuk belajar dari rasa ingin tahu secara alami, didorong oleh keinginan untuk
berinteraksi, 17 mengenal dan memahami lingkungan sekitar mereka. Sejalan dengan pertumbuhannya,
ketertarikan dan semangat untuk belajar pada kebanyakan anak mulai berkurang dan belajar sering
menjadi sebuah beban yang kadang berhubungan dengan kebosanan. Gray dalam Majid (2013: 307)
mendefinisikan motivasi sebagai sejumlah proses yang bersifat internal atau exsternal bagi seorang
individu yang menyebabkan timbulnya sikap antusiasme dalam hal melaksanakan kegiatan tertentu.
Sedangkan menurut Wexley dan Yukl dalam Majid (2013: 307) motivasi adalah pemberian atau
penimbulan motif. Banyak sekali para ahli berpendapat bahwa pengertian motivasi sama saja dengan
minat siswa dalam mengikuti pembelajaran seperti pendapat Sardiman (2012: 75) motivasi dapat
dikatakan sebagai keseluruhan daya penggerak di dalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar,
yang menjamin kelangsungan dari kegiatan belajar dan yang memberikan arah pada kegiatan belajar,
sehingga tujuan yang ingin dikehendaki oleh subjek belajar itu dapat tercapai. Selain itu perlu ditegaskan
bahwa motivasi bertalian dengan suatu tujuan yang berpengaruh pada aktivitas. Fungsi motivasi
menurut Sadirman dalam Majid (2013: 309) adalah sebagai berikut. a) Mendorong manusia untuk
berbuat. Artinya motivasi biasa dijadikan sebagai penggerak atau motor yang melepaskan energi.
Motivasi dalam hal ini merupakan motor penggerak dari setiap kegiatan yang akan dikerjakan. b)
Menentukan arah perbuatan ke arah tujuan yang hendak dicapai. Dengan demikian, motivasi dapat
memberikan arah dan kegiatan yang harus dikerjakan sesuai dengan rumusan tujuannya. c) Menyeleksi
perbuatan, yaitu menentukan perbuatan-perbuatan apa yang harus dikerjakan yang serasi guna
mencapai tujuan dengan menyisihkan perbuatan-perbuatan tidak bermanfaat bagi tujuan-tujuan
tersebut. 18 Sedangkan menurut Hanafiah dan Suhana (2010: 26) fungsi motivasi adalah sebagai
berikut. a) Motivasi merupakan alat pendorong terjadinya perilaku belajar peserta didik. b) Motivasi
merupakan alat untuk memengaruhi prestasi belajar peserta didik. c) Motivasi merupakan alat untuk
memberikan direksi terhadap pencapaian tujuan pembelajaran. d) Motivasi merupakan alat untuk
membangun sistem pembelajaran yang lebih bermakna. Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa
motivasi adalah energi aktif yang menyebabkan terjadinya suatu perubahan pada diri seseorang yang
tampak pada gejala kejiwaan, perasaan juga emosi sehingga mendorong individu untuk bertindak atau
melakukan sesuatu dikarenakan adanya tujuan kebutuhan. 3. Motivasi Belajar Motivasi dan belajar
merupakan dua hal yang saling mempengaruhi. Belajar adalah perubahan tingkah laku secara permanen
dan secara potensial terjadi sebagai hasil dari praktik atau penguatan yang dilandasi tujuan untuk
mencapai tujuan tertentu. Menurut Hanafiah (2010: 26) motivasi belajar merupakan kekuatan, daya
dorong, atau alat pembangun kesediaan dan keinginan yang kuat dari peseta didik untuk belajar secara
aktif, kreatif, inovatif, dan menyenangkan dalam rangka perubahan perilaku, baik dalam aspek kognitif,
afektif, dan psikomotor. Motivasi belajar dapat timbul karena faktor instrinsik berupa hasrat dan
keinginan berhasil dan dorongan kebutuhan belajar, harapan akan cita-cita. Sedangkan faktor ekstrinsik
adalah adanya penghargaan, lingkungan belajar yang 19 kondusif dan kegiatan belajar yang menarik.
Tetapi harus diingat, kedua faktor tersebut disebabkan oleh rangsangan tertentu, sehingga seseorang
berkeinginan untuk melakukan aktivitas belajar yang lebih giat dan semangat. Menurut Uno (2007: 23)
hakikat motivasi belajar adalah dorongan internal dan eksternal pada siswa-siswa yang sedang belajar
untuk mengadakan perubahan tingkah laku, pada umumnya dengan beberapa indikator atau unsur yang
mendukung. Hal itu mempunyai peranan besar dalam keberhasilan seseorang dalam belajar. Menurut
Uno (2007: 23) indikator motivasi belajar dapat diklasifikasikan sebagai berikut: (1) adanya hasrat dan
keinginan berhasil; (2) adanya dorongan dan kebutuhan belajar; (3) adanya harapan dan cita-cita masa
depan; (4) adanya penghargaan dalam belajar; (5) adanya kegiatan yang menarik dalam belajar; (6)
adanya lingkungan belajar yang kondusif, sehingga memungkinkan seseorang siswa dapat belajar
dengan baik. 4. Hasil Belajar Nashar (2004: 77) mengatakan bahwa hasil belajar merupakan kemampuan
yang diperoleh siswa setelah melalui kegiatan belajar. Lebih lanjut, menurut Kunandar (2013: 62) bahwa
hasil belajar adalah kompetensi atau kemampuan tertentu baik kognitif, afektif, maupun psikomotorik
yang dicapai atau dikuasai peserta didik setelah mengikuti proses belajar mengajar. Sedangkan menurut
Susanto (2011: 277) bahwa hasil belajar yaitu perubahan-perubahan yang terjadi pada diri siswa, baik
yang menyangkut aspek kognitif, afektif , dan psikomotor sebagai hasil dari
MAKNA EVALUASI DALAM PEMBELAJARAN

I. PENDAHULUAN
Evaluasi kurikulum dan evaluasi pendidikan memiliki karakteristik yang tak terpisahkan
dari bidang studi ilmu sosial pada umumnya. Karakteristik itu adalah lahirnya berbagai definisi
untuk sutatu istilah teknis yang sama. Demikian pula dengan evaluasi yang diartikan oleh
berbagai pihak dengan berbagai pengertian. Definisi akademik yang sifatnya universal dan
seragam sangat sulit di terapkan dalam bidang evaluasi kurikulum.
Evaluasi merupakan subsistem yang sangat penting dan sangat dibutuhkan dalam setiap
sistem pendidikan, evaluasi dapat mencerminkan seberapa jauh perkembangan/kemajuan hasil
pendidikan. Dengan evaluasi, maka maju mundurnya kualitas pendidikan dapat diketahui dengan
evaluasi.

II. RUMUSAN MASALAH


A. Pengertian Evaluasi
B. Tujuan dan Fungsi Evaluasi
C. Makna Evaluasi
D. Jenis-jenis evaluasi
E. Evaluasi Dalam Belajar Mengajar

III. PEMBAHASAN
A. Pengertian Evaluasi
Secara etimologis kata evaluasi berasal dari bahasa Inggris evaluation yang berarti
penilaian terhadap sesuatu. Witherington secara singkat merumuskan bahwa an evaluation is a
dedaration that samething has or class not have value.
Mengevaluasi berarti memberi nilai, menetapkan apakah sesuatu itu bernilai atau tidak
bernilai.
Ada tiga istilah yang hapir sama pengertiannya dengan evaluasi.
a. Tes/testing artinya menggunakan tes
b. Measurement (pengukuran) artinya penilaian yang sifatnya lebih luas daripada instrumen yang
digunakan dalam testing, begitu pula mengenai interprestasi hasil pengukuran.
c. Evaluasi menggunakan instrumen yang lebih banyak daripada measurement; menggunakan data
kuantitatif dan kualitatif, memerlukan waktu yang lebih panjang dalam pelaksanaannya. Misal
saja bila guru menggunakan catatan pribadi sebagai bahan menilai murid, juga dengan cara
mengamati.
Secara umum evaluasi dapat membantu memperhitungkan potensi murid dalam belajar.
Evaluasi dapat memberikan informasi paling akurat mengenai kemampuan akademik siswa.
Evaluasi dapat juga menunjukkan bagaimana murid tumbuh. Karena itu, evaluasi dapat
meningkatkan efektivitas pengajaran.[1]
Pengertian yang dikemukakan Tyler (1949) merupakan pengertian awal dari evaluasi
kurikulum. Evaluasi berfokus pada upaya untuk menentukan tingkat perubahan yang terjadi pada
hasil belajar (behavior). Ruang lingkup evaluasi yang dikemukakan Tyler memang sangat
singkat dan terbatas. Meskipun demikian, pengaruh Tyler masih sangat kuat dan banyak usaha
evaluasi yang hanya memusatkan perhatian pada pencapaian hasil belajar semata.
Hasil belajar tersebut umumnya diukur dengan tes. Ini mudah dipahami karena pada masa
ini tradisi evaluasi masih sangat kuat mengikuti tradisi pengukuran (measurement). Aplikasi
pengukuran yang paling dominan adalah pada tes adalah pada tes dan oleh karena itu evaluasi
dan tes sering diartikan sama.[2]

B. Fungsi dan Tujuan Evaluasi


Dalam tulisannya yang sudah klasik dan banyak dikutip orang yaitu Metodology of
Evaluation, Scriven (1967) memformulasikan fungsi evaluasi dalam istilah formatif dan sumatif.
Formatif adalah fungsi evaluasi untuk memberikan informasi dan pertimbangan yang
berkenaan dengan upaya untuk memperbaiki suatu kurikulum (Curriculum Improvement). Suatu
hal mendasar yang perlu diketahui adalah fungsi formatif hanya dapat dilakukan pada waktu
pengembangan dokumen kurikulum belum selesai.
Fungsi formatif suatu evaluasi hanya dapat dilaksanakan ketika evaluasi itu berkenaan
dengan proses dan bukan berfokus pada hasil.
Fungsi sumatif tidak dapat diterapkan ketika kurikulum masih berproses/masih cair (fluid),
fungsi sumatif adalah fungsi kurikulum untuk memberikan pertimbangan terhadap hasil
pengembangan kurikulum, hasil perkembangan kurikulum bisa berupa dokumen, hasil belajar
ataupun dampak kurikulum terhadap sekolah dan masyarakat.[3]
Dengan evaluasi kita dapat melokalisasi kesulitan-kesulitan siswa dalam belajar. Bila
evaluasi dilakukan dengan benar ia dapat mendorong anak-anak untuk belajar. Hasil evaluasi
dapat digunakan juga untuk mempertimbangkan pembentukan kelompok belajar, sehingga
belajar dapat lebih efektif. Evaluasi dapat pula dijadikan bahan dalam membimbing kecerdasan
murid dalam memilih bidang keilmuan/bidang pekerjaan. Pada umumnya evaluasi berguna
dalam menentukan kedudukan dan kemajuan siswa.[4]
Fungsi evaluasi pendidikan sangat diperlukan dalam pendidikan antara lain memberi
informasi yang dipakai sebagai dasar untuk:
1) Membuat kebijaksanaan dankeputusan
2) Menilai hasil yang dicapai para pelajar
3) Menilai kurikulum
4) Memberi kepercayaan kepada sekolah
5) Memonitor dana yang telah diberikan
6) Memperbaiki materi dan program pendidikan
Tujuan utama evaluasi pembelajaran adalah untuk menghimpun informasi yang dijadikan
dasar untuk mengetahui taraf perkembangan atau taraf pencapaian kegiatan belajar siswa.

Tujuan khusus evaluasi pembelajaran adalah:


1) Mengetahui kemajuan belajar siswa
2) Mengetahui potensi yang dimiliki siswa
3) Mengetahui hasil belajar siswa
4) Mengadakan seleksi
5) Mengetahui kelemahan/kesulitan belajar siswa
6) Memberi bantuan dalam pemilihan jurusan
7) Memberi bantuan dalam kegiatan belajar siswa
8) Memberi bantuan dalam mengelompokkan siswa
9) Memberi motovasi pelajar
10) Mengetahui efektifitas mengajar guru
11) Mengetahui efisiensi mengajar guru
12) Memberi bukti untuk laporan kepada orang tua/masyarakat
13) Memberikan data untuk penelitian dan pengembangan pembelajaran.[5]

Untuk mengevaluasi keberhasilan program pembelajaran tidak cukup hanya berdasarkan


pada penilaian hasil belajar siswa, namun perlu menjangkau terhadap desain pembelajaran,
meliputi aspek kompetensi yang dikembangkan, strategi pembelajaran yang dipilih dan isi
program. Penilaian terhadap implementasi program pembelajaran berusaha untuk menilai
seberapa tinggi tingkat kualitas pembelajaran yang dilaksankan oleh guru.[6]

Evaluasi terhadap proses pengajaran dilakukan oleh guru sebagai bagian integral dari
pengajaran itu sendiri. Artinya, evaluasi harus tidak terpisah dalam penyusunan dan pelaksanaan
pengajaran. Evaluasi proses bertujuan menilai keefektifan dan efisiensi kegiatan pengajaran
sebagai bahan untuk perbaikan dan penyempurnaan program dan pelaksanaannya.

Tujuan utama melakukan evaluasi dalam proses belajar mengajar adalah untuk
mendapatkan informasi yang akurat mengenai tingkap pencapaian tujuan intruksional oleh siswa
sehingga dapat diupayakan tindak lanjutnya. Tindak lanjut tersebut merupakan fungsi evaluasi
dan dapat berupa:
- Penempatan pada tempat yang tepat
- Pemberian umpan balik
- Diagnosis kesulitan belajar siswa
- Penentuan kelulusan
Untuk masing-masing tindak lanjut yang dikehendaki ini diadakan tes yang diberi nama:
 Tes penempatan : tes jenis ini disajikan pada awal tahun pelajaran untuk mengukur kesiapan
siswa dan mengetahui tingkat pengetahuan yang telah dicapai sehubungan dengan pelajaran yang
akan disajikan.
 Tes Formatif : tes jenis ini disajikan di tengah-tengah program pengajaran untuk memantau
kemajuan belajar siswa demi memberikan umpan balik.
 Tes Diagnotik : tes jenis ini bertujuan mendiagnosa kesulitan belajar siswa untuk mengupayakan
perbaikannya.
 Tes Sumatif : tes jenis ini biasanya diberikan pada akhir tahun ajaran/akhir suatu jenjang
pendidikan.[7]

C. Makna Evaluasi
Evaluasi mempunyai makna bagi berbagai pihak, evaluasi hasil belajar siswa bermakna
bagi semua komponen dalam proses pengajaran, terutama siswa, guru, pembimbing/penyuluh
sekolah dan orang tua siswa.
1) Makna bagi siswa
Hasil evaluasi memberikan informasi tentang sejauh mana ia telah menguasai bahan pelajaran
yang disajikan guru. Dengan informasi ini siswa dapat mengambil langkah-langkah yang sesuai.
Ada 2 kemungkinan siswa mengambil langkah yang sesuai tersebut:
(a) Hasil evaluasi tidak memuaskan
Apabila ternyata hasil evaluasi menunjukkan siswa itu belum mencapai tujuan intruksional yang
diinginkan ia dapat di motivasi untuk belajar lebih giat lagi dan mencari upaya untuk menutup
kekurangannya itu.
(b) Hasil evaluasi memuaskan
Apabila hasil evaluasi memuaskan siswa, siswa terdorong untuk mengulangi/bahkan
memperbaiki hasilnya supaya dapat memperoleh kepuasan yang sama di waktu yang akan
datang.

2) Makna bagi guru


Hasil evaluasi memberika petunjuk bagi guru mengenai keadaan siswa, materi pengajaran dan
metode mengajarnya.
3) Makna bagi pembimbing/penyuluh
Bimbingan dan penyuluhan umumnya diarahkan kepada usaha peningkatan daya serap siswa
serta penyesuaian siswa dengan lingkungannya. Upaya bimbingan dan penyuluhan akanlebih
terarah kepada tujuannya. Apabila ditunjang oleh informasi yang akurat tentang siswa, baik dari
segi intelektualnya maupun dari segi emosionalnya.

4) Makna bagi sekolah


Keberhasilan kegiatan belajar mengajar ditentukan pula oleh kondisi belajar yang diciptakan
sekolah. Efektivitas kegiatan belajar mengajar yang di prasyaratkan antara lain oleh kondisi
belajar yang diciptakan sekolah itu diperoleh informasinya melalui evaluasi.

5) Makna bagi orang tua siswa


Semua orang tua ingin emlihat sejauh mana tingkat kemajuan yang di capai anaknya di sekolah,
tapi pengetahuan itupun tidak menjamin adanya upaya dari mereka untuk pengetahuan kemajuan
anaknya. Oleh karena itu, setiap semester sekolah memberikan laporan kemajuan siswa kepada
orang tuanya dalam bentuk buku rapor.[8]
D. Jenis-jenis evaluasi
Pada prinsipnya, evaluasi hasil belajar merupakan kegiatan berencana dan kesinambungan.
Oleh karena itu, ragamnyapun banyak, mulai yang paling sederhana sampai yang paling
kompleks.
1. Pre-test dan post-test
Kegiatan pre-test dilakukan guru secara rutin pada setiap akan memulai penyajian materi baru.
Tujuannya ialah untuk mengidentifikasi taraf pengetahuan siswa mengenai bahan yang akan
disajikan. Evaluasi ini berlangsung singkat dan sering tidak memerlukan instrument tertulis.
Pos-test adalah kebalikan dari pre-test. Tujuannya adalah untuk mengetahui taraf
penguasaan siswa atas materi yang telah diajarkan. Evaluasi ini juga berlanggsung singkat dan
cukup menggunakan instrument sederhana yang berisi item-item yang jumlahnya terbatas.
2. Evaluasi Prasyarat
Evaluasi jenis ini sangat mirip dengan jenis pre test. Tujuannya adalah untuk mengidentifikasi
penguasaan siswa atas materi lama yang mendasari materi baru yang akan diajarkan.
valuasi Diagnostic
Evaluasi ini dilakukan setelah selesai penyajian sebuah satuan pelajaran dengan tujuan
mengidentifikasi bagian tertentu yang belum dikuasai siswa.
4. Evaluasi Formatif
Evaluasi jenis ini dilakukan pada setiap akhir penyajian suatu pelajaran. Tujuannya adalah untuk
memperoleh umpan balik yang mirip dengan evaluasi diagnostic.
valuasi Sumatif
Penilaian sumatif dilakukan untuk mengukur kinerja akademik atau prestasi belajar siswa pada
akhir periode pelaksanaan progam pelajran.
BTA dan EBTANAS
EBTA dan EBTANAS ini dirancang untuk siswa yang telah menduduki kelas tertinggi pada
suatu jenjang pendidikan tertentu.[9]
E. Evaluasi Dalam Belajar Mengajar
Evaluasi merupakan bagian dari proses belajar mengajar yang secara keseluruhan tidak
dapat dipisahkan dari kegiatan mengajar. Pada sebagian guru masih ada asumsi yang kurang
tepat. Asumsi yang tidak pada tempatnya misalnya adalah hal biasa jika kegiatan evaluasi tidak
mempunyai tujuan tertentu, kecuali bahwa evaluasi adalah kegiatan yang diharuskan oleh
peraturan/undang-undang termasuk pasal 58 ayat (1) UU RI No. 20 tahun 2003 tentang
Sisdiknas, yang menyatakan evaluasi hasil belajar peserta didik oleh pendidik untuk memantau
proses kemajuan dan perbaikan hasil belajar peserta didik secara berkesinambungan. Untuk
mencapai tujuan tersebut, uraian tersebut mendiskusikan cara evaluasi yang dilakukan guru
untuk menghasilkan kegiatan belajar mengajar yang lebih baik. Ada 4 pertimbangan yang perlu
diperhatikan oleh seorang guru dalam melakukan evaluasi belajar, yaitu:
1. Mengidentifikasi tujuan yang dapat dijabarkan dari prosedur evaluasi dan hubungannya dengan
mengajar, pengembangan interes kebutuhan individu, kebutuhan individu siswa, kebutuhan yang
dikembangkan dari komunitas/masyarakat, dikembangkan evaluasi hasil belajar pendahulunya
dari analisis pekerjaan dan pertimbangan dari para ahli evaluasi.
2. Menentukan pengalaman belajar yang biasanya direalisasi dengan pretes sebagai awal,
pertengahan dan akhir pengalaman belajar (pos tes)
3. Menentukan standar yang bisa dicapai dan “menantang” siswa belajar lebih giat.
4. Mengembangkan ketrampilan dan mengambil keputusan guna memilih tujuan, menganalisis
pertanyaan problem solving dan menentukan nilai seorang siswa.[10]

Evaluasi merupakan subsistem yang sangat penting dan sangat dibutuhkan dalam setiap
sistem pendidikan, karena evaluasi dapat mencerminkan seberapa jauh perkembangan/kemajuan
hasil pendidikan. Dengan evaluasi, maka kaju dan mundurnya kualitas penidikan dapat diketahui
dengan evaluasi, dan dengan evaluasi pula,kita dapat mengetahui titik kelemahan serta mudah
mencari jalan keluar untuk berubah menjadi lebih baik ke depan.
Tanpa evaluasi kita tidak bisa mengetahui seberapa jauh keberhasilan siswa dan tanpa
evaluasi pula kita tidak akan ada perubahan menjadi lebih baik. Maka dari itu, secara umum
evaluasi adalah suatu proses sistematik untuk mengetahui tingkat keberhasilan suatu program.
Evaluasi pendidikan dan pengajaran adalah proses kegiatan untuk mendapatkan informasi
data mengenai hasil belajar mengajar yang dialami siswa. Evaluasi pembelajaran merupakan
evaluasi dalam bidang pembelajaran.[11]
Sebelum mengajarkan pelajaran baru, guru harus menyelidiki latar belakang murid tentang
bahan baru itu, artinya hingga manakah kemampuannya tentang bahan baru yang akan diajarkan,
ini disebut bahan apersepsi dan sekarang sering disebut “entry behavior”. Bahan baru hendaknya
diberikan atas dasar apa yang telah ada pada murid, kemudian barulah ia mulai dengan pelajarn
itu yakni dengan langkah pertama menurut analisis dan urutan bahan pelajaran seperti yang
direncanakan. Setelah itu ia segera menilai hingga manakah langkah pertama dikuasai oleh
murid. Penilaian itu dapat dilakukan dengan tes/pertanyaan. Ia (guru) juga dapat memperhatikan
ekspresi wajah/sikap murid untuk mengetahui apakah mereka telah mengerti/tidak.[12]
Evaluasi merupakan bagian dari proses belajar mengajar yang secara keseluruhan tidak
dapat dipisahkan dari kegiatan belajar mengajar. Pada sebagian guru masih ada asumsi yang
kurang tepat. Asemsi yang tidak pada tempatnya misalnya adalah hal biasa jika kegiatan evaluasi
tidak mempunyai tujuan tertentu.
Konsep dasar evaluasi proses pembelajaran penulis sarikan dari buku panduan evaluasi
pembelajaran dari pusat pengembangan sistem pembelajaran lembaga pengembangan pendidikan
universal 11 Maret 2007. Buku panduan tersebut ditujukan untuk pembelajaran di pendidikan
tinggi. Namun dapat dimodifikasi untuk kegiatan pembelajaran ditingkat dasar maupun
menengah.
Sasaran evaluasi proses pembelajaran adalah pelaksanaan dan pengelolaan pembelajaran
untuk memperoleh pemahamn tentang kinerja guru selama dalam pembelajaran. Media yang
digunakan oelh guru dalam pembelajaran serta minat, sikap dan motivasi belajar siswa.[13]
ANALISIS
Evaluasi adalah sebuah proses pengumpulan data unuk menentukan sejauh mana, dalam hal
apa dan bagaimana tujuan pendidikan sudah tercapai. Evaluasi proses pengajaran adalah suatu
rangkaian kegiatan yang dilakukan dengan sengaja untuk melihat atau mengetahui seberapa
tinggi tingkat keberhasilan dari kegiatan yang dicapai. Evaluasi proses pengajaran sangat
diperlukan oleh guru dalam rangka untuk memenuhi tugasnya sebagai seorang pendidik.
Tujuan evaluasi pengajarn adalah untuk memiliki keefektifan dan efesiensi kegiatan
mengajar sebagai bahan untuk prbaikan atau penyempurnaan program dan pelaksanaanya.
Evaluasi terhadap proses pengajaran dilakukan oleh guru sebagai bagian integral dari pengajaran
itu sendiri. Artinya evaluasi tidak terpisahkan dalam penyusunan dan pelaksanaan pengajaran.
Evaluasi yang baik haruslah didasarkan atas tujuan pengajaran yang telah ditetapkan oleh guru
dan kemudian benar-benar diusahakan oleh guru untuk siswa, apabila evaluasi tidak didasarkan
atas tujuan pengajaran yang diberikan, maka tidak akan tercapai sasarannya.
Untuk mengevaluasi keberhasilan program pembelajaran perlu menjangkau terhadap desain
pembelajaran, meliputi aspek kompetensi yang dikembangkan, setrategi pembelajaran yang
dipilih dan isi program, penilaian terhadap implementasi program pembelajaran berusaha untuk
menilai seberapa tinggi tingkat kualitas pembelajaran yang dilaksanakan oleh guru.
Dengan evaluasi maka maju mundurnya kualitas pendidikan dapat diketahui dengan
evaluasi dan dengan evaluasi pula kita dapat mengetahui titik kelemahan serta mudah mencari
jalan keluar untuk berubah lebih baik kedepan. Tanpa evaluasi kita tidak bisa mengetahui
seberapa jauh keberhasilan siswa dan tanpa evaluasi kita tidak aka nada perubahan menjadi lebih
baik, maka dari itu evaluasi secara umum adalah suatu proses sistematik untuk mengetahui
tingkat keberhasilansuatu program.

IV. KESIMPULAN
Pengertian evaluasi secara etimologi berasal dari bahasa Inggris evaluation yang berarti
penilaian terhadap sesuatu. Mengevaluasi berarti memberi nilai, menetapkan apakah sesuatu itu
bernilai atau tidak bernilai.
Evaluasi mempunyai 2 fungsi yaitu:
1) Fungsi Formatif
Suatu evaluasi kurikulum hanya dapat dilaksanakan ketika berkenaan dengan proses dan bukan
berfokus pada hasil.
2) Fungsi Sumatif
Tidak dapat diterapkan ketika kurikulum masih berproses. Fungsi sumatif adalah fungsi
kurikulum untuk memberikan pertimbangan terhadap hasil pengembangan kurikulum.
Tujuan utama evaluasi dalam proses belajar mengajar adalah untuk mendapatkan informasi
yang akurat mengenai tingkat pencapaian tujuan intruksional oleh siswa sehingga dapat
diupayakan tindak lanjutnya.
Makna evaluasi itu ada 5 yaitu:
kna evaluasi bagi siswa
Makna evaluasi bagi guru
kna evaluasi bagi pembimbing
4. Makna evaluasi bagi sekolah
5. Makna evaluasi bagi orangtua siswa.
Ada 4 pertimbangan yang perlu diperhatikan oleh seorang guru dalam melakukan evaluasi
belajar, yaitu:
1. Mengidentifikasi tujuan yang dapat dijabarkan dari prosedur evaluasi dan hubungannya dengan
mengajar.
2. Menentukan pengalaman belajar yang biasanya direalisasikan dengan pretes sebagai awal dan
postes.
3. Menentukan standar yang bisa dicapai dan “menantang” siswa belajar lebih giat.
4. Mengembangkan ketrampilan dan mengambil keputusan guna memilih tujuan.

V. PENUTUP
Demikianlah makalah yang dapat saya paparkan, saya menyadari makalah ini masih
banyak kekurangan dalam penyusunan maupun isi dari makalah ini. Maka dari itu, kritik dan
saran yang konstruktif sangat saya harapkan guna menyempurnakan makalah selanjutnya.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Amin..

Anda mungkin juga menyukai