Anda di halaman 1dari 2

A.

LATAR BELAKANG

Peningkatan ekonomi pada umumnya, dan berkembang pesatnya teknologi

membuat berkembangnya budaya konsumtif masyarakat dunia. Pemakaian jumlah

barang dan jasa itu juga menyebabkan peningkatan sampah yang dihasilkan baik dari

kemasan, brosur maupun sisa barang itu sendiri. Ini merupakan konsekuensi logis

dari meningkatnya pertambahan penduduk, dan kemajuan teknologi tersebut. Hal ini

tentu saja menimbulkan masalah disebabkan kehadiran sampah itu, akibat sampah

tersebut antara lain terganggunya kesehatan manusia dan berakibat buruk terhadap

lingkungan, seperti menimbulkan pencemaran. Dimana lingkungan tidak mampu lagi

menguraikan sampah-sampah yang ada secara alami.

World Health Organizatuon (WHO) mendefinisikan sanitasi sebagai suatu

upaya pengendalian terhadap seluruh faktor-faktor, kimia dan biologi yang

menimbulkan suatu kerusakan atau terganggunya perkembangan dan kesehatan

manusia baik fisik, mental maupun sosial serta kelangsungan kehidupan manusia

dalam lingkungan. Upaya pengendalian tersebut dapat dilakukan melalui

pembangunan dan penyediaan prasarana dan sarana sanitasi seperti penyediaan air

minum, penyaluran dan pengelolaan air limbah, pengelolaan persampahan dan

drainase lingkungan. Salah satu sasaran dari Millennium Development Goals

(MDGs) adalah peningkatan akses masyarakat terhadap sarana sanitasi.

Masalah persampahan sebenarnya menyangkut tentang bagaimana memilih sistem

pengelolaan sampah yang efektif dan efisien serta tidak merusak lingkungan.
Pengelolaan sampah tersebut dimulai dari sumbernya sampai ke tempat pembuangan

akhir. Kondisi faktual yang dapat dilihat saat ini ialah bahwasanya masalah

persampahan tersebut belum dapat ditangani dengan baik sehingga terganggunya

kesehatan manusia akibat bahaya sampah tidak bisa terelakkan.

Menyikapi fakta yang ada maka pengelolaan tersendiri/khusus untuk masalah

persampahan ini perlu diperhatikan dan direncanakan, salah satunya adalah dengan

merencanakan pembangunan Tempat Pemrosesan Akhir Sampah (TPAS) untuk

menyingkirkan dan memusnahkan sampah, karena metode penyingkiran sampah

yang salah akan menimbulkan kerusakan lingkungan sekitarnya. Penyingkiran dan

pemusnahan sampah ke dalam tanah merupakan cara yang selalu disertakan dalam

pengelolaan sampah, karena pengolahan sampah yang ada tidak dapat menuntaskan

permasalahan yang ada.

Kota Bengkulu merupakan salah satu dari sepuluh kabupaten/kota di propinsi Bengkulu. Sebuah kota

akan berkembang sesuai dengan waktu dan kondisi lingkungan, yang memberikan konsekuensi

terhadap timbulan sampah. Timbulan sampah yang dihasilkan membutuhkan penanganan yang sangat

serius, terutama tempat pembuangan akhir. Dalam suatu wilayah kabupaten perlu tempat pembuangan

akhir sampah yang representatif dalam memberi pelayanan kepada masyarakat. Dalam penentuan

lokasi TPA diperlukan kajian yang tepat, sehingga dampak yang akan timbul dapat diantisipasi.

Anda mungkin juga menyukai