Anda di halaman 1dari 17

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Selama ini musik dikenal oleh masyarakat, dimulai sejak jaman prasejarah hingga
sekarang. Pada dasarnya, musik tercipta melalui bunyi-bunyi yang terdengar oleh telinga
kita sebagai suatu susunan irama yang beraturan. Dalam hal ini, semua yang di alam ini
secara tidak langsung bisasebagai alat musik. Selain itu musik merupakan seni budaya
hasil cipta, rasa dan karsa manusia yang di tata berdasarkan bunyi yang indah , berirama
atau dalam bentuk lagu.
Musik berfungsi untuk menentramkan pikiran dari beban kemanusiaan dan
menghibur manusia. Musik memberi rangsangan pertumbuhan fungsi-fungsi otak seperti
fungsi ingatan, belajar, mendengar, berbicara, serta analisis intelek dan fungsi kesadaran
(Satiadarma, 2004). Musik memberi nuansa yang bersifat menghibur, menumbuhkan
suasana yang menenangkan dan menyenangkan seseorang, sehingga musik tidak hanya
berpengaruh terhadap kecerdasan berfikir saja tetapi juga kecerdasan emosi.Beberapa
tabib muslim menggunakan musik sebagai sarana penyembuhan suatu penyakit, baik
jasmani maupun rohani (Al Kinddhy, 1997)
Terapi musik mulai berkembang di Amerika Serikat dan diseluruh dunia. Hal ini
menunjukkan menunjukkan bahwa musik selain memiliki aspek estetika, juga aspek
terapetik, sehingga musik banyak digunakan untuk membantu panyembuhan,
menenangkan, dan memperbaiki kondisi fisiologis pasien maupun tenaga medis dalam
dunia kedokteran disebut Complementary Medicine ( Halim, 2003).
Terapi musik sekarang digunakan secara komprehensif termasuk untuk mengatasi
rasa sakit, manajemen stres ataupun stimulasi pertumbuhan dan perkembangan bayi.
Beberapa riset juga menunjukan bahwa musik terapi efektif di gunakan untuk
mengoptimalkan status kesehatan seseorang baik fisik maupun mental. Jenis musik yang
kerapkali digunakan sebagai terapi adalah jazz, blues, classic, pop dan rock. Namun di
Indonesia kebanyakan menggunakan musik classic dan jazz sebagai terapi.

1.2 Rumusan Masalah


Dari uraian latar belakang di atas maka rumusan masalah dalam makalah ini adalah
sebagai berikut :
1. Apakah definisi dari lansia ?
2. Apakah definisi dari terapi musik ?
3. Apakah tujuan dari terapi musik ?
4. Apasaja jenis-jenis dari terapi musik ?
5. Apakah aspek pendukung terapi musik ?
6. Apasaja karakteristik dari terapi musik ?
7. Apasaja keunggulan dari terapi musik ?
8. Apa saja aplikasi terapi musik dalam keperawatan ?
9. Bagaimana pembahasan terapi musik dalam budaya, agama dan kesehatan ?

1.3 Tujuan Pembahasan


Adapun tujuan penyusunan makalah ini adalah sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui definisi lansia.
2. Untuk mengetahui definisi dari terapi musik.
3. Untuk mengetahui tujuan dari terapi musik.
4. Untuk mengetahui jenis-jenis musik terapi.
5. Untuk mengetahui aspek pendukung terapi musik.
6. Untuk mengetahui karakteristik dari terapi musik.
7. Untuk mengetahui keunggulan dari terapi musik.
8. Untuk mengetahui aplikasi terapi musik dalam keperawatan.
9. Untuk mengetahuai pembahasan terapi musik dalam budaya, agama dan kesehatan.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Lansia
Menurut World Health Organisation (WHO), lansia adalah seseorang yang telah
memasuki usia 60 tahun keatas. Lansia merupakan kelompok umur pada manusia yang
telah memasuki tahapan akhir dari fase kehidupannya. Kelompok yang dikategorikan
lansia ini akan terjadi suatu proses yang disebut Aging Process atau proses penuaan.
Proses penuaan adalah siklus kehidupan yang ditandai dengan tahapantahapan
menurunnya berbagai fungsi organ tubuh, yang ditandai dengan semakin rentannya tubuh
terhadap berbagai serangan penyakit yang dapat menyebabkan kematian misalnya pada
sistem kardiovaskuler dan pembuluh darah, pernafasan, pencernaan, endokrin dan lain
sebagainya. Hal tersebut disebabkan seiring meningkatnya usia sehingga terjadi
perubahan dalam struktur dan fungsi sel, jaringan, serta sistem organ. Perubahan tersebut
pada umumnya mengaruh pada kemunduran kesehatan fisik dan psikis yang pada
akhirnya akan berpengaruh pada ekonomi dan sosial lansia. Sehingga secara umum akan
berpengaruh pada activity of daily living (Fatmah, 2010).

Batasan umur pada usia lanjut dari waktu ke waktu berbeda. Menurut
World Health Organitation (WHO) lansia meliputi :
a. Usia pertengahan (middle age) antara usia 45 sampai 59 tahun
b. Lanjut usia (elderly) antara usia 60 sampai 74 tahun
c. Lanjut usia tua (old) antara usia 75 sampai 90 tahun
d. Usia sangat tua (very old) diatas usia 90 tahun
Berbeda dengan WHO, menurut Departemen Kesehatan RI (2006)
pengelompokan lansia menjadi :
a. Virilitas (prasenium) yaitu masa persiapan usia lanjut yang
menampakkan kematangan jiwa (usia 55-59 tahun)
b. Usia lanjut dini (senescen) yaitu kelompok yang mulai memasuki
masa usia lanjut dini (usia 60-64 tahun)
c. Lansia berisiko tinggi untuk menderita berbagai penyakit degeneratif
(usia >65 tahun)

Menurut Hardywinoto (2007), kemauan dan kemampuan untuk


melakukan activity of daily living bergantung pada beberapa faktor yaitu:
a. Umur dan status perkembangan
Umur dan status perkembangan seorang klien menunjukan tandakemauan dan
kemampuan, atau bagaimana klien bereaksi terhadap ketidakmampuan melaksanakan
activity of daily living. Saat perkembangan dari bayi sampai dewasa, seseorang secara
perlahanlahan berubah dari tergantung menjadi mandiri dalam melakukan activity of
daily living.
b. Kesehatan fisiologis
Kesehatan fisiologis dapat mempengaruhi kemampuan partisipasi dalam activity of daily
living, contoh gangguan misalnya karena penyakit, atau trauma injuri dapat mengganggu
pemenuhan activity of daily living.
c. Fungsi kognitif
Tingkat kognitif dapat mempengaruhi kemampuan seseorang dalam melakukan activity
of daily living. Fungsi kognitif menunjukkan proses menerima, mengorganisasikan dan
menginterpretasikan sensor stimulus untuk berpikir dan menyelesaikan masalah. Proses
mental memberikan kontribusi pada fungsi kognitif dapat mengganggu dalam berpikir
logis dan menghambat kemandirian dalam melaksanakan activity of daily living.
d. Fungsi psikososial
Fungsi psikologi menunjukan kemampuan seseorang untuk mengingat sesuatu hal yang
lalu dan menampilkan informasi pada suatu cara yang realistik. Proses ini meliputi
interaksi yang kompleks antara perilaku intrapersonal dan interpersonal. Gangguan pada
intrapersonal contohnya akibat gangguan konsep diri atau ketidakstabilan emosi dapat
mengganggu dalam tanggung jawab keluarga dan pekerjaan. Gangguan interpersonal
seperti masalah komunikasi, gangguan interaksi sosial atau disfungsi dalam penampilan
peran juga dapat mempengaruhi pemenuhan activity of daily living.
e. Tingkat stress
Stress merupakan respon fisik nonspesifik terhadap berbagai macam kebutuhan. Faktor
yang dapat menyebabkan stress (stressor) dapat timbul dari tubuh atau lingkungan atau
dapat mengganggu keseimbangan tubuh. Stressor tersebut dapat berupa fisiologi seperti
injuri atau psikologi seperti kehilangan.
f. Ritme biologi
Ritme atau irama biologi membantu makhluk hidup untuk mengatur lingkungan fisik
disekitarnya dan membantu homeostatis internal (keseimbangan dalam tubuh dan
lingkungan). Salah satu irama biologi yaitu irama sirkardian, berjalan pada siklus 24 jam.
Perbedaan irama sirkardian mempengaruhi pengaturan aktivitas meliputi tidur,
temperatur tubuh dan hormon. Beberapa faktor yang ikut berperan pada irama sirkardian
diantaranya faktor lingkungan seperti hari terang dan gelap, seperti cuaca yang
mempengaruhi activity of daily living.
g. Status mental
Status mental menunjukan keadaan intelektual seseorang. Keadaan status mental akan
memberi implikasi pada pemenuhan kebutuhan dasar individu. Seperti halnya lansia yang
memorinya menurun akan mengalami gangguan dalam pemenuhan kebutuhan dasarnya.
h. Pelayanan kesehatan
Pelayanan kesehatan dan sosial kesejahteraan pada segmen lansia yang tidak dipisahkan
satu sama lain. Pelayanan kesehatan yang berbasis masyarakat salah satunya adalah
posyandu lansia. Jenis pelayanan kesehatan posyandu salah satunya adalah pemeliharaan
Activity of Daily Living. Lansia yang secara aktif melakukan kunjungan ke posyandu,
kualitas hidupnya akan lebih baik daripada lansia yang tidak aktif ke posyandu.

2.2 Definisi Terapi Musik


Terapi musik adalah usaha meningkatkan kualitas fisik dan mental dengan
rangsangan suara yang terdiri dari melodi, ritme, harmoni, timbre, bentuk dan gaya yang
di organisir sedemikian rupa sehingga tercipta musik yang bermanfaat untuk kesehatan
fisik dan mental.
Musik memiliki kekuatan untuk mengobati penyakit dan meningkatkan
kemampuan pikiran seseorang. Ketika musik diterapkan menjadi sebuah terapi, musik
dapat meningkatkan, memulihkan, dan memelihara kesehatan fisik, mental, emosional,
sosial dan spiritual.

2.3 Tujuan Terapi Musik


Terapi musik secara umum bertujuan untuk :
1. Membuat hati dan perasaan seorang menjadi senang dan terhibur
2. Membantu mengurangi beban penderitaan seseorang
3. Tempat penyaluran bakat seseorang
Tujuan terapi musik secara khusus adalah untuk menumbuh kembangkan potensi-
potensi yang ada pada klien, serta memfungsikan sisa-sisa kemampuan yang ada pada
klien. Dengan demikian klien akan lebih percaya diri dan merasa bisa beraktivitas seperti
biasanya. Dengan diberikannya terpai musik diharapkan dapat mengurangi atau
menghilangkan ketegangan-ketegangan klien pada aspek emosional, mental intelegency
dan fisik motorik. Dengan terapi musik dapat membantu perkembangan, membangun,
mendorong, menumbuhkan percaya diri, membentuk kepribadian yang optimis, pantang
menyerah, dan dapat menerima kenyataan hidup dengan apa adanya.

2.4 Jenis-jenis Terapi Musik


1. Musik Jazz
Penelitian oleh Blaum pada tahun 2003 mendapatkan hasil bahwa setelah para
siswa mendengarkan music jazz, mood mereka menjadi lebih baik, sehingga membantu
para siswa untuk belajar. Hasil penelitian ini kemudian diterapkan oleh Norman L.
Barber dan Jameson L, Barber dengan memberikan CD Jazz for Succsess pada
mahasiswa tingkat pertama Universitas Massachusetts. Mereka memberikan CD
tersebut dengan tujuan agar mahasiswa tingkat satu dapat mengatasi emosi negative
(marah,cemas, depresi, takut) kaena sulit menyesuaikan diri dengan dunia peruliahan.
Beberapa contoh music jazz yang layak didengarkan: Norah Jones, Natalie Cole, Nat
King Cole, KLA Project dan lain-lain.
2. Musik Rock
Penelitian yang dilakukan oleh Dr. Leigh Riby dan George Caldwell, Psikolog
dari Glasgow Cladenian University membuktikan bahwa siswa yang mendengarkan
music rock hanya membutuhkan sedikit kerja otak untuk mengerjakan tugas dengan
baik. Selain itu music rock dapat meningkatkan produtivitas ketika sedang bekerja.
Beberapa contoh muisik rock yang layak didengarkan: Dream Theater, Rush,
Hammerfall, Scorpion, SOAD, The Queen, dan lain-lain.
3. Musik Klasik
Manfaat music klasik sudah banyak diketahui terutama Efek Mozart. Terlepas
dari banyaknya pro dan kontra tentang Efek Mozart ini, beberapa penelitian
menunjukkan bahwa music Mozart bermanfaat dalam bidang kesehatan. Samuel Halim
dalam penelitiannya menemukan bahwa efek Mozart dapat membantu penyembuhan
penyakit Alzheimer. Penelitian lain yang dilakukan oleh Campbell menemukan bahwa
music klasik bisa membantu penyembuhan penyakit-penyakit, seperti stress, kanker,
dyslexia, dan tekanan darah tinggi beberapa cotoh music klasik yang layak
didengarkan: The Ultimate Mozart, Maksim, The Most Relaxing Classical Album in
The World Ever, dan lain-lain.

2.5 Aspek Pendukung Terapi Musik


Psikobiologi Suara
Keberhasilan terapi music akan sangat ditentukan oleh peran suara dan presepsi klien
terhadap suara yang ia dengar. Dalam proses terapi, bukan hanya jenis music yang akan
berperan dalam membantu klien. Diperlukan pengetahuan tentang sumber-sumber suara,
cepat rambat suara, batas-batas pendengaran sesuai usia klien, atau juga pemahaman
klien terhadap warna bunyi.
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa efek biologis dari music dapat mengakibatkan :
1. Energy otot akan meningkat atau menurun sesuai dengan stimuli irama
2. Tarikan nafas dapat menjadi cepat atau berubah teratur
3. Timbulnya berbagai efek pada nadi, tekanan darah dan fungsi endokrin
4. Berkurangnya stimulus sensorik dalam berbagai tahapan
5. Kelelahan berkurang atau tertunda tetapi ketegangan otot meningkat
6. Perubahan yang meningkatkan elektrisitas tubuh
7. Perubahan pada metabolisme dan biosintesis pada berbagai proses enzim

Elemen jenis music


1. Pitch
2. Tempo
3. Timbre
4. Dinamika
Rata-rata hitungan normal dalam setiap ketukan music hampir sama dengan rata-rata
detak jantung manusia yaitu antara 72 sampai 80 ketukan per menit. Musik yang
simulativ biasanya dimainkan dengan tempo lebih cepat dapat meningkatan detak jantung
dan sebaliknya.

2.6 Karakteristik Terapi Musik


Menurut Robbert (2002) dan Greer (2003) dalam Djohan (2006), music
mempengaruhi persepsi dengan cara:
1. Distraksi, yaitu pengalihan pikiran dari nyeri, musik dapat mengalihkan konsentrasi
klien pada hal-hal yang menyenangkan,
2. Relaksasi, musik menyebabkan pernafasan menjadi lebih rileks dan menurunkan
denyut jantung, karena orang yang mengalami nyeri denyut jantung meningkat
3. Menciptakan rasa nyaman, pasien yang berada pada ruang perawatan dapat merasa
cemas dengan lingkungan yang asing baginya dan akan merasa lebih nyaman jika
mereka mendengar musik yangmempunyai arti bagi mereka. Musik juga dapat
menurunkan kadar hormonkortisol yang meningkat pada saat stres. Musik juga
merangsang pelepasanhormon endorfin, hormon tubuh yang memberikan
perasaan senang yangberperan dalam penurunan nyeri (Berger, 1992 dalam Djohan
2006).

2.7 Keunggulan Terapi Musik


Menurut Greer (2003) dalam Djohan (2006), keunggulan terapi musik adalah:
1. Lebih murah daripada analgesia
2. Prosedur invansif, tidak melukai pasien,
3. Tidak ada efek samping,
4. Penerapannya luas, bisa diterapkan pada pasien yang tidakbisa diterapkan terapi secara
fisik untuk menurunkan nyeri.

2.8 Aplikasi Terapi Musik

Terapi Musik berguna untuk mempengaruhi tubuh dan pikiran secara


keseluruhan. Terapi musik bekerja pada hardware sekaligus software dalam diri. Banyak
penelitian dari para dokter dan pakar pikiran mengenai efek terapi musik. Sudah terbukti
secara ilmiah bahwa musik berpengaruh terhadap kesehatan tubuh dan mental seseorang.

Bonny mengembangkan sesi terapinya dalam format empat fase dan serangkaian
program music. Sampai hari ini telah terkumpul lebih dari 40 program musik. Sampai
hari ini telah terkumpul lebih dari 40 musik yang berdurasi 30-50 menit. Musik tersebut
terdiri sampai delapan gerakan atau berupa sebuah lagu utuh baik dalam format
instrumental maupun vocal.

Musiknya disusun secara berurutan guna mendukung, membangkitkan dan


memperdalam pengalaman yang terkait dengan kebutuhan psikologis dan
fisiologis.Sepanjang perjalanan music yang didengar klien diberi kesempatan menghayati
berbagai aspek kehidupannya melalui perjalanan imajinatif. Music yang berjalan akan
membantu klien mendekonstruksi kisah kehidupan lama dan menstimulinya dengan hal
baru.
Pelaksanaan kegiatan terapi musik secara umum diantaranya :
1. Kegiatan terapi musik diberikan dalam keadaan pasif (diam). Contoh penderita duduk
dengan tenang sambil mendengarkan lagu anak-anak baik dari radio atau pelatih.
2. Kegiatan terapi musik yang diberikan dalam keadaan aktif (bergerak). Contoh anak
berlatih tepuk paha, tepuk lantai, dengan hitungan satu dua tiga, diteruskan bernyanyi
bersama.
3. Latihan ritmis dengan memukul alat drum, simbal, ring bel, dengan irama sederhana.
4. Latihan notasi yaitu pengenalan solmilasi kemudian ditingkatkan menjadi olah vokal
serta latihan memainkan alat musik yang bernada seperti angklung, piano, gamelan,
seruling.
5. Musik dapat diperdengarkan setelah seseorang mengalami suatu penyakit dan masalah
yang sedang dihadapi.

Sebelum memulai terapi musik :


a. Kaji apakah pasien ingin mendengarkan musik dan musik apa yang disenangi.
b. Tawarkan berbagai jenis musik kepada pasien.
c. Apakah pasien ingin menggunakan headphones untuk meminimalkan distraksi.
Untuk meningkatkan kualitas perawatan, terapi musik sebaiknya
menyesuaikan rencana pengobatan setiap pasien berdasarkan :
1) Tipe penyakit dan jenis gangguan
2) Tujuan pasien yang ingin dicapai
3) Tingkat kemampuan fungsional pasien
d. Memonitor perkembangan secara terus menerus dan memodifikasi rencana
tindakan keperawatan berdasarkan respon pasien.

Strategi Pelaksanaan Terapi Modalitas (Terapi Musik)


1. Tujuan Pelaksanaan Terapi Musik
a. Klien mampu mengenali musik yang didengar
b. Klien memberi respon terhadap musik
c. Klien mampu menceritakan perasannya setelah mendengarkan musik
2. Strategi pelaksanaan
a. Alat
1) Sound laptop
2) Lagu khusus
b. Metode
1) Diskusi
2) Sharing persepsi
c. Langkah kegiatn
1) Persipan
a) Membuat kontrak dengan klien yang sesuai dengan indikasi: menarik
diri, harga diri rendah, dan tidak mau bicara.
b) Mempersiapkan alat dan tempat pertemuan
2) Orientasi
a) Salam terapeutik
(1) Salam dari terapi kepada klien
(2) Evaluasi/validasi
(3) Menanyakan keadaan klien saat ini
b) Kontrak
(1) Terapis menjelaskan tujuan kegiatan, yaitu mendengarkan musik
(2) Terapis menjelaskan aturan main, sebagai berikut:
(a) Jika ada klien yang ingin meninggalkan kelompok, harus
meminta ijin dari terapis
(b) Lama kegiatan 45 menit
(c) Setiap klien mengikuti kegiatan dari awal sampai selesai
c) Tahap kerja
(1) Terapis mengajak klien untuk saling memperkenalkan diri dimulai
dari terapis secara beraturan searah jarum jam
(2) Setiap kali seorang klien selesai memperkenalkan dirinya, terapis
mengajak semua klien untuk bertepuk tangan
(3) Terapis dan klien memakai papan nama
(4) Terapi menjelaskan bahwa akan diputar lagu, klien boleh bertepuk
tangan atau berjoged sesuai irama lagu. Setelah selesai klien akan
diminta menceritakan isi lagu tersebut dan perasaan klien setetlah
mendengar lagu
(5) Terapis memutar lagu, klien mendengar, boleh berjoged, atau
bertepuk tangan (kira-kira 15 menit). Musik boleh diulang
beberaoa kali. Terapis mengobservasi respon klien terhadap musik.
(6) Secara bergiliran, klien diminta menceritakan isi lagu dan
perasaannya. Sampai semua klien mendapat gilirannya
(7) Terapis memberikan pujian, setiap klien menceritakan perasaannya
dan mengajak klien lain bertepuk tangan
d) Tahap terminasi
(1) Evaluasi
(2) Terapis menanyakan perasaan klien setelah mengikuti terapi
(3) Terapis memberikan pujian atas keberhasilan klien
e) Evaluasi dan dokumentasi
(1) Evaluasi
Evaluasi dilakukan saat proses berlangsung, khususnya pada tahap
kerja. Aspek yang dievaluasi adalah kemampuan klien sesuai
dengan terapi. Untuk terapi stimulasi sensori mendengar musik,
kemampuan klien yang diharapkan adalah mengikuti kegiatan,
respons terhadap musik, memberi pendapat tentang musik yang
didengar dan perasaan saat mendengarkan musik.
(2) Dokumentasi
Dokumentasi kemampuan yang dimiliki klien saat terapi pada
catatan proses keperawatan tiap klien
f) Pengorganisasian
(1) Leader
(2) Co leader
(3) Observer
(4) Fasilitatir
(5) Setting tempat

2.9 Pembahasan Terapi Musik dalam Budaya, Agama dan Kesehatan


1. Terapi musik dalam kesehatan
Kata terapi berkaitan dengan serangkaian upaya yang dirancang untuk
membantu atau menolong orang (Djohan dalam Dewi, 2009). Terapi musik dapat
digunakan dalam lingkup klinis, pendidikan, dan sosial bagi klien atau pasien yang
membutuhkan pengobatan, pendidikan atau intervensi pada aspek sosial dan
psikologis(Djohan dalam Dewi, 2009).
Terapi musik berperan sebagai salah satu teknik relaksasi untuk memperbaiki,
memelihara, mengembangkan mental, fisik, dan kesehatan emosi (Djohan dalam Dewi,
2009). Selanjutnya Kemper dan Danhauer dalam Dewi (2009) menjelaskan mengenai
manfaat musik. Musik selain dapat meningkatkan kesehatan seseorang juga dapat
meringankan dari rasa sakit, perasaan‐perasaan dan pikiran yang kurang
menyenangkan serta membantu untuk mengurangi rasa cemas.
Campbell dalam Dewi (2009) menjelaskan bahwa musik dapat
menyeimbangkan gelombang otak. Gelombang otak dapat dimodifikasi oleh musik
ataupun suara yang ditimbulkan sendiri. Kesadaran biasa terdiri atas gelombang beta,
yang bergetar dari 14 hingga 20 hertz. Gelombang beta terjadi apabila kita memusatkan
perhatian pada kegiatan sehari‐hari di dunia luar, juga ketika kita mengalami perasaan
negatif yang kuat. Ketenangan dan kesadaran yang meningkat dicirikan oleh
gelombang alfa, yang daurnya mulai 8 hingga 13 hertz. Periode-periode puncak
kreativitas, meditasi dan tidur dicirikan oleh gelombang theta, dari 4 hingga 7 hertz,
dan tidur nyenyak, meditasi yang dalam, serta keadaan tak sadar menghasilkan
gelombang delta, yang berkisar dari 0,5 hingga 3 hertz. Semakin lambat gelombang
otak, semakin santai, puas, dan damailah perasaan.
Campbell dalam Dewi (2009) selanjutnya menerangkan bahwa musik memiliki
beberapa manfaat, yaitu :
a. Musik menutupi bunyi dan perasaan yang tidak menyenangkan
b. Musik dapat memperlambat dan menyeimbangkan gelombang otak
c. Musik mempengaruhi pernapasan
d. Musik mempengaruhi denyut jantung, denyut nadi, dan tekanan darah
e. Musik mengurangi ketegangan otot dan memperbaiki gerak serta koordinasi tubuh
f. Musik juga mempengaruhi suhu badan
g. Musik dapat mengatur hormon‐hormon yang berkaitan dengan stres
h. Musik dapat memperkuat ingatan dan pelajaran
i. Musik mengubah persepsi kita tentang waktu
j. Musik dapat memperkuat ingatan dan pelajaran
k. Musik dapat meningkatkan produktivitas
l. Musik meningkatkan asmara dan seksualitas
m. Musik merangsang pencernaan
n. Musik meningkatkan daya tahan
o. Musik meningkatkan penerimaan tak sadar terhadap simbolisme
p. Musik dapat menimbulkan rasa aman dan sejahtera

Untuk dapat memanfaatkan peranan musik bagi kesehatan perlu dikaji terlebih
dahulu suatu musik dengan langkah sebagai berikut :
a. Jika musik belum terlalu dikenal, kenali musiknya terlebih dahulu,kenali iramanya.
b. Ikuti iramanya, pejamkan mata, rasakan kesan yang ditimbulkan, perhatikan
bayangan yang muncul di dalam alam pikiran.
c. Jika music tersebut mengandung syair, coba mengerti dan pahami syairnya.
d. Hindari music keras dan hingar-bingar yang kurang beraturan. Hal ini akan
menghambat proses psikofisik ke keseimbangan.
e. Gunakan music tradisional seperti bunyi tambur, genta dan gamelan bertenaga
untuk membangkitkan gairah hidup.
f. Gunakan senandung internal untuk memperoleh rasa kedamaian.

2. Terapi musik dalam sejarah peradaban islam


Seni musik yang berkembang begitu pesat di era keemasan Islam, tak hanya
sekedar mengandung unsur hiburan. Para musisi Islam legendaris seperti Abu Yusuf
Yaqub ibnu Ishaq al-Kindi (801873 M) dan al-Farabi (872950 M) telah menjadikan
musik sebagai alat pengobatan atau terapi.
Terapi musik merupakan sebuah proses interpersonal yang dilakukan seorang
terapis dengan menggunakan musik untuk membantu memulihkan kesehatan
pasiennya. R. Saoud dalam tulisannya bertajuk The Arab Contribution to the Musik of
the Western Worldmenyebut al-Kindi sebagai psikolog Muslim pertama yang
mempraktikkan terapi musik. Menurut Saoud, pada abad ke-9 M, al-Kindi sudah
menemukan adanya nilai-nilai pengobatan pada musik. ''Dengan terapi musik, al-Kindi
mencoba untuk menyembuhkan seorang anak yang mengalami quadriplegic atau
lumpuh total,'' papar Saoud. Terapi musik juga dikembangkan ilmuwan Muslim lainnya
yakni al-Farabi (872-950 M). Alpharabius begitu peradaban Barat biasa menyebutnya
menjelaskan tentang terapi musik dalam risalah yang berjudul Meanings of Intellect.

3. Terapi musik dalam budaya


Dalam pembahasan budaya musik dibagi menjadi 2 yaitu:
a. Musik ritual
Biasanya digunakan sebagai musik ritual dalam suatu komunitas tertentu
(baik komunitas religius, sosial, atau kultural) untuk tujuan penyembuhan. Pada
umumnya ritual upacara adat menurut budaya yang berlaku sudah ada tetapi
semakin dikembangkan musik tertentu untuk tujuan khusus atau untuk memenuhi
kebutuhan kelompok tertentu (Kenny, 1982 dalam Djohan, 2006)
b. Musik shamanistik
Tradisi penyembuhan kuno ini bermula dari beberapa daerah kepulauan,
khususnya Siberia dan Mongolia, dan saat ini terlihat mulai mengalami kebangkitan
kembali. Meningkatnya stress, terutama sebagaimana dirasakan oleh orang-orang
yang hidup di kota besar menyebabkan kebutuhan akan relaksasi dan keseimbangan
antara aspek fisik, kognitif dan spiritual terus meningkat.
Salah satu musik tradisi yang digunakan adalah musik shamanism yang
dimodifikasi untuk menyeimbangkan manusia dengan alam. Menurut Harner
(1990) dalam Djohan (2006), kebutuhan ini sudah lama tidak terpenuhi, khususnya
pada kehidupan modern budaya Barat. Beberapa terapis musik yang memiliki latar
belakang antropologi yang kuat menggunakan musik penyembuhan budaya kuno
dalam praktiknya terhadap orang-orang modern perkotaan berdasarkan pemahan
bahwa orang-orang modern yang sibuk membutuhkan kehidupan ritual.
Contoh musik yang digunakan sebagai musik terapi dalam budaya jawa, misalnya
Gamelan Jawa dapat digunakan sebagai terapi musik mengatasi depresi.
1) Gamelan Jawa mampu mempengaruhi, menggerakkan alam sekitar. Dengan
mendengarkan gamelan Jawa dapat tercipta atmosfir yang di kehendaki oleh
irama gamelan ini. Sejak abad 5-6, masyarakat jawa mengenal alat musik
gamelan. Gamelan dibuat sebagai alat musik pentatonis yang mampu
menciptakan gelombang elektro magnetis.
2) Gamelan juga dipakai sebagai terapi jiwa pada manusia. Gamelan adalah alat
musik tradisional Jawa. Gamelan semacam simponi atau orkestra ala barat,
karena gamelan juga menggunakan banyak instrumen. Di Jepang pernah
dilakukan penelitian, bahwa bayi dalam kandungan yang biasa diperdengarkan
lagu-lagu simponi atau orkestra meningkatkan daya inteligensi. Ini
membuktikan bahwa nilai rasa musikal dapat mempengaruhi pola pertumbuhan
syaraf otak. Menurut Isa Multazam (2007) FK UGM gamelan dapat digunakan
untuk terapi gangguan kejiwaan (depresi psikososial). Gamelan Jawa kini telah
dipakai sebagai salah satu bentuk pengobatan komplementer bagi pasien-pasien
dengan gangguan kejiwaan pada beberapa RS di Inggris.
3) Gamelan di Eropa juga dikembangkan sebagai terapi. Di Paris sudah ada
beberapa penjara yang mengembangkan program gamelan untuk terapi bagi
penghuni penjara.
4) Di Eropa gamelan dipergunakan untuk menanamkan budi pekerti, menahan
emosi dan keberingasan
BAB III
SIMPULAN DAN SARAN

3.1 Simpulan
Pada khasus lansia bertambahnya umur akan mengalami berbagai jenis penyakit,
seperti halnya activity of daily living juga akan menurun/bermasalah misalnya pada
tingkatan setres dan fungsi psikososial. Untuk mengatasi hal tersebut bisa
menggunakan dengan terapi music. Karena dengan terapi musik dapat membantu
perkembangan, membangun, mendorong, menumbuhkan percaya diri, membentuk
kepribadian yang optimis, pantang menyerah, dan dapat menerima kenyataan hidup
dengan apa adanya.

3.2 Saran
Untuk mengurangi tingkat stress dan fungsi psikososial pada lansia akan lebih baik
jika menggunakan dengan terapi music ini.
DAFTAR PUSTAKA

Al Kindhy AFA 1997. Musik dari sudut pandang kosmologis islam, (online),
(http://www.mkalm.com/capita/musik.htm), di akses 16 september 2019.
Dewi, Mahargyantari P. Desember 2009.Studi Metaanalisis : Musik Untuk Menurunkan Stres.
Volume 36. No.2. http://jurnal.psikologi.ugm.ac.id/index.php/fpsi/article/view/45/35. di
akses 16 September 2019.
Djohan. 2006. Terapi music, teori dan aplikasi. Yogjakarta : Galangpress
Halim, S. 2003. “Efek Mozart dan Terapi Musik dalam Dunia Kesehatan”.http://www.fkui.com.
(http://www.terapimusik.com/terapi_musik_islam.htm)
Mubarak, Wahid Iqbal.2009.Ilmu Keperawatan Komunitas Konsep dan Aplikasi.Jakarta : Salem
ba Medika
Multazam, Isa. 2007. Terapi Gamelan bagi Penderita Gangguan Kejiwaan.
Richman S. (2010). Stroke Rehabilitation: Music Therapy. Wilson Terrace, Glendale : Cinahl
Information Systems (RU)
Satiadarma, M. P. 2004. Cerdas Dengan Musik. Jakarta: PuspaSuara.
Suryana, Dayat. 2012. Terapi musik. Jakarta.
Wahyu, Utomo A. Santoso, Agus. 2013. Studi Pengembangan Terapi Musik Islami Sebagai
Relaksasi Untuk Lansia. Volume 03. No. 01.
(http://jurnalbki.uinsby.ac.id/index.php/jurnalbki/article/download/7/5) diakses pada 16
September 2019.

Anda mungkin juga menyukai