Anda di halaman 1dari 16

1.

Pengertian
Perilaku kekerasan atau agresif merupakan suatu bentuk perilaku yang bertujuan
untuk melukai seseorang secara fisik maupun psikologis (Riyadi & Purwanto, 2009).
Perilaku kekerasan adalah suatu bentuk perilaku yang bertujuan untuk melukai
seseorang secara fisik maupun psikologis. Berdasarkan definisi ini maka perilaku
kekerasan dapat di lakukan secara verbal, di arahkan pada diri sendiri, orang lain dan
lingkungan. Perilaku kekerasan dapat terjadi dalam dua bentuk yaitu saat sedang
berlangsung perilaku kekerasan atau riwayat perilaku kekerasan (Dermawan dan Rusdi,
2013).
Perilaku kekerasan menurut Kusumawati dan Hartono (2011) adalah suatu keadaan
dimana seseorang melakukan tindakan yang dapat membahayakan secara fisik, baik pada
dirinya sendiri maupun orang lain, disertai dengan amuk dan aduh, gelisah yang tidak
terkontrol.
Perilaku kekerasan merupakan respon terhadap stressor yang dihadapi seseorang
yang ditunjukan dengan perilaku aktual melakukan kekerasan, baik pada diri sendiri,
orang lain secara fisik maupun psikologis (Berkowits, 2000 dalam Yosep, 2011).
Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan dimana klien mengalami perilaku yang
dapat membahayakan diri sendiri, lingkungan termasuk orang lain dan barang-barang
(Maramis, 2009).
Dari beberapa pengertian diatas penulis menyimpulkan bahwa perilaku kekerasan
adalah suatu tindakan dengan tenaga yang dapat membahyakan diri sendiri, orang lain,
maupun lingkungan yang bertujuan untuk melukai yang disebabkan karena adanya konflik
dan permasalahan pada seseorang baik secara fisik maupun psikologis.

2. Etiologi
A. Faktor predisposisi
Faktor predisposisi adalah faktor yang mendasari atau mempermudah terjadinya
perilaku yang terwujud dalam pengetahuan, sikap, nilai-nilai kepercayaan maupun
keyakinan berbagai pengalaman yang dialami setiap orang merupakan faktor
predisposisi artinya mungkin terjadi mungkin tidak terjadi perilaku kekerasan (Direja,
2011).
1. Faktor biologis
Beberapa hal yang dapat mmpengaruhi seseorang melakukan perilaku kekerasan
yaitu sebagai berikut:
a. Pengaruh neurofisiologi, beragam komponen sistem neurulogis mempunyai
implikasi dalam memfasilitasi dan menghambat impuls agresif.
b. Pengaruh biokimia yaitu berbagai neurotransmiter (epineprin, noreineprin,
dopamin, asetil kolin dan serotonin sangat berperan dalam menfasilitasi dan
mengahambat impuls negatif).
c. Pengaruh genetik menurut riset Murakami (2007) dalam gen manuasia terdapat
doman (potensi) agresif yang sedang tidur dan akan bangun jika terstimulasi oleh
faktor eksternal.
d. Gangguan otak, sindrom otak organik berhubungan dengan gangguan sistem
serebral, tumor otak, trauma otak, penyakit enchepalits epilepsi terbukti
berpengaruh terhadap perilaku agresif dan tindak kekerasan

2. Faktor psikologis menurut Direja (2011)


a. Terdapat asumsi bahwa sesorang untuk mencapai tujuan mengalami hambatan
akan timbul serangan agresif yang memotivasi perilau kekerasan.
b. Berdasarkan mekanisme koping individu yang masa kecil tidak menyenangkan.
c. Rasa frustasi
d. Adanya kekerasan dalam rumah tangga, keluarga, atau lingkungan.
e. Teori psikoanalitik, teori ini menjelaskan bahwa tidak terpenuhinya kepuasan
dan rasa aman dapat mengkibatkan tidak berkembangnya ego dan dapat
membuat konsep diri yang rendah. Agresi dan kekerasan dapat memberikan
kekuatan yang dapat meningkatkan citra diri serta memberi arti dalam
kehidupan.
f. Teori pembelajaran, perilaku kekerasan merupak perilaku yang dipelajari,
individu yang memiliki pengaruh biologik terhadap perilaku kekerasan lebih
cenderung untuk dipengaruhi oleh contoh peran eksternal dibanding anak-anak
tanpa faktor predisposisi biologik.
B. Faktor Presipitasi
Faktor-faktor yang dapat mencetus perilaku kekerasan sering kali berkaitan dengan:
a. Ekspresi diri, ingin menunjukan eksistensi diri atau simbol solidarotas seperti
dalam sebuah konser, penonton sepak bola, geng sekolah, perkelahian masal,
dan lain-lain.
b. Ekspresi dari tidak terpenuhinya kebutuhan dasar dan kondisi sosial ekonomi.
Ketidaksiapan seorang ibu dalam merawat anaknya dan ketidak mampuan
menempatkan diri sebagai seorang yang dewasa.
c. Adanya riwayat perilaku anti sosial meliputi penyalahgunaan obat dan
alkoholisme dan tidak mampu mengontrol emosinya pada saat menghadapi rasa
frustasi.
d. Kematian anggota keluarga yang terpenting, kehilangan pekerjaan, perubahan
tahap perkembangan, atau perubahan tahap perkembangan keluarga.

3. Rentang Respon
Perilaku kekerasan dianggap suatu akibat yang ekstrem dari marah. Perilaku agresif
dan perilaku kekerasan sering di pandang sebagai rentang di mana agresif verbal di suatu
sisi dan perilaku kekerasan di sisi yang lain. Suatu keadaan yang menimbulkan
emosi, perasaan frustasi, dan marah. Hal ini akan mempengaruhi perilaku seseorang.
Berdasarkan keadaan emosi secara mendalam tersebut terkadang perilaku agresif atau
melukai karena menggunakan koping yang tidak baik.

Respon adptif Respon Maladaptif

ASERTIF FRUSTASI PASIF AGRESIF AMUK


Gambar II. 1 Rentang Respon
(Sumber : Yosep, 2011)

Perilaku yang ditampakan mulai dari yang adaptif sampai maladaptif:


Keterangan:
1) Asertif: individu dapat mengungkapkan marah tanpa menyalahkan orang lain dan
memberikan kenyamanan
2) Frustasi: individu gagal mencapai tujuan kepuasan saat mrah dan tidak dapat
menemukan alternatif
3) Pasif: individu tidak dapat mengungkapkan perasaannya
4) Agresif : perilaku yang menyertai marahdan bermusuhan yang kuat serta hilangnya
kontrol
5) Amuk : suatu bentuk kerusakan yang menimbulkan kerusuhan

(Yosep, 2011)

4. Mekanisme Koping
Perawat perlu mengidentifikasi mekanisme orang lain. Mekanisme koping klien
sehingga dapat membantu klien untuk mengembangkan mekanisme koping yang
konstruktif dalam mengekspresikan marahnya. Mekanisme koping yang umum digunakan
adalah mekanisme pertahanan ego seperti displancement, sublimasi, proyeksi, depresi, dan
reaksi formasi.
a. Displacement
Melepaskan perasaan tertekannya bermusuhan pada objek yang begitu seperti pada
mulanya yang membangkitkan emosi.
b. Proyeksi
Menyalahkan orang lain mengenai keinginannya yang tidak baik.
c. Depresi
d. Menekan perasaan yang menyakitkan atau konflik ingatan dari kesadaran yang
cenderung memperluas mekanisme ego lainnya.
e. Reaksi formasi
Pembentukan sikap kesadaran dan pola perilaku yang berlawanan dengan apa yang
benar-benar di lakukan orang lain.

5. Tanda dan Gejala


Tanda dan gejala perilaku kekerasan menurut Direja (2011) sebagai berikut :
1. Fisik
Mata melotot, pandangan tajam, tangan mengepal, rahang mengatup, wjah merah dan
tegang, serta postur tubuh kaku.
2. Verbal
Mengancam, mengumpat dengan kata-kata kasar, bicara dengan nada keras, kasar, dan
ketus.
3. Perilaku
Menyerang orang lain, melukai diri sendiri/orang lain, merusak lingkungan,
amuk/agresif.
4. Emosi
Tidak adekuat, tidak aman dan nyaman, merasa terganggu, dendam, jengkel, tidak
berdaya, bermusuhan, mengamuk, ingin berkelahi, menyalahkan, dan menuntut.
5. Intelektual
Mendominasi, cerewet, kasar, berdebat, meremehkan, dn jarang mengeluarkan kata
kata bernada sarkasme.
6. Spiritual
Merasa dirinya berkuasa, merasa dirinya benar, keragu-raguan, tidak bermoral, dan
kreativitas terhambat
7. Sosial
Menarik diri, pengasingan, penolakan, ejekan, dan sindiran.
8. Perhatian
Bolos, melarikan diri, dan melakukan penyimpangan seksual
6. Manajemen Kopping
Perawat perlu mengidentifikasi mekanisme orang lain. Mekanisme koping klien
sehingga dapat membantu klien untuk mengembangkan mekanisme koping yang
konstruktif dalam mengekspresikan marahnya. Mekanisme koping yang umum
digunakan adalah mekanisme pertahanan ego seperti displancement, sublimasi,
proyeksi, depresi, dan reaksi formasi.
a. Displacement
Melepaskan perasaan tertekannya bermusuhan pada objek yang begitu seperti pada
mulanya yang membangkitkan emosi.
b. Proyeksi
Menyalahkan orang lain mengenai keinginannya yang tidak baik.
c. Depresi
Menekan perasaan yang menyakitkan atau konflik ingatan dari kesadaran yang
cenderung memperluas mekanisme ego lainnya
d. Reaksi formasi
Pembentukan sikap kesadaran dan pola perilaku yang berlawanan dengan apa yang
benar-benar di lakukan orang lain

7. Pathofisiologi
Stres, cemas, harga diri rendah, dan bermasalah dapat menimbulkan marah.
Respon terhadap marah dapat di ekspresikan secara eksternal maupun internal. Secara
eksternal ekspresi marah dapat berupa perilaku konstruktif maupun destruktif.
Mengekspresikan rasa marah dengan perilaku konstruktif dengan kata-kata yang dapat di
mengerti dan diterima tanpa menyakiti hati otrang lain. Selain akan memberikan rasa lega,
ketegangan pun akan menurun dan akhirnya perasaan marah dpat teratasi. Rasa marah
diekspresikan secara destruktif, mislanya dengan perilaku agresif, menantang biasanya
cara tersebut justru menjadikan masalah berkepanjangan dan dapat menimbulkan amuk
yang di tunjukan pada diri sendiri, orang lain, dan lingkungan (Yosep, 2011).
Perilaku yang submisif seperti menekan perasaan marah karena merasa tidak
kuat, individu akan berpura-pura tidak marah atau melarikan diri dari rasa marahnya,
sehingga rasa marah tidak terungkap. Kemarahan demikan akan menimbulkan rasa
bermusuhan yang lama, pada suatu saat dapat menimbulkan rasa bermusuhan yang lama
dan pada suatu saat dpat menimbulkan kemarahan yang destruktif yang di anjurkan pada
diri sendiri, orang lain dan lingkungan (Dermawan & Rusdi, 2013).
8. Pathway

Faktor Predisposisi

Biologis Psikologis Sosiokultural

Stresor Presipitasi

Sifat Asal Waktu Jumlah

Penilaian Terhadap Stresor

Kognitif Afektif Fisiologis Perilaku Sosial

Sumber Koping

Kemampuan Personal Dukungan Sosial Aset Materi Keyakinan Positif

Mekanisme Koping

Konstruktif Dekstruktif

Rentang Respon Koping

Respon Adaptif Respon Maladaptif


9. Penatalaksanaan Umum
Terapi farmakologi untuk pasien jiwa menurut Kusumawati & Hartono (2010)
adalah sebagai berikut :
1. Anti Psikotik
- Jenis : Clorpromazin (CPZ), Haloperidol (HLP)
- Mekanisme kerja : Menahan kerja reseptor dopamin dalam otak sebagai penenang,
menurunkan aktifitas motorik, mengurangi insomnia, sangat efektif untuk
mengatasi : delusi, halusinasi, ilusi, dan gangguan proses berfikir.
- Efek samping :
a. Gejala ekstrapiramidal, seperti kekakuan atau spasme otot, berjalan menyerek kaki,
postur condong kedepan, banyak keluar air liur, wajah seperti topeng, disfagia,
apastisia (kegelisahan motorik), sakit kepala, kejang.
b. Takikardi, aritmia, hipertensi, hipotensi, pandangan kabur, blaukoma.
c. Gastrointestinal : mulut kering, anoreksia, mual, muntah, konstipasi, diare, berat
badan bertambah.
d. Sering berkemih, retensi urine, hipertensi, amenorea, Anemia, leukopenia,
dermatitis
- Kontraindikasi : Gangguan kejang, blaukoma, klien lansia, hamil dan menyusui.

2. Anti Ansietas
- Jenis : Atarax, Diazepam (chlordiazepoxide)
- Mekanisme kerja : meredakan ansietas atau ketegangan yang berhubungan dengan
situasi tertentu.
- Efek samping :
a. Pelambatan menral, mengantuk, vertigo, bingung, tremor, letih, depresi, sakit
kepala, ansietas, insomnia, kejang delirium, kaki lema, ataksia, bicara tidak
jelas.
b. Hipotensi, takikardia, perubahan elektro kardio gram, pandangan kabur.
c. Anoreksia, mual, mulut kering, muntah, diare, konstipasi, kemerahan
dermatitis, gatal-gatal.
- Kontraindikasi : Penyakit hati, klien lansia, penyakit ginjal, glaukoma, kehamilan,
menyusui, penyakit parnafasan

3. Anti Depresan
- Jenis : Elavil, asendin, anafranil, norpramin, sinequan, tofranil, ludiomil, pamelor,
vivactil, surmontil.
- Mekanisme kerja : Mengurangi gejala depresi, penenang.
- Efek samping :
a. Tremor, gerakan tersentak-sentak, ataksia, kejang, pusing, ansietas, lemas,
insomnia.
b. Takikardi, aritmia, palpitasi, hipotensi, hipertensi.
c. Pandangan kabur, mulut kering, nyeri epigastrik, mual, muntah, kram abdomen,
diare, hepatitis, ikterus.
d. Retensi urine, perubahan libido, disfungsi erelsi, respon nonorgasme,
leucopenia, terombositopenia, ruam, urtikria.
- Kontraindikasi : Glaukoma, penyakit hati, penyakit kardiovaskuler, hipertensi,
eilepsy, kehamilan atau menyusui.
4. Anti Manik
- Jenis : Lithoid, klonopin, lamictal
- Mekanisme kerja : Menghambat pelepasan scrotonin dan mengurangi sensitivitas
reseptor dopamin.
- Efek samping : Sakit kepala, tremor, gelisah, kehilangan memori, suara tidak jelas,
otot lemas, hilang koordinasi, letargi, stupor.
- Kontraindikasi : Hipersensitiv, penyakit ginjal, penyakit kardiovaskuler, gangguan
kejang, dehidrasi, hipotiroidisme, hamil atau menyusui.
5. Anti Parkinson
- Jenis : Levodova, Trihexipenidyl (THP)
- Mekanisme kerja : Meningkatkan reseptor dopamin, untuk mengatasi gejala
parkinsonisme akibat penggunaan obat antipsikotik. Menurunkan ansietas,
iritabilitas.
- Efek samping : Sakit kepala, mual, muntah dan hipotensi
10. Pengkajian
Data yang perlu di kaji
Masalah risiko perilaku kekerasan.
Data subjektif :
1. Klien mengancam
2. Klien mengumpat dengan kata-kata kasar
3. Klien mengatakan dendam dan jengkel
4. Klien mengatakan ingin berkelahi
5. Klien menyalahkan dan menuntut
6. Klien meremehkan
Data objektif :
1. Mata melotot, pandangan tajam
2. Tangan mengepal
3. Rahang mengatup
4. Wajah merah dan tegang
NO TUJUAN KHUSUS INTERVENSI
1 Setelah dilakukan asuhan keperawatan Bina hubungan saling percaya dengan :
diharapkan klien dapat membina hubungan a. Beri salam setiap berinteraksi.
saling percaya. b. Perkenalkan nama, nama panggilan
Dengan Kriteria hasil : klien dapat perawat, dan tujuan perawat berkenalan.
menunjukan tanda-tanda percaya kepada c. Tanyakan dan panggil nama kesukaan
perawat: klien.
a. Wajah cerah d. Tunjukkan sikap jujur dan menepati janji
b. Tersenyum setiap kali berinteraksi.
c. Mau berkenalan e. Tanyakan perasaan klien dan masalah
d. Ada kontak mata yang dihadapi klien.
e. Mau menceritakan perasaan yang f. Buat kontrak interaksi yang jelas.
dirasakan g. Dengarkan dengan penuh perhatian ekspresi
f. Mau mengungkapkan masalahnya. perasaan klien.
2 Klien dapat mengidentifikasikan penyebab a. Bantu klien mengungkapkan perasaan
perilaku kekerasan. marahnya.
Kriteria hasil : b. Beri kesempatan klien untuk
a. klien dapat mengungkapkan mengungkapkan marahnya.
perasaannya c. Bantu klien untuk mengungkapkan
b. klien dapat menceritakan penyebab penyebab perasaan jengkel/kesal.
perasaan marah baik dari diri sendiri d. Motivasi klien untuk menceritakan penyebab rasa
maupun marahnya.
lingkungan.
3 Tujuan khusus III : Klien dapat Intervensi :
mengidentifikasi tanda-tanda perilaku a. Bantu klien mengungkapkan tanda-tanda
kekerasan. perilaku kekerasan yang dialaminya.
Kriteria hasil : Klien mampu b. Motivasi klien menceritakan kondisi fisik
menceritakan tanda-tanda saat terjadi (tanda-tanda fisik) saat perilaku
perilaku kekerasan : kekerasan terjadi.
a. Tanda fisik : Mata merah, Tangan c. Motivasi klien menceritakan kondisi
mengepal, Ekspresi wajah tegang. emosionalnya (tanda-tanda emosional) saat
b. Tanda emosional : perasaan marah, terjadi perilaku kekerasan.
jengkel, bicara kasar. d. Motivasi klien menceritakan kondisi
c. Tanda sosial : bermusuhan yang dialami saat hubungan dengan orang lain saat terjadi
terjadi perilaku kekerasan perilaku kekerasan.
4 Klien dapat mengidentifikasi jenis perilaku a. Diskusikan dengan klien perilaku kekerasan yang
kekerasan. dilakukannya selama ini
Kriteria hasil : Klien mampu b. Motivasi klien menceritakan jenis-jenis tindak
menjelaskan : kekersan yang selama ini pernah di
a. Jenis ekspresi kemarahan yang lakukannya.
selama ini telah dilakukan c. Motivasi klien menceritakan perasaan klien
b. Perasaannya saat melakukan setelah tindak kekerasan tersebut
kekerasan terjadi.
c. Efektifitas cara yang di pakai dalam d. Diskusikan apakah dengan tindak kekerasan
menyelesaikan masalah maslah yang di alami teratasi.
5 Tujuan khusus V : Klien dapat a. Bicarakan akibat atau kerugian dari cara yang di
mengidentifikasi akibat perilaku kekerasan. lakukan klien.
Kriteria hasil : Klien dapat menjelaskan akibat b. Bersama klien menyimpulakn akibat dari cara
tindak kekerasan yang dilakukannya : yang di lakukan klien.
a. Diri sendiri : luka, dijauhi teman, dan lain- c. Tanyakan pada klien apakah ia ingin mempelajari
lain. cara baru yang sehat
b. Orang lain atau keluarga : luka, tersinggung,
ketakutan, dan lain-lain.
c. Lingkungan : barang atau benda rusak.
6 Tujuan khusus VI : klien dapat a. Diskusikan kegiatan fisik yang biasa dilakukan
mendemonstrasikan cara fisik untuk mencegah klien
perilaku b. Beri pujian atas kegiatan fisik yang biasa di
Kekerasan lakukan
Kriteria hasil : c. Diskusikan dua cara fisik yang paling mudah di
a. Klien menyebutkan contoh mencegah lakukan untuk mencegah perilaku
perilaku kekerasan secara fiik. kekerasan : tarik nafas dalam, pukul bantal dan aksur
b. Tarik nafas dalam. d. Diskusikan cara melakukan tarik nafas dlam
c. Pukul bantal dan kasur. dengan klien
d. Kegiatan fisik yang lain. e. Beri contoh kepada klien tentang cara menarik
nafas dalam
e. Klien dapat mendemonstrasikan cara fisik f. Minta klien mengikuti contoh yang di berikan
untuk mencegah perilaku kekerasan sebanyak 5 kali.
g. Beri pujian positif atas kemampuan klien
mendemonstrsikan cara menarik nafas
dalam.
DAFTAR PUSTAKA

Depkes, RI. 2007. Standar Asuhan Keperawatan Jiwa. Magelang: RSJ Prof. Dr. Soeroyo Magelang
Direja, A. H. 2011. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta : Nuha Medika
Dwi, A. S., & Prihantini, E. 2014. Ketidakefektifan Penggunaan Restrain terhadap Penurunan Perilaku Kekerasan pada Pasien
Skizofrenia. Jurnal Terpadu Ilmu Kesehatan, 138-139.
Farida, K., & Yudi, H. 2011. Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Jakarta : Salemba Medika.
Fitria, N. 2010. Prinsip dasar dan Aplikasi Penulisan Laporan Pendahuluan dan Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan (LP dan
SP). Jakarta: Salemba Medika
Jenny, M., Purba, S. E., Mahnum, L. N., & Daulay, W. 2008. Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Masalah Psikososial dan
Gangguan Jiwa. Medan: USU Press.

Anda mungkin juga menyukai