KAKAO
KAKAO
Oleh
Jihad Chandra H W 20170210151
Dengan kondisi harga kakao dunia yang relatif stabil dan cukup tinggi maka
perluasan areal perkebunan kakao Indonesia diperkirakan akan terus berlanjut dan hal ini
perlu mendapat dukungan agar kebun yang berhasil dibangun dapat memberikan
produktivitas yang tinggi. Melalui berbagai upaya perbaikan dan perluasan maka areal
perkebunan kakao Indonesia pada tahun 2010 diperkirakan mencapai 1,1 juta ha dan
diharapkan mampu menghasilkan produksi 730 ribu ton/tahun biji kakao. Pada tahun
2025, sasaran untuk menjadi produsen utama kakao dunia bisa menjadi kenyataan karena
pada tahun tersebut total areal perkebunan kakao Indonesia diperkirakan mencapai 1,35
juta ha dan mampu menghasilkan 1,3 juta ton/tahun biji kakao.
1. Botani
Kakao merupakan tanaman yang menumbuhkan bunga dari batang atau cabang.
Divisio : Spermatophyta
Kelas : Dicotyledonae
Ordo : Malvales
Famili : Sterculiaceae
Genus : Theobroma
Daerah utama penanaman kakao adalah hutan hujan tropis di Amerika Tengah,
tepatnya pada wilayah 18ᵒ Lintang Utara – 15ᵒ Lintang Selatan. Jenis tanaman
kakao ada berbagai macam tetapi yang banyak dikembangkan sebagai tanaman
a. Criollo : menghasilkan biji kakao yang bermutu tinggi dan dikenal sebagai
edel cocoa atau kakao mulia. Kulit buah berwarna merah atau
berukuran besar, kulit bijinya (kotiledon) berwarna putih waktu masih basah,
biasanya digunakan sebagai bahan pembuatan cokelat bermutu
tinggi.
cocoa atau ordinary cocoa. Kulit buah berwarna hijau dan tebal. Bijinya tipis atau
gepeng dan kulit bijinya (kotiledon) berwarna
c. Trinitario : merupakan campuran atau hibrida dari jenis criollo dan forastero
sehingga kakao jenis ini sangat heterogen baik warna kulit, bentuk biji, maupun
mutunya (Siregar, 2000).
a. Curah Hujan
Hal terpenting dari curah hujan yang berhubungan dengan penanaman dan
dengan masa pembentukan tunas muda (flushing) dan produksi. Areal penanaman
kakao yang ideal adalah daerah yang bercurah hujan 1.000-3.000 mm per tahun.
Di samping kondisi fisik dan kimia tanah, curah hujan yang melebihi 4.500 mm
per tahun tampaknya berkaitan erat dengan serangan penyakit busuk buah
(Abdoelrachman, 1979).
b. Suhu
Tanaman kakao dapat tumbuh dengan baik pada tanah yang memiliki kemasaman
tanah (pH) 6-7,5. pH tanah yang juga disebutkan ideal bagi kakao adalah 5,6-7,2. Di
samping faktor kemasaman, sifat kimia tanah yang juga turut berperan adalah kadar
zat organik. Zat organik pada lapisan tanah di areal penanaman setebal 0-15 cm
memberikan pertumbuhan kakao yang baik. Tekstur tanah yang baik untuk tanaman
kakao adalah lempung liat berpasir dengan komposisi 30-40% fraksi liat, 50% pasir,
dan 10-20% debu (Abdoelrachman, 1979).
Kriteria bibit kakao siap tanam dilakukan dengan cara mengukur pertumbuhannya
pada umur 4-5 bulan. Parameter yang digunakan sebagai penilaiannya yaitu inggi,
jumlah daun, dan diameter batang bibit. Tinggi batang diukur dari permukaan leher
akar/tanah dan diameter batang diukur 5 cm dari permukaan leher akar/tanah.
III. TEKNOLOGI BUDIDAYA KAKAO
A. Penyiapan Lahan
Tahap awal dalam budidaya kakao adalah mempersiapkan lahan yang akan
ditanami kakao. Persiapan lahan atau arela dimulai dari tahap survai/pengukuran
sampai tahap pengendalian ilalang. Pada tahap ini, pelaksanaan pekerjaan meliputi
pemetaan topografi, penyebaran jenis tanah, serta penetapan batas areal yang akan
ditanami. Hasi survai akan sangat penting artinya untuk tahapan pekerjaan lain ,
bahkan dalam hal penanaman dan pemeliharaan kakao. Tahap selanjutnya
dari persiapan lahan adalah tebas/babat.Pelaksanaan pekerjaan pada tahap ini adalah
dengan membersihkan semak belukar dan kayu-kayu kecil sedapat mungkin ditebas
rata dengan permukaan tanah, setelah itu dilanjutkan dengan tahap tebang. Tahap
berikut ini dilaksanakan selama 3-4 bulan, dan merupakan tahap yang paling lama
dari semua tahap persiapan lahan. Bila semua pohon telah tumbang lalu biarkan
selama 1-1,5 bulan agar daun kayu mengering.
Areal yang telah bebas dari semak belukar, kayu-kayu kecil, dan pohon besar, apalagi
bila baru dibakar, biasanya cepat sekali menumbuhkan ilalang. Seperti diketahui,
ilalang merupakan gulma utama dari areal pertanian. Karena itu, pengendaliannya
harus dilaksanakan sesegera mungkin, sehingga sedapat mungkin areal telah bebas
dari ilalang saat penanaman pohon pelindung.
Tinggi rendahnya hasil tanaman Kakao disamping sangat dipengaruhi oleh faktor
iklim dan tanah juga sangat dipengaruhi oleh bahan tanam (bibit) yang digunakan. Bibit
itu sendiri mempunyai potensi berproduksi (potensi genetis) sedangkan iklim dan
kesuburan tanah sebagai faktor lingkungan akan memberikan kesempatan bagi bibit
untuk mencapai potensinya. Bibit yang akan ditanam dapat berupa : (1) bibit kakao asal
benih atau tanaman semai, yaitu bibit yang dihasilkan dari penyemaian benih unggul
yang sudah teruji potensinya seperti misalnya benih Hibrida F1, (2) bibit kakao klonal
yang diperoleh melalui okulasi, sambung pucuk, stek, dan cangkokan. Perbanyakan
bibit melalui stek dan cangkokan sangat jarang dilakukan sedangkan yang umum
dilakukan untuk mendapatkan bahan tanam yang mudah dan cepat adalah dengan
sambung pucuk. Bibit Kakao asal benih maupun bibit Kakao klonal dari sambung pucuk
maupun okulasi sudah siap ditanam di kebun setelah berumur 6 – 7 bulan.
C. Pemeliharaan
1. Penyulaman
Peyulaman dilakukan jika ada tanaman kakao yang tidak dapat atau tidak
tumbuh dengan baik untuk diganti dengan bibit baru, lakukan pengecekan secara
rutin pada tanaman kakao yang tumbuh tidak baik, segera lakukan penyulaman.
2. Pemangkasan
3. Pengairan
5. Pengendalian OPT
D. Panen
Buah kakao yang siap panen adalah buah yang sudah matang, yaitu sekitar umur
5,5 – 6 bulan terhitung sejak berbunga. ciri buah yang sudah matang adalah buah
yang kulitnya sudah berwarna kuning atau merah. Pemetikan dilakukan terhadap
buah yang masak tetapi jangan terlalu masak. Potong tangkai buah dengan
menyisakan 1/3 bagian tangkai buah. Pemetikan sampai pangkal buah akan merusak
bantalan bunga sehingga pembentukan bunga terganggu dan jika hal ini dilakukan
terus menerus, maka produksi buah akan menurun. Pemetikan dilakukan pada pagi
hari dan pemecahan siang hari. Pemecahan buah dengan memukulkan pada batu
hingga pecah. Kemudian biji dikeluarkan dan dimasukkan dalam karung untuk
selanjutnya dibersihkan dari pulp (daging buah). Keringkan biji agar tidak bususk
saat diproduksi.
E. Pasca Panen
Kakao yang sudah dipanen dilakukan pemeraman /fermentasi hingga Kadar air
50% hal ini bertujuan memudahkan pemisahan biji dari buah kakao. Setelah pemeraman
dilakukan pencucian supaya biji benar benar bersih dari daging buah supaya tidak tumbuh
bakteri atau jamur pada biji kakao ketika dilakukan pengeringan. Pengeringan biji kakao
dlikakukan hingga kadar air 6 – 7 % hal ini menyebabkan biji kakao tahan disimpan dalam
waktu lama. Faktor penentu hasil fermentasi kakao dipengaruhi oleh kematangan buah,
buah yang mentah menyebabkan fermentasi tdk sempurna ( t > 400 C). Penyakit busuk
buah juga menebabkan meningkatnya asam lemak bebas menimbulkan aroma tidak
sedap. Beda jenis kakao berbeda juga perlakuan fermentasi nya. Jenis Criollo
memerlukan 2-3 hari sedangkan jenis Forastero memerlukan 5-7 hari.
IV. KESIMPULAN
Kakao adalah tanaman produksi yang memiliki nilai produktivitas yang cukup
tinggi, meski begitu perlu adanya pemeliharaan secara teiliti dan rutin yaitu
penyulaman, pemangkasan, pengairan, pengendalian OPT, pemupukan dan
pengecekan rutin untuk mengetahui seberapa baik pertumbuhan tanaman kakao.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim,2007a.Dark Cokelat.http://www.pacific.net.id /pakar/khomsan/
010502.html.Akses tanggal 7 April 2012, Makassar.
Anonim, 2007b.Manfaat Dark Cokelat.http://www.giverslog.com. Akses tanggal 7April
2012.Makassar.
Anonim, 2009a.Sorbitol.http://id.wikipedia.org/wiki/Sorbitol.Akses Tanggal 5 April
2012, Makassar.
Anonim, 2010a.TeknologiPengolahanKakao. http://id.wikipedia.org/wiki/cokelat.
AksesTanggal 4 April 2012, Makassar.
Anonim, 2010b.Kakao. http://id.wikipedia.org/wiki/Kakao.Akses Tanggal 4 April 2012,
Makassar.
Balitro, 1997.Jahe.Monograf.No. 3.Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Obat. Bogor.
173 hal.
Faridah, A., Kasmita, S.P., Yulastri, A., Yusuf, L., 2008. Patiseri, jilid 3,
DirektoratPembinaanSekolahMenengahKejuruan, Jakarta.
Hatta, Sunanto., 1992. Cokelat Budidaya, Pengolahan Hasil dan Aspek Ekonomisnya.
Kanisius, Yogyakarta.
Ketaren, S., 1986.Pengantar Minyak dan Lenak Pangan. Universitas Indonesia Press,
Jakarta.
Koswara, S. 2006. Jahe, Rimpang dengan sejuta khasiat. Pustaka Sinar Harapan,
Jakarta.
Koswara, S. 1995. Jahe dan hasil olahannya. Pustaka Sinar Harapan, Jakarta.
Minifie, W. Belnard., 1999. Chocolate, cocoa and Confectinery Sains Technology. An
Aspen Publication, London.
Nuraeni, 1995.CoklatPembudidayaan, Pengolahan, danPemasaran. PenebarSwadaya.
Jakarta.
Paimin, Farry B., dan Murhananto, 3003. Budidaya, Pengolahan, Perdagangan Jahe Seri
Agrobisnis. Penebar Swadaya, Jakarta.