Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH PRESEPTORAN

BRONKHOPNEUMONIA

Oleh:
Raymizard Naufaldi D 4151181417
Nurul Aprilia 4151181426
Mutia Susparini S 4151181430
Putri Tasya Afifah 4151181454
Audia Nur Ashifa 4151181467
Nida Ankhofiyya 4151181479
M. Fadli Mubarok 4151181483
Irfanugraha Triputra Irawan 4151181489
Cindy Viandafantri 4151181490
Diandra Ayu Bilqis 4151181599
Rida Faridah Aminah S 4151181508
Thiara Haifa Kuntara 4151181509
Vera Rahma Bramanti 4151181511

Preseptor:
Elly Noer Rochmah, dr., Sp.A., M.Kes

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS JENDERAL ACHMAD YANI
CIMAHI
2019
ANAMNESIS

A. KETERANGAN UMUM
Nama Penderita : An. GSJ
Jenis kelamin : Laki-laki
Tempat/Tanggal Lahir : Bandung, 09 Juli 2018 (umur : 1 tahun 4 bulan)
Alamat : ASR. Yon Zipur 3/YW RT 003/004 Bandung
Kiriman Dari : UGD RS Dustira
Dengan Diagnosis : Susp. Bronkopneumonia

AYAH : Nama : Tn. M


Umur : 32 tahun
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : TNI
Penghasilan : > Rp 2.000.000,-/bulan
IBU : Nama : Ny. F
Umur : 29 tahun
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Penghasilan :-

Tgl. Masuk : Minggu 10 November 2019


Tgl. Pemeriksaan : Senin 11 November 2019

B. KELUHAN UTAMA:
Sesak nafas sejak 1 jam yang lalu SMRS

C. ANAMNESIS KHUSUS :
Pasien datang diantar orang tuanya dengan keluhan sesak sejak 1 jam yang
lalu sebelum masuk RS. Keluhan disertai batuk berdahak, pilek, dan demam.
Keluhan demam dirasakan mendadak dan naik turun.

1
D. ANAMNESIS UMUM
Keluhan sesak nafas disertai dengan batuk berdahak dan pilek yang
berwarna kuning yang. Keluhan batuk dan pilek dirasakan sejak 3 hari yang lalu
SMRS. Pasien juga mengeluhkan mual dan muntah yang berisikan cairan.
Keluhan disertai demam yang dirasakan mendadak sejak 3 hari yang lalu.
Demam dirasakan naik turun dan mendadak. Keluhan demam tidak disertai
dengan mimisan, gusi berdarah, bintik-bintik merah pada ekstremitas, nyeri
menelan, keluar cairan pada telinga, dan kejang.
Keluhan sesak nafas tidak disertai dengan adanya mengi atau wheezing
pada anak, ekspirasi yang memanjang, dan batuk yang merejan (whooping cough).
Sesak nafas juga tidak dipengaruhi oleh aktifitas maupun cuaca. Riwayat tersedak
sebelum sesak disangkal. Tidak ada riwayat alergi pada pasien dan keluarga.
Keluhan baru dirasakan pertama kali. Nafsu makan anak menurun. Pasien tidak
memiliki riwayat penyakit jantung bawaan. Riwayat imunisasi pada pasien
lengkap. BAB dan BAK Normal.
Sebelum ke Rumah Sakit pasien telah meminum parasetamol sejak jam
11.00 pada tanggal 10 November 2019, namun keluhan tidak mengalami
perbaikan.
Riwayat anggota keluarga yang tinggal serumah tidak ada yang sedang
mengalami batuk kronis maupun dalam pengobatan TBC. Pasien tidak sedang
dalam pengobatan TB. Tidak ada riwayat trauma pada pasien.
Intake makan pasien bubur 2x, ± 5 sendok makan, cemilan puding dan
minum susu formula 5x dengan botol 160 cc. Output BAB 4x sejak kemarin,
BAK 4x ganti pampers.

2
ANAMNESIS TAMBAHAN
1. RIWAYAT IMUNISASI
Riwayat Imunisasi.
BCG : Usia 0 bulan
DPT : 3 kali, usia 2, 3, 4 bulan
Polio : 4 kali, usia 0, 2, 3, 4 bulan
Campak : 1 kali, usia 9 bulan
Hepatitis B : 4 kali, usia 0, 2, 3, 4 bulan

2. KEADAAN KESEHATAN
Ayah : Sehat
Ibu : Sehat
Orang yang serumah : Sehat

3. PERKEMBANGAN
Berbalik : 4 bulan
Duduk tanpa bantuan : 6 bulan
Bicara 1 kata : 7 bulan
Bicara 1 kalimat : 9 bulan
Berjalan 1 tangan dipegang : 11 bulan
Berjalan tanpa dipegang : 12 bulan

4. GIGI GELIGI
- Pertama : 8 bulan Gigi Susu : V IV III II I I II III IV V
V IV III II I I II III IV V
- Sekarang : 4 buah

3
5. MAKANAN
UMUR JENIS MAKANAN KUANTITAS KUALITAS
0 – 6 Bulan ASI Eksklusif AOD >8x Cukup
ASI + MPASI (nasi ASI : AOD >8x
6 – 9 Bulan tim, sayuran, dan MPASI : 3x sehari Cukup
buah-buahan) + SF SF : 2x/hari
Asi: AOD >8x
9 – 12 Bulan ASI + SF + MPASI SF: 2 kali/hr Cukup
MPASI : 3x/hari
SF: 4-5x/hari
12 Bulan – SF+ MPASI MPASI : 3x/hari Cukup
Sekarang

6. PENYAKIT YANG SUDAH DIALAMI

Campak Diare Bengek


Batuk rejan Demam Tifoid Eksim
TBC Kuning Kaligata
Dif teri Cacing
Tetanus Kejang
Batuk pilek

4
PEMERIKSAAN FISIK

1. PENGUKURAN
Umur : 1 tahun 4 bulan
Berat Badan : 8,3 Kg
Tinggi Badan : 92 cm
Lingkar Kepala : 47 cm
BB/U : < 0SD
TB/U : > 3SD
BB/TB : < -3SD
LK/U : 0 SD

TANDA VITAL
Nadi : 115 x/menit, regular, equal, isi cukup
Respirasi : 33x/menit.
Tipe : Thorakoabdominal
Suhu : 36,7C
SpO2 : 94% dengan O2 via Non Rebreathing Mask 2L/m

KEADAAN UMUM
Keadaan sakit : Sakit sedang
Kesadaran : Compos mentis
Sesak : PCH : -/-, Retraksi : +/+
Sianosis : Sentral / Perifer : tidak ada
Ikterus : Tidak ada
Edema : Tidak ada
Dehidrasi : Tanpa dehidrasi
Anemi : Tidak anemis
Kejang : Tidak ada
Letak paksa (posisi) tubuh : Tidak ada

5
2. PEMERIKSAAN KHUSUS
1. Kepala
Bentuk Kepala : Simetris, Normocephal, UUB Terbuka Datar
Rambut : Hitam, tidak ada kelainan
Mata : Konjungtiva anemis (-/-), Sklera ikterik (-/-)
Pupil : Bulat, isokor
THT : Hidung : PCH -/- , Rhinorea +/+ Sekret berwarna kuning
Telinga : Tidak ada kelainan
Tenggorokan : Tonsil : T1 – T1 tenang
Faring : Tidak ada kelainan
Mulut : Bibir : Tidak ada sianosis
Lidah : Tidak ada kelainan

2. Leher
KGB : Tidak teraba membesar
Kaku Kuduk : Tidak ada
Lain-lain : Tidak ada

3. Thorax
a. Dinding Thorax Depan
Inspeksi : Bentuk dan gerak simetris, Retraksi ICS -/-
Palpasi : gerak simetris,
Perkusi : Sonor ka=ki
Auskultasi : VBS +/+ Ronkhi basah halus +/+ Wheezing -/-
b. Dinding Thorax Belakang
Inspeksi : Bentuk dan gerak simetris
Palpasi : VF normal ka=ki
Perkusi : Sonor ka=ki
Auskultasi : VBS +/+ Ronkhi basah halus +/+ Wheezing -/-
a. Jantung
Inspeksi : Ictus cordis tidak terlihat

6
Palpasi : Ictus cordis teraba
Perkusi : Sulit dinilai
Auskultasi : Bunyi Jantung I dan II murni reguler,
Bunyi Jantung tambahan tidak ada

2. Abdomen
Inspeksi : Datar, Retraksi Epigastrik (+)
Palpasi : Soepel, lembut, nyeri tekan (-)
Hepar : Tidak teraba
Lien : Tidak teraba
Turgor kulit: Kembali cepat
Perkusi : Timpani
Auskultasi : Bising usus (+) normal
Asites : Tidak ada

3. Genitalia
Jenis Kelamin : Laki-laki
Kelainan : Undesensus testis dextra

4. Ekstremitas
Atas : Akral Hangat
Kulit : Tidak ada kelainan
Sendi : Tidak ada kelainan

7
Otot : Atrofi otot (-)
Refleks : Tidak ada kelainan
Edema : Tidak ada
Bawah : Akral Hangat
Kulit : Ptekie (-)
Sendi : Tidak ada kelainan
Otot : Atrofi otot (-)
Refleks : Refleks fisiologis (+)
Edema : Tidak ditemukan

5. Susunan Saraf
Refleks: Refleks cahaya (pupil) : +/+
Refleks okulosefalik : +/+
Refleks Kornea : +/+
Rangsang Meningen :
Kaku kuduk : (-)
Brudzinsky : (-)
Kernig : -/-
Laseque : -/-
 Saraf Otak : tidak ada kelainan
 Motorik : tidak ada kelainan
 Sensorik : tidak ada kelainan
 Vegetatif : tidak ada kelainan
 Refleks fisiologis : APR : +/+
KPR : +/+
 Refleks patologis :
- Babinsky : -/-
- Chaddock : -/-
- Gordon : -/-
- Oppenheim : -/-

8
PEMERIKSAAN PENUNJANG

A. LABORATIORIUM
DARAH
Tanggal Hasil Pemeriksaan Interpretasi
10 November 2019 HEMATOLOGI  Eosinofil menurun
Hb : 12.8  Neutrofil menurun
6
Eritrosit : 4.9x10 (menandakan
3
Lekosit : 12.7x10 adanya infeksi)
Ht : 36.8 %  Monosit slightly
Trombosit 251x103 increased (adanya
MCV MCH MCHC inflamasi)
MCV : 75.1 fL
MCH : 26.1 Pq
MCHC : 34.8 g/dL
RDW : 12.4%
HITUNG JENIS
Basofil : 0.4%
Eosinofil : 0.4%
Neutrofil Segmen : 42.4%
Limfosit : 48.7%
Monosit : 8.1

URINE
Tidak Dilakukan Pemeriksaan

B. LABOLATORIUM KHUSUS
Tidak dilakukan pemeriksaan

C. RONTGEN
Tidak dilakukan pemeriksaan

9
.D LAIN-LAIN
Tidak dilakukan pemeriksaan

IV. RESUME
Berdasarkan anamnesis pada tanggal 11 November 2019, didapatkan
keterangan bahwa penderita adalah seorang anak laki-laki usia 1 tahun 4 bulan,
BB : 8.3 kg, TB : 92 cm, status gizi: baik, datang ke UGD RS Dustira dengan
keluhan utama sesak nafas.
Dari anamnesa didapatkan:
Sejak 1 jam yang lalu pasien mengeluh sesak disertai dengan batuk
berdahak dan pilek Keluhan disertai demam yang mendadak, dan naik turun sejak
3 hari yang lalu. Pasien mual dan muntah berisi cairan. BAB dan BAK normal.
Keluhan sesak tidak disertai dengan adanya mengi dan batuk yang merejan.

Anamnesis makanan : Kuantitas dan Kualitas cukup.


Anamnesis imunisasi : Imunisasi dasar lengkap.

Dari pemeriksaan fisik didapatkan :


Keadaan Umum : Kesadaran compos mentis
Pasien tampak sakit sedang
Tanda Vital :
Nadi : 115 x/menit, regular, equal, isi cukup
Respirasi : 33x/menit.
Tipe : Thorakoabdominal
Suhu : 36,7C
SpO2 : 94% dengan O2 via Non Rebreathing Mask 2L/m

Thorax
a. Dinding Thorax Depan
Inspeksi : Bentuk dan gerak simetris, Retraksi ICS -/-
Palpasi : gerak simetris,

10
Perkusi : Sonor ka=ki
Auskultasi : VBS +/+ Ronkhi basah halus +/+ Wheezing -/-
b. Dinding Thorax Belakang
Inspeksi : Bentuk dan gerak simetris
Palpasi : VF normal ka=ki
Perkusi : Sonor ka=ki
Auskultasi : VBS +/+ Ronkhi basah halus +/+ Wheezing -/-
Genital : Undesensus testis dextra
Pemeriksaan fisik lainnya dalam batas normal.

Dari pemeriksaan laboratorium didapatkan :


Pemeriksaan darah : Eosinofil menurun, Neutrofil menurun, dan Monosit
slightly increase
Pemeriksaan urin : Tidak dilakukan
Pemeriksaan feses : Tidak dilakukan

V. DIAGNOSIS
Diagnosis Banding :
 Bronkopneumonia e.c Bacterial Infection + Undesensus Testis Dextra
 Bronkopneumonia e.c Viral Infection + Undesensus Testis Dextra

Diagnosis Kerja :
Bronkopneumonia e.c Bacterial Infection + Undesensus Testis Dextra

VI. USUL PEMERIKSAAN:


.1 Bronkoskopi
.2 Foto Thorax

VII. TERAPI
Nonfarmakologi :
 Istirahat, Posisi tidur setengah duduk.

11
 Pemasangan IV RL ± 800cc/24jam
 Pemberian Oksigen
Farmakologi :
 Paracetamol 120mg/5ml Syrup 3 x 1 cth (bila suhu lebih 38,5 °C).
 Ampicilin IV 4 x 200mg selama 5 hari

VIII. PROGNOSIS
 Quo ad vitam : dubia ad bonam.
 Quo ad fuctionam : dubia ad bonam.

12
PEMBAHASAN

1. Definisi
Bronkopneumonia disebut juga pneumonia lobularis yaitu suatu peradangan pada
parenkim paru yang terlokalisir yang biasanya mengenai bronkiolus dan juga
mengenai alveolus disekitarnya, yang sering menimpa anak-anak dan balita, yang
disebabkan oleh bermacam-macam etiologi seperti bakteri, virus, jamur dan benda
asing. Kebanyakan kasus pneumonia disebabkan oleh mikroorganisme, tetapi ada
juga sejumlah penyebab non infeksi yang perlu dipertimbangkan.
Bronkopneumonia lebih sering merupakan infeksi sekunder terhadap berbagai
keadaan yang melemahkan daya tahan tubuh tetapi bisa juga sebagai infeksi
primer yang biasanya kita jumpai pada anak-anak dan orang dewasa.

2. Etiologi
Sebagian besar penyebab bronkopneumonia adalah mikroorganisme (virus,
bekteri, jamur), dan sebagian kecil oleh penyebab lain seperti masuknya makanan,
minuman, susu, isi lambung kedalam saluran pernafasan (aspirasi). Berbagai
penyebab bronkopneumonia tersebut dikelompokan berdasarkan golongan umur,
berat ringannya penyakit dan penyulit yang menyertainya (komplikasi). Bakteri
tersering sebagai penyebab bronkopneumonia pada anak adalah Streptococcus
Pneumoniae, Staphylococcus Pneumoniae, Haemophillus Influenza. Sedangkan
untuk virus, yang terseringnya adalah Respiratory Syncytial Virus, Adenovirus,
dan Influenza.

3. Gejala Klinik
Bronkopneumonia ditegakkan berdasarkan gejala klinik. Gejala-gejala klinis
tersebut antara lain:
a. Adanya retraksi epigastrik, interkostal, suprasternal
b. Adanya pernapasan yang cepat dan pernapasan cuping hidung
c. Biasanya didahului infeksi traktus respiratorius bagian atas selama
beberapa hari

13
d. Demam, dispneu, kadang disertai muntah dan diare
e. Batuk biasanya tidak pada permulaan penyakit, mungkin terdapat batuk,
beberapa hari yang mula-mula kering kemudian menjadi produktif
f. Pada auskultasi ditemukan ronkhi basah halus nyaring
g. Pada pemeriksaan darah tepi ditemukan adanya leukositosis dengan
predominan PMN
h. Pada pemeriksaan rontgen thoraks ditemukan adanya infiltrat interstitial
dan infiltrat alveolar serta gambaran bronkopneumonia

4. Patofisiologi
Bronkhopneumonia dalam perjalanan penyakitnya akan menjalani beberapa
stadium, yaitu:
1. Stadium kongesti (4-12 jam pertama). Mengacu pada peradangan permulaan
yang berlangsung pada daerah baru yang terinfeksi. Hal ini ditandai dengan
peningkatan aliran darah dan permeabilitas kapiler. Ini terjadi akibat pelepasan
mediator peradangan dari sel mast. Mediator tersebut mencakup histamin dan
prostagladin. Degranulasi sel mast juga mengaktifkan jalur komplemen
bekerjasama dengan histamin dan prostagladin untuk melemaskan otot polos
vaskuler paru dan peningkatan permeabilitas kapiler paru. Hal ini menyebabkan
perpindahan eksudat plasma ke dalam ruang interstitial sehingga terjadi
pembengkakan dan edema antar kapiler dan alveolus, yang meningkatkan jarak
yang harus ditempuh oleh oksigen dan karbondioksida maka perpindahan gas ini
paling berpengaruh dan sering mengakibatkan penurunan saturasi oksigen
hemoglobin.
2. Stadium hepatisasi merah (48 jam berikutnya). Lobus dan lobulus yang terkena
menjadi padat tidak mengandung udara, warna menjadi merah dan pada perabaan
seperti hepar. Dalam alveolus didapatkan fibrin, leukosit netrofil, eksudat, dan
banyak sekali eritrosit dan kuman. Stadium ini berlangsung sangat pendek.
3. Stadium hepatisasi kelabu (3-8 hari). Lobus masih tetap padat dan warna merah
berubah menjadi pucat kelabu terjadi karena sel-sel darah putih mengkolonisasi
daerah paru yang terinfeksi. Permukaan pleura suram karena diliputi oleh fibrin.

14
Alveolus terisi fibrin dan leukosit, tempat terjadi fagositosis pneumococcus,
kapiler tidak lagi kongestif.
4. Stadium resolusi (7-11 hari). Disebut juga stadium resolusi yang terjadi
sewaktu respon imun dan peradangan mereda, sisa-sisa sel fibrin dan dan eksudasi
lisis. Eksudat berkurang. Dalam alveolus makrofag bertambah dan leukosit
mengalami nekrosis dan degenerasi lemak. Fibrin diresorbsi dan menghilang.

5. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan pneumonia khususnya bronkopneumonia pada anak terdiri dari 2
macam, yaitu penatalaksanaan umum dan khusus yaitu :
a. Penatalaksaan Umum
1) Pemberian oksigen lembab 2-4 L/menit diberikan sampai sesak nafas hilang
2) Pemasangan infus untuk rehidrasi dan koreksi elektrolit.
3) Asidosis diatasi dengan pemberian bikarbonat intravena.
b. Penatalaksanaan Khusus
1) Obat penurun panas diberikan hanya pada penderita dengan suhu tinggi,
takikardi, atau penderita kelainan jantung
2) Pemberian antibiotika berdasarkan mikroorganisme penyebab dan manifestasi
klinis.

15
DAFTAR PUSTAKA

1. Price, Sylvia A. Patofisiologi: konsep klinis proses perjalanan penyakit.


Jakarta: EGC; 2012.
2. Rahajoe NN, Supriyatno B, dan Setyanto DB. Buku ajar respirologi anak.
Edisi ke1. Jakarta: IDAI; 2010.
3. Behrman, Richard et all. Nelson textbook of Pediatric; edisi 17. Philadelphia

Anda mungkin juga menyukai