Anda di halaman 1dari 24

KELUARGA BERENCANA DENGAN

KONTRASEPSI NON HORMONAL

Dosen Pembimbing :

Wa Ode Hajrah, SST, M. Keb

Disusun Oleh :

1. Anggi Krina Nahampun (P3.73.24.3.16.002)


2. Delvia Marcelinna (P3.73.24.3.16.009)
3. Eka Nur Hidayati (P3.73.24.3.16.011)
4. Lifia Nur El Sindy (P3.73.24.3.16.018)

PROGRAM STUDI D4 KEBIDANAN


POLTEKKES JAKARTA III
2017/2018

1
SATUAN ACARA PENYULUHAN

I. IDENTIFIKASI MASALAH
Program KB dan kesehatan reproduksi dilaksanakan untuk
memenuhi hak-hak repoduksi sehingga keluarga dapat mengatur waktu
jumlah anak, jarak kelahiran anak secara ideal sesuai dengan keinginan
atau tanpa paksaan dari pihak manapun. Dengan pemenuhan hak-hak
reproduksi diharapkan keluarga dapat memiliki anak yang ideal, kondisi
kesehatan seksual dan reproduksi prima dan dapat menikmati nilai tambah
dalam kehidupan sosial dan aktivitas perekonomiannya. Dampak
pemenuhan hak-hak reproduksi tersebut secara langsung adalah
terwujudnya keluarga kecil sehat dan sejahtera sehingga pada akhirnya
dapat terwujud keluarga yang bahagia.
Alat kontasepsi non hormonal memiliki efek samping yang lebih
rendah dan harga yang lebih terjangkau. Problem KB Hormonal berkaitan
dengan fisik seperti kegemukan, bercak hitam pada kulit, menstruasi yang
tidak teratur. Sementara itu kontrasepsi non hormonal dapat
meminimalkan efek samping tersebut dan hanya bersifat menghambat
pembuahan.
Kurangnya pengetahuan pasangan mengenai KB yang dapat
mencegah IMS yaitu, kondom, dan KB alamiah seperti senggama terputus
dan metode kalender yang tanpa menggunakan alat, mendorong pengkaji
memberikan penyuluhan.

II. PENGANTAR
Topik : Keluarga Berencana
Sub Topik : KB Non Hormonal
Sasaran : Pasangan suami istri di Kampung Khayangan RT
004/09
Hari/tanggal : Minggu, 9 April 2018
Jam : 08.00-09.00 WIB

2
Waktu : 40 menit
Tempat : Balai RW 09 Kelurahan Suka Mendung

III. TUJUAN INSTRUKSIONAL UMUM ( TIU )


Setelah mengikuti kegiatan penyuluhan diharapkan pasangan
suami-istri dapat mengerti tentang KB Non Hormonal

IV. TUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUS ( TIK )


Setelah mengikuti kegiatan penyuluhan ini, diharapkan ibu-ibu
Tegal Gendu RT 50 dapat mengerti dan memahami tentang:
1. Pengertian KB Non Hormonal
2. Ruang Lingkup KB Non Hormonal
3. Jenis KB Non Hormonal
4. Syarat dilakukannya KB Non Hormonal
5. Keefektifan dan Keuntungan KB Non Hormonal
6. Cara melakukan KB Non Hormonal
7. Cara kerja KB Non Hormonal

V. MATERI
Terlampir

VI. METODE
1. Ceramah
2. Tanya Jawab

VII. MEDIA
1. Materi SAP
2. Leaflet
3. Booklet
4. Presentasi Power Point

3
VIII. KEGIATAN PEMBELAJARAN
No Waktu Kegiatan Penyuluhan Kegiatan Peserta
1 3 menit Pembukaan:
a. Memberi salam Menjawab salam
b. Perkenalan
c. Menjelaskan tujuan Mendengarkan dan
penyuluhan
memperhatikan materi
d. Menyebutkan materi/pokok
bahasan yang akan yang disampaikan
disampaikan
2 20 menit Pelaksanaan/penyampaian
materi:
a. Pengertian KB Non
Hormonal
b. Ruang Lingkup KB Non
Hormonal Menyimak dan
c. Jenis KB Non Hormonal memperhatikan

d. Syarat dilakukannya KB
Non Hormonal
e. Keefektifan dan
Keuntungan KB Non
Hormonal
f. Cara melakukan KB Non
Hormonal
g. Cara kerja KB Non
Hormonal.
3 10 menit Evaluasi Peserta bertanya
a. Memberi kesempatan mengenai masalah yang
kepada peserta untuk belum dipahami
bertanya
b. Moderator membacakan
Mendengarkan dan
hasil penyuluhan
memperhatikan
4 5 menit Evaluasi Peserta bertanya
c. Memberi kesempatan mengenai masalah yang
kepada peserta untuk belum dipahami
bertanya
d. Moderator membacakan

4
hasil penyuluhan Mendengarkan dan
memperhatikan
5 2 menit Penutup:
Mengakhiri pertemuan dengan Peserta menjawab
mengucapkan terimakasih dan salam
salam

IX. EVALUASI
Metode evaluasi : Diskusi dan Tanya-Jawab
Jenis pertanyaan : Lisan

Jakarta, 9 April 2018


Sasaran Penyuluhan Pemberi Materi

( Ibu Tegal Gendu RT 50) ( A1 kelompok a )

Pembimbing Akademik

(Wa Ode Hajrah, SST, M. Kes )

5
LAMPIRAN MATERI

A. Pengertian KB Non Hormonal1


Kontrasepsi berasal dari kata ”kontra” berarti mencegah atau
melawan, sedangkan kontrasepsi adalah pertemuan antara sel telur (sel
wanita) yang matang dan sel sperma (sel pria) yang mengakibatkan
kehamilan. Maksud dari kontrasepsi adalah menghindari atau mencegah
terjadinya kehamilan, sebagai akibat adanya pertemuan antara sel telur dan sel
sperma tersebut (Maryani, 2008). Sedangkan kontrasepsi non hormonal
adalah suatu cara atau metode yang bertujuan untuk mencegah pembuahan
sehingga tidak terjadi kehamilan yang tidak mengandung hormone (estrogen
dan progesteron).

B. Ruang Lingkup KB Non Hormonal1


a) Ibu
Dengan jalan mengatur jumlah dan jarak kelahiran
b) Suami dengan memberikan kesempatan suami agar dapat melakukan
memperbaiki kesehatan fisik, dan mengurangi beban ekonomi keluarga
yang ditanggungnya
c) Seluruh keluarga. Dilaksanakannya program KB dapat meningkatkan
kesehatan fisik, mental, dan sosial setiap anggota keluarga, dan bagi anak
dapat memperoleh kesempatan yang lebih besar dalam hal pendidikan
sert akasih sayang orantua nya (sulistyawati,2011)

C. Jenis KB Non Hormonal1


I. Kontrasepsi tanpa menggunakan alat (alamiah)1
Kontrasepsi Alamiah adalah suatu upaya mencegah/mengahalangi
pembuahan atau pertemuan antara sel telur dengan sperma dengan
menggunakan metode-metode yang tidak membutuhkan alat ataupun

1
Prawihardjo, Sarwono. (2016). Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi.
Jakarta : PT. Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo

6
bahan kimia (yang menjadi cirri khas metode perintang ) juga tidak
memerlukan obat-obatan. Adapun jenis-jenis dari kontrasepsi alamiah
adalah sbb:

a) Metode Amenorea Laktasi.


 Definisi
Kontrasepsi yang mengendalikan pemberian air susu.
kontrasepsi MAL mengandalkan pemberian Air Susu Ibu (ASI)
ekslusif untuk menekan ovulasi. metode ini memiliki 3 syarat yang
harus di penuhi :
 ibu belum mengalami haid.
 bayi disusui secara eklusif dan sering, sepanjang siang dan
malam.
 bayi berusia kurang dari 6 bulan b. Efektifitas

 Efektifas
Efektifitas MAL sangat tinggi sekitar 98 % apabila
digunakan secara benar dan memenuhi persyaratan seperti
digunakan selama enam bulan pertama setelah melahirkan sebelum
mendapat haid pasca melahirkan dan menyusui secara eklusif
(tanpa memberikan makanan atau minuman tambahan).

 Cara kerja
Cara kerja dari MAL adalah menunda atau menekan
terjadinya ovulasi. Pada saat laktasi bbatau menyusui, hormon
yang berperan adalah prolaktin dan oksitoksin. semakin sering
menyusui, maka kadar prolaktin meningkat dan hormon
gonadotrophin melepaskan hormon penghambat (inhibitor).
Hormon penghambat akan mengurangi kadar mengurangi kadar
estrogen sehingga tidak terjadi ovulasi

7
 Indikasi
Metode amenorea laktasi (MAL) dapat digunakan oleh
wanita yang ingin menghindari kehamilan dan memenuhi kriteria
sebagai berikut:
o Wanita yang menyusui secara eksklusif.
o Ibu pasca melahirkan dan bayinya berumur kurang dari 6
bulan.
o Wanita yang belum mendapatkan haid pasca melahirkan.

 Kontraindikasi yang tidak dapat menggunakan MAL


1) Wanita pasca melahirkan yang sudah mendapat haid.
2) Wanita yang tidak menyusui secara eksklusif.
3) Wanita yang bekerja dan terpisah dari bayinya lebih dari 6 jam

b) Senggama Terputus (koitus interuptus)


 Definisi
Penarikan penis dari vagina sebelum terjadinya ejakulasi.
Hal ini berdasarkan kenyataan bahwa pria menyadari sebelumnya
akan ada terjadi ejakulasi, dan dalam waktu kira-kira 1 detik
sebelum ejakulasi terjadi digunakan untuk menarik penis keluar
dari vagina. Cara Kerja Alat kelamin (Penis) dikeluarkan sebelum
ejakulasi sehingga sperma tidak masuk ke dalam vagina sehingga
kehamilan dapat dicegah. Keuntungan dari cara ini adalah tidak
membutuhkan biaya, alat maupun.

 Indikasi
1. Pria yang ingin berpartisipasi aktif dalam keluarga berencana
2. Pasangan yang tidak ingin memakai metode KB lainnya.
3. Pasangan yang memerlukan kontrasepsi dengan segera
4. Pasangan yang memerlukan metode sementara, sambil
menunggu metode yang lainnya.

8
5. Pasangan yang memerlukan metode pendukung serta Pasangan
yang melakukan hubungan seksual tidak teratur.

 Kontraindikasi
1. Pria dengan pengalaman ejakulasi dini.
2. Pria yang sulit melakukan sanggama terputus.
3. Pria yang memiliki kelainan fisik atau psikologis.
4. Perempuan yang mempunyai pasangan yang sulit bekerja sama.
5. Pasangan yang kurang dapat saling berkomunikasi dan
pasangan yang tidak bersedia melakukan sanggama terputus.

c) Suhu basal
 Definisi dan Tujuan
Suhu basal adalah suhu yang diukur waktu pagi segera
setelah bangun tidur dan sebelum melakukan aktivitas apa-apa.
Tujuan pencatatan suhu basal untuk mengetahui kapan terjadinya
masa subur/ovulasi. Suhu basal tubuh diukur dengan alat yang
berupa termometer basal. Termometer basal ini dapat digunakan
secara oral, per vagina, atau melalui dubur dan ditempatkan pada
lokasi serta waktu yang sama selama 5 menit. Suhu normal tubuh
sekitar 35,5-36 derajat Celcius. Pada waktu ovulasi, suhu akan
turun terlebih dahulu dan naik menjadi 37-38 derajat kemudian
tidak akan kembali pada suhu 35 derajat Celcius.
Pada saat itulah terjadi masa subur/ovulasi. Metode suhu
tubuh dilakukan dengan wanita mengukur suhu tubuhnya setiap
hari untuk mengetahui suhu tubuh basalnya. Setelah ovulasi suhu
basal (BBt / basal body temperature) akan sedikit turun dan akan
naik sebesar (0,2°C – 0,4°C) dan menetap sampai masa ovulasi
berikutnya. Hal ini terjadi karena setelah ovulasi hormone
progesterone disekresi oleh korpus luteum yang menyebabkan
suhu tubuh basal wanita naik.

9
Adapun kelemahan dari metode ini adalah membutuhkan
motivasi, perlu diajarkan oleh spesialis keluarga berencana alami,
suhu tubuh basal dipengaruhi oleh penyakit, apabila suhu tubuh
tidak diukur pada sekitar waktu yang sama setiap hari akan
menyebabkan ketidakakuratan suhu tubuh basal, tidak mendeteksi
permulaan masa subur sehingga mempersulit untuk mencapai
kehamilan, membutuhkan masa pantang yang lama, karena ini
hanyalah mendeteksi pasca ovulasi. Sedangkan keuntungan dari
metode ini adalah meningkatkan pengetahuan dan kesadaran
pasangan terhadap masa subur, membantu wanita yang mengalami
siklus tidak teratur dengan cara mendeteksi ovulasi, dapat
membantu menunjukan perubahan tubuh lain seperti lender
serviks, berada dalam kendali wanita, dapat digunakan mencegah
atau meningkatkan kehamilan. Efek samping pantang yang
terlampau lama dapat menimbulkan stress atau frustasi. Hal ini
dapat diatasi dengan pemakaian kondom atau tablet wanita
sewaktu senggama. Daya guna teoritis adalah 15 kehamilan per
100 wanita pertahun. Daya guna pemakaian adalah 20–30
kehamilan per 100 wanita/tahun.

 Indikasi
1) Wanita yang mau mengamati tanda kesuburan.
2) Wanita yang mempunyai siklus haid yang cukup teratur.
3) Pasangan dengan tidak dapat menggunakan metode lain.
4) Tidak keberatan jika terjadi kehamilan.

 Kontraindikasi
1) Wanita yang mau mengamati tanda kesuburan
2) Wanita yang mempunyai siklus haid yang cukup teratur
3) Pasangan dengan tidak dapat menggunakan metode lain.
4) Tidak keberatan jika terjadi kehamilan

10
d) Metode lendir serviks
 Definisi
Metode lendir serviks adalah metode mengamati kualitas
dan kuantitas lendir serviks setiap hari. Periode subur ditandai
dengan lendir yang jernih, encer, dan licin. Metode lendir serviks
yakni pengamatan dilakukan pada lendir serviks. Pengamatan
lendir serviks dapat dilakukan dengan merasakan perubahan rasa
pada vulva sepanjang hari dan melihat langsung lendir pada waktu
tertentu. Menjelang ovulasi lendir ini akan mengandung banyak air
(encer) sehingga mudah dilalui sperma. Setelah ovulasi lendir
kembali menjadi lebih padat. Jika lendir mulai keluar atau bagi
wanita yang mengalami keputihan (sering mengeluarkan lendir)
lendir mengencer, bergumpal-gumpal dan lengket, hal ini
menunjukan akan terjadi ovulasi. Sehingga senggama harus
dihindari dengan menggunakan alat kontrasepsi.
Pada puncak masa subur, yaitu menjelang dan pada saat
ovulasi lendir akan keluar dalam jumlah lebih banyak menjadi
transparan, encer dan bening seperti putih telur dan dapat ditarik
diantara dua jari seperti benang. Tiga hari setelah puncak masa
subur dapat dilakukan senggama tanpa alat kontrasepsi. Kelebihan
dari metode ini adalah mudah digunakan, tidak memerlukan biaya,
metode mukosa serviks merupakan metode keluarga berencana
alami lain yang mengamati tanda-tanda kesuburan. Sedangkan
kekurangannya yaitu tidak efektif bila digunakan sendiri,
sebaiknya dikombinasikan dengan metode kontrasepsi lain, tidak
cocok untuk wanita yang tidak menyukai menyentuh alat
kelaminnya, wanita yang memiliki infeksi saluran reproduksi dapat
mengaburkan tanda-tanda kesuburan, wanita yang menghasilkan
sedikit lendir. Efek sampingnya yaitu persoalan timbul bila terjadi
kegagalan/kehamilan.

11
 Indikasi
1) Semua perempuan semasa reproduksi, baik siklus haid teratur
maupun tidak teratur, tidak haid baik karena menyusui maupun
pramenopause.
2) Semua perempuan dengan paritas berapa pun termasuk
nulipara.
3) Perempuan kurus atau gemuk.
4) Perempuan yang merokok.
5) Perempuan dengan alasan kesehatan tertentu seperti hipertensi
sedang, varises, dismenorea, sakit kepala sedang atau hebat,
mioma uteri, endometritis, kista ovarii, anemia defisiensi besi
6) Hepatitis virus, malaria, trombosis vena dalam, atau emboli
paru.

 Kontraindikasi
1) Perempuan yang dari segi umur, paritas atau masalah
kesehatannya membuat kehamilan menjadi suatu kondisi risiko
tinggi.
2) Perempuan sebelum mendapat haid (menyusui, segera setelah
abortus), kecuali MOB.
3) Perempuan dengan siklus haid yang tidak teratur, kecuali MOB
4) Perempuan yang pasangannya tidak mau bekerjasama
(berpantang) selama waktu tertentu dalam siklus haid.

e) Sistem kelender
 Definisi
Cara/metode kontrasepsi sederhana yang dilakukan oleh
pasangan suami istri dengan tidak melakukan senggama atau
hubungan seksual pada masa subur /ovulasi. Prinsip metode
pantang berkala ini adalah tidak melakukan senggama pada masa
subur yaitu pertengahan siklus haid atau ditandai dengan keluarnya

12
lendir encer dari liang vagina. Untuk menghitung masa subur
digunakan rumus siklus terpanjang dikurangi 11 hari dan siklus
terpendek dikurangi 18 hari. Dua angka yang diperoleh merupakan
range masa subur. Dalam jangka waktu subur tersebut harus
pantang sanggama, dan diluarnya merupakan masa aman.
Keuntungan dari metode ini adalah metode kalender atau pantang
berkala lebih sederhana, dapat digunakan oleh setiap wanita yang
sehat, tidak membutuhkan alat atau pemeriksaan khusus, tidak
mengganggu pada saat berhubungan seksual, tidak memerlukan
biaya dan tempat pelayanan kontrasepsi, tidak ada efek samping.
Keterbatasan / kekurangan antara lain memerlukan
kerjasama yang baik antara suami istri, harus ada motivasi dan
disiplin pasangan dalam menjalankannya, pasangan suami istri
tidak dapat melakukan hubungan seksual setiap saat, pasangan
suami istri harus tahu masa subur dan masa tidak subur, harus
mengamati sikus menstruasi minimal enam kali siklus, siklus
menstruasi yang tidak teratur (menjadi penghambat), lebih efektif
bila dikombinasikan dengan metode kontrasepsi lain.

 Indikasi
1) Semua perempuan semasa reproduksi, baik siklus haid teratur
maupun tidak teratur, tidak haid baik karena menyusui maupun
pramenopause.
2) Semua perempuan dengan paritas berapa pun termasuk
nulipara.
3) Perempuan dengan alasan kesehatan tertentu antara lain
hipertensi sedang, varises, disminorea sakit kepala sedang atau
hebat.

13
 Kontraindikasi
1) Perempuan dengan umur, paritas atau masalah kesehatan yang
membuat kehamilan menjadi suatu kondisi resiko tinggi
2) Perempuan sebelum mendapat haid(menyusui, segera setelah
abortus).
3) Perempuan dengan siklus haid yang tidak teratur.

II. Alat Kontrasepsi Menggunakan Alat1


1) Kondom
a. Kondom pria.
Kondom untuk pria merupakan bahan karet atau lateks,
poliuretan (plastik) atau bahan sejenis yang kuat, tipis, dan
elastis.Benda tersebut ditarik menutupi penis yang sedang ereksi
untuk menangkap semen selama ejakulasi untuk mencegah sperma
masuk kedalam sperma. Kondom lateks dan poli uretan merupakan
kondom yang efektif untuk mencegah penularan HIV dan
mengerangi resiko penyakit menular seksual. Satu-satunya alasan
kegagalan kontrasepsi adalah defek pada kondom itu sendiri.
Defek yang dimaksud antara lain kelemahan bahan, yang dapat
menyebabkan kondom robek akibat dorongan ejakulasi atau ada
lubang yang sangat kecil, yang membuat kondom tidak efektif.
Walaupun penggunaan kondom telah di gunakan secara
luas, beberapa pasangan masih memiliki perasan negative terhadap
kondom. Beberapa pasangan merasa kondom membuat sensasi
terasa tumpul, beberapa yang lain merasa bahwa kondom
menciptakan penghalang diantara mereka saat mereka
menginginkan persaan utuh yang diperoleh selama hubungan
seksualnya.

14
b. Kondom wanita.
Kondom terbuat dari lapisan polyiretane tipis dengan
cincin dalam yang fleksibel dan dapat digerakkan pada ujung yang
tertutup, yang dimasukkan ke dalam vaginadan cincin kaku yang
lebih besar pada ujung terbuka di bagian depan yang tetap berada
diluar vagina dan melindungi introitus. Kondom wanita hanya
memiliki 1 ukuran dan tidak perlu dipasang oleh pemberi pelayan
kesehatan professional. Kondom tersebut harus di lumasi terlebih
dahulu dan tersedia sekaligus dengan pelumas tambahan atau
sediaan spermisida dapat digunakan bersama dengan kondom
tersebut. Kondom untuk wanita tidak hanya mencegah kehamilan
tetepi juga merupakan alat yang efektif melawan HIV, gonorea,
klamidia dan trikomoniasis bila digunakan dengan benar. Apabila
di bandingkan dengan kondom untuk pria, kondom ini
memungkinkan resiko yang lebih kecil terhadap PMS yang
ditularkan lewat kulit, seperti human papiloma virus ( HPV / kutil
genetalia), virus herves simpleks (HSV) , sifilis dan kangkroid,
karena alat kontrasepsi tersebut menutupi sebagian besar area,
yang sepadan dan menjadi penghalang antara indroitus, vulva, dan
pangkal penis.

 Definisi
Kondom merupakan selubung/sarung karet yang terbuat
dari berbagai bahan diantaranya lateks (karet), vilin (plastik) atau
bahan alami (produksi hewan) yang dipasang pada penis saat
berhubungan seksual. Kondom terbuat dari karet sintesis yang
tipis, berbentuk silindris, dengan muaranya berpinggir tebal, yang
bila digulung berbentuk rata atau mempunyai bentuk seperti
putting susu. Beberapa bahan telah ditambahkan pada kondom
baik untuk meningkatkan efektifitasnya (misalnya menambahkan
spermisida) maupun sebagai aksesoris aktifitas seksual. Kondom

15
menghalangi masuknya spermatozoa kedalam taktus genetalia
interna vagina. Modifikasi tersebut dilakukan dalam hal : bentuk,
warna, pelumas, bahan. Kondom adalah suatu karet tipis, berwarna
atau tidak berwarna, dipakai untuk menutupi zakar yang tegang
sebelum dimasukan ke dalam vagina sehingga mani tertampung
didalamnya dan tidak masuk vagina, dengan demikian mencegah
terjadinya pembuahan. Kondom yang menutupi zakar yang
berguna untuk mencegah penularan penyakit menular
(BKKBN.2008).

 Cara Pemakaian
Kondom ada yang ujungnya biasa, ada pula yang ujungnya
berputing mengeluarkan udara yaang ada, agar tersedia tempat
bagi mani yang akan dikeluarkan gulungan kondom, sebelum
persetubuhan lalu dipasang pada waktu zakar sedang tegang.
Sesudah mani keluar, mani tertampung diujung kondom dan
sewaktu zakar ditarik keluar, jagalah jangan sampai ada cairan
yang tumpah. Peganglah kondom pada waktu menarik zakar
keluar. Buanglah kondom setelah sekali pakai. (Prawirohardjo,
Sarwono.2008)

 Cara Kerja
1) Kondom menghalangi terjadinya pertemuan sperma dan sel
telur dengan cara mengemas sperma dijung selubung karet
yang dipasang pada penis sehingga sperma tersebut tidak
tercurah kedalam saluran reproduksi perempuan
2) Mencegah penularan mikroorganisme Q (MS termasuk HIV /
AIDS ) dari satu pasangan ke pasangan yang lain (khusus
kondom yang terbuat dari lateks dan vilin)

16
 Indikasi Pemakaian Kondom
1) 6 minggu sesudah vasektomi C samapai mani tidak
mengandung spermatozoa lagi, yang seperti dketahui dengan
pemeriksaan laboratorium.
2) Sementara menunggu pemeriksaan AKDR.
3) Sementara sedang menunggu haid untuk pemakaian pil yang
diminum.
4) Apabila kelupaan minum pil dalam jangka waktu lebih dari 36
jam.
5) Apabila diduga ada penyakit kelamin sementaramenunggu
diagnosis yang pasti.
6) Bersamaan dengan pemakaian spermiside.
7) Dalam keadaan darurat, bila tidak ada kontrasepsi yang
tersedia atau yang dipakai.
8) Sebagai cara yang dipilih oleh pasangan-pasangan tertentu

 Kontraindikasi
1. Absolut
a. Pria dengan ereksi yang tidak baik.
b. Riwayat syok septik.
c. Tidak bertannggung jawab secara seksual.
d. Interupsi seksual foreplay menghalangi minat seksual.
e. Alergi terhadap karet atau lurikan pada patner seks.
2. Relatif
Interupsi seksual foreplay yang mengganggu ekspresi seksual

 Efektivitas
Kondom cukup efektif bila dipakai secara benar pada
setiap kali berhubungan seksual. Pada beberapa pasangan,
pemakaian kondom tidak efektif karena tidak dipakai secara
konsisten. Secara ilmiah didapatkan hanya sedikit angka kegagalan

17
kondom yaitu 2 -12 kehamilan per 100 perempuan pertahun.

 Keterbaasan.
1) Efektifitas tidak terlalu tinggi.
2) Cara pemakaian sangat mempengaruhi keberhasilan
kontrasepsi.
3) Agak mengganggu hungan seksual (mngurangi sentuhan
langsung)
4) Pada beberapa klien bisa menyebabkan kesulitan untuk
mempertahankan ereksi.
5) Harus selalu tersedia setiap kali berhubungan seksual
6) Beberapa klien malu untuk membeli kondom ditempat umum
7) Pembuangan kondom bekas mungkin menimbulkan masalah
dalam hal limbah

 Keuntungan
1) Mencegah kehamilan.
2) Memberi pelindungan terhadap penyakit-penyakit akibat
hubungan seksual (PMS)
3) Dapat diandalkan, Relatif murah
4) Sederhana, ringan dan disposible
5) Tidak memerlukan pemeriksaan medis, supervisi atau pollow-
up
6) Reversible
7) Pria ikut serta aktif dalam program KB

 Efek Samping Dan Cara Penanggulangannya


1) Adanya rasa nyeri dan panas akibat : alergi terhadap karet
kondom (jarang didapati) dan lecet-lecet pada kemaluan pria
akibat pemakaian tergesa-gesa / kurangnya pelicin.

18
Pengobatan :
- Bila sebab alergi, hentikan pemakaian kondom, ganti
dengan cara lain
- Bila akibat kurang licinnya kondom, dianjurkan untuk
memakai kondom yang mempunyai zat pelicin.
Pemakainan kondom jangan terburu-buru

2) Kondom tidak terlihat terpasang pada kemaluan pria dan


wanita merasa terdapat sesuatu dalam liang senggama. Bila
terlalu lama dibiarkan kadang-kadang laing sengama wanita
berbau busuk. Akibat air mani yang membahu karena adanya
benda asing didalamnya dan terjadi infeksi. Penganggulangan
dan pengobatan : Keluarkan kondom dari liang senggama
wanita dan bersihkan liang sengama wanita dengan antiseptik.
Bila terdapat infeksi beri antibiotik

3) Kondom rusak atau diperkirakan bocor (sebelum digunakan).


Penanganan:
a. Buang dan pakai kondom baru atau pakai spermasida
digabung kondom
b. Kondom bocor atau dicurigai ada curahan divaagina saat
berhubungan.

2) Diafragma.
 Definisi
Diafragma merupakan penghalang mekanis antara sperma
dan sel telur. Alat ini berbentuk kubah, terbuat dari jenis karet
lateks yang lebih tebal dari pada kondom dan memiliki pegas
logam fleksibel pada bingkai diagfragma pegas tersebut
memungkinkan penekanan ketika diagfragma dimasukan sehingga
diafragma dapat kembali kebentuk seperti semula dan mengikuti

19
bentuk dalam jaringan vagina ketika ditempatkan didalam. Ketika
berada dalam posisi yang benar ,dengan sisi kubah berada dibawah
dan bingkai diagfragma menempel ketat pada dinding vagina
anterior dan lateral, diagfragma secara keseluruhan dapat menutupi
serviks. Penghalang tersebut bila dikombinasikan dengan jelly atau
dengan krim spermisida yang dioles mengelilingi bingkai
diagfragma dan didalam kuba, dapat menolak sperma masuk
kelubang serviks sehingga sperma tidak bertemu sel telur.
Diafragma juga memberi perlindungan terhadap PMS,
seperti klamidia dan ghonorea yang menyebabkan dysplasia
serviks dan penyakit radang panggul. Diafragma tidak dapat
melindungi wanita dari HIV . Saat ini ada 4 jenis Diafragma yang
berbeda konstruksi pegas logam pada bingkainya serta lebar
bingkai diafragma:
 Pegas datar; pegas pada diafragma ini terbuat dari lapisan
tipis baja stainless yang sangat ringan.
 Pegas kumparan; pegas pada diafragma ini merupakan
kumparan melingkar yang fleksibel dengan kekuatan sedang.
 Pegas lengkung; pegas pada diafragma ini merupakan
kombinasi pegas datar dan pegas kumparan .
 Bingkai tutup lebar; tersedia pada bentuk pegas kumparan
ataupun pegas lengkung

 . Kontradikasi
a) Prolaps uterus yang parah (penurunan) (derajat kedua atau
ketiga)
b) Sistokel (derajat dua atau tiga)
c) Antervensi atau retroversi uterus yang berat
d) Fistula vesikovagina atau rektro vagina
e) Alergi terhadap karet diagfragma atau terhadap sediaan
spermisida yang terdapat didalam diagfragma

20
3) Cervical Cap.
Penutup serviks yang terbuat dari karet lateks dan
berbentuk bundar kerucut, dengan cincin tebal yang sesuai dengan
bentuk serviks , sehingga dapat melekat erat pada serviks, tetapi tidak
menekan kedalam forniks serviko vaginal. Pada prinsipnya, cervical
cap tidak seperti diafragma yang menciptakan penghalang terhadap
sperma dengan cara menutupi serviks dan juga menampung
spermisida untuk mencegah kehamilan. Cara tersebut dapat
mengurangi risiko penyakit menular seksual , tetapi tidak dapat
melindungi terhadap HIV. Sejumlah kontraindikasi yang berkaitan
dengan penggunaan cervical cap adalah sebagai berikut :
a) Hasil Pap smear baru-baru ini tidak normal
b) Adanya keganasan uterus atau serviks
c) Riwayat sindrom syok toksis d
d) Infeksi serviks atau vagina yang terjadi baru-baru ini
e) Alergi terhadap lateks dan spermisida.

4) Pelindung Lea
 Definisi
Pelindung Lea merupakan alat yang menggunakan karet
silikon dengan diameter 55 mm, dan hanya memiliki satu ukuran.
Apabila wanita ingin menggunakannya , tidak diperlukan
pengepasan. Apabila digunakan bersama spermisida, angka
keberhasilannya jauh melebihi metode kontrapsesi lain.

5) FemCap.
Alat ini sejenis cervical cap yang terbuat dari karet silikon
non-alergi . Alat ini dapat masuk kedalam serviks dan memiliki tepi
yang luas (seperti topi pelaut) yang menciptakan alur diantara kubah
dan topi tersebut. Topi penutup melekatkan FemCap jauh lebih kecil,
tetapi kesulitan untuk melepasnya jauh lebih besar kendati alat ini

21
memiliki tali pengikat untuk melepasnya. Memasukan dan mencabut
FemCap selama hubungan seksual juga menjadi sebuah permasalah
dan risiko kehamilan pun lebih besar

6) Alat kontrasepsi dalam rahim (AKDR) atau IUD


 Definisi
Merupakan alat kecil terdiri dari bahan plastik yang lentur
yang dimasukkan ke dalam rongga rahim, yang harus diganti jika
sudah digunakan selama periode tertentu. IUD merupakan panjang.
dimasukkan ke dalam rahim yang bentuknya bermacam-macam
terbuat dari plastik, plastik yang dililit tembaga. Cara kerja Yaitu
menghambat kemampuan sperma untuk masuk ketubba fallopi dan
mempengaruhi fertilitasi sebelum ovum mencapai kavum uteri.

 Indikasi
a) Usia reproduksi (25–49 tahun).
b) Menginginkan menggunakan kontrasepsi jangka panjang
c) Menyusui yang menginginkan menggunakan kontrasepsi.
d) Setelah Abortus dan tidak terlihat adanya infeksi
e) Resiko rendah dan IMS (infeksi menular seksual)
f) Tidak menghendaki metode hormonal.

 Kontraindikasi
a) Sedang hamil atau kemungkinan hamil
b) Perdarahan pervaginam yang tidak diketahui (sampai dapat di
evaluasi).
c) Sedang menderita infeksi alat genital (Vaginitis servisitif).
d) Ukuran rongga rahim kurang dari 5 cm dan tumor jinak rahim.

22
 Efek samping
a) Terjadi perdarahan yang lebih banyak dan lebih lama pada
masa menstruasi.
b) Keluar bercak-bercak darah (Spotting) setelah lama 2 hari
pemasangan.
c) Kram atau nyeri selama menstruasi.
d) Keputihan

D. Syarat dilakukannya KB Non Hormonal1


1. Akan sangat efektif apabila digunakan secara tepat
2. Adanya ketersediaan dan kedisiplinan akseptor dalam mengikuti
instruksi dalam pemakaian KB Non Hormonal
3. Diperlukan keterlibatan dan pemahaman suami dengan adanya
pengertian yang mendalam

E. Keuntungan KB Non Hormonal1


1. Efektif
2. Aman
3. Morbiditas rendah dan hampir tidak ada mortalitas
4. Harga terjangkau.

23
DAFTAR PUSTAKA

Prawihardjo, Sarwono. (2016). Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi.


Jakarta : PT. Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo

24

Anda mungkin juga menyukai