BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Post Operasi adalah masa setelah dilakukan pembedahan yang dimulai saat
Tahap pasca-operasi dimulai dari memindahkan pasien dari ruangan bedah ke unit
pasca-operasi dan berakhir saat pasien pulang (Uliyah & Hidayat, 2014).
9
10
1. Mayor
Operasi yang melibatkan organ tubuh secara luas dan mempunyai tingkat
2. Minor
Menurut Baradero (2012) komplikasi post operasi yang akan muncul antara lain
yaitu hipotensi dan hipertensi. Hipotensi didefinisikan sebagai tekanan darah systole
kurang dari 70 mmHg atau turun lebih dari 25% dari nilai sebelumnya. Hipotensi
dapat disebabkan oleh hipovolemia yang diakibatkan oleh perdarahan dan overdosis
obat anestetika. Hipertensi disebabkan oleh analgesik dan hipnosis yang tidak
adekuat, batuk, penyakit hipertensi yang tidak diterapi, dan ventilasi yang tidak
adekuat.
dengan manifestasi klinis yaitu gelisah, gundah, terus bergerak, merasa haus, kulit
dingin-basah-pucat, nadi meningkat, suhu turun, pernafasan cepat dan dalam, bibir
10
11
2.2.1 Pengertian
Fraktur adalah terputusnya kontinuitas tulang dan ditentukan sesuai jenis dan
luasnya, fraktur terjadi jika tulang di kenai stress yang lebih besar dari yang dapat
Fraktur adalah terputusnya kontinuitas tulang yang di tandai oleh rasa nyeri,
dkk, 2012).
Fraktur femur adalah terputusnya kontinuitas batang femur yang bias terjadi
akibat trauma langsung (kecelakaan lalu lintas, jatuh dari ketinggian), dan biasanya
lebih banyak dialami oleh laki-laki dewasa. Patah pada daerah ini dapat menimbulkan
perdarahan yang cukup banyak, mengakibatkan pendertia jatuh dalam syok (Muttaqin
2.2.2 Klasifikasi
Ada lebih dari 150 klasifìkasi fraktur, fraktur tertutup (fraktur simpel) adalah
fraktur yang tidak menyebabkan robeknya kulit atau kulit tidak ditembus oleh
compound) merupakan fraktur dengan luka pada kulit atau membran mukosa sampai
ke patahan tulang. Konsep penting yang harus diperhatikan pada fraktur terbuka
adalah apakah terjadi kontaminasi oleh lingkungan pada tempat terjadinya fraktur
tersebut. Sehingga fraktur terbuka terbagi dalam beberapa gradasi. Gradasi fraktur
terbuka dibagi menjadi tiga; grade I dengan luka bersih kurang dari 1 cm panjangnya,
11
12
grade II luka lebih luas tanpa kerusakan jaringan lunak yang ekstensif, dan grade III
Fraktur komplit adalah patah pada seluruh garis tengah tulang dan biasanya
mengalami pergeseran (bergeser dari posisi normal). Sebaliknya fraktur tidak komplit
terjadi ketika tulang yang patah hanya terjadi pada sebagian dan garis tengah tulang
Klasifikasi patah tulang ditìnjau menurut sudat patah rendah atas fraktur
transversal, fraktur oblìk dan fraktur spiral. Fraktur transversa adIaah fraktur yang
garis patahnya agak lurus terhadap sumbu panjang tulang. Pada fraktur semacam ini,
semula, maka segmen-segmen itu akan stabil, dan biasanya mudah dikontrol dengan
bidai gips. Fraktur oblìk adalah fraktur yang garis patahnya berbentuk sudut terhadap
tulang. Fraktur ini tidak stabil dan sulit diperbaiki. Sedangkan fraktur spiral adalah
frakrur meluas yang mengelilingi tulang. Fraktur memuntir biasanya terjadi di seputar
batang tulang, timbul akibat torsi pada ekstremitas dan merupakan jenis fraktur
rendah energi yang hanya menimbulkan sedikit kerusakan jaringan Iunak serta
cenderung cepat sembuh dengan imobilisasi luar (Lukman dan Ningsih, 2014).
Fisura, disebabkan oleh beban lama atan trauma ringan yang terus menerus
yang disebut fraktur kelelahan, misalnya diafisis metatarsal, Fraktur impaksi adalah
fraktur kompresì adalah fraktur di mana antara dua tulang mengalami kompresi pada
12
13
tulang ketiga yang berada diantaranya (terjadi pada tulang belakang) (Lukman dan
Ningsih, 2014).
a. Fraktur komplet adalah patah pada seluruh garis tengah tulang dan biasanya
b. Fraktur tidak komplet, patah hanya terjadi pada sebagian dari garis tengah tulang.
pada kulit atau membrana mukosa sampai ke patahan tulang. Fraktur terbuka
digradasi menjadi: Grade I dengan luka bersih kurang dan 1 cm panjangnya, Grade
II luka lebih luas tanpa kerusakan jaringan lunak yang ekstensif, dan Grade III,
Gambar 2.1
Berbagai Tipe Fraktur (Simpel, Terbuka, Kominutif dan Greenstick)
Menurut Smeltzer dan Bare (2014), fraktur juga digolongkan sesuai pergeseran
anatomis fragmen tulang fraktur bergeser dan tidak bergeser sebagai berikut.
13
14
a. Greenstick, yaitu fraktur di mana salah satu sisi tulang patah sedang sisi lainnya
membengkok.
c. Oblik, yaitu fraktur membentuk sudut dengan garis tengah tulang (lebih tidak
f. Depresi, yaitu fraktur dengan fragmen patahan terdorong ke dalam (sering terjadi
g. Kompresi, yaitu fraktur di mana tulang mengalami kompresi (terjadi pada tulang
belakang).
h. Patologik, yaitu fraktur yang terjadi pada daerah tulang berpenyakit (kista tulang,
i. Avulsi, yaitu tertariknya fragmen tulang oleh ligamen atau tendo pada
perlekatannya.
lainnya.
14
15
Gambar 2.2
Berbagai tipe fraktur (transversal, oblik, spiral, impaksi, depresi,
kompresi, dan avulsi)
Tulang terdiri dari sel-sel yang berada pada ba intra-seluler. Tulang berasal dari
embrionic hyaline cartilage yang mana melalui proses osteogenesis menjadi tulang.
Proses ini dilakukan oleh sel-sel yang disebut osteoblast. Proses mengerasnya tulang
akibat penimbunan garam kalsium. Dalam tubuh manusia terdapat 206 tulang yang
a. Tulang panjang (Femur, Humerus) yang terdiri dari batang tebal panjang yang
disebut diafisis dan dua ujung yang disebut epifisis. Di sebelah proksimal dari
epifisis terdapat metafisis. Di antara epifisis dan metafisis terdapat daerah tulang
rawan yang tumbuh, yang disebut lempeng epifisis atau lempeng pertumbuhan.
15
16
Tulang rawan digantikan oleh sel-sel tulang yang dihasilkan oleh osteoblas, dan
tulang memanjang. Batang dibentuk oleh jaringan tulang yang padat. Epifisis
dibentuk dari spongy bone (cancellous atau trabecular). Pada akhir tahun-tahun
remaja tulang rawan habis, lempeng epifisis berfusi, dan tulang berhenti tumbuh.
Batang suatu tulang panjang memiliki rongga yang disebut kanalis medularis.
b. Tulang pendek (carpals) dengan bentuk yang tidak teratur, dan inti dari
cancellous (spongy) dengan suatu lapisan luar dari tulang yang padat.
c. Tulang pendek datar (tengkorak) terdiri atas dua lapisan tulang padat dengan
d. Tulang yang tidak beraturan (vertebrata) sama seperti dengan tulang pendek.
e. Tulang sesamoid merupakan tulang kecil, yang terletak di sekitar tulang yang
berdekatan dengan persediaan dan didukung oleh tendon dan jaringan fasial,
Tulang tersusun atas sel, matriks protein dan deposit mineral. Sel-selnya terdiri
atas tiga jenis dasar, yaitu; osteoblas, osteosit dan osteoklas. Osteoblas berfungsi
mineral anorganik ditimbun. Selanjutnya, osteosit adalah sel dewasa yang terlibat
16
17
dalam pemeliharaan fungsi tulang dan terletak dalam osteon (unit matriks tulang).
Sementara osteoklas adalah sel multinuclear (berinti banyak) yang berperan dalam
osteon terdapat kapiler. Dikelilingi kapiler tersebut merupakan matriks tulang yang
darah, dan limfatik. Lapisan yang paling dekat dengan tulang mengandung osteoblast,
yang merupakan sel pembentuk tulang. Endosteum adalah membran vaskuler tipis
yang menutupi rongga sumsum tulang panjang dan rongga-rongga dalam tulang
terletak dekat endosteum dan dalam lacuna howship (cekungan pada permukaan
tulang).
17
18
Gambar 2.3
Anatomi Tulang
Struktur tulang dewasa terdiri dari 30% bahan organik (hidup) dan 70%
endapan garam. Bahan organik disebut matriks, dan terdiri dari lebih dari 90% serat
kolagen dan kurang dari 10% proteoglikan (protein plus sakarida). Deposit garam
terutama adalah kalsium dan fosfat, dengan sedikit natrium, kalium karbonat, dan ion
18
19
hidup. Pembentukan tulang ditentukan oleh rangsangan hormon, faktor makanan, dan
jumlah stres yang dibebankan pada suatu tulang, dan terjadi akibat aktivitas sel-sel
pertama kali dibentuk, matriks tulang disebut osteoid. Dalam beberapa hari garam-
garam kalsium mulai mengendap pada osteoid dan mengeras selama beberapa
minggu atau bulan berikutnya. Sebagian osteoblast tetap menjadi bagian dari osteoid,
suatu sistem saluran mikroskopik di tulang. Kalsium adalah salah satu komponen
yang berperan terhadap tulang, sebagian ion kalsium di tulang tidak mengalarni
kristalisasi. Garam nonkristal serat kolagen dan kurang dari 10% proteoglikan
Deposit garam terutama adalah kalsium dan fosfat, dengan sedikit natrium,
kalium karbonat, dan ion magnesium. Garam-garam menutupi matriks dan berikatan
19
20
2.2.4 Etiologi
Umumnya fraktur disebabkan oleh trauma atau aktivitas fisik dimana terdapat
tekanan yang berlebihan pada tulang. Fraktur lebih sering terjadi pada laki-laki
daripada perempuan dengan umur dibawah 45 tahun dan sering berhubungan dengan
olahraga, pekerjaan atau luka yang disebabkan oleh kecelakaan kendaraan bermotor
a. Trauma langsung
akan menyebabkan fraktur pada daerah tekanan. Fraktur yang terjadi biasanya
Apabila trauma di hantarkan ke daerah yang lebih jauh dari daerah fraktur,
trauma tersebut disebut trauma tidak langsung, misalnya jatuh dengan tangan
ekstensi dapat menyebabkan fraktur pada klavikula. Pada keadaan ini jaringan
c. Fraktur yang terjadi ketika tekanan atau tahanan yang menimpa tulang lebih besar
d. Keadaan kelaianan patologik adalah trauma yang terjadi seperti kondisi defisiensi
vitamin D, Osteoporosis.
20
21
f. Usia penderita.
a. Ekstrinsik meliputi kecepatan dan durasi trauma yang mengenai tulang, arah dan
kekuatan trauma.
Fraktur biasanya disebabkan oleh adanya trauma abduksi tibia terhadap femur
saat kaki terfiksasi pada dasar, misalnya trauma sewaktu mengendarai mobil dan juga
pemuntiran tiba-tiba, dan bahkan kontraksi otot yang berlebihan (Muttaqin dan Sari,
2014).
2.2.5 Patofisiologi
Fraktur femur terbuka, pada kondisi trauma, diperlukan gaya yang besar untuk
mematahkan batang femur pada orang dewasa. Kebanyakan fraktur ini terjadi pada
pria muda yang mengalami kecelakaan kendaraan bermotor atau mengalami jatuh dan
Secara klinis, pada fraktur femur terbuka biasanya akan ditemukan juga kerusakan
baik syok hipovolemik karena kehilangan darah (pada setiap patah satu tulang femur
diprediksi akan hilangnya darah 500 cc dan sistem vaskular), maupun syok
21
22
neurogenic disebabkan rasa nyeri yang sangat hebat akibat kompresi atau kerusakan
mobilitas fisik dan akan diikuti dengan adanya spasme otot paha yang memberikan
manifestasi deformitas khas pada paha yaitu pemendekan tungkai bawah dan apabila
kondisi ini berlanjut tanpa dilakukan intervensi yang optimal maka akan memberikan
risiko terjadinya malunián pada tulang femur. Kondisi klinik dan fraktur femur
terbuka pada fase awal akan memberikan implikasi pada berbagai masalah
keperawatan pada pasien, meliputi respons nyeri hebat akibat rusaknya jaringan lunak
dan kompresi saraf, risiko tinggi injuri pada jaringan akibat kerusakan vaskular
dengan pembengkakan lokal, risiko syok hipovolemik yang merupakan sekunder dan
cedera vaskular dengan perdanahan hebat, hambatan mobilitas fisik sekunder dan
kerusakan fragmen tulang serta adanya risiko tinggi infeksi sekunder dan port de
entree luka terbuka. Pada fase lanjut dan fraktur femur terbuka membenikan implikasi
pada kondisi terjadinya malunion, nonunion dan delayed union akibat dan cara
Kebanyakan fraktur ini terjadi pada pria muda yang mengalami kecelakaan
kendaraan bermotor atau jatuh dan ketinggian. Biasanya, pasien ini mengalami
atau keganasan tulang paha yang menyebabkan fraktur patologis dengan tidak adanya
22
23
neurogenik disebabkan rasa nyeni yang sangat hebat yang dialami oleh pasien.
Kerusakan fragmen tulang femur akan diikuti dengan adanya spasme otot paha yang
bawah, dan apabila kondisi ini berlanjut tanpa dilakukan intervensi yang optimal
maka akan memberikan risiko terjadinya malunion pada tulang femur (Muttaqin dan
Sari, 2014).
2.2.6 Komplikasi
Komplikasi yang terjadi akibat fraktur menurut Mutaqin dan Sari (2014) yaitu :
a. Komplikasi awal
1. Kerusakan arteri. Pecahnya arteri karena trauma dapat di tandai dengan tidak
adanya nadi, sianosis pada bagian distal, hematoma melebar dan rasa dingin
terjebaknya otot, tulang, saraf, dan pembuluh darah dalam jaringan parut.
3. Fat emboli sindrom (FES) adalah komplikasi serius yang sering terjadi pada
kasus fraktur tulang panjang. FES terjadi karena sel-sel lemak yang dihasilkan
bone marrow kuning masuk kealiran pembuluh darah dan menyebabkan kadar
23
24
4. Infeksi. Sistem pertahanan tubuh akan rusak bila ada trauma pada jaringan.
Pada trauma ortopedi, infeksi dimulai pada kulit dan masuk kedalam.
5. Nekrosis faskuler. Terjadi karena aliran darah ke tulang rusak atau terganggu
dalam beberapa hal setelah udema cedera, emboli lemak, yang dapat terjadi
dalam 48 jam atau lebih, dan sindrom kompartemen, yang berakibat kehilangan
b. Komplikasi lanjut
1. Delayed union. Adalah fraktur yang tidak sembuh setelah selang waktu 3-5
bulan untuk anggota gerak atas dan 5 bulan untuk anggota gerak bawah. Hal ini
dibutuhkan tulang untuk menyambung. Hal ini terjadi karena suplai darah ke
tulang menurun.
2. Non-union adalah fraktur yang tidak sembuh antara 6-8 bulan dan tidak
pemendekan.
24
25
imobilisasi, spasme otot yang menyertai fraktur merupakan bentuk bidai alamiah
b. Setelah terjadi fraktur, bagian-bagian tak dapat digunakan dan cenderung bergerak
ekstrimitas yang normal. Ekstrimitas tidak dapat berfungsi dengan baik karena
fungsi normal otot bergantung pada integritas tulang tempat melekatnya otot.
c. Pada fraktur panjang, terjadi pemendekan tulang yang sebenarnya karena kontraksi
d. Saat ekstrimitas di periksa dengan tangan, teraba adanya derik tulang yang
dinamakan krepitus yang teraba akibat gesekan antara fragmen satu dengan yang
lainya.
e. Pembengkakan dan perubahan warna local pada kulit terjadi sebagai akibat dari
trauma dan perdarahan yang mengikuti fraktur. Tanda ini biasanya baru terjadi
setelah beberapa jam atau hari setelah cedera (Smelzter dan Bare, 2014).
25
26
jatuh dengan posisi miring dimana daerah trochanter mayor langsung terbentur
exorotasi yang mendadak dari tungkai bawah. Karena kepala femur terikat kuat
dengan ligamen didalam acetabulum oleh ligamen iliofemoral dan kapsul sendi,
terjadi pada wanita tua (60 tahun keatas) dimana tulang sudah mengalami
osteoporosis.
Fraktur subtrochanter femur ialah dimana garis patah berada 5 cm distal dari
trochanter minor. Mekanisme fraktur biasanya trauma langsung dapat terjadi pada
orang tua biasanya disebabkan oleh trauma yang ringan seperti jatuh dan terpeleset
dan pada orang muda biasanya karena trauma dengan kecepatan tinggi.
kecelakaan lalu lintas dikota-kota besar atau jatuh dari ketinggian. Patah pada
26
27
menimbulkan shock pada penderita. Secara klinis penderita tidak dapat bangun,
bukan saja karena nyeri tetapi juga karena ketidakstabilan fraktur. Biasanya
seluruh tungkai bawah terotasi keluar, terlihat lebih pendek dan bengkak pada
d. Fraktur patella
langsung. Trauma tidak langsung disebabkan karena tarikan yang sangat kuat dari
otot kuadrisep yang membentuk muskulotendineus melekat pada patella. Hal ini
sering disertai pada penderita yang jatuh dimana tungkai bawah menyentuh tanah
terlebih dahulu dan otot kuadrisep kontraksi secara keras, untuk mempertahankan
kestabilan lutut. Fraktur langsung dapat disebabkan penderita jatuh dalam posisi
Mekanisme trauma biasanya terjadi trauma langsung dari arah samping lutut,
dimana kakinya masih terfiksir ditanah. Gaya dari samping ini menyebabkan
permukaan sendi bagian lateral tibia akan menerima beban yang sangat besar yang
sendi bagian lateral tibia, dan kemungkinan yang lain penderita jatuh dari
27
28
langsung. Secara langsung akibat kecelakaan lalu lintas atau jatuh dari ketinggian
lebih dari 4 cm, fraktur yang terjadi biasanya fraktur terbuka. Sedangkan yang
tidak langsung diakibatkan oleh gaya gerak tubuh sendiri. Biasanya fraktur tibia
fibula dengan garis patah spiral dan tidak sama tinggi pada tibia pada bagian distal
sedang fibula pada bagian proksimal. Trauma tidak langsung dapat disebabkan
oleh cedera pada waktu olah raga dan biasanya fraktur yang terjadi yaitu tertutup.
2.2.9 Penatalaksanaan
Menurut Mansjoer (2000) dan Muttaqin dan Sari (2014) konsep dasar yang
a. Rekognisi (Pengenalan)
diagnosa dan tindakan selanjutnya. Contoh, pada tempat fraktur tungkai akan
terasa nyeri sekali dan bengkak. Kelainan bentuk yang nyata dapat menentukan
28
29
tulang yang patah sedapat mungkin kembali lagi seperti letak asalnya. Upaya
optimal. Reduksi fraktur dapat dilakukan dengan reduksi tertutup, traksi, atau
reduksi terbuka.
kebanyakan kasus, reduksi fraktur menjadi semakin sulit bila cedera sudah mulai
mengalami penyembuhan.
c. Retensi (Immobilisasi)
seperti semula secara optimal. Setelah fraktur direduksi, fragmen tulang harus
terjadi penyatuan. Imobilisasi dapat dilakukan dengan fiksasi eksterna atau interna.
Metode fiksasi eksterna meliputi pembalutan, gips, bidai, traksi kontinu, pin, dan
teknik gips, atau fiksator eksterna. Implan logam dapat di gunakan untuk fiksasi
intrerna yang berperan sebagai bidai interna untuk mengimobilisasi fraktur. Fiksasi
eksterna adalah alat yang diletakkan diluar kulit untuk menstabilisasikan fragmen
tulang dengan memasukkan dua atau tiga pin metal perkutaneus menembus tulang
pada bagian proksimal dan distal dari tempat fraktur dan pin tersebut dihubungkan
satu sama lain dengan menggunakan eksternal bars. Teknik ini terutama atau
29
30
kebanyakan digunakan untuk fraktur pada tulang tibia, tetapi juga dapat dilakukan
Prinsip dasar dari teknik ini adalah dengan menggunakan pin yang
diletakkan pada bagian proksimal dan distal terhadap daerah atau zona trauma,
kemudian pin-pin tersebut dihubungkan satu sama lain dengan rangka luar atau
eksternal frame atau rigid bars yang berfungsi untuk menstabilisasikan fraktur.
d. Rehabilitasi
dan mobilisasi.
Ambulasi adalah latihan yang paling berat dimana pasien yang dirawat di
rumah sakit dapat berpartisipasi kecuali dikontraindikasikan oleh kondisi pasien. Hal
ini seharusnya menjadi bagian dalam perencanaan latihan untuk semua pasien.
Ambulasi mendukung kekuatan, daya tahan dan fleksibilitas. Keuntungan dari latihan
30
31
berjalan. Ambulasi dini merupakan tahapan kegiatan yang dilakukan segera pada
pasien paska operasi dimulai dari bangun dan duduk sampai pasien turun dari tempat
tidur dan mulai berjalan dengan bantuan alat sesuai dengan kondisi pasien (Asmadi,
2014).
fraktur karena jika pasien membatasi pergerakannya di tempat tidur dan sama sekali
tidak melakukan ambulasi pasien akan semakin sulit untuk mulai berjalan. Menurut
infeksi saluran kemih. Iritasi kulit dan luka yang disebabkan oleh penekanan,
31
32
selama 10 detik lalu lepaskan, ulangi latihan ini 10-15 kali semampu pasien.
3. Angkat kepala dan bahu dari tempat tidur kemudian rentangkan tangan sejauh
mungkin.
Menurut Smeltzer dan Bare (2014), alat bantu yang digunakan untuk ambulasi
a. Kruk sering digunakan untuk meningkatkan mobilisasi, terbuat dari logam dan
32
33
lofstrand. Kruk biasanya digunakan pada pasien fraktur hip dan ekstremitas
bawah, kedua lengan yang benar-benar kuat untuk menopang tubuh, pasien dengan
b. Canes (tongkat) adalah alat yang ringan, mudah dipindahkan, setinggi pinggang
terbuat dari kayu atau logam, digunakan pada pasien dengan lengan yang mampu
dan sehat, meliputi tongkat berkaki panjang lurus (single straight-legged) dan
c. Walkers adalah suatu alat yang sangat ringan, mudah dipindahkan, setinggi
pinggang dan terbuat dari logam, walker mempunyai empat penyangga yang
kokoh. Klien memegang pemegang tangan pada batang dibagian atas, melangkah
memindahkan walker lebih lanjut, dan melangkah lagi. Digunakan pada pasien
yang mengalami kelemahan umum, lengan yang kuat dan mampu menopang
Bawah
untuk menopang berat badan dan menjaga postur. Beberapa pasien memerlukan
bantuan dari perawat untuk bergerak dengan aman. Berikut ini diuraikan beberapa
mempersiapkan otot untuk berdiri dan berjalan yang dipersiapkan lebih awal ketika
pasien bergerak dari tempat tidur. Sitting balance yaitu membantu pasien untuk
33
34
duduk disisi tempat tidur dengan bantuan yang diperlukan (Berger & Williams,
2014).
ditempat tidur. Aktivitas ini seharusnya dilakukan 2 atau 3 kali selama 10 sampai
dengan 15 menit, kemudian dilatih untuk turun dari tempat tidur dengan bantuan
perawat sesuai dengan kebutuhan pasien. Jangan terlalu memaksakan pasien untuk
Standing balance yaitu melatih berdiri dan mulai berjalan. Perhatikan waktu pasien
turun dari tempat tidur apakah menunjukkan gejala-gejala pusing, sulit bernafas, dan
lain-lain. Tidak jarang pasien tiba-tiba lemas akibat hipotensi ortostatik. Menurut
setelah cedera atau tindakan pembedahan dapat disertai dengan hipotensi ortostatik.
Hipotensi ortostatik adalah komplikasi yang sering terjadi pada bedrest jangka
panjang, meminta pasien duduk disisi tempat tidur untuk beberapa menit sebelum
berdiri biasanya sesuai untuk hipotensi ortostatik yang benar. Lakukan istirahat
Ketika membantu pasien turun dari tempat tidur perawat harus berdiri tepat
memastikan tidak merasa pusing. Bila telah terbiasa dengan posisi berdiri, pasien
dapat mulai untuk berjalan. Perawat harus berada disebelah pasien untuk memberikan
34
35
dukungan dan dorongan fisik, harus hati-hati untuk tidak membuat pasien merasa
letih: lamanya periode ambulasi pertama beragam tergantung pada jenis prosedur
bedah dan kondisi fisik serta usia pasien (Smeltzer dan Bare, 2014).
Ambulasi biasanya dimulai dari parallel bars dan untuk latihan berjalan dengan
menggunakan bantuan alat. Ketika pasien mulai jalan perawat harus tahu weight
bearing yang diizinkan pada disfungsi ekstremitas bawah. Ada tiga jenis weight
a. Non weight bearing ambulation; tidak menggunakan alat bantu jalan sama sekali,
b. Partial weight bearing ambulation; menggunakan alat Bantu jalan pada sebagian
aktivitas, berjalan dengan tungkai diberi beban hanya dari beban tungkai itu
sendiri dilakukan bila kallus mulai terbentuk (3-6 minggu) setelah paska operasi.
alat, berjalan dengan beban penuh dari tubuh dilakuka n setelah 3 bulan paska
Pasien paska operasi fraktur hip (pangkal femur) dengan ORIF dianjurkan
untuk ambulasi dini duduk dalam periode yang singkat pada hari pertama paska
operasi. Ambulasi dini dianjurkan segera pada 48 jam pada pasien paska operasi
bearing selama 3 s/d 5 bulan proses penyembuhan baru akan terjadi. Pasien dengan
paska operasi batang femur perlu dilakukan latihan otot kuadriseps dan gluteal untuk
35
36
melatih kekuatan otot dan merangsang pembentukan kallus, karena otot–otot ini
mulai partial weight bearing 4-6 minggu dan kemudian full weight bearing dalam 12
minggu. Fraktur patella segera lakukan ambulasi weight bearing sesuai dengan
kemampuan pasien setelah paska operasi dan lakukan latihan isometris otot
kuadriseps dengan lutut berada pada posisi ekstensi. Paska operasi fraktur tibia dan
fibula lakukan ambulasi dengan partial weight bearing disesuaikan dengan tingkat
2.4.1 Emosi
perasaan tidak aman, tidak termotivasi dan harga diri yang rendah akan mudah
mengalami perubahan dalam ambulasi. Orang yang depresi, khawatir atau cemas
sering tidak tahan melakukan aktivitas sehingga lebih mudah lelah karena
mengeluarkan energi cukup besar dalam ketakutan dan kecemasannya jadi pasien
mengalami keletihan secara fisik dan emosi. Hubungan antara nyeri dan takut bersifat
kompleks. Perasaan takut seringkali meningkatkan persepsi nyeri tetapi nyeri juga
dapat menimbulkan perasaan takut. Suatu bukti bahwa stimulus nyeri mengaktifkan
36
37
bagian sistem limbik yang diyakini mengendalikan emosi seseorang khususnya rasa
Setelah paska operasi fraktur nyeri mungkin sangat berat khususnya selama
beberapa hari pertama paska operasi. Area insisi mungkin menjadi satu-satunya
sumber nyeri, iritasi akibat selang drainase, balutan atau gips yang ketat
dalam, mengganti posisi, ambulasi atau melakukan latihan yang diperlukan. Setelah
pembedahan analgetik sebaiknya diberikan sebelum nyeri timbul dengan dosis yang
memadai. Jenis obat dan pemberian bergantung pada penyebab, letak nyeri dan
Orang yang depresi, khawatir atau cemas sering tidak tahan melakukan
aktivitas. Pasien depresi biasa tidak termotivasi untuk berpartisipasi. Pasien khawatir
atau cemas lebih mudah lelah karena mereka mengeluarkan energi cukup besar dalam
ketakutan dan kecemasannya jadi mereka mengalami keletihan secara fisik dan
Penampilan luka, balutan yang tebal drain serta selang yang menonjol keluar akan
mengancam konsep diri pasien. Efek pembedahan, seperti jaringan parut yang tidak
menimbulkan perasaan klien kurang sempurna, sehingga klien merasa cemas dengan
37
38
menunjukkan rasa tidak senang pada penampilannya yang ditunjukkan dengan cara
menolak melihat insisi, menutupi balutannya dengan baju, atau menolak bangun dari
tempat tidur karena adanya selang atau alat tertentu (Perry & Potter, 2010).
seseorang dapat dilihat dari gaya hidupnya dalam melakukan aktivitas dan dia
mendefinisikan aktivitas sebagai suatu yang mencakup kerja, permainan yang berarti,
dan pola hidup yang positif seperti makan yang teratur, latihan yang teratur, istirahat
yang cukup dan penanganan stres. Tahapan pegerakan dan aktivitas pasien sebelum
Dukungan sosial sebagai info verbal atau non verbal, saran, bantuan yang nyata
atau tingkah laku yang diberikan oleh orang-orang yang akrab dalam subjek didalam
lingkungan soisialnya atau yang berupa kehadiran dan hal-hal yang dapat
(Asmadi, 2014).
keluarga, orang terdekat dan perawat sangat mempengaruhi untuk membantu pasien
38
39
pasien dan keluarga untuk belajar dan berpatisipasi dalam latihan (Oldmeadow et al,
2013).
Notoatmodjo (2003), pengetahuan merupakan hasil dari tahu dan ini terjadi setelah
orang melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu. Dalam Kamus Besar
dengan proses pembelajaran. Proses belajar ini dipengaruhi berbagai faktor dari
dalam, seperti motivasi dan faktor luar berupa sarana informasi yang tersedia, serta
maklumat yang diketahui atau disadari oleh seseorang (Budiman dan Riyanto, 2013).
sebagai hasil pengenalan atas suatu pola. Pengetahuan bukanlah fakta dari suatu
yang sudah ada dan tersedia, sementara orang lain tinggal menerimanya. Pengetahuan
adalah sebagai suatu pembentukan yang terus-menerus oleh seseorang yang setiap
39
40
Pengetahuan adalah merupakan hasil “tahu” dan ini terjadi setelah orang
penciuman, rasa dan raba dengan sendiri. Pada waktu pengindraan sampai
mata dan telinga. Pengetahuan itu sendiri dipengaruhi oleh faktor pendidikan formal.
dengan pendidikan yang tinggi maka orang tersebut akan semakin luas pula
berpendidikan rendah mutlak berpengetahuan rendah pula. Hal ini mengingat bahwa
peningkatan pengetahuan tidak mutlak diperoleh dan Pendidikan non formal saja,
akan tetapi dapat diperoleh melalui pendidikan non formal. Pengetahuan seseorang
tentang suatu objek mengandung dua aspek yaitu aspek positif dan aspek negative
(Notoatmodjo, 2014).
Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan
manusia, yakni indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa, dan raba. Sebagian
besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga. Pengetahuan atau
ranah kognitif merupakan domain yang sangat penting dalam membentuk tindakan
40
41
a. Tahu (Know)
(recall) sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan
yang telah diterima. Oleh sebab itu, tahu ini merupakan tingkat pengetahuan yang
paling rendah. Kata kerja untuk mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang
b. Memahami (Comprehension)
benar tentang objek yang diketahui, dan dapat menginterpretasikan materi tersebut
secara benar. Orang yang telah paham terhadap objek atau materi harus dapat
c. Aplikasi (Aplication)
telah dipelajari pada situasi atau kondisi real (sebenarnya). Aplikasi disini dapat
dan sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain. Misalnya dapat
41
42
d. Analisis (Analysis)
organisasi, dan masih ada kaitannya satu sama lain. Kemampuan analisis ini dapat
e. Sintesis (Synthesis)
Dengan kata lain sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun formulasi
f. Evaluasi (Evaluation)
penilaian terhadap suatu maten atau objek. Penilaian-penilaian itu didasarkan pada
telah ada.
42
43
sebelum adanya peradaban. Cara coba salah ini dilakukan dengan menggunakan
berhasil maka dicoba. Kernungkinan yang lain sampai masalah tersebut dapat
dipecahkan.
masyarakat baik formal atau informal, ahli agama, pemegang pemerintah, dan
berbagai prinsip orang lain yang menerima mernpunyai yang dikemukakan oleh
sendiri.
43
44
Cara ini disebut metode penelitian ilmiah atau lebih popular atau disebut
suatu cara untuk melakukan penelitian yang dewasa ini kita kenal dengan
penelitian ilmiah.
menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dan subjek penelitian atau
responden. Kedalaman pengetahuan yang ingin kita ketahui atau kita ukur dapat kita
menjadi dua kelompok jika yang diteliti masyarakat umum, yaitu sebagai berikut
44
45
tentang faktor yang berkontribusi pada pelaksanaan ambulasi dini pasien fraktur
ekstremitas bawah, didapatkan hasil ada hubungan faktor emosi, gaya hidup,
pengetahuan dengan pelaksanaan ambulasi dengan p value < 0,05. Ada hubungan
antara kondisi kesehatan dan dukungan sosial dengan pelaksanaan ambulasi dengan
pasien pasca operasi fraktur ekstremitas bawah, didapatkan hasil uji statistik dengan
Pearson Chi-square bahwa tidak terdapat hubungan yang signifikan antara nyeri
terhadap pelaksanaan ambulasi dini dengan nilai nyeri p=.357. Hasil uji statistik
Fisher untuk pengetahuan didapatkan nilai p=1.000, maka dapat disimpulkan tidak
dini. Sedangkan untuk hasil uji statistik Fisher dukungan keluarga didapatkan nilai
p=.004, maka dapat disimpulkan ada hubungan yang siginfikan antara dukungan
45
46
identifikasi diketahui bahwa tidak ada pengaruh yang signifikan antara faktor nyeri
dan pengetahuan terhadap pelaksanaan ambulasi dini pasien fraktur pasca operasi
Skema 2.1
Kerangka Teori
Etiologi :
- Trauma langsung
- Trauma tak langsung
- tekanan atau tahanan yang menimpa
tulang lebih besar.
- Keadaan kelaianan patologik
- Arah, kecepatan dan kekuatan dari
tenaga yang melawan tulang.
- Usia penderita.
- Kelenturan tulang dan jenis tulang.
(Muttaqin dan Sari, 2014)
Klasifikasi :
- Fraktur komplet
- Fraktur tidak komplet
Post Operasi Fraktur - Fraktur tertutup
- Fraktur terbuka
(Smeltzer dan Bare, 2012)
Tindakan keperawatan :
Faktor yang
- Rekognisi (Pengenalan)
Mempengaruhi
- Reduksi (manipulasi/
Ambulansi Dini:
reposisi)
- Emosi Pelaksanaan Ambulasi
- Retensi (Immobilisasi)
- Dukungan Sosial Dini
- Rehabilitasi
- Gaya hidup
(Muttaqin dan Sari, 2014)
- Pengetahuan
(Smeltzer dan Bare,
2012)
46