Anda di halaman 1dari 44

BAB 1

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Masa remaja merupakan suatu periode peralihan dari masa anak-anak ke masa dewasa
serta waktu untuk mencapai kematangan fisik, kognitif, sosial, dan emosional. Masa
remaja memiliki beberapa tahapan usia diantaranya, remaja awal memiliki batasan
usia 11 - 14 tahun, remaja pertengahan memiliki batasan usia 15 - 17 tahun dan remaja
akhir memiliki batasan usia 18 - 20 tahun (Kirchner, Ferrer & Forns, 2011, Wong,
2009). Masa remaja sebagai suatu masa sesorang mengalami perkembangan secara
psikologis dan adanya perubahan fisik yang sangat cepat (Sarwono, 2010). Masa ini
disebut masa yang penuh gejolak emosi, sehingga remaja mengalami tekanan emosi
dan sosial yang saling bertentangan (Santrock, 2009).
Data demografi menunjukkan bahwa jumlah populasi remaja di dunia merupakan
populasi besar. Menurut World Health Organization (WHO) 2015 sekitar seperlima
(20%) penduduk dunia adalah remaja berumur 10-19 tahun. berdasarkan data
Departemen Kesehatan Republik Indonesia (2006) remaja Indonesia usia 10-19 tahun
berjumlah sekitar 43 juta jiwa atau 19,61% dari jumlah penduduk. Pada tahun 2008
jumlah remaja di Indonesia di perkirakan 62 juta jiwa. Sekitar satu miliar manusia
diantara penduduk dunia adalah remaja. Sebanyak 85% diantaranya hidup di Negara
berkembang sangat cepat. Kelompok umur 15-24 antara tahun 1970-2000 meningkat
dari 21 juta menjadi 43 juta atau 18% menjadi 21% dari total jumlah populasi
penduduk Indonesia (Kusmiran, 2012).
Masa transisi perkembangan menuju dunia dewasa dengan melibatkan
perubahan-perubahan biologis seperti perkembangan fisik, kognitif seperti
perkembangan pola pikir, dan sosial emosional seperti perkembangan psikososial
(Santrock, 2007). Perubahan dari masa anak-anak kemasa remaja melewati proses dari
ketergantungan dengan orang tua menuju keadaan lebih mandiri. Penyesuaian diri
bagi remaja dibutuhkan untuk menghadapi perubahan dan mencoba untuk memperoleh
identitas diri yang matang (Perry & Potter, 2009). Masa remaja memiliki perubahan
yang sangat cepat yaitu perubahan fisik, kognitif dan psikososial. Fokus utama
perubahan fisik yang terjadi pada remaja seperti peningkatan pertumbuhan tulang
rangka, otot dan organ dalam (Perry & Potter, 2009).

1
2

Masa remaja sangat membutuhkan zat gizi lebih tinggi karena pertumbuhan fisik dan
perkembangan yang terjadi saat peralihan dari masa anak-anak kemasa remaja.
Perubahan gaya hidup dan pola makan remaja mempengaruhi asupan maupun
kebutuhan gizi (Almatsier, Soetardjo, Soekatri, 2011). Pola makan pada remaja
membutuhkan kalori yang cukup tinggi karena pada umumnya aktivitas diluar rumah
yang padat. Remaja senang dengan pola makan yang tidak sehat misalnya makanan
cepat saji, soft drink, mie instant sehingga membuat efek kurang bagus pada tubuh
remaja (Hidayah, 2012).
Pola makan merupakan faktor untuk memenuhi kebutuhan gizi seseorang, dengan
demikian diharapkan pola makan dengan beragam dapat memperbaiki mutu makanan
seseorang. Apabila tubuh kekurangan zat gizi, khususnya energi dan protein, pada
tahap awal akan menyebabkan rasa lapar dan dalam jangka waktu tertentu membuat
berat badan menurun dan disertai dengan penurunan aktivitas (Hardiansyah,
2005).Status gizi merupakan ukuran keberhasilan dalam memenuhi kebutuhan nutrisi
untuk anak dan penggunaan zat-zat gizi yang diindikasikan dengan berat badan dan
tinggi badan anak. Kebutuhan gizi untuk remaja sangat besar di karenakan masih
mengalami pertumbuhan. Remaja membutuhkan energi/kalori, protein, kalsium, zat
besi, zinc dan vitamin untuk memenuhi aktifitas fisik seperti kegiatan-kegiatan
disekolah dan kegiatan sehari-hari. Setiap remaja menginginkan kondisi tubuh yang
sehat agar bias memenuhi aktifitas fisik. Konsumsi energy berasal dari makanan,
energi yang di dapatkan akan menutupi asupan energi yang sudah dikeluarkan oleh
tubuh seseorang (Winarsih, 2018). Banyak remaja tidak mementingkan antara asupan
energi yang dikeluarkan dengan asupan energi yang masuk, hal ini akan
mengakibatkan permasalahan gizi seperti pertambahan berat badan atau sebaliknya
jika energy terlalu banyak keluar akan mengakibatkan kekurangan gizi (Mardalena,
2017).
Berdasarkan data Riskesdas RI (2013), prevalensi status gizi remaja awal berusia
13-15 tahun berdasarkan Indeks Massa Tubuh/Umur (IMT/U) yaitu status gizi dengan
berat badan kurus sebanyak 11,1% (3,3% sangat kurus dan 7,8% kurus). Status gizi
remaja yang sangat kurus paling rendah di kota Bangka Belitung sebanyak 1.4% dan
status gizi sangat kurus yang paling tinggi di kota Nusa Tenggara Timur sebanyak
9,2%. Pada prevalansi status gizi remaja dengan umur 13-15 tahun mengalami berat

STIKes Hang Tuah Pekanbaru


3

badan gemuk sebanyak 10.8% (8,3% mengalami kegemukan dan 2,5% mengalami
obesitas). Status gizi remaja dengan berat badan gemuk yang paling rendah terdapat di
kota Nusa Tenggara Timur sebanyak 2,8%. Sedangkan untuk status gizi remaja dengan
berat badan gemuk yang paling tinggi berada di kota papua sebanyak 16%. Prevelensi
gizi lebih pada remaja di Provinsi Riau sebanyak 12% (Riskesdas RI, 2013). Penelitian
yang dilakukan oleh Arneliwati, Pujiati dan Rahmalia di kota Pekanbaru pada tahun
2015 untuk melihat perilaku makan dengan status gizi pada remaja putri di peroleh
data yang menunjukkan status gizi kurus dengan perilaku makan yang buruk sebanyak
22% dan status gizi normal yang perilaku makan buruk sebanyak 78%. Pada penelitian
yang dilakukan oleh Emalia, Restuastuti dan Syahfitritahun 2017 di kota Pekanbaru
pada siswa-siswi SMP Negeri 13 diperoleh data status gizi dengan pengukuran Indeks
Massa Tubuh (IMT) berada pada status gizi gemuk sebanyak 23% dan obesitas
sebanyak 10%. Hasil penelitian tersebut menunjukkan status gizi pada remaja
mengalami permasalahan berupa kelebihan lemak tubuh yang dapat mengakibatkan
dampak merugikan bagi kesehatan tubuh.
Masalah gizi remaja banyak terjadi karena perilaku gizi yang salah seperti ketidak
seimbangan antara gizi dengan kecukupan gizi yang di anjurkan. Kekurangan energy
dan protein berdampak terhadap tubuh yang mengakibatkan obesitas, kurang energy
kronik (gizi buruk) dan anemia. Anemia merupakan keadaan kadar hemoglobin dan
eritrosit lebih rendah dari normal Anemia sering terjadi pada remaja putri disebabkan
karena mengalami menstruasi setiap bulan. 23% remaja perempuan mengalami anemia
disebabkan kekurangan zat besi yang berdampak buruk bagi konsentrasi, prestasi
belajar dan kebugaran remaja sertama salah gizi lain yaitu mikronutrien sekitar 12%
remaja laki-laki. Obesitas merupakan kegemukan atau kelebihan berat badan.
Terjadinya kegemukan pada remaja dapat menurunkan rasa percaya diri dan
menyebabkan gangguan psikologis yang serius. Kurang energi kronik (gizi buruk)
disebabkan oleh makan yang terlalu sedikit akibat dari kurang nafsu makan atau
minder terhadap bentuk tubuh teman sehingga melakukan diet (Winarsih, 2018;
Depkes RI, 2018).
Berdasarkan hasil penelitian National Health and Nutrition Examination Survey pada
tahun 2011-2014 di Amerika persentase obesitas pada usia 2-9 tahun sebesar (17%)
berdasrkan kategori kelompok umur, anak usia 2-5 tahun sebesar (8,9%), usia 6-11

STIKes Hang Tuah Pekanbaru


4

tahun sebesar (17,5%) dan usia 12-19 tahun sebesar (20,5%). Beberapa negara asia
menunjukkan prevalensi obesitas yang cukup tinggi. Berdasarkan United National
Children’s Fund (UNICEF, 2012) Indonesia menempati urutan kedua setelah Singapur
dengan remaja obesitas terbesar yaitu (12,2%) kemudian Thailand sebesar (8%),
malaysia (6%) dan vietnam (4,6%). Di Provinsi Riau prevalensi obesitas untuk usia
16-18 tahun adalah (1%) pada tahun 2010 pada tahun 2013 meningkat menjadi (2,4%)
(RIKESDAS, 2013).
Salah satu penelitian yang dilakukan terhadap siswa sekolah menengah atas (SMA)
Negeri 1 Pekanbaru pada tahun 2012 menunjukan proporsi obesitas pada siswa SMAN
1 pekanbaru sebesar (26,2%) (Annisa, Ernalia & Amelia, 2012). Obesitas meningkat di
kalangan anak-anak dan remaja. Menurut segi kesehatan masyarakat, cenderung ini
mengkhawatirkan, sebab berawal dari prningkatan resiko penyakit yang berhubungan
dengan obesitas. Kenaikan berat badan terjadi bila asupan energi yang berlebih
keluaran energi dalam jangka waktu tertentu (Berasi, 2007). Meskipun faktor genetik
memeliki peranan penting dalam menentukan pola makan atau asupan makanan dan
metabolisme, faktor lingkungan dan gaya hidup merupakan penyebab utama obesitas.
Berhubung dengan dua faktor tersebut yang dapat memicu terjadinya obesitas, dengan
pola makan yang berlebihan dengan aktivitas yang kurang aktif sehingga terjadinya
obesitas (Guyton, 1997).
Pola makan adalah suatu cara atau usaha dalam pengaturan jumlah dan jenis makanan
dengan informasi dan gambaran dengan meliputi mempertahankan kesehatan, status
gizi, mencegah atau menyembuhkan penyakit (Depkes RI, 2009). Menurut ahli
mengatakan bahwa pola makan merupakan kerakteristik dari kegiatan yang berulang
kali dilakukan setiap orang dalam memenuhi kebutuhan makanana (Sulistyoningsih,
2011). Pola makan remaja akan menentukan jumlah zat-zat gizi yang diperlukan oleh
remaja untuk pertumbuhan dan perkembangannya. Jumlah makanan yang cukup sesuai
dengan kebutuhan akan menyediakan zat-zat gizi yang cukup pula bagi remaja guna
menjalankan kegiatan fisik yang sangat meningkat. Pada kondisi normal diharuskan
untuk makan 3 kali dalam sehari (Sediaoetama, 2004).
Perubahan pola makan dan aktivitas fisik berakibat semakin banyak penduduk dengan
golongan tertentu dan salah satu golongan tersebut adalah remaja, dengan
mengkonsumsi makanan yang berlemak secara berlebihan sehingga menyebabkan

STIKes Hang Tuah Pekanbaru


5

kegemukan dan obesitas. Obesitas pada umumnya terjada karena pola makan yang
tidak teratur. Pola makan yang banyak lemak, instan dan siap saji menjadi kegemaran
banyak remaja pada saat ini, sehingga menyebabkan kegemukan bahkan sampai
obesitas (Almatsier, 2006). Pola makan pada remaja membutuhkan kalori yang cukup
tinggi karena pada umumnya aktivitas diluar rumah yang padat. Remaja senang
dengan pola makan yang tidak sehat misalnya makanan cepat saji, soft drink, mie
instant sehingga membuat efek kurang bagus pada tubuh remaja (Hidayah, 2012).
Emilia (2009) menjelaskan keinginan remaja untuk membentuk tubuh yang ideal
sehingga remaja membatasi makannya, sehingga remaja melakukan dengan cara agar
tubuhnya bisa ideal dan mengabaikan pola makan, frekuensi makan, jenis makanan
dan porsi makanan.
Frekuensi makan adalah beberapa kali makan dalam sehari meliputi makan pagi, siang
dan malam (Depkes, 2013). Sedangkan menurut Suhardjo (2009) frekuensi makan
merupakan berulang kali makan dalam sehari 3 kali makan pagi, siang dan malam.
Jenis makanan adalah jenis makanan pokok yang di makan setiap hari terdiri dari
makanan pokok, lauk hewani, lauk nabati, sayuran, dan buah yang di konsumsi setiap
hari. Makanan pokok adalah sumber makanan utama di negara Indonesia yang
dikonsumsi setiap individu atau kelompok masyarakat yang terdiri dari beras, jagung,
sagu dan umbi-umbian (Sulistyoningsih, 2011).Jumlah makan adalah banyaknya
makanan yang dimakan dalam setiap orang atau setiap individu dalam suatu kelimpok
(Willy, 2011).
Berdasarkan hasil penelitian pratiwi (2013) berdasarkan hasil penrlitian di SMP Negeri
1 Sekayam dari 60 responden dengan pola makan kurang baik ada sebanyak 57 siswa
(95%) dan dengan pola makan baik sebanayak 3 siswa (5%). Berdasarkan pembahasan
diatas sebagian besar memiliki pola makan yang kurang baik, remaja lebih cenderung
menyukai makananan yang pedas, asam, gorengan dan mengandung gas. Berdasarkan
penelitian Retno (2017) dari 100 sampel remaja di Kelurahan Purwosari Kecamatan
Laweyan dapat diketahui presentase pola makan remaja diperoleh hasil yaitu kategori
pola makan baik sebesar 37% dan kategori pola makan kurang baik sebesar 63%
sehingga dapat disimpulkan yang tinggi untuk pola makan remaja yaitu kurang baik
sebesar 63%. Berdasarkan penelitian Iwan (2018) diketahui gastritis sebanyak 92
siswa, yang berusia dibawah 16 tahun dengan jenis kelamin perempuan sebanyak 101

STIKes Hang Tuah Pekanbaru


6

siswa, dan laki-laki 39 siswa. Siswa kelas X SMK YBKP3 Garut mempunyai pola
makan yang buruk 99 siswa dan pola makan yang baik sebanyak 41 siswa.Memiliki
kejadian gastritis yang tinggi (65,7%).
Berdasarkan survei pendahuluan yang dilaksanakan di SMA 10 Pekanbaru dengan
jumlah 10 remaja yang terdiri dari 5 remaja putri dan 5 remaja putra, untuk melihat
pola makan pada remaja di peroleh 4 siswa yang makan 3 kali dan ngemil di antara
pagi dan siang dan 6 siswa lainnya hanya makan 2 kali sehari di waktu siang dan
malam hari dan lebih suka makan gorengan di pagi hari. memperbanyak ngemil dari
pada memakan yang berprotein dan karbohidrat. Berdasarkan data yang diatas maka
peneliti tertarik untuk mengetahui bagaimana gambaran pola makan pada remaja di
SMA 10 Pekanbaru.
1.2 Rumusan Masalah
Pola makan adalah suatu cara atau usaha dalam pengaturan frekuensi, jumlah dan jenis
makanan dengan informasi gambaran dengan meliputi mempertahankan kesehatan,
status nutrisi, mencegah dan menyembuhkan penyakit. Frekuensi makan adalah jumlah
waktu makan dalam sehari, seperti makan lengkap dan makan makanan salingan.
Jumlah atau porsi makan merupakan suatu ukuran atau takaran makanan yang di
konsumsi pada tiap kali makan. Jenis makanan pada umumnya berupa makanan utama
dan makanan salingan. Pola makan yang tidak teratur pada remaja dan sering
makan-makanan yang berlemak dan siap saji. Porsi makan yang kurang baik juga di
sebabkan karena mengkonsumsi makanan yang kecil, menunggu saat lapar dan makan
dengan tergesa-gesa. Banyak remaja makan dengan porsi berlebih dan tidak seimbang
sehingga bisa menyebabkan kegemukan. Banyan remaja yang tidak memperhatikan
makanan yang di konsumsinya, makan-makanan yang banyak lemaknya, gorengan,
dan minuman bersoda, sehingga menyebabkan asupan nutrisi berkurang dan tidak
seimbang. Berdasarkan uraian diatas peneliti tertarik untuk mengetahui “gambaran
pola makan pada remaja SMAN 10 Pekanbaru”.

1.3 Tujuan penelitian


1.3.1 Tujuan Umum
Diketahuinya gambaran pola makan pada remaja di SMAN 10 Pekanbaru

STIKes Hang Tuah Pekanbaru


7

1.3.2 Tujuan Khusus


1.3.2.1 Diketahui gambaran karakteristik responden (usia dan jenis kelamin)
padaremaja SMAN 10 Pekanbar.
1.3.2.1 Diketahuinya pola makan berdasarkan frekuensi makan pada remaja SMAN 10
Pekanbaru.
1.3.2.2 Diketahuinya pola makan berdasarkan jenis makanan yang dimakan oleh
remaja SMAN 10 Pekanbaru
1.3.2.3 Diketahuinya pola makan berdasarkan jumlah (porsi) makan pada remaja
SMAN 10 Pekanbaru
1.4 Manfaat
1.4.1 Bagi ilmu keperawatan
Diharapkan penelitian ini dapat dijadikan sebagai pengembangan ilmu keperawatan
terkait pola makann pada remaja

1.4.2 Bagi institusi pendidikan


Diharapkan penelitian ini dapat dijadikan sebagai tambahan referensi perpustakaan
STIKes Hang Tuah Pekanbaru khususnya pada pola makan pada remaja.

1.4.3 Bagi tempat penelitian

Diharapkan penelitian ini dapat dijadikan sebagai sumber pengaruh bagi sekolah
terkait pola makan siswa SMA

STIKes Hang Tuah Pekanbaru


8

STIKes Hang Tuah Pekanbaru


BAB 2
TINJAUAN KEPUSTAKAAN
2.1. Telaah Pustaka
2.1.1. Konsep Dasar Pengetahuan
2.1.1.1. Defenisi Remaja
Masa remaja merupakan salah satu periode dari perkembangan manusia. Masa ini
adalah dimana peralihan dari masa kanak-kanak menuju masa dewasa yang meliputi
perubahan biologis, psikologis, dan perubahan sosial. Disebagian masyarakat dan
budaya masa remaja dimulai pada usia 11-12 tahun dan berakhir pada 18-20 tahun
(Wong,2009). Masa remaja merupakan suatu proses tumbuh kembang yang
berkesinambungan, yang merupakan masa peralihan dari kanak-kanak ke menuju
dewasa muda (Depkes RI, 2009). Masa remaja atau adolescence diartikan sebagai
perubahan emosi dan perubahan sosial pada masa remaja. Menurut WHO, disebut
remaja apabila anak telah mencapai usia 10-18 tahun. Berdasarkan beberapa pendapat
tersebut, masa remaja umumnya berumur 16-19 tahun dan merupakan masa peralihan
menuju kematangan (Proverawati & Misaroh, 2009).

2.1.1.2. Pekembangan dan Ciri-Ciri Remaja


Menurut wildastuti (2009)berdasarkan ciri dan perkembangannya masa rentang waktu
remaja ada tiga tahap yaitu sebagai berikut;
1. Masa remaja awal (10-12 tahun)
a. Terlihat dan lebih dekat dengan teman sebaya.
b. Terlihat ingin bebas.
c. Terlihat dan ingin lebih banyak memperhatikan keadaan tumbuhnya dan mulai
berpikir dengan khayalan (abstrak).
2. Masa remaja tengah (13-15 tahun)
a. Terlihat dan merasa ingin mencari identitas diri.
b. Ada keinginan untuk berpacaran atau ingin berkencan dengan lawan jenis.
c. Timbulnya rasa cinta yang mendalam.
d. Kemampuan berpikir semakin berkembang.
e. Mulai berkhayal tentang seksual.
3. Masa remaja akhir (16-19 tahun)

1
10

a. memperlihatkan kebebasan diri.


b. Dalam mencari teman lebih selektif.
c. memiliki citra (gambaran, keadaan, peranan) terhadap dirinya sendiri.
d. dapat mewujutkan rasa cinta.
e. memiliki kemampuan berpikir berkhayal dan abstrak.
2.1.1.3. Tahap-tahap Perkembangan Psikososial Remaja
Menurut Poltekes Depkes Jakarta 1 (2012) perkembangan psikososial remaja terdiri
atas delapan tahap. Dari tahap-tahapan tersebut, di kecilkan menjadi lima tahapan yang
dilalui oleh remaja, yaitu sebagai berikut;
1. Kepercayaan (trust) dan tidak kepercayaan (mistrust)
Tahap ini terjadi pada awal remaja yaitu pada tahun pertama dan kedua masa remaja.
Belajar untuk percaya pada diri sendiri atau lingkungan sekitarnya. Remaja merasa
bingung dan tidak percaya, sehingga dibutuhkan kualitas interaksi dari orang tua.
2. Otonomi (outonomy) rasa malu dan ragu (shame and doubt)
Umumnya remaja, membangun rasa otonomi kebebasan merupakan bagian dari
transisi emosional. Selama masa remaja terjadi perubahan ketergantungan yaitu dari
ketergantungan khas anak-anak kearah otonomi khas dewasa.
3. Inisiatif (initiative) dan rasa bersalah (guilt)
Tahap perkembangan psikososial ini remaja cenderung aktif bertanya untuk
memperluas kemampuannya melalui bermain aktif, bekerja sama orang lain, dan
belajar bertanggung jawab terhada apa yang di lakuakannya.
4. Rajin (industry) dan rendah diri (inforiority)
Pada tahap perkembangan ini terjadi persaingan di kelopoknya. Remaja menggunakan
pengalaman kognitif menjadi lebih produktif dalam kelompok.
5. Identitas (identity) dan kebingungan identitas (identityconfision)\
Remaja belajar mengungkapkan aktualisasinya untuk menjawab “siapa aku?”. Mereka
melakukan tindakan yang baik dan sesuai dengan sistem yang ada.
2.1.2. Pola Makan
2.1.2.1. Defenisi Pola Makan
Menurut Santoso & Ranti (2004) pola maka adalah berbagi informasi yang
memberikan gambaran mengenai macam dan jumlah bahan makanan yang dimakan
tiap hari oleh satu induvidu dan merupakan ciri khas untuk suatu kelompok masyarakat

STIKes Hang Tuah Pekanbaru


11

tertentu. Pola makan pada remaja sama dengan pola makan dewasa. Diet yang terdiri
dari dengan beraneka ragaman jenis makanan akan memastikan kecukupan gizi anak
remaja. Anak remaja yang tumbuh dalam lingkungan rumahnya sendiri memilih
makanannya dengan bijaksana sehingga akan memiliki kebiasaan makan yang baik.
Pola pembagian makan yang tipikal adalah 20% dari kalori total untuk sarapan, 35%
untuk makan siang, 30% untuk makan malam dan 10%-15% untuk cemilan (Konsesus
Pengelolaan dan Pencegahan DM tipe 2 di Indonesia, 2006).

2.1.2.2. Cakupan Konsumsi Pola Makan


1. Frekeunsi makan
Frekuensi makan merupakan jumlah makanan yang dimakan sehari-hari. Pembagian
jam makan yang tepat seperti pada makan pagi baik untuk daya ingat dan ketahanan
dalam melakukan aktivitas, makan siang dan makan malam. Sebaiknya pada masa
pertumbuhan makan 3 kali dalam sehari untuk kebutuhan zat gizi pada tubuh
(Aritonang, 2011).
Makanan yang baik di konsumsi tiga kali sehari dan biasanya dalam sehari makanan
salingan dilakukan sekali ataupun dua kali sehari, makan selingan ini untuk
mengurangi rasa lapar sebab jarak waktu makan yang lama. Makanan salingan atau
jajanan yang berupa makanan kecil yang dapat kita buat ataupun kita beli di dekat
rumah maupun di sekolah, di rumah pada umumnya dilakukan di sore hari, namun
tidak jarang orang mengkonsumsi makanan kecil sebagai cemilan, makan makanan
kecil dilakukan lebih dari ukuran dan waktu yang di tentukan (Auliana, 2001).

Selain makanan utama dan makanan salingan, menimuman juga diperlukan untuk
kebuituhan tubuh guna membantu dalam proses metabolisme dalam tubuh dan
menghilangkan rasa haus. Minuman merupakan suatu cairan yang dibutuhkan oleh
tubuh dalam sehari sekitar 2 liter air. Cairan yang dimaksud berupa air putih, minuman
manis maupun minuman yang dimasakan (Auliana, 2001).

2. Jenis makanan
Jenis makanan adalah sejenis makanan pokok yang dimakan setiap hari terdiri dari
makanan pokok, lauk pauk, lauk nabati, sayuran dan buah yang di konsumsi setiap
hari. Makanan pokok adalah sumber makanan utama di negara indonesia, yang di

STIKes Hang Tuah Pekanbaru


12

konsumsi setiap orang atau kelompok masyarakat yang terdiri dari beras, jagung, sagu,
umbi-umbian dan tepung (Sulistyoningsih, 2011).
Jenis makanan biasanya disebut dengan pangan, pangan merupakan sesuatu yang
berasal dari sumber hayati yang diolah maupun yang tidak diolah untuk makanan dan
minuman bagi konsumsi manusia, termasuk bahan tambahan, bahan baku yang
digunakan dalam proses penyiapan, pengolahan, dan pembuatan makana dan
minuman. Jenis makanan pada umumnya berupa makanan utama dan makanan
salingan. Makanan utama disebut juga dengan pangan segar yaitu pangan yang belum
mengalami pengolahan yang dapat dikonsumsi langsung atau yang dapat menjadi
bahan baku pengolahan pangan berupa beras diolah menjadi nasi, sayur, lauk pauk dan
buah-buahan. Berdasarkan bahan baku utama terdiri dari bahan dasar utama seperti
daging, ikan dan telur (protein, lemak), bahan dasar utama sayur dan buah-buahan
(vitamin), bahan dasar utama berupa padi-padian dan kacang-kacangan (karbohidrat)
dan dari bahan dasar utama ubi-ubian dan pisang sedangkan untuk makanan salingan
disebut juga dengan pangan olahan yaitu makanan atau minuman hasil proses dengan
cara atau metode tertentu bisa dengan bahan tambahan ataupun tidak berupa makanan
ringan atau jajanan pasar seperti kue-kue, asinan, keripik (Aritonang, 2011). Adapun
jenis makanan yang dikonsumsi remaja dapat di kelompokan menjadi dua yaitu
makanan utama dan makanan salingan.
a. Makanan utama
Makanan utama merupakan mekanan yang dikonsumsi seseorang berupa makan pagi,
makan siang dan makan malam. Makanan utama terdiri dari makanan pokok,
lauk-pauk, sayur, buah dan minuman.

1) Makanan pokok
Menurut Sediaotama (2004) makanan pokok adalah suatu yang penting dalam susunan
hidangan. Fungsi dari makanan pokok adalah sebagai energi (kalori) dalam tubuh dan
memberi rasa kenyang. Makanan pokok yang biasanya di konsumsi yaitu nasi, roti dan
mie bihun.

a) Nasi

STIKes Hang Tuah Pekanbaru


13

Salah satu makanan pokok di Indonesia adalah nasi. Cara memasak nasi dengan baik
yaitu dengan menyuci dengan air yang mengalir kemudian di aduk dengan tangan
sampai air yang di cuci menjadi bening/bersih, selanjutnya dapat dilakukan dengan
cara menanak dan mengukusnya. Menurut Soediaoetama makan nasi dapat dikonsumsi
pada pagi hari, siang hari dan malam hari. Nasi disajikan dengan lauk-pauk dan sayur.
Kalori yang di hasilkan adalah 1089-1452 kalori atau 2000 kalori seseorang perhari.

b) Roti
Roti biasanya dibuat dari tepung terigu ditambah ragi, lemak, garam dan air dengan
proses pembuatannya melalui permentasi selama 1-8 jam. Tepung terigu merupakan
mempunyai protein yang tinggi dari gluten yang di hasilkan oleh tepung. Dalam 100
gram tepung terigu memiliki zat-zat gizi yaitu energi 330 kal, protein 11 gram, lemak
2 gram, karbohidrat 72,4 gram, zat kapur 15 gram, phospor 130 gram, zat besi 2
mg,vitamin C 0 SI, vitamin C 0 mg, dan vitamin B1 170 mg (sediaoetama, 2004).

c) Mie atau bihun


Menurut Sediaoetama (2004) mie atau bihun adalah makan yang terbuat dati tepung
terigu yang dijadikan adonan tanpa fermentasi. Pada umumnya mie dijual sebagai
bahan makanan setengah jadi yang akan dimasak lebih lanjutnya.

2) Lauk-pauk
Lauk pauk merupakan masakan atau hidangan yang berasal dari hewani maupun
nabati, baik yang berkuah maupun tidak berkuah, baik dengan proses masakan maupun
proses tidak dimasak. Lauk pauk terdiri dari; sayur, sambal-sambalan, gorengan dan
lauk pauk yang khas berdasarkan bahan, teknik pengolahan dan penyajian (Kristiastuti
dan Ismawati, 2004).

3) Buah
Buah-buahan berfungsi sebagai sumber vitamin dan mineral tetapi pada buah-buah
tertentu yang menghasilkan banyak energi (Sediaoetami, 2004). Salah satu contoh
buah segar adalah seperti semangka, pisang, apel dan lain sebagai lainnya.

4) Jenis sayur
Menurut sadiaoetama (2004) sayur merupakan jenis masakan yang menggunakan dari

STIKes Hang Tuah Pekanbaru


14

sayuran berwarna contuhnya sayur kangkung, bayam dan wortel, dan yang tidak
berwarna contohnya kubis, sawi putih dan toge.

5) Minuman
Minuman merupakan cairan yang dikonsumsi yang tidak terbatas waktunya, atau yang
mengiringi makanan selingan berupa minuman yang dikonsumsi adalah air putih
mengiringi makan nasi, sedangkan minuman selingan berupa es kelapa muda, juice, es
cendol, es teh, es jeruk dan lain-lain.

b. Makanan selingang
Menurut Sediaoetama (2004) makanan selingan menurut bentuknya terdiri dari:.
1) Makanan selingan berbentuk basah seperti tahu isi,pastel, pisang goreng dan
lainnya.
2) Makanan selingan berbentuk kuah seperti lontong, empek-empek, mie ketupat dan
lainnya.
3) Makanan selingan yang dijual sekolah seperti siomay, batagor, gorengan dan
lainnya.
4) Makanan selingan berbentuk kering seperti jenis keripik, kacang goreng, dan
lainnya.
3. Jumlah (porsi) makan
Kecukupan energi diperlukan untuk kegiatan sehari-hari dan proses metabolisme
tubuh, cara sederhana untuk mengetahui kecukupan energi dapat dilihat dari berat
badan (BB). Masa remaja cenderung memilih makanan yang disukainya, jika makan
makanan yang disukainya remaja tidak mementingkan berapa banyak jumlah makanan
yang masuk kedalam tubuh. Jumlah makanan harus sesuai dengan jumlah yang masuk
kedalam tubuh dan jumlah yang keluar dari dalam tubuh Satyawati & Hartini, 2018).
Jumlah standar bagi semaja antara lain adalah,

a. Makanan pokok
Makanan pokok berupa nasi, roti tawar dan mie instant. Jumlah makanan pokok atara
lain nasi 100 gram, roti tawar 50gram.
b. Lauk-pauk
Lauk pauk memiliki dua golongan lauk nabati dan hewani. Jumlah makanan antara

STIKes Hang Tuah Pekanbaru


15

lain: daging 50 gram, telur 50 gram, ikan 50 gram, tempe 50 gram, tahu 100 gram.
c. Sayur-mayur
Sayur merupakan bahan dati tumbuh-tumbuhan. Jumlah makanan sayur dari berbagai
bentuk sayur antara lain: sayur 100 gram.
d. Buah-buahan
Buah merupakan suatu hidangan yang di sajikan sebelum dan sesudah makan yang
berpunsi untuk makanan pembukan dan pencuci mulut. Jumlah porsi buah antara lain:
ukuran buah 100 gram, ukuran potongan buah 75 gram.
e. Minuman
Minuman mempunyai fungsi membantu proses metabolisme tubuh, tiap jenis minuman
berbeda-beda. Umumnya jumlah atau ukuran untuk air putih dalam sehari itu lima atau
lebih dalam pergelas (2 liter perhari), sedangakn susu 1 gelas ( 200 gram)
(Sediaoetama, 2004)
2.1.2.3. Faktor Yang Mempengaruhi Pola Makan
Sulistyoningsih (2011) mengatakan bahwa ada beberapa faktor yang mempengaruhi
pola makan adalah sebagai berikut

1. Faktor ekonomi
Faktor ekonomi yang cukup dominan dalam mempengaruhi konsumsi pangan adalah
pendapatan keluarga dan harga. Tingginya pendapatan yang tidak diimbangi
penegtahuan gizi yang cukup, akan menyebabkan seseorang menjadi sangat konsumtif
dalam pola makan sehari-hari, sehingga pemilihan suatu bahan makanan lebih
berdasarkan kepada pertimbangan selera dibandingkan dengan aspek gizi.
Cenderungan untuk mengkonsumsi makanan impor, terutama jenis siap santap (fat
food), seperti ayam goreng, hamburger dan lain-lain, telah meningkat tajam terutama
pada kalangan remaja dan kelompok masyarakat dengan ekonomi menengah ke atas.

2. Faktor sosial budaya


Pantangan dalam mengkonsumsi jenis makanan tertentu dapat dipengaruhi oleh faktor
budaya/kepercayaan. Pantangan yang didasari oleh kepercayaan pada umumnya
mengandung perlambang atau nasihat yang di anggap baik ataupun tidak baik yang
lambat laun akan menjadi kebiasaan/adat. Kebudayaan menuntun seseorang dalam
cara bertingkah laku dan memenuhi kebutuhan pangan, dalam budaya juga

STIKes Hang Tuah Pekanbaru


16

menentukan apa saja yang boleh dimakan dan apa saja yang tidak boleh dimakan,
contohnya pada anak belita yang mengkonsumsi ikan laut karena khawatir akan
menyebabkan kecacingan, padahal dari sisi kesehatan mengkonsumsi ikan sangat baik
bagi belita karena memiliki kandungan protein yang sangat di butuhkan untuk
pertumbuhan.

3. Agama
Pantangan yang didasari oleh agama, khususnya islam biasa di sebut haram dan
seseorang yang melanggar hukumnya akan berdosa. Pantangan terhadap makanan dan
minuman tertentu dari sisi agama tersebut dikarenakan memebahayakan jasmani dan
rohani bagi yang mengkonsumsinya.

4. Pendidikan
Pendidikan dalam hal ini biasanya dikaitkan dengan pengetahuan, akan pengaruh
terhadap pemilihan bahan makanan dan pemenuhan kebutuhan gizi. Salah satu contoh,
prinsip yang dimiliki seseorang dengan pendidikan yang rendah biasanya adalah “yang
penting kenyang”, sehingga karbohidrat lebih banyak di bandingkan dengan bahan
makanan lainnya, sedangkan seseorang yang memiliki pendidikan yang tinggi
cenderung memilih untuk menyeimbangkan bahan makanan yang di butuhkan oleh
gizi.

5. Lingkungan
Faktor lingkungan cukup besar mempengaruhi pembentukan perilaku makan.
Linkungan yang di maksud adalah lingkungan keluarga, sekolah dan teman sebaya.
Keluarga sangat berpengaruh terhadap pola makan seseorang, kesukaan dan kebiasaan
makan seseorang. Lingkungan sekolah, termasuk juga para guru, teman sebaya dan
tempat jajanan sangatlah mempengaruhi bentuk pola makan, khususnya siswa sekolah.

STIKes Hang Tuah Pekanbaru


17

2.2 Penelitian Terkait

Tabel 2.2
keterangan Penelitan Pratiwi (2013) Retno, Dewi (2017) Iwan, Udin
sekarang (2017)
Topik Gambaran pola Gambaran Pola Hubungan Hubungan pola
penelitian makan pada Makan Dalam Pengetahuan Gizi, makan dengan
remaja SMA 10 Kejadian Aktivitas Fisik, dan gastritis pada
Pekanbaru Gastritispada Pola Makan Terhadap remaja di
Remaja Di Smp Status Gizi Remaja Di sekolah
Negeri 1 Sekayam Kelurahan Purwosari menengah
kabupaten singgau Laweyan Surakarta kejuruan ybkp3
garut

Disain Deskriptif Deskriptif Cross sectional Design analisis


sederhana
Variabel Pola makan, Pola makan, gastritis Pengetahuan gizi, Pola makan,
frekuensi aktivitas fisik, pola gastritis
makan, jenis makan, status gizi
makanan,
jumlah makan

Subjek Siswa SMA 10 Remaja putri usia Remaja usia 15-19 Remaja usia 16
Pekanbaru 14-15 tahun tahun tahun
Tempat SMA 10 Smp Negeri 1 Kelurahan Purwosari Sekolah
penelitian Pekanbaru Sekayam kabupaten Laweyan Surakarta Menengah
singgau Kejuruan
YBKP3 Garut

STIKes Hang Tuah Pekanbaru


18

2.3 Kerangka Teori

Remaja

Faktor yang Mempengaruhi


Pola makan
Pola Makan
1. Frekeuensi makan
2. Jenis makan 1. Faktor ekonomi
3. Jumlah (porsi) 2. Faktor sosial budaya
makan 3. Faktor Agama
4. Faktor pendidikan
5. Faktor lingkungan

Keterangan :

Diteliti :

Tidak diteliti :

Sumber : Santoso & Ranti (2004), Aritonang (2011), Satyawati & Hartini (2018),
Sulistyoningsih (2011).

STIKes Hang Tuah Pekanbaru


19

2.4 Kerangka Konsep


Kerangka konsep merupakan pendahuluan dari sebuah masalah penelitian, dan
merupakan refleksi dari hubungan variabel-variabel yang akan diteliti. Kerangka
konsep dibuat berdasarkan teori-teori yang sudah ada yang berjuan untuk membantu
atau mengarahkan penelitian serta sebagai panduan untuk menganalisis dan
mengintervensi (Swarjana, 2012). Berdasarkan penelitian maka kerangka konsep dapat
digambarkan sebagai berikut.
2.4. Kerangka Konsep

Gambaran Pola Makan Remaja

1. Frekuensi makan
2. Jenis makan
3. Jumlah (porsi) makan

STIKes Hang Tuah Pekanbaru


BAB 3
METODE PENELITIAN
3.1 Jenis dan Desain Penelitian
Jenis penelitian ini adalah kuantitatif dengan desain penelitian deskriptif sederhana.
Notoatmodjo (2010) menjelaskan penelitian kuatitatif adalah suatu penelitian yang
bersifat menggambarkan tujuan penelitian. Penelitian bertujuan menggambarkan pola
makan pada remaja.
3.2 Lokasi dan Waktu
3.2.1 Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian dilaksanakan di SMAN 10 Pekanbaru, karena data dari Dinas
Pendidikan menunjukan bahwa SMAN 10 Pekanbaru adalah siswa terbanyak no 3 di
Pekanbaru dan siswa terbanyak di Kecematan Bukit Raya.
3.2.2 Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan mulai dari proses penyusunan skripsi pada bulan Januari
2019 hingga penyerahan laporan hasil penelitian pada bulan Juli 2019.
3.3 Populasi dan Sampel Penelitian
3.3. 1. Populasi Penelitian
Populasi penelitian adalah keseluruhan objek yang akan di teliti (Notoatmodjo, 2010).
Populasi pada penelitian ini adalah seluruh siswa/siswi SMAN 10 Pekanbaru Kelas X
berjumlah 356 siswa dan kelas XI berjumlah 283 siswa. Total kelas X dan kelas XI
yang berjumlah 639 siswa.
3.3.2. Sampel Penelitian
Sampel penelitian adalah sebagian dari seluruh populasi yang akan diteliti
(Notoatmodjo, 2010). Sampel pada penelitian ini adalah remaja SMAN 10 Kota
Pekanbaru.
Menurut Notoatmodjo (2010) kriteria sampel dalam penelitian meliputi kriteria inklusi
dan eksklusi, dimana kriteria tersebut menentukan dapat dan tidaknya sampel yang
digunakan. Kriteria inklusi adalah kriteria yang perlu dipenuhi oleh setiap anggota
populasi yang dapat diambil sebagai sampel. Sedangkan kriteria eksklusi adalah
kriteria anggota populasi yang tidak dapat diambil sebagai sampel.
Kriteria Inklusi dari subjek penelitian sebagai berikut :
a. Siswa yang bersedia menjadi responden.19

1
21

b. Siswa yang kelas X dan XI yang bersekolah di SMAN 10 Kota Pekanbaru di


Pekanbaru
c. Siswa yang hadir saat penelitian.
Kriteria ekslusi dari subjek penelitian sebagai berikut :
a. siswa yang hadir tersebut sakit saat penelitian

3.4 Besar Sampel


Sampel merupakan subjek yang diteliti dan dianggap mewakili seluruh populasi
(Notoatmodjo, 2010). Rumus slovin adalah rumus atau formula untuk menghitung
jumlah sampel minimal apabila perilaku dari sebuah populasi tidak di ketahui secara
pasti. Rumus ini pertama kali diperkenalkan oleh slovin pada tahun 1960. Rumusan
slovin ini biasanya digunakan dalam penelitian survey dimana biasanya jumlah sampel
besar sekali, sehingga diperlukan sebuah formula untuk mendapatkan sampel yang
sedikit tetapi dapat mewakili keseluruhan populasi (Saryono, 2011). Pengambilan
jumlah sampel dalam penelitian, peneliti menggunakan rumus slovin untuk
menentukan besar sampel yaitu :

Keterangan :

n = Jumlah Sampel

N = Jumlah Populasi

d = Tingkat Signifikasi (0,05)

Hasil :

Perhitungan ini menggunakan rumus, maka jumlah sampel pada penelitian ini ada
sebanyak 246 siswa SMAN 10 Pekanbaru.

STIKes Hang Tuah Pekanbaru


22

3.5 Teknik Sampling


Jenis teknik sampling yang digunakan adalah teknik qouta sampling pengambilan
sampel berdasarkan hasil nilai yang telah ditetapkan setiap kelasnya. Cara memilih
simple random sampling, dipilih melalui nomor absen (Notoatmodjo, 2010). Untuk
mengetahui nilai perkelasnya peneliti menggunakan rumus sebagai berikut :

Keterangan :
ni = besar sampel,
n = jumlah populasi.
Ni = banyak populasi tiap kelompok.
n = jumlah sampel secara keseluruhan.

Tabel 3.1
Jumlah sampel yang diteliti disetiap kelas XI dan XII SMAN 10 Kota Pekanbaru

No Kelompok Populasi Keterangan Sampel

1. Kelas X-1 36 14

2. Kelas X-2 36 14

3. Kelas X-3 36 14

4 Kelas X-4 35 13

5 Kelas X-5 36 14

6 Kelas X-6 36 14

7 Kelas X-7 36 14

8 Kelas X-8 34 13

9 Kelas X-9 36 14

10 Kelas X-10 35 13

STIKes Hang Tuah Pekanbaru


23

11 Kelas XI-1 35 13

12 Kelas XI-2 36 14

13 Kelas XI-3 36 14

14 Kelas XI-4 35 13

15 Kelas XI-5 35 14

16 Kelas XI-6 34 13

17 Kelas XI-7 36 14

18 Kelas XI-8 36 14

19 Jumlah 639 246 246

Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui jumlah sampel yang akan diambil untuk
kelas X dan XI pada siswi SMAN 10 Pekanbaru sebanyak 137 dan 109 0rang.
3.6 Variabel dan Defenisi Operasional
3.6.1 Variabel Penelitian
Variabel penelitian merupakan segala hal yang berupa apa saja yang ditentukan oleh
peneliti, baik informasi tentang hal yang diteliti lalu dapat menarik kesimpulan
(Sujarweni, 2014). Variabel dalam penelitian ini adalah Gambaran pola makan pada
remaja.

3.6.2 Definisi Operasional


Notoatmodjo (2010) definisi operasional merupakan suatu cara untuk mempermudah
pengumpulan data dan menghindari perbedaan interprestasi serta membatasi ruang
lingkup variabel. Variabel yang dimasukkan dalam defenisi operasional adalah
variabel kunci atau penting yang dapat diukur secara operasional dan dapat
dipertanggung jawabkan.
Tabel 3.2 Definisi Operasional
No Variabel Definisi Alat Ukur Skala Hasil Ukur
Operasional Ukur

STIKes Hang Tuah Pekanbaru


24

1 Karakteristik
Responden

a. Usia Umur responden Kuesioner Interval Usia 16-17 tahun


saat pengumpulan
data
b. Jenis kelamin Perbedaan Kuesioner Nominal -Laki-laki
responden secara -Perempuan
biologis
2 Pola Makan
Remaja :
a. Frekuensi Jadwal makan Kuesioner Ordinal 1. Sesuai jika
Makan yang di konsumsi nilai median
dalam sehari ≤ 13
dengan 2. Tidak sesuai
pembagian jam jika nilai
yang tepat seperti, median > 13
pagi, siang,
malam
b. Jenis Jenis makanan Kuesioner Ordinal 1. Sesuai jika nilai
Makanan pada umumnya median ≤ 13
berupa makanan 2. Tidak sesuai
utama dan jika nilai
makanan salingan median > 13
c. Jumlah Jumlah makanan Kuisioner Ordinal 1. Sesuai jika nilai
(Porsi) yang masuk median ≤ 4
dalam tubuh dan 2. Tidak sesuai
jumalah yang jika nilai
keluar dari tubuh median > 4

STIKes Hang Tuah Pekanbaru


25

3.7 Jenis dan Cara Pengumpulan Data


3.7.1 Data Primer
Data primer adalah data yang diperoleh dari responden menggunakan kuesioner
(Surjaweni, 2014). Pada penelitian ini data primer yang diperoleh peneliti didapat dari
kuesioner yang diambil secara langsung.
3.7.2 Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang didapatkan dari catatan, buku-buku sebagai teori,
dokumen – dokumen yang dapat digunakan untuk menunjang dan melengkapi data
primer (Surjaweni, 2014). Data ini didapatkan data dari Dinas Pendidikan untuk
mengetahui jumlah siswa SMA terbanyak di pekanbaru.
3.7.3 Cara Pengumpulan Data
Proses pengumpulan data dilakukan peneliti dengan memasukkan surat izin dari
program studi ilmu Keperawatan STIKes Hang Tuah Pekanbaru dan memberikannya
kepada pihak Kesatuan Bangsa dan Politik untuk mendapatkan surat yang akan
ditujukan kepada Dinas Pendidikan Kota Pekanbaru untuk mendapatkan data jumlah
siswa SMA Kota Pekanbaru. Penelitian ini menggunakan kuesioner yang disebarkan
kepada siswa SMA. Kuesioner yang digunakan berdasarkan dengan kuesioner yang
telah baku yaitu Adolenscent Food Hobits Checklist (AFHC) yang terdiri dari 21
pertanyaan, adapun nomor urut pertanyaan pola makan ditinjau dari frekuensi (jadwal)
makan (1,2,3,4,5,6,7,8,9). Ditinjau dari jenis makan (10,11,12,13,14,15,16,17,18).
Ditinjau dari jumlah atau porsi makan (19,20,21). Pertanyaan terdiri dari 16 pertanyaan
positif dan 5 petanyaan negatif. Kisi-kisi pertanyan positif yaitu, jika responden
memilih Tidak Pernah (TP) = 0, Kadang-kadang (KK) = 1, Sering (SR) = 2, Selalu
(SL) = 3 dan kisi-kisi pertanyaan negatif yaitu, jika responden memilih Tidak Pernah
(TP) = 3, Kadang-kadang (KK) = 2, Sering (SR) = 1, Selalu (SL) = 0. Penyebaran
kuesioner akan dilakukan di tempat penelitian.
Cara pengumpulan data pada penelitian ini yaitu pada awal penelitian diberikan
informed consent yang dijadikan subjek penelitian sebagai persetujuan keterlibatan
dan perlindungan terhadap kerahasiaan responden, dengan menandatangani
persetujuan untuk ikut dalam penelitian yang dilakukan oleh peneliti, kemudian
setelah menandatangani persetujuan responden mulai menjawab pertanyaan penelitian
yang menggunakan kuesioner yang diberikan pertanyaan oleh peneliti.

STIKes Hang Tuah Pekanbaru


26

3.8 Validitas dan Reliabilitas


3.8.1 Validitas
Uji vadilitas merupakan indeks dalam pengukuran, dimana validitas ini menunjukan
bahwa alat ukur yang digunakan benar-benar mengukur apa yang diukur yang ingin
diketahui (Notoatmodjo, 2010). Uji validitas dengan nilai r hitung lebih besar dari r
tabel dengan menggunakan rumus (df = n – 2) dengan r tabel senilai > 0,444 maka
dikatakan valid (Hastono & Sabri, 2016). Kuesioner pada penelitian ini tidak lagi
melakukan uji validitas dari responden karena mengambil kuesioner yang sudah baku
yaitu kuesioner Adolescent Food Habits Checklist (AFHC) dari Jhonson, Wardle, dan
Griffith (2002). Hasil uji validitas dari 21 pertanyaan diperoleh r hitung kisar antara
0,590-0,854 > r tabel 0,444 sehingga semua pernayaan variabel pola makan valid.
3.8.2. Reliabilitas
Reliabilitas merupakan suatu indeks yang menunjukan seberapa besar alat ukur yang
digunakan dapat dipercaya atau diandalkan. Hal ini menunjukan sejauh mana alat ukur
itu bekerja dan tetap konsisten meskipun dilakukan pengukuran dua kali atau lebih
terhadap gejala yang sama dengan mengunakan alat ukur yang sama. Perhitungan
reliabilitas dilakukan dengan bantuan komputer, kuesioner yang dinyatakan reliabel
jika nilai Cronbarh Alpha lebih dari 0.8 maka pertanyaan reliabel dan bila nilai
Cronbarh Alpha kurang dari 0,8 maka pertanyaan tidak reliabel (Dharma, 2011).
Kuesioner pola makan yang digunakan Adolescent Food Habits Checklist (AFHC)
dengan nilai reliabilitasnya > 0.968.
3.9 Pengolahan Data
Setelah data terkumpul maka langkah selanjutnya adalah pengumpulan data
(Notoatmodjo, 2010). Penelitian ini menggunakan komputer sebagai alat bantu dalam
pengelolaan data, tahapnya sebagai berikut:

STIKes Hang Tuah Pekanbaru


27

3.9.1 Penyunting Data (Editing)


Setelah peneliti mendapatkan data dari lapangan menggunakan kuesioner. Tahap
selanjutnya adalah editing dimulai dengan memberikan identitas pada instrumen
penelitian yang telah terjawab serta melakukan pemeriksaan satu persatu lembar
intrumen serta jawaban yang diberikan oleh responden telah lengkap atau sudah
terjawab semua.
3.9.2 Membuat Lembaran Kode (Coding Sheet)
Tahap berikutnya harus dilakukan adalah melakukan pengkodean atau coding. Coding
adalah kegiatan mengelompokan atau mengklarifikasikan data-data untuk diberikan
identitas sehingga mempunyai arti tertentu saat dianalisis. Pengkodean berfungsi untuk
mempermudah penelitian dalam pengolahan data univariat, yaitu :
1. Pada jenis kelamin diberi kode 1= Laki-laki, 2= Perempuan.
2. Pada frekuensi makan diberi kode 1= sesuai (jika nilai median ≤ 13), 2= tidak sesuai
(jika nilai median > 13).
3. Pada jenis makanan diberi kode 1= sesuai (jika nilai median ≤ 13), 2= tidak sesuai
(jika nilai median > 13).
4. Pada porsi makan diberi kode 1= sesuai (jika nilai median ≤ 4), 2= tidak sesuai
(jika nilai median > 4).
3.9.3 Memasukan data (Data Entry atau Procesing)
Data entry merupakan kegiatan proses data dengan cara mengentry data dari kuesioner
dan memasukan data dalam tabel penelitian dengan menggunakan program yang ada
didalam komputer.

3.9.4 Pembersihan Data (Cleaning)


Setelah data di input kedalam program, tahap ini dilakukan pengecekan lagi apakah
ada kesalahan kode atau ketidak sesuaian data.

3.9.5 Penyajian Data


Data yang sudah diolah pada tahap ini ditampilkan dalam berbagai bentuk, seperti
tabel distribusi, narasi dan diagram.

3.10 Analisa Data


Analisis data diartikan sebagai upaya data yang sudah tersedia kemudian diolah

STIKes Hang Tuah Pekanbaru


28

dengan statistik dan dapat digunakan untuk menjawab rumusan masalah penelitian
(Sujarweni, 2014). Analisis data yang digunakan pada penelitian ini adalah analisis
univariat. Menurut Notoatmodjo (2012) analisis univariat dan bivariat bertujuan untuk
menjelaskan atau mendeskripsikan ciri-ciri setiap variabel penelitian.

3.10.1 Analisis Univariat


Analisis ini bertujuan untuk menjelaskan atau mendekripsikan karakteristik setiap
variabel penelitian. Bentuk analisis univariat tergantung dari jenis data. Secara umum,
analisis ini menghasilkan persentase dan distribusi frekuensi dari tiap variabel
(Notoadmojo, 2012). Pada penelitian ini, analisis univariat digunakan untuk
mengetahui gambaran pola makan pada remaja sekolah menengah atas, yang terdiri
dari data karakteristik responden (usia, jenis kelamin) dan data pola makan remaja
berdasarkan frekuensi makan, jenis makanan dan porsi makan.

3.11 Etika Penelitian


Penelitian ini telah lolos kaji etik dengan nomor : 519/KEPK/STIKes-HTP/VII/2019.
Masalah etika yang harus diperhatikan antara lain adalah :
3.11.1 Informed Consent
Informed consent merupakan lembar persetujuan yang diberikan oleh peneliti kepada
responden sebelum penelitian dilakukan. Jika responden bersedia, maka mereka harus
menandatangani lembar persetujuan. Jika responden menolak, maka peneliti harus
menghormati hak responden.
3.11.2 Anonimity
Untuk menjaga kerahasian subjek penelitian, maka peneliti tidak mencantumkan nama
responden pada lembar alat ukur (kuesioner) dan hanya menuliskan kode pada
masing-masing lembar tersebut.
3.11.3 Veracity
Penelitian yang dilakukan oleh peneliti kepada responden harus bersifat terbuka.
Tujuan, manfaat dan efek penelitian yang akan ditimbulkan dari peneliti harus
dijelaskan kepada respponden dengan cara jujur dan terbuka.

3.11.4 Confidentiality
Kerahasiaan hasil penelitian akan dijamin oleh peneliti dan peneliti juga akan
menampilkan data secara jujur

STIKes Hang Tuah Pekanbaru


29

STIKes Hang Tuah Pekanbaru


30

STIKes Hang Tuah Pekanbaru


BAB 4
PEMBAHASAN DAN HASIL

4.1 Hasil Penelitian


Penelitian ini telah dilakukan dilakukan dimulai pada tanggal 23 Juli s.d 26 Juli 2019.
Responden pada penelitian ini adalah remaja SMAN Negeri 10 Kota Pekanbaru yang
berjumlah 246 orang sesuai dengan kriteria inklusi penelitian.

4.1.1 Analisis Univariat


4.1.1.1 Karakteristik Responden
Tabel 4.1 Distribusi Karakteristik Responden di SMAN 10 Kota Pekanbaru

Mean Median Sd Min max

16,49 16,00 ,501 16 17

berdasarkan tabel 4.1 diatas dapat dilihat dari 246 orang responden pada penelitian ini
didapatkan median 16 tahun. Usia responden paling rendah adalah 16 tahun dan paling
tinggi usia 17 tahun.

Karakteristik Responden
Frekuensi Presentase (%)
Jenis Kelamin :
Laki-laki 106 43,1%
Perempuan 140 56,9%
Total 246 100%

Berdasarkan tabel 4.1 diperoleh data karakteristrik responden dengan jenis kelamin
diperoleh remaja perempuan lebih banyak di bandingkan remaja laki-laki dengan
jumlah perempuan 140 orang (56,9%) dan laki-laki 106 orang (43,1%).

4.1.1.2 Pola Makan Berdasarkan Frekuensi Makan


Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Responden Frekuensi Makan di SMAN 10 Kota
Pekanbaru
Karakteristik Frekuensi Presentase (%)
Sesuai 136 55,3%
Tidak sesuai 110 44,7%
Total 246 100%

Berdasarkan tabel 4.2 diperoleh data frekuensi makan remaja yang sesuai berjumlah

29
1
32

136 (55,3%) dan frekuensi makan tidak sesuai berjumlah 110 (44,7%).
4.1.1.3 Pola Makan Berdasarkan Jenis Makanan

Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Responden Jenis Makanan di SMAN 10 Kota Pekanbaru
Karakteristik Frekuensi Presentase (%)
Sesuai 162 65,9%
Tidak sesuai 84 34,1%
Total 246 100%

Berdasarkan tabel 4.3 diperoleh data jenis makanan remaja yang sesuai berjumlah 162
(65,9%) dan jenis makanan tidak sesuai berjumlah 84 (34,1%).

4.1.1.4 Pola Makan Berdasarkan Porsi Makan


Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Responden Porsi Makan di SMAN 10 Kota Pekanbaru
Karakteristik Frekuensi Presentase (%)
Sesuai 133 54,1%
Tidak sesuai 113 45,9%
Total 246 100%

Berdasarkan tabel 4.4 diperoleh data porsi makan remaja yang sesuai berjumlah 133
(54,1%) dan porsi makan tidak sesuai berjumlah 113 (45,9%).

4.1.1.5 Analisis Kuesioner


Tabel 4.5 Distribusi Responden Berdasarkan analisis kuesioner Pola Makan di SMAN
10 Kota Pekanbaru
No PERTANYAAN Frekuensi Presentase (%)

Frekuensi Makan

1 Apakah adik sarapan pagi


sebelum pergi sekolah?
a. Sesuai 134 58,6%
b. Tidak sesuai 102 41,4%
2 Apakah adik membawa bekal
dari rumah untuk makan
siang?
a. Sesuai 153 62,2%
b. Tidak sesuai 93 37,8%
3 Apakah adik membiasakan
cemilan antara waktu pagi
menjelang siang?
a. Sesuai 149 60,6%
b. Tidak sesuai 97 39,4%
4 Apakah adik membiasakan

STIKes Hang Tuah Pekanbaru


33

makan cemilan antara makan


siang menjelang makan
malam?
a. Sesuai 143 58,1%
b. Tidak sesuai 103 41,9%
5 Apakan adik membiasakan
makan cemilan setelah makan
malam?
a. Sesuai 82 33,3%
b. Tidak sesuai 164 66,7%
6 Apakan adik makan malam
bersama keluarga?
a. Sesuai 119 48,4%
b. Tidak sesuai 127 51,6%
7 Apakah adik mengkonsumsi
buah-buahan sebelum makan?
a. Sesuai 192 78%
b. Tidak sesuai 54 22%

8 Apakah adik mengkonsumsi


buah-buahan setelah makan?
a. Sesuai 64 26,1%
b. Tidak sesuai 182 73,9%
9 Apakah adik mengkonsumsi
buah-buahan se ap hari?
a. Sesuai 177 71,9%
b. Tidak sesuai 69 28,1%
Jenis Makanan
10 Apakah ikan dan daging ayam
sebagai lauk pauk saat makan?
a. Sesuai 64 26%
b. Tidak sesuai 182 74%
11 Apakah adik makan dari
makanan buatan sendiri saat
dirumah?
a. Sesuai 80 32,6%
b. Tidak sesuai 166 67,4%
12 Apakah adik mengkonsumsi
cemilan ro kukus saat di
sekolah?
a. Sesuai 185 75,2%
b. Tidak sesuai 61 24,8%
13 Apakah adik minum susu
se ap hari?
a. Sesuai 163 66,3%
b. Tidak sesuai 83 33,7%
14 Apakah adik membiasakan
makan makanan siap saji?
a. Sesuai 81 32,9%

STIKes Hang Tuah Pekanbaru


34

b. Tidak sesuai 165 67,1%


15 Apakah adik membiasakan
minum minuman bersoda?
a. Sesuai 63 25,6%
b. Tidak sesuai 183 74,4%
16 Apakan adik makan olhan tahu
atau tempe?
a. Sesuai 99 40,2%
b. Tidak sesuai 147 59,8%
17 Apakah adik se ap hari makan
sayuran serat nggi?
a. Sesuai 139 56,5%
b. Tidak sesuai 107 43,5%
18 Apakah adik membiasakan
menambah porsi nasi s ap
makan?
a. Sesuai 72 29,3%
b. Tidak sesuai 174 70,7%
Porsi Makan
19 Apakah adik menambah porsi
sayur se ap makan?
a. Sesuai 166 67,5%
b. Tidak sesuai 80 32,5%
20 Apakah adik menabah porsi
lauk-pauk saat makan?
a. Sesuai 142 57,7%
b. Tidak sesuai 104 42,3%
21 Apakah adik membiasakan
minum ±3 liter air pu h?
a. Sesuai 109 44,3%
b. Tidak sesuai 137 55,7%

Berdasarkan tabel 4.5, diatas dapat dilihat dari 246 responden pada penelitian ini
didapat sebagian besar responden sesuai makan pagi sebelum pergi sekolah sebanyak
134 orang (58,6%) dan membawa bekal dari rumah sebanyak 153 orang (62,2%)
sebagian besar remaja sesuai dengan pola makan berdasarkan frekuensi dimana remaja
serapan pagi sebleum pergi sekolah dan membawa bekal untuk makan siang, remaja
juga mengkonsumsi buah sebelum makan dapat dilihat dari tabel diatas sebanyank 192
orang (78%). Dari hasil data juga dapat dilihat jenis makanan yang sesuai di konsumsi
oleh remaja yaitu seringnya mengkonsumsi roti kukus saat disekolah sebanyak 185
orang (75,2%) dan meminum susu setiap hari sebanyak 163 orang (66,3%). Dari hasil
data porsi makan yang sesuai juga bisa dilihat dari tabel diatas yaitu menambah porsi
makan sayur setiap makan sebanyak 166 orang (67,5%). Hasil data diatas

STIKes Hang Tuah Pekanbaru


35

menunjukkan sebagian besar remaja sesuai dengan pola makan.

4.2 Pembahasan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dibuat diatas, maka selanjutnya peneliti akan
membahas hasil dari penelitian tersebut.

4.2.1 Karakteristik Responden


4.2.1.1 Usia
berdasarkan tabel 4.1 diatas dapat dilihat dari 246 orang responden pada penelitian ini
didapatkan median 16 tahun. Usia responden paling rendah adalah 16 tahun dan paling
tinggi usia 17 tahun. Masa remaja merupakan suatu proses tumbuh kembang yang
berkesinambungan, yang merupakan masa peralihan dari kanak-kanak menuju dewasa
muda remaja atau adolescence diartikan sebagai perubahan emosi dan perubahan sosial
pada masa remaja. Menurut WHO, disebut remaja apabila anak telah mencapai usia
10-18 tahun. Berdasarkan beberapa pendapat tersebut, masa remaja umumnya berumur
16-19 tahun dan merupakan masa peralihan menuju kematangan

Hurlock (2010) mengatakan remaja pertengahan cenderung labil, mudah berubah-ubah


tidak menentu dan membutuhkan teman yang bersifat sama seperti dirinya. Usia
remaja ini juga memiliki rasa keingintahuan yang besar akan sesuatu yang baru dan
belum pernah dilakukan sebelumnya.

Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Anggreny (2014) di Bogor
bahwa sebagian responden berusia sekitar remaja pertengahan yaitu 16 tahun .Usia
remaja merupakan priode transisi masa anak-anak menuju masa dewasa antara usia
11-20 tahun. Penyesuian dan adaptasi sangat dibutuhkan agar bisa menghadapi
perubahan dan mencoba memperoleh identitas diri yang matang (Santrock, 2007).
Remaja usia 16 dan 17 tahun merupakan usia yang rentan terkenannya penyakit
gastritis karena remaja memiliki pola makan yang kurang teratur dan tidak sehat.

4.2.1.2 Jenis kelamin


Berdasarkan hasil penelitian yang didapatkan bahwa sebagian besar responden dengan
jenis kelamin perempuan 140 orang (56,9%) Hasil penelitian ini sejalan dengan
penelitian yang dilakukan oleh Anggreny (2014) di Bogor bahwa mayoritas responden
bejenis kelamin perempuan. Bagi remaja perempuan untuk memiliki bentuk fisik yang

STIKes Hang Tuah Pekanbaru


36

kurus menyebabkan kebiasaan makan yang kurang baik. Tidak teraturnya makan,
mengurangi makan nasi dan mungkin makan hanya pada pagi dan siang saja sedangkan
makan malam diabaikan agar tidak mengakibatkan tubuh gemuk (Winarsih, 2018).

4.2.2 Pola Makan


4.2.2.1 Pola Makan Berdasarkan Frekuensi Makan
Berdasarkan hasil penelitian yang didapatkan bahwa sebagian besar remaja di SMAN
10 Kota Pekanbaru diperoleh data frekuensi makan remaja yang sesuai berjumlah 136
orang (55,3%) dan frekuensi makan tidak sesuai berjumlah 110 orang (44,7%).
Frekuensi makan merupakan jumlah makanan yang dimakan sehari-hari. Pembagian
jam makan yang tepat seperti pada makan pagi baik untuk daya ingat dan ketahanan
dalam melakukan aktivitas, makan siang dan makan malam. Sebaiknya pada masa
pertumbuhan makan 3 kali dalam sehari untuk kebutuhan zat gizi pada tubuh
(Aritonang, 2011).

Hasil analisis kuesioner diperoleh data bahwa sebagian besar remaja jarang
mengkonsumsi buah-buahan yang berjumlah 161 orang (65,9%). Hal ini sejalan
dengan hasil penelitian yang dilakukan Farisa (2012) mengatakan bahwa remaja
perempuan lebih banyak menkonsumsi buah dibandingkan laki-laki, karena kurangnya
kesidian buah dirumah sehingga remaja kurang mengkonsumsi setiap hari.

Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan Puspadewi (2012) mengatakan
bahwa masih banyak remaja yang tidak serapan dan terlambat makan. Dalam sehari
responden hanya makan dua kali sehari sehingga keadaan lambung kosong, sehingga
menyebabkan gastritis.

Berdasarkan hasil penelitian yang didapatkan bahwa sebagian besar remaja di SMAN
10 Kota Pekanbaru menunjukkan data frekuensi makan remaja yang sesuai berjumlah
136 orang (55,3%) dan frekuensi makan tidak sesuai berjumlah 110 orang (44,7%).
Remaja SMAN 10 Pekanbaru memiliki frekuensi makan yang sesuai atau baik.

4.2.2.2 Pola Makan Berdasarkan Jenis Makanan

Berdasarkan hasil penelitian yang didapatkan bahwa sebagian besar remaja di SMAN
10 Kota Pekanbaru diperoleh data jenis makanan remaja yang sesuai berjumlah 162
orang (65,9%) dan jenis makanan tidak sesuai berjumlah 84 orang (34,1%). Jenis

STIKes Hang Tuah Pekanbaru


37

makanan adalah sejenis makanan pokok yang dimakan setiap hari terdiri dari makanan
pokok, lauk pauk, lauk nabati, sayuran dan buah yang di konsumsi setiap hari.
Makanan pokok adalah sumber makanan utama di negara indonesia, yang di konsumsi
setiap orang atau kelompok masyarakat yang terdiri dari beras, jagung, sagu,
umbi-umbian dan tepung (Sulistyoningsih, 2011).

Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan Fitrin (2013) mengatakan
bahwa responden mengkonsumsi makanan yang tidak sesuai atau kurang baik, hal ini
di sebabkan karena responden tidak memperhatikan makanan yang dikonsumsi, faktor
kesibukan, mengkonsumsi yang instan, makanan yang keasamannya tinggi, makan
goreng-gorengan dan minuman yang mengandung soda yang dapat meningkatkan asam
lambung terluka dan menyebabkan gastritis.
hasil analisis kuesioner diperoleh data bahwa sebagian besar remaja jarang
mengkonsumsi makanan siap saji yang berjumlah 142 orang (57,7%). Penelitian ini
sejalan dengan penelitian yang dilakukan Annur (2014) mengatakan bahwa responden
mengkonsumsi makanan yang tidak sesuai atau kurang baik, hal ini di sebabkan karena
cenderung memilih makanan yang banyak mengandung lemak dan gula serta sedikit
serat, vitamin, dan mineral yang berpengaruh buruk bagi kesehatan.

Berdasarkan hasil penelitian yang didapatkan bahwa sebagian besar remaja di SMAN
10 Kota Pekanbaru menunjukkan data jenis makanan remaja yang sesuai berjumlah
162 orang (65,9%) dan jenis makanan tidak sesuai berjumlah 84 orang (34,1%).
Remaja SMAN 10 Pekanbaru memiliki jenis makanan yang sesuai atau baik.

4.2.2.3 Pola Makan Berdasarkan Porsi Makan


Berdasarkan hasil penelitian yang didapatkan bahwa sebagian besar remaja di SMAN
10 Kota Pekanbaru diperoleh data porsi makan remaja yang sesuai berjumlah 133
orang (54,1%) dan porsi makan tidak sesuai berjumlah 113 orang (45,9%). Masa
remaja cenderung memilih makanan yang disukainya, jika makan makanan yang
disukainya remaja tidak mementingkan berapa banyak jumlah makanan yang masuk
kedalam tubuh. Jumlah makanan harus sesuai dengan jumlah yang masuk kedalam
tubuh dan jumlah yang keluar dari dalam tubuh (Satyawati & Hartini, 2018).
Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan Hidayah (2012) mengatakan
porsi makan responden tidak sesuai karena mengkonsumsi makanan dengan porsi

STIKes Hang Tuah Pekanbaru


38

kecil, menunggu saat lapar dan sering kali makan dengan tergesa-gesa. porsi makan
dapat mempengaruhi terjadinya gastritis bagi responden. Porsi makan harus di
perhatikan oleh responden yang mengalami gastritis untuk meringankan pekerjaan
saluran pencernaan dimana sebaiknya makan dengan porsi dikit tapi sering.
Hasil analisis kuesioner diperoleh data bahwa sebagian besar remaja jarang
mengkonsumsi sayur-sayuran yang berjumlah 134 (54,5%). Hal ini sejalan dengan
penelitian yang dilakukan Widyawati (2009) mengatakan bahwa kurangnya remaja
mengkonsumsi sayur karena pengaruh dari beberapahal yang mempengaruhi tingkat
kesukaan atara rasa, tekstur, aroma, dan kebiasaan makan.
Berdasarkan hasil penelitian yang didapatkan bahwa sebagian besar remaja di SMAN
10 Kota Pekanbaru menunjukkan data porsi makan remaja yang sesuai berjumlah 133
orang (54,1%) dan porsi makan tidak sesuai berjumlah 113 orang (45,9%). Remaja
SMAN 10 Pekanbaru memiliki jenis makanan yang sesuai atau baik.

4.3 Keterbatasan Penelitian


Penelitian ini tidak lepas dari keterbatasan. Adapun keterbatasan penelitian ini adalah
responden yang diteliti dengan tidak diteliti berada pada suatu ruangan yang sama. Hal
ini disebabkan tidak diperbulehnya izin dari pihak sekolah untuk memisahkan
responden tersebut.

STIKes Hang Tuah Pekanbaru


39

BAB 5

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan mengenai gambaran pola makan pada
remaja di SMAN 10 Pekanbaru yang telah dilakukan pada bulan Juli 2019. Dengan
jumlah responden 246 frekuensi makan remaja yang sesuai berjumlah 136 (55,3%) dan
frekuensi makan tidak sesuai berjumlah 110 (44,7%), dari data jenis makanan remaja
yang sesuai berjumlah 162 (65,9%) dan jenis makanan tidak sesuai berjumlah 84
(34,1%), dari data porsi makan remaja yang sesuai berjumlah 133 (54,1%) dan porsi
makan tidak sesuai berjumlah 113 (45,9%).

5.2 Saran
5.2.1 Bagi Ilmu Keperawatan
Bagi ilmu keperawatan dapat memberikan edukasi dan masukkan bagi remaja tentang
bagaimana pentingnya pola makan agar lebih meningkatkan lagi peraturan pola makan
sehingga mengoptimalkan pencapaian nilai pada remaja.
5.2.2 Bagi institusi pendidikan
Diharapkan penelitian ini dapat dijadikan sebagai sumber bacaan bagi mahasiswa di
STIKes hangtuah Pekanbaru.
5.2.3 Bagi tempat penelitian
Diharapkan pihak sekolah dapat meningkatkan kualitas jajanan sekolah yang sehat
sehingga pola makan yang telah sesuai dapat lebih meningkatkan lagi.

37

STIKes Hang Tuah Pekanbaru


40

DAFTAR PUSTAKA

Annur. DR. (2012). Hubungan faktor induvidu dan lingkungan dengan mengkonsumsi
buah dan sayur pada siswa SMPN 19 Jakarta. [skripsi]. Depok: Universitas
Indonesia.

Arisman. (2004). Gizi dalam daur kehidupan. Jakarta:EGC.

Aritonang, I. (2011). Kebiasaan makan dan gizi seimbang. Yogyakarta: Leutika.

Auliana, R. (2001). Gizi dan pengolahan pangan. Yogyakarta: Adicita:

Almatsier S. (2006). Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama;

Almatsier, S., Soetardjo, S., & Soekatri, M. (2011). Gizi seimbang dalam daur
kehidupan. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Annisa M N, Ernalia Y, Amelia S M. (2012) Perbedaan kualitas hidup antara status gizi
lebih dan status gizi normal pada siswa SMAN 1 pekanbaru[skripsi]. Pekanbaru:
Universitas Riau; Available from:
http://lib.unri.ac.id/skripsi/index.php?p=showdetail&id=41517

Barasi M.E. (2007) nutrition At a Glance Edition. Poblished by Blackwell publishing


Ltd, penerbit Erlangga;102-111

Chandra A. Wahyumi TD. Sutriningsih A. (2006) Hubungan antara aktivitas fisik san
pola makan dengan kejadian obesitas di SMA Labolatorium malang.

Depertemen Kesehatan RI. (2013). Laporan hasil riset kesehatan dasar Nasional.
(RISKESDAS).

Depkes, RI. (2018). Kenali masalah gizi yang mengancam remaja indonesia.
www.depkes.go.id/article/view/18051600005/kenali-masalah-gizi
-yang-ancam-remaja-indonesia.htm. Jakarta: Dipublikasikan pada selasa, 15 mei
2018.

Emilia Esi. (2009) Pengetahuan, Sikap dan Praktek Gizi pada Remaja dan
Implikasinya pada Sosialisasi Perilaku Hidup Sehat. Media Pendidikan Gizi dan

STIKes Hang Tuah Pekanbaru


41

Kuliner;1(1).

Farisa. S. (2012). Hubungan sikap, pengetahuan, ketersedian dan keterpaparan media


massa dengan konsumsi buah dan sayur pada siswa SMPN 8 Depok. [skripsi].
Depok: Universitas Indonesia

Fitri. (2013). Deskripsi pola makan penderita maag pada Mahasiswa jurusan
kesejahteraan keluarga fakultas teknik Universitas Negeri Padang. Jurnal
Universitas Negeri Padang Vol.2 No.1
http://ejournal.unp.ac.id/index.php.gkre/article/view.

Guyton. AC, Ball JE. (2007) Obesitas. Buku ajar fisiologi kedokteran. Ed 9. Jakarta.
EGC;

Hardiansyah. (2005). Penilaian dan perencanaan konsumsi pangan gizi masyarakat dan
sumber berdaya keluarga. (Laporan Penelitian). Bogor: Institut Pertanian Bogor.

Hidayat, A. A. (2011). Metologi penelitian kesehatan paradigma kuantitatif. Jakarta:


Heat Books.

Hidayah. (2012). Kesalahan-kesalahan pola makan pemicu seabrek penyakit


mematikan. Yogyakarta: Buku Biru.

Kirchner, T., Ferrer, L., Forns, M., & Zanini, D. (2011). Self-harm behavior and
suicidal ideation among high school students. Gender differences and relationship
with coping strategies. Actas Espanolas dePsiquiatria, (39), 226-35.

Khomsan, A. (2004). Pangan dan gizi untuk kesehatan. PT Raja Grafindo Persada.
Jakarta.

Kusmiran, E. (2012). Kesehatan reproduksi remaja dan wanita. Jakarta: Salembah


Medika

Maulidiyah U. (2006). Hubungan Antara Stres dan Kebiasaan Makan dengan


Terjadinya Kekambuhan Penyakit Gastritis. Dari http://adln.lib.unair.ac.id/.
Jakarta.

Notoatmodjo, S. (2010). Metodologi Penelitian Kesehataan. Jakarta: Rineka Cipta.

STIKes Hang Tuah Pekanbaru


42

Perry, G. A. & Potter, A. P. (2009). Fundamentals of nursing buku 1 edisi 7. Jakarta:


Selemba Medika.

Poltekes Depkes Jakarta 1. (2012). Kesehatan remaja, problem dan solusinya. Jakarta:
Salembah Medika.

Pratiwi, W. (2013). Hubungan pola makan dengan gastritis pada remaja di pondok
pesantren Daar El-Qolam Gintung Jayanti Tangerang, Universitas Islam Negeri
syarif Hidayatullah, Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan. Jakarta. (skripsi).
http://repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25709/1/Wahyu%20prat
iwi%20%20fkik.pdf.Puspadewi, V. A dan Endang L. (2012). Penyakit maag dan
gangguan pencernaan. Yogyakarta: Kanisius.

Puspadewi, V.A dan Endang, L. (2012) penyakit maag dan gangguan pencernaan.
Yokyakarta: Kanisius.

Ratna Verawati. (2015). Hubungan antara body image dengan pola makan dan status
gizi remaja putri di SMP Al Islam 1 Surarakarta. Jurnal. Universitas
Muhammadiyah Surakarta.

Riskesdas, RI. (2013). Hasil utama riset kesehatan dasar. Badan Penelitian dan
Pengembangan Kesehatan Kementerian Kesehatan RI.

Santrock, W. J. (2007). Remaja edisi 11. Jakarta: Erlangga.

Santoso & Ranti. 2004. Ilmu gizi. Jakarta: Salemba Medika.

Santrock, J.W. (2009). Perkembangan remaja. Jakarta : Penerbitan Erlangga.

Sarwono, S. (2010). Psikologi Remaja. Jakarta: PT. Rajagrapindo Persada.

Saydam. (2011). Memahami berbagai penyakit (penyakit pernapasan dan gangguan


pecernaan). Bandung: Alfabeta.

Sediaoetama, D. A. (2004). Ilmu gizi. Jakarta Timur: Dian Rakyat.

Sujarweni, V., W. (2014). Metodologi penelitian. Yogyakarta : Pustaka Baru.

Sulistyoningsih, Hariyani. (2011). Gizi untuk kesehatan ibu dan anak. Edisi Pertama.

STIKes Hang Tuah Pekanbaru


43

Yogyakarta; Graha Ilmu.

Swarjana, I.K. (2012). Metologi penelitian kesehatan. CV Andi Offset. Yogyakarta.

UNICEF. The state of world’s children 2012. Available at:


http://www.unicef.org/sowc2012/

Uripi. (2007). Menu Untuk Penderita Hepatitis dan saluran Pencernaan. Jakarta: Puspa
Swara.

Waryono. (2010). Gizi reproduksi. Yogyakarta: Pustakah Rihama.

Wildastuti, Y. (2009). Kesehatan produksi. Yogyakarta: Fitramaya.

Widyawati I. (2009). Analisis preperensi pangan masyarakat dan daya dukungan gizi
menuju pencapain diversifikasi pangan. Kabupaten Bogor: IPB.

Winarsih. (2018). Pengantar ilmu gizi dalam kebidanan. Yogyakarta: Pustaka Baru.

Wong, D. L., Hockenberry-Eaton, M., Wilson, D., Winkelstein, M. L., & Schwartz, P.
(2009). Buku Ajar Keperawatan Pediatrik Wong. In volume 1.

World Heatlh Organization. Worldwide Prevalence of Anemia. (2005). WHO Global


Database on Anaemia. Geneva: WHO Press; (2008).

Zametkin, AJ, Zoon, CK, Klien, HW, Munson, S. (2004). Psychiatric aspects of child
and adolescent obesity; A review of the past 10 years, focus the journal of lifelong
learning in psychiatry, vol. 2, no. 4, p.625-641, http://www.focus.psychiatryonline.org.

STIKes Hang Tuah Pekanbaru


44

STIKes Hang Tuah Pekanbaru

Anda mungkin juga menyukai