Anda di halaman 1dari 27

Mata Kuliah: Keperawatan anak II

LEUKIMEA

Disusun oleh :

Maghriza Tiara N NIM 17.0603.0002


Lailatul Nur Hidayati NIM 17.0603.0015
Rimadhani Ainunrahim NIM 17.0603.0025
Dea Mustika Ayu NIM 17.0603.0032
Inthan Amira Audhinia NIM 17.0603.0038
Dewi Sasqia Safitri NIM 17.0603.0047
Dimas Aji Adhitama NIM 17.0603.0048
Ravi Lukman Hakim NIM 17.0603.0053

PROGRAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAGELANG
2019
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang maha pengasih lagi maha penyayang,
kami panjatkan puji dan syukur atas kehadirat-Nya yang telah melimpahkan
rahmat, hidayah, inayah kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan
makalah tentang “leukimia”.
Laporan pendahuluan ini, kami susun guna memenuhi tugas Keperawatan Anak
II. Untuk itu kami menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang
telah berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.
Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih banyak
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun ata bahasanya. Oleh karena
itu, dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca
agar kami dapat memperbaiki makalah ini.
Akhir kata kami berharap semoga laporan pendahuluan ini memberikan manfaat
maupun inspirasi terhadap pembaca.
Magelang, 5 September 2019

Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar belakang
B. Rumusan masalah
C. Tujuan
BAB II TINJAUAN TEORI
A. Definisi
B. Etiologi
C. Tanda dan gejala
D. Pathway
E. Patofisiologi
F. Pemeriksaan penunjang
G. Penatalaksanaan
H. Komplikasi
I. Diagnose keperawatan
J. Intervensi
BAB II TINJAUAN KASUS
A. Pengkajian
B. Analisa Data
C. Diagnose keperawatan
D. Intervensi

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Penderita leukimia pada anak yang memiliki gejala seperti demam
atau keringat malam, merasa lemah atau capai, pucat, sakit kepala, muda
berdarah atau memar. misalnya gusi mudah berdarah saat sikat gigi, muda
memar saat terbentur ringan, nyeri pada tulang dan/atau sendi. Adanya
perubahan gejala secara cepat pada penderita leukemia anak
mengakibatkan anak merasakan sakit yang hebat. Kondisi tersebut
mengharuskan anak dengan penyakit leukemia harus dilakukan dengan
perawatan di rumah sakit, dan sangat tidak memungkinkan anak dalam
perawatan di rumah (Robert , 2009).
Anak-anak dengan penyakit leukemia memiliki masalah-masalah
seperti berkurangnya kemampuan anak dalam beraktivitas pada sesuainya.
Anak akan mengalami kesulitan seperti menggambar yang dicontohkan,
menggambar garis yang lebih panjang. Kesulitan ini sebagai akibat rasa
sakit nyeri pada bagian tulang (Hoffbrand, 2005).

B. Rumusan masalah
1. Bagaimana konsep teori dari leukimia pada anak
2. Bagaimana asuhan keperawatan pada pasien dengan kasus leukimia
pada anak

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui konsep dasar teori leukimia pada anak
2. Dapat memberikan asuhan keperawatan pada pasien dengan demam
leukemia pada anak

BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Definisi
Leukemia adalah suatu penyakit keganasan pada sistem
hematopoiesis yang menyebabkan proliferasi sel darah yang tidak
terkendali. Sel-sel progenitor dapat berkembang pada elemen sel yang
normal, karena peningkatan rasio proliferasi sel dan penurunan rasio
apoptosis sel. Hal ini menyebabkan gangguan dari fungsi sumsum tulang
sebagai pembentuk sel darah yang utama. (Klegman,2007).
Leukemia merupakan penyakit akibat terjadinya proliferasi
(pertumbuhan sel imatur) sel leukosit yang abnormal dan ganas, serta
sering disertai adanya leukosit dengan jumlah yang berlebihan, yang dapat
menyebabkan terjadinya anemia trombositopenia. (Hidayat, 2006).
Leukemia merupakan penyakit akibat proliferasi (bertambah
banyak atau multiplikasi) patologi dari sel pembuat darah yang bersifat
sistemik dan biasanya berakhir fatal. (Nursalam, 2005).
Jadi dapat disimpulkan bahwa leukemia adalah penyakit akibat
terjadinya proliferasi sel leukosit yang abnormal dan ganas serta sering
disertai adanya leukosit jumlah yang berlebihan dari sel pembuat darah
yang bersifat sistemik dan biasanya berakhir fatal.

B. Etiologi
Terjadinya leukemia banyak hal yang mempengaruhi diantaranya :
a. Faktor Eksogen
1. Radiasi, khususnya yang mengenai sumsum tulang,
kemungkinan leukemia meningkat pada penderita yang diobati
dengan radiasi atau kemoterapi.
2. Zat kimia, seperti benzene, arsen, kloramfenikol, fenilbutazone,
dan agen anti neoplastik. Terpapar zat kimia dapat
menyebabkan dysplasia sumsum tulang belakang,anemia
aplastik dan perubahan kromosom yang akhirnya dapat
menyebabkan leukemia.
3. Infeksi virus, pada awal tahun 1980 diisolasi virus HTLV-1
(Human T Leukemia Virus )dari leukemia sel T manusia pada
limfosit seorang penderita limfoma kulit dan sejak itu diisolasi
dari sample serum penderita leukemia sel T.
b. Faktor Endogen
1. Bersifat herediter, insiden meningkat pada beberapa penyakit
herediter seperti sindrom down mempunyai insiden leukemia
akut 20 x lipat dan riwayat leukemia dalam keluarga . insiden
leukemia lebih tinggi dari saudara kandung anak-anak yang
terserang, dengan insiden yang meningkat sampai 20% pada
kembar monozigot.
2. Kelainan genetic, mutasi genetic dari gen yang mengatur sel
darah yang tidak diturunkan. (Price, 2006 : 248)
C. Tanda dan gejala
Tanda dan gejala awal leukemia dapat termasuk demam, anemia,
perdarahan, kelemahan, nyeri tulang atau sendi dengan atau tanpa
pembengkakan. Purpura merupakan hal yang umum serta hepar dan lien
membesar. Jika terdapat infiltrasi kedalam susunan saraf pusat dapat
ditemukan tanda meningitis. Cairan serebro spinal mengandung protein
yang meningkatkan dan glukosa yang menurun. Tampaknya juga terdapat
beberapa hubungan antara leukemia dan sindrom down (mongolisme) :
a. Pucat
b. Malaise
c. Keletihan(letargi)
d. Perdarahan gusi
e. Mudah memar
f. Petekia dan ekimosis
g. Nyeri abdomen yang tidak jelas
h. Berat badan turun
i. Iritabilitas
j. Muntah
k. Sakit kepala (pusing)
(Hidayat, 2006 : 45)

D. Patofisiologi
Leukemia adalah jenis gangguan pada system hemapoetik yang
fatal dan terkait dengan sumsum tulang dan pembuluh limfe ditandai
dengan tidak terkendalinya proliferasi dari leukosit. Jumlah besar dari sel
pertama-tama menggumpal pada tempat asalnya (granulosit dalam
sumsum tulang, limfosit di dalam limfe node) dan menyebar ke organ
hematopoetik dan berlanjut ke organyang lebih besar sehingga
mengakibatkan hematomegali dan splenomegali.
Limfosit imatur berproliferasi dalam sumsum tulang dan jaringa
perifer serta mengganggu perkembangan sel normal. Akibatnya,
hematopoesis normal terhambat, mengakibatkan penurunan jumlah
leukosit, eritrosit, dan trobosit. Eritrosit dan trombosit jumlahnya dapat
rendah atau tinggi tetapi selalu terdapat sel imatur.
Proliferasi dari satu jenis sel sering mengganggu produksi normal
sel hematopoetik lainnya dan mengarah ke pembelahan sel yang cepat dan
sitopenia atau penurunan jumlah. Pembelahan dari sel darah putih
meningkatkan kemungkinan terjadinya infeksi karena penurunan imun.
Trombositopeni mengakibatkan perdarahan yang dinyatakan oleh
ptekie dan ekimosis atau perdarahan dalam kulit, epistaksis atau
perdarahan hidung, hematoma dalam membrane mukosa, serta perdarahan
saluran cerna dan saluran kemih. Tulang mungkin sakit dan lunak yang
disebabkan oleh infark tulang.
(Long, 1996 : 704)

E. Pathway

F. Pemeriksaan penunjang
a. Tes darah
Tes darah meliputi tes hitung darah lengkap untuk memeriksa jumlah
sel darah putih dalam tubuh dan asupan darah tepi untuk memeriksa
bentuk dan ukuran sel darah putih, serta mendeteksi sel darah putih
yang belum matang.
b. Aspirasi sumsum tulang
Pemeriksaan terhadap sempel jaringan sumsum tulang. Pasien dapat
terdiagnosis leukimia mieloblastik akut, jika 20% atau lebih sel darah
dalam sumsum tulang belum matang.
c. Pungsi lumbal
Pemeriksaan terhadap sampel cairan serebrospinal, yaitu cairan yang
berada di sekitar otak dan sumsum tulang belakang, untuk mendeteksi
sel kanker.
d. Tes pencitraan (USG,Foto Rontgen,CT scan)
Untuk mendeteksi infeksi atau gangguan lain yang disebabkan oleh
leukemia mieloblastik akut.

G. Penatalaksanaan
a. Transfusi darah
Diberikan jika kadar Hb kurang dari 6 gr%. Pada trombositopenia
yang berat dan perdarahan yang massif dapat diberikan transfuse
trombosit.
b. Kortikostiroid seperti prednisone, kortison, deksametason dan
sebagainya. Setelah dicapai remisi (sel kanker sudah tidak ada lagi
dalam tubuh dan gejala klinik membaik ), dosis dikurangi sedikit demi
sedikit dan akhirnya dihentikan.
c. Sitostatika bentuk terapi utama adalah kemoterapi dengan kombinasi :
vinkristine, asparaginase, prednisone, untuk terapi awal dan
dilanjutkan dengan kombinasi mercaptopurine, metotrexate,
vincristine, dan prednisone untuk pemeliharaan. Radiasi untuk daerah
kraniospinal dan injeksi intratekal obat kemoterapi dapat membantu
mencegah kekambuhan pada system saraf pusat.
Infeksi sekunder dihindarkan (bila mungkin penderita diisolasi dalam
kamar yang bebas hama).
d. Imunoterapi merupakan cara pengobatan yang baru. Setelah tercapai
remisi dan jumlah sel leukemia yang cukup rendah (105-106), imuno
terapi diberikan. Pengobatan yang spesifik dilakukan dengan
pemberian imunisasi BCG atau dengan Crynae bacterium dan
dimaksutkan agar terbentuk antibody yang dapat memperkuat daya
tahan tubuh. Pengobatan spesifik dikerjakan dengan penyuntikan sel
leukemia yang telah diradiasi.
e. Transplantasi sumsum tulang.
(Ngastiyah, 2005)

H. Komplikasi
a. Gangguan sistem kekebalan tubuh
Komplikasi yang paling umum terjadi pada penderita leukemia
mieloblastik akut.
b. Perdarahan
Leukemia mieloblastik akut menyebabkan tubuh lebih rentan
mengalami memar dan perdarahan karena trombositopenia.
c. Leukostasis
Terjadi ketika jumlah sel darah putih dalam aliran darah sangat tinggi
(50.000/uLdarah). Leukostasis memicu terjadinya penggumpalan sel
darah putih yang dapat menyebabkan penyumpatan pembuluh darah
dan terganggunya asupan oksigen ke sel-sel tubuh.

I. Fokus Pengkajian
a. Demografi
1. Usia : Lebih sering terjadi pada anak yang berusia 2-5 tahun.
Jenis leukemia ( limfositik myeloid akut ).lebih sering di temukan
pada anak umur 15th.
2. Ras : Lebih banyak terkena pada anak kulit putih
3. Lingkungan : Banyak polutan
4. Jenis kelamin : sering menyerang kaum laki-laki.
b. Data focus
1. Aktivitas
Gejala : Kelelahan, malaise, kelemahan, ketidakmampuan untuk
melakukan aktivitas biasanya.
Tanda : Kelelahan otot, peningkatan kebutuhan tidur, somnolen.
2. Sirkulasi
Gejala : Palpitasi
Tanda : Takikardi, membran mukosa pucat, dan tanda perdarahan
serebral.
3. Eliminasi
Gejala : Diare, nyeri tekan perianal, darah merah terang pada tisu,
feses hitam, darah pada urin, penurunan haluaran urin
4. Integritas ego
Gejala : Perasaan tak berdaya / tidak ada harapan.
Tanda : Depresi, menarik diri, ansietas, takut, marah, mudah
terangsang, perubahan alam perasaan.
5. Nutrisi dan cairan
Gejala : Kehilangan nafsu makan, anoreksia, muntah
penurunan berat badan, faringitis disfagia.
Tanda : Distensi abdominal, penurunan bunyi usus, splenomegali,
hepatomegali, ikterik.
6. Neuro sensori
Gejala : Penurunan koordinasi, perubahan alam perasaan, kacau,
kurang konsentrasi, kebas, kesemutan.
Tanda : Otot mudah terangsang, aktivitas kejang.
7. Nyeri atau kenyamanaan
Gejala : Nyeri abdomen, sakit kepala, nyeri tulang atau sendi, nyeri
tekan eksternal, kram otot.
Tanda : Perilaku berhati-hati / distraksi, gelisah, focus pada diri
sendiri.
8. Pernafasaan
Gejala : Nafas dengan kerja minimal
Tanda : Dispnue, takhipnea, batuk, ronkhi.
9. Keamanan
Gejala : Riwayat saat ini / dahulu, jatuh, gangguan penglihatan,
perdarahan spontan tak terkontrol dengan trauma minimal.
Tanda : Demam, infeksi, kemerahan, purpura, perdarahan gusi
epistaksis, pembesaran nodul limfe (sehubungan dengan invasi
jaringan).
c. Data penunjang
1. Hitung darah lengkap :
a) Hemoglobin : dapat kurang dari 10 g/ 100 ml.
b) Jumlah trombosit : mungkin sangat rendah (kurang dari
50.000/mm ).
c) Sel Darah Putih : mungkin lebih dari 50.000 /cm dengan
peningkatan sel darah putih imatur (mungkin menyimpang
kekiri). Mungkin ada sel blast leukemia.
2. Pemeriksaan sel darah tepi :
Biasanya menunjukkan anemia dan trobositopenia, tetapi juga
dapat menunjukkan leucopenia, leukositosis tergantung pada
jumlah sel yang beredar.
3. Asam urat serum / urine : mungkin meningkat
4. Biopsi sumsum tulang :
Sel darah merah abnormal biasanya lebih dari 50% atau lebih dari
sel darah putih pada sumsum tulang. Sering 60% - 90% dari sel
blast, dengan prekusor eritrosit, sel matur, dan megakariositis
menurun.
5. Biopsi nodus limfa :
Pemeriksaan ini akan memperlihatkan proliferasi sel leukemia dan
sel yang berasal dari jaringan limfa akan terdesak seperti limfosit
normal dan granulosit.
(Doengoes, 2000)

J. Diagnosa
a. Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan tak adekuat
pertahanan sekunder : gangguan dalam kematangan sel darah putih,
peningkatan jumlah limfosit imatur, imunosupresi, penekanan sumsum
tulang.
b. Resiko kurang volume cairan berhubungan dengan kehilangan
berlebihan (muntah, perdarahan, diare), penurunan pemasukan cairan
(mual, anoreksia), peningkatan kebutuhan cairan (status
hipermetabolik, demam).
c. Resiko perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan anoreksia, mual dan muntah.
d. Gangguan rasa nyaman : nyeri berhubungan dengan agen fisikal
(pembesaran nodul limfe, sumsum tulang yang dikemas dengan
dengan sel leukemik ), agen kimia (pengobatan anti leukemik ).
e. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan umum,
penurunan cadangan energi, peningkatan laju metabolik dari produksi
leukosit massif, ketidak seimbangan antara suplai dan kebutuhan
oksigen.

K. Intervensi
a. Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan tak adekuat
pertahanan sekunder : gangguan dalam kematangan sel darah putih,
peningkatan jumlah limfosit imatur , imunosupresi , penekanan sumsum
tulang
Tujuan : Mencegah timbulnya infeksi.
Kriteria hasil :
1. Mengidentifikasi tindakan untuk mencegah / menurunkan resiko
infeksi.
2. Menunjukkan teknik perubahan pola hidup untuk meningkatkan
keamanan lingkungan, meningkatkan penyembuhan
Intervensi
1. Tempatkan pada ruang khusus,.batasi pengunjung sesuai
indikasi.Rasional : Melindungi dari sumber potensial pathogen.
2. Berikan protocol untuk mencuci tangan yang baik untuk
semua petugas dan pengunjung.Rasional : Mencegah
kontaminasi silang / menurunkan resiko infeksi.
3. Dorong peningkatan masukan makanan tinggi protein dan cairan.
Rasional : Meningkatkan pembentukan antibody dan
mencegah dehidrasi.
4. Kolaborasi : Awasi pemeriksaan laboratorium ( hitung darah lengkap
).
Rasional : Meyakinkan adanya infeksi, mengidentifikasi organisme
spesifik dan terapi tepat.
b. Resiko kurang volume cairan berhubungan dengan kehilangan
berlebihan (muntah, perdarahan, diare), penurunan pemasukan cairan
(mual, anoreksia), peningkatan kebutuhan cairan (status hipermetabolik,
demam).
Tujuan : Mempertahankan kebutuhan cairan.
Kriteria hasil :
1. Menunjukkan volume cairan adekuat, dibuktikan oleh tanda vital
stabil, nadi teraba, haluaran urin, berat jenis dan PH dalam batas
normal.
2. Mengidentifikasi faktor resiko individual intervensi yang tepat.
3. Melakukan perubahan pola hidup / perilaku untuk mencegah terjadi
defisit volume cairan.
Intervensi :
1. Awasi masukan / haluaran. Hitung kehilangan tak kasat mata dan
keseimbangan cairan. Perhatikan penurunan urin pada adanya
pemasukan adekuat, ukur erat jenis dan PH urin.
Rasional : Penurunan sirkulasi sekunder terhadap destruksi SDM
dan pencetusnya pada tubulus batu ginjal (sehubungan dengan
peningkatan kadar asam urat / dapat menimbulkan retensi urin /
gagal ginjal ).
2. Berikan cairan IV sesuai indikasi.
Rasional : Mempertahankan keseimbangan cairan atau elektrolit
pada tak adanya pemasukan melalui oral, menurunkan resiko
komplikasi ginjal.
3. Dorong peningkatan masukan makanan tinggi protein dan cairan.
Rasional : Meningkatkan pembentukan antibody dan
mencegah dehidrasi.
4. Kolaborasi : Awasi pemeriksaan laboratorium (hitung darah
lengkap).
Rasional : Meyakinkan adanya infeksi, mengidentifikasi organisme
spesifik dan terapi tepat.
c. Resiko kurang volume cairan berhubungan dengan kehilangan
berlebihan (muntah, perdarahan, diare), penurunan pemasukan cairan
(mual, anoreksia), peningkatan kebutuhan cairan (status hipermetabolik,
demam).
Tujuan : Mempertahankan kebutuhan cairan.
Kriteria hasil :
1. Menunjukkan volume cairan adekuat, dibuktikan oleh tanda vital
stabil, nadi teraba, haluaran urin, berat jenis dan PH dalam batas
normal.
2. Mengidentifikasi faktor resiko individual intervensi yang tepat.
3. Melakukan perubahan pola hidup / perilaku untuk mencegah terjadi
defisit volume cairan
Intervensi :
1. Awasi masukan / haluaran. Hitung kehilangan tak kasat mata dan
keseimbangan cairan. Perhatikan penurunan urin pada adanya
pemasukan adekuat, ukur erat jenis dan PH urin.
Rasional : Penurunan sirkulasi sekunder terhadap destruksi SDM
dan pencetusnya pada tubulus batu ginjal (sehubungan dengan
peningkatan kadar asam urat / dapat menimbulkan retensi urin /
gagal ginjal ).
2. Berikan cairan IV sesuai indikasi.
Rasional : Mempertahankan keseimbangan cairan atau elektrolit
pada tak adanya pemasukan melalui oral, menurunkan resiko
komplikasi ginjal.
3. Implementasikan tindakan untuk mencegah cedera
jaringan/ perdarahan.
Rasional: Bila perdarahan terjadi meskipun dengan sikat halus
dapat menyebabkan kerusakan jaringan.
4. Perhatikan adanya mual dan demam.
Rasional : Mempengaruhi pemasukan, kebutuhan cairan dan
rute penggantian.
5. Kolaborasi : Berikan cairan IV sesuai indikasi.
Rasional : Mempertahankan keseimbangan cairan / elektrolit
pada tak adanya pemasukan melalui oral: menurunkan resiko
komplikasi ginjal.
d. Resiko perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan anoreksia, mual dan muntah.
Tujuan : Kebutuhan nutrisi terpenuhi setelah dilakukan
tindakan keperawatan.
Kriteria hasil : Mual dan muntah berkurang atau bahkan
menghilang, berat badan dapat dipertahankan, klien bisa
menghabiskan makan 1 porsi.
Intervensi :
1. Monitor pemasukan dan pengeluaran makanan.
Rasional :Mengawasi masukan kalori atau kualitas
kekurangan konsumsi makanan.
2. Berikan makan sedikit dan frekuensi sering.
Rasional :Makan sedikit dapat menurunkan
kelemahan dan meningkatkan pemasukan.
3. Pastikan pola diit makanan yang disukai dan tidak disukai.
Rasional :Mengidentifikasi defisiensi,menduga kemungkinan
intervensi.
4. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan komposisi diit.
Rasional : Membantu dalam membuat rencana diit untuk memenuhi
kebutuhan individual.
BAB II
TINJAUAN KASUS

KASUS:
An. D kelihatan lesu, lemas dan pucat. Pasien baru masuk bagian anak untuk yang
kedua kalinya atau indikasi ALL. Prositostatika.
A. PENGKAJIAN
a. Identitas Pasien
1. Nama anak : An.D
2. Tempat/tgl lahir : Pondok/ 05-10-2004
3. Jenis Kelamin : Laki-laki
4. Diagnosa Medis : LLA
b. Identitas keluarga
1. Nama ayah : Mahatir
2. Pekerjaan : Sopir
3. Nama ibu : Nike
4. Pekerjaan : Ibu RT
5. Alamat : Pondok, Kota Padang
c. Keluhan Utama
Alasan masuk ke RS: An.D kelihatan lesu, lemas dan pucat dan
diindikasikan ALL. Prositostatika.
d. Riwayat Kehamilan dan Kelahiran
1. Prenatal: Ibu dari anak mengatakan selama hamil an. D, ia tidak
mengalamikelainan dan gizinya cukup.
2. Intranatal: Ibu mengatakan, an.D lahir dengan normal di bantu oleh
bidan. Lahir dengan cukup umur yaitu 9 bulan. Berat badan lahir
3500 gram dan panjang badan 42cm. Saat lahir, An. R menangis
spontan.
3. Postnatal: Ibu mengatakan, ia tidak mengalami perdarahan yang
banyak setelahmelahirkan. Kondisinya normal.

d. Riwayat Kesehatan Dahulu


1. Penyakit yang diderita sebelumnya : Ibu mengatakan, an.D pernah
menderita ALL. Prositostatika.
2. Pernah dirawat di RS : Sebelumnya, an.D pernah di rawat di RS
3. Obat-obatan yang pernah digunakan : Orang tua an.D mengatakan
bahwa dulu an.D pernahmengkomsumsi kortikosteroid, sitostatik
dan imunoterapi.
4. Alergi : An.D tidak memiliki riwayat alergi.
5. Kecelakaan : An.D tidak pernah jatuh yang sampai mencederai
kepalanya.Kalaupun jatuh, an.D tidak sampai mengelami luka
berat.
6. Riwayat imunisasi :
I II III
BCG 1BLN 2BLN 3BLN
DPT 1BLN 2BLN 3BLN
POLIO 9BLN
CAMPAK 1BLN
HEPATITIS B 0BLN 2BLN 6BLN

e. Riwayat Kesehatan Saat Ini


Tanggal 21 Oktober 2009 kemaren, an.D telah mendapatkan kemo
terapi.Saat pengkajian tanggal 22 Oktober 2009, an. D sedang demam,
suhu 38,6 C. An.D tidak mau makan, perutnya kembung dan lidahnya
terdapatsariawan.. Setelah diberi roti, an.D muntah. An.D mengeluhkan
nyeri padasendinya dan terasa pegal-pegal. An.D meraba-raba perutnya
danmengatakan sakit pada perutnya.

f. Riwayat Kesehatan Keluarga


Ibu an.D mengatakan, tidak ada penyakit keturunan, apalagi
penyakit turunan yang seperti dialami oleh an.D

g. Riwayat Tumbuh Kembang


1. Kemandirian dan bergaul : Sebelum sakit, an.D mampu melakukan
aktivitas sehari-hari sepertimakan sendiri, pasang baju sendiri.
An.D berteman baik dengan temansebaya. Tapi semenjak sakit, An.
D sudah tidak mampu melakukanaktifitas sehari-hari dan memiliki
keterbatasan dalam bermain denganteman-temannya.
2. Motorik kasar : Umur 3 bulan, an.D sudah bisa tengkurap. Umur 8
bln anak sudah bisaduduk, umur 9 bln berdiri dan umur 10,5 bulan
sudah bisa berjalan.
3. Motorik halus : Umur 5 tahun ini, an.D sudah bisa menulis coret-
coretan.
4. Kognitif dan bahasa : Umur 5 tahun ini, an.D sudah bisa
memahami perintah dari orang lain,an.D mengerti apa yang
ditanyakan orang padanya. Perkembanganbahasa normal, anak
mulai bisa bicara umur 12 bulan.
5. Psikososial : Saat pengkajian, An.D mau berinteraksi dengan orang
lain selain orangtua bila di beri mainan terlebih dahulu.
6. Lain-lain : Emosi an.D saat ini labil
h. Riwayat Sosial
1. Yang mengasuh klien :Keluarga (ibu, bapak, dan neneknya)
2. Hubungan dengan anggota keluarga : An.D merupakan anak
kandung dari Ibu Nike dan Bpk mahatir. Saatpengkajian, Bapak
dari An.D sering memaksa anaknya makan-minumdengan paksa
dan sedikit marah-marah pada an.DMenurut Ibunya, An.D sangat
sayang sama adiknya. Mereka jarang sekali ribut.
3. Hubungan dengan teman sebaya :Sebelum sakit, an.D berteman
baik dengan teman sebayanya.
4. Pembawaan secara umum : Normal, tidak mengalami kelainan
mental ataupun IQ yang lemah(anak tidak sinroma down)
5. Lingkungan rumah :
a) Luas rumah 8 x 10 m
b) Ventilasi cukup, penerangan cukup
c) Pakai sumur gali
d) Sampah dibakar
e) Jarak rumah dengan rumah tetangga tidak terlalujauh kira-
kira 10 m

i. Pemeriksaan Fisik
1. Keadaan umum : sadar/compos mentis
2. TB/BB (cm) :111 cm/ 15 kg
3. Kepala :46 cm
a. Lingkar kepala:
b. Rambut :
 kebersihan.(bersih)
 warna. (hitam)
 Tekstur (kasar)
 distribusi rambut.(merata)
 Kuat/mudah tercabut....( kuat )
4. Mata :
a. Sklera :Normal/non ikterik
b. Konjungtiva :anemis
c. Palpebra :
d. Pupil : ukuran ........ 2mm ......... bentuk ..... isokor ......... reaksi
cahaya ........+ / normal .........
5. Telinga :
a. Simetris : ya
b. Serumen : Ada
c. Pendengaran: Baik
6. Hidung :
a. Septum simetris :ya
b. Sekret :tidak
c. Polip :tidak
7. Mulut: Kebersihan(kurang), warna(merah),
kelembaban(kering),gusi berdarah 3 hari yang lalu.
a. Lidah :Ada sariawan ± 1 cm
b. Gigi : caries pada gigi atasnya (keropos semua gigi
yangdi atas)
8. Leher :
a. Kelenjar getah bening :Teraba di colli dextra diameter 1x1/2x1
½ cm dan diinguinal dextra ada 3 bh diameter ½ x 1 ½ x 2 cm
b. Kelenjar tiroid :Tidak ada pembengkakanc. JVP : 5-2 cm H2O
9. Dada :
a. Inspeksi :Normal
b. Palpasi :Normal
10. Jantung :
a. Inspeksi : iktus cordis di RIC V
b. Auskultasi :-
c. Palpasi :-
11.Paru-paru :
a. Inspeksi : simetris
b. Palpasi : fremitus kiri = kanan
c. Perkusi :-
d. Auskultasi : vesikuler
12.Perut :
a. Inspeksi : ada purpura
b. Palpasi : Hepar kenyal dan pinggirnya tajam
c. Perkusi : timpani
d. Auskultasi : bising usus normal (4x/menit)
13.Punggung : bentuk normal
14.Ekstremitas : Kekuatan dan tonus otot baik
15.Genetalia : -
16.Kulit :
a. Warna : sawo matang
b. Turgor : kembali dalam waktu 2 detik
c. Integritas : ada purpura di abdomen
d. Elastisitas : elastic
17.Pemeriksaan Neurologis : an.D dalam kondisi sadar/compos mentis
18. Pemeriksaan Tumbuh Kembang
a. DDST (terlampir)
b. Status Nutrisi (terlampir)
19. Pemeriksaan Psikososial
An. D saat dilakukan pengkajian, kurang mau berinteraksi
denganorang lain. Ketika diberi mainan, an. D baru mau
berkomunikasidengan orang.
20. Pemeriksaan Spritual
Orang tua anak mengatakan mereka juga berdoa untuk
kesembuhan anaknya.
21. Pemeriksaan Penunjang
a. Laboratorium :
a) Hb : 8,4 gr %
b) Trombosit : 34.000/mm3
c) Leukosit : 1800/mm3
d) Ht : 26 %
b. Rontgen : -
c. Lain-lain : -
d. Kebutuhan Dasar Sehari-hari
No Jenis kebutuhan Di rumah/sebelum Di rumah sakit
sakit
Makan Sering di buatkan ML,TKTP1300kalori/hari
nasi lunak karena
an.D memang
susah disuruh
makan
Minum Kurang minum Jus terung pirus, air
putih,susu
Tidur 8 jam/ hari 12 jam/hari
Mandi 2x/hari 1x/hari
Eliminasi BAB 1X/hari
Bermain Normal seperti Bermain sendiri dengan
anak sebayanya permainan seadanya
seperti topeng – topengan
e. ANALISA DATA
Data Etiologi Problem
DS : Intake nutrisi Gangguan nutrisi
Keluarga mengatakan Anak menolak untuk yang tidak kurang dari
makan sejak seminggu yang lalu. adekuat. kebutuhan tubuh
Keluarga mengatakan biasanya anak b.d intake yang
hanya mampu menghabiskan 1/4porsi tidak adekuat
makan yang diberikan
DO :
Berat badan anak turun dari 17 kg menjadi
15 kg- Berat badan anak berdasarkan skala
NCHS menunjukkan gizi yang kurang
yaitu76,19%. Lidah anak terdapat sariawan
dengan diameter ± 1 cm Porsi makan yang
diberi RS belum dimakan anak - LILA
anak 14 cm

DS : keluarga mengatakan gusi An.D Inadekuat Resiko infeksi b.d


berdarah2 hari yang lalu. DO : Leukosit : pertahanan inadekuat
1800/mm3 sekunder atau pertahanan
penurunan respon sekunder atau
kekebalan penurunan respon
kekebalan
DS : Kelemahan fisik Intoleransi
An. D mengeluh lemas dan mudah lelah aktivitas b.d
ketika beraktivitas kelemahan fisik
DO :
Klien nampak pucat, lemah, ekstremitas
lemah
f. DIAGNOSA KEPERAWATAN
a. Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d intake yang tidak
adekuat
b. Resiko infeksi b.d inadekuat pertahanan sekunder atau penurunan
respon kekebalan
c. Intoleransi aktivitas b.d kelemahan fisik

g. INTERVENSI
a. Resiko tinggi terhadap infeksi b/d inadekuat pertahanan sekunder atau
penurunan respon kekebalan
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x24 jam diharapkan
tidak adanya infeksi lanjutan dengan Kriteria Hasil:
Kontrol risiko : Proses Infeksi (1924):
1. Mengidentifikasi tanda dan gejala infeksi (4-2)
2. Mengidentifikasi faktor resiko infeksi (4-2)
3. Mengembangkan strategi efektif untuk mengontrol infeksi (1-
3)
Intervensi:
Kontrol Infeksi (6540):
1. Identifikasi faktor resiko infeksi
2. Anjurkan klien atau orangtua untuk memelihara kebersihan diri dan
lingkungan klien
3. Ajarkan pasien dan keluarga mengenai tanda dan gejala infeksi dan
kapan harus melaporkannya kepada petugas medis
4. Kolaborasi pemberian terapi antibiotic yang sesuai
b. Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d intake yang tidak
adekuat
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x24 jam diharapkan
nutrisi terpenuhi dengan kriteria hasil:
Status nutrisi (1004):
1. Asupan gizi (2-4)
2. Asupan makanan (2-4)
3. Asupan cairan (2-4)
Intervensi:
Manajemen nutrisi (1100)
1. Observasi masukan makanan klien
2. Identifikasi (adanya) alergi atau intoleransi makanan yang dimiliki
klien
3. Dorong anak untuk minum
4. Ajarkan orang tua untuk memberikan makanan dengan porsi
sedikit frekuensi sering
5. Kolaborasi dengan ahli gizi dalam menentukan diet yang tepat
untuk klien
c. Intoleransi aktivitas b.d kelemahan fisik
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x24 jam diharapkan
aktivitas klien meningkat, dengan Kriteria Hasil:
Toleransi terhadap aktivitas (0005):
1. Frekuensi nadi ketika beraktivitas (2-4)
2. Kekuatan tubuh bagian atas dan bawah (2-4)
3. Activities of Daily Living/ADL (2-4)
Intervensi :
Peningkatan mekanika tubuh (0140):
1. Kaji komitmen klien untuk belajar dan menggunakan postur
(tubuh) yang benar
2. Instruksikan pasien untuk menggerakkan kaki terlebih dahulu
kemudian badan ketika memulai berjalan dari posisi berdiri
3. Edukasi pasien mengenai bagaimana menggunakan postur (tubuh)
dan mekanika tubuh untuk mencegah injuri saat melakukan
berbagai aktivitas
4. Kolaborasikan dengan fisioterapis dalam mengembangkan
peningkatan mekanika tubuh, sesuai indikasi

Anda mungkin juga menyukai