Anda di halaman 1dari 9

Di tengah hiruk-pikuk keramaian pasar, kalimat tasbih

dan tahmid mengiringi hembusan-hembusan


napasnya. Tiba-tiba, ada seseorang yang mendekat
dan melihat-lihat pakaian tenunannya. Orang tersebut
adalah seorang penjahit. Kemudian, orang itu berkata,
"Baju ini cukup bagus. Namun sayang, ada cacatnya,
ini, ini, dan ini."

Dengan tanpa kata, Syekh Atha' menyahut pakaiannya


dari tangan orang itu. Kemudian, dia duduk dan
menangis terisak-isak. Orang itu bingung melihat
Syekh Atha' menangis. Namun, penyesalan tampak di
wajahnya atas apa yang diucapkan. Dia meminta maaf
bila ucapan tadi melukai hati. Dan, dia mau membeli
tenunan itu berapa pun harganya.

Kemudian, Syekh Atha' berkata, "Sebab yang


menyebabkan aku menangis bukan seperti yang kamu
kira. Aku telah bersungguh-sungguh menenun baju ini.
Tenunan baju ini tidak seperti baju-baju lain yang telah
aku buat. Aku membuatnya lebih halus, lalu kemudian
aku tambahkan keindahan di dalamnya. Setelah itu,
aku periksa dengan amat teliti untuk memastikan tidak
ada cacat di dalamnya.

Tapi, ketika hasil tenunanku ini diperiksa oleh


manusia, terlihat ada cacat di bagian yang mana aku
tidak menyadarinya. Lalu, bagaimana nanti dengan
amal-amal perbuatan kita tatkala diperiksa oleh Allah,
Zat yang Maha Tahu di Hari Kiamat nanti? Berapa
banyak cacat dan dosa yang akan tampak dari amal
ibadah kita, dan itu yang tidak kita sadari!"
Kisah di atas menggambarkan bahwa orang yang
bertakwa, sangat sensitif dalam keimanan. Apa yang
terjadi di hadapannya langsung mengetuk hatinya
untuk ingat terhadap kebesaran dan kekuasaan Allah.
Mereka sangat takut akan segala kekurangan ibadah
kepada Allah. Mereka sangat sedih bila amal ibadah
yang dikerjakannya selama ini terdapat kekurangan
dan ketidaksempurnaan. Hal itu, dapat menyebabkan
berkurangnya pahala atau bahkan tertolaknya amalan
yang dikerjakan. Jika itu terjadi, niscaya sia-sialah
amal ibadahnya.

Imam Ibnu Jauzi menuturkan, "Ketakwaan dan


keimanan akan mempertajammata hati pelakunya.
Apa pun peristiwa yang terjadi di sekitar, ia akan dapat
mengambil hikmah dan pelajaran darinya. Panasnya
musim kemarau mengingatkan pada api neraka,
gelapnya malam mengingatkan gelap gulitanya alam
kubur, hawa sejuk dan indahnya musim semi
mengilhami untuk mencari rezeki yang halal."

Di tengah hiruk-pikuk keramaian pasar, kalimat tasbih


dan tahmid mengiringi hembusan-hembusan
napasnya. Tiba-tiba, ada seseorang yang mendekat
dan melihat-lihat pakaian tenunannya. Orang tersebut
adalah seorang penjahit. Kemudian, orang itu berkata,
"Baju ini cukup bagus. Namun sayang, ada cacatnya,
ini, ini, dan ini."

Dengan tanpa kata, Syekh Atha' menyahut pakaiannya


dari tangan orang itu. Kemudian, dia duduk dan
menangis terisak-isak. Orang itu bingung melihat
Syekh Atha' menangis. Namun, penyesalan tampak di
wajahnya atas apa yang diucapkan. Dia meminta maaf
bila ucapan tadi melukai hati. Dan, dia mau membeli
tenunan itu berapa pun harganya.

Kemudian, Syekh Atha' berkata, "Sebab yang


menyebabkan aku menangis bukan seperti yang kamu
kira. Aku telah bersungguh-sungguh menenun baju ini.
Tenunan baju ini tidak seperti baju-baju lain yang telah
aku buat. Aku membuatnya lebih halus, lalu kemudian
aku tambahkan keindahan di dalamnya. Setelah itu,
aku periksa dengan amat teliti untuk memastikan tidak
ada cacat di dalamnya.

Tapi, ketika hasil tenunanku ini diperiksa oleh


manusia, terlihat ada cacat di bagian yang mana aku
tidak menyadarinya. Lalu, bagaimana nanti dengan
amal-amal perbuatan kita tatkala diperiksa oleh Allah,
Zat yang Maha Tahu di Hari Kiamat nanti? Berapa
banyak cacat dan dosa yang akan tampak dari amal
ibadah kita, dan itu yang tidak kita sadari!"

Kisah di atas menggambarkan bahwa orang yang


bertakwa, sangat sensitif dalam keimanan. Apa yang
terjadi di hadapannya langsung mengetuk hatinya
untuk ingat terhadap kebesaran dan kekuasaan Allah.
Mereka sangat takut akan segala kekurangan ibadah
kepada Allah. Mereka sangat sedih bila amal ibadah
yang dikerjakannya selama ini terdapat kekurangan
dan ketidaksempurnaan. Hal itu, dapat menyebabkan
berkurangnya pahala atau bahkan tertolaknya amalan
yang dikerjakan. Jika itu terjadi, niscaya sia-sialah
amal ibadahnya.

Imam Ibnu Jauzi menuturkan, "Ketakwaan dan


keimanan akan mempertajammata hati pelakunya.
Apa pun peristiwa yang terjadi di sekitar, ia akan dapat
mengambil hikmah dan pelajaran darinya. Panasnya
musim kemarau mengingatkan pada api neraka,
gelapnya malam mengingatkan gelap gulitanya alam
kubur, hawa sejuk dan indahnya musim semi
mengilhami untuk mencari rezeki yang halal."

Di tengah hiruk-pikuk keramaian pasar, kalimat tasbih


dan tahmid mengiringi hembusan-hembusan
napasnya. Tiba-tiba, ada seseorang yang mendekat
dan melihat-lihat pakaian tenunannya. Orang tersebut
adalah seorang penjahit. Kemudian, orang itu berkata,
"Baju ini cukup bagus. Namun sayang, ada cacatnya,
ini, ini, dan ini."

Dengan tanpa kata, Syekh Atha' menyahut pakaiannya


dari tangan orang itu. Kemudian, dia duduk dan
menangis terisak-isak. Orang itu bingung melihat
Syekh Atha' menangis. Namun, penyesalan tampak di
wajahnya atas apa yang diucapkan. Dia meminta maaf
bila ucapan tadi melukai hati. Dan, dia mau membeli
tenunan itu berapa pun harganya.

Kemudian, Syekh Atha' berkata, "Sebab yang


menyebabkan aku menangis bukan seperti yang kamu
kira. Aku telah bersungguh-sungguh menenun baju ini.
Tenunan baju ini tidak seperti baju-baju lain yang telah
aku buat. Aku membuatnya lebih halus, lalu kemudian
aku tambahkan keindahan di dalamnya. Setelah itu,
aku periksa dengan amat teliti untuk memastikan tidak
ada cacat di dalamnya.

Tapi, ketika hasil tenunanku ini diperiksa oleh


manusia, terlihat ada cacat di bagian yang mana aku
tidak menyadarinya. Lalu, bagaimana nanti dengan
amal-amal perbuatan kita tatkala diperiksa oleh Allah,
Zat yang Maha Tahu di Hari Kiamat nanti? Berapa
banyak cacat dan dosa yang akan tampak dari amal
ibadah kita, dan itu yang tidak kita sadari!"

Kisah di atas menggambarkan bahwa orang yang


bertakwa, sangat sensitif dalam keimanan. Apa yang
terjadi di hadapannya langsung mengetuk hatinya
untuk ingat terhadap kebesaran dan kekuasaan Allah.
Mereka sangat takut akan segala kekurangan ibadah
kepada Allah. Mereka sangat sedih bila amal ibadah
yang dikerjakannya selama ini terdapat kekurangan
dan ketidaksempurnaan. Hal itu, dapat menyebabkan
berkurangnya pahala atau bahkan tertolaknya amalan
yang dikerjakan. Jika itu terjadi, niscaya sia-sialah
amal ibadahnya.

Imam Ibnu Jauzi menuturkan, "Ketakwaan dan


keimanan akan mempertajammata hati pelakunya.
Apa pun peristiwa yang terjadi di sekitar, ia akan dapat
mengambil hikmah dan pelajaran darinya. Panasnya
musim kemarau mengingatkan pada api neraka,
gelapnya malam mengingatkan gelap gulitanya alam
kubur, hawa sejuk dan indahnya musim semi
mengilhami untuk mencari rezeki yang halal."

Tapi, ketika hasil tenunanku ini diperiksa oleh


manusia, terlihat ada cacat di bagian yang
mana aku tidak menyadarinya. Lalu,
bagaimana nanti dengan amal-amal
perbuatan kita tatkala diperiksa oleh Allah, Zat
yang Maha Tahu di Hari Kiamat nanti?
Berapa banyak cacat dan dosa yang akan
tampak dari amal ibadah kita, dan itu yang
tidak kita sadari!"

Kisah di atas menggambarkan bahwa orang


yang bertakwa, sangat sensitif dalam
keimanan. Apa yang terjadi di hadapannya
langsung mengetuk
Di tengah hiruk-pikuk keramaian pasar, kalimat tasbih
dan tahmid mengiringi hembusan-hembusan
napasnya. Tiba-tiba, ada seseorang yang mendekat
dan melihat-lihat pakaian tenunannya. Orang tersebut
adalah seorang penjahit. Kemudian, orang itu berkata,
"Baju ini cukup bagus. Namun sayang, ada cacatnya,
ini, ini, dan ini."

Dengan tanpa kata, Syekh Atha' menyahut pakaiannya


dari tangan orang itu. Kemudian, dia duduk dan
menangis terisak-isak. Orang itu bingung melihat
Syekh Atha' menangis. Namun, penyesalan tampak di
wajahnya atas apa yang diucapkan. Dia meminta maaf
bila ucapan tadi melukai hati. Dan, dia mau membeli
tenunan itu berapa pun harganya.

Kemudian, Syekh Atha' berkata, "Sebab yang


menyebabkan aku menangis bukan seperti yang kamu
kira. Aku telah bersungguh-sungguh menenun baju ini.
Tenunan baju ini tidak seperti baju-baju lain yang telah
aku buat. Aku membuatnya lebih halus, lalu kemudian
aku tambahkan keindahan di dalamnya. Setelah itu,
aku periksa dengan amat teliti untuk memastikan tidak
ada cacat di dalamnya.

Tapi, ketika hasil tenunanku ini diperiksa oleh


manusia, terlihat ada cacat di bagian yang mana aku
tidak menyadarinya. Lalu, bagaimana nanti dengan
amal-amal perbuatan kita tatkala diperiksa oleh Allah,
Zat yang Maha Tahu di Hari Kiamat nanti? Berapa
banyak cacat dan dosa yang akan tampak dari amal
ibadah kita, dan itu yang tidak kita sadari!"
Kisah di atas menggambarkan bahwa orang yang
bertakwa, sangat sensitif dalam keimanan. Apa yang
terjadi di hadapannya langsung mengetuk hatinya
untuk ingat terhadap kebesaran dan kekuasaan Allah.
Mereka sangat takut akan segala kekurangan ibadah
kepada Allah. Mereka sangat sedih bila amal ibadah
yang dikerjakannya selama ini terdapat kekurangan
dan ketidaksempurnaan. Hal itu, dapat menyebabkan
berkurangnya pahala atau bahkan tertolaknya amalan
yang dikerjakan. Jika itu terjadi, niscaya sia-sialah
amal ibadahnya.

Imam Ibnu Jauzi menuturkan, "Ketakwaan dan


keimanan akan mempertajammata hati pelakunya.
Apa pun peristiwa yang terjadi di sekitar, ia akan dapat
mengambil hikmah dan pelajaran darinya. Panasnya
musim kemarau mengingatkan pada api neraka,
gelapnya malam mengingatkan gelap gulitanya alam
kubur, hawa sejuk dan indahnya musim semi
mengilhami untuk mencari rezeki yang halal."

Tapi, ketika hasil tenunanku ini diperiksa oleh


manusia, terlihat ada cacat di bagian yang
mana aku tidak menyadarinya. Lalu,
bagaimana nanti dengan amal-amal
perbuatan kita tatkala diperiksa oleh Allah, Zat
yang Maha Tahu di Hari Kiamat nanti?
Berapa banyak cacat dan dosa yang akan
tampak dari amal ibadah kita, dan itu yang
tidak kita sadari!"
Kisah di atas menggambarkan bahwa orang
yang bertakwa, sangat sensitif dalam
keimanan. Apa yang terjadi di hadapannya
langsung mengetuk

Anda mungkin juga menyukai

  • Matahatiku
    Matahatiku
    Dokumen3 halaman
    Matahatiku
    Hansdika D'pabra
    Belum ada peringkat
  • O
    O
    Dokumen4 halaman
    O
    Hansdika D'pabra
    Belum ada peringkat
  • Matahatiku
    Matahatiku
    Dokumen3 halaman
    Matahatiku
    Hansdika D'pabra
    Belum ada peringkat
  • Matahatiku
    Matahatiku
    Dokumen3 halaman
    Matahatiku
    Hansdika D'pabra
    Belum ada peringkat
  • Phbas
    Phbas
    Dokumen2 halaman
    Phbas
    Hansdika D'pabra
    Belum ada peringkat
  • Phbas
    Phbas
    Dokumen2 halaman
    Phbas
    Hansdika D'pabra
    Belum ada peringkat
  • Kapan Ke Dokter Anemia
    Kapan Ke Dokter Anemia
    Dokumen2 halaman
    Kapan Ke Dokter Anemia
    Hansdika D'pabra
    Belum ada peringkat
  • Laporan Tutorial
    Laporan Tutorial
    Dokumen20 halaman
    Laporan Tutorial
    Hansdika D'pabra
    100% (1)
  • Laporan Tutorial
    Laporan Tutorial
    Dokumen33 halaman
    Laporan Tutorial
    Hansdika D'pabra
    Belum ada peringkat
  • Kata Pengantar
    Kata Pengantar
    Dokumen4 halaman
    Kata Pengantar
    Hansdika D'pabra
    Belum ada peringkat
  • Tugas
    Tugas
    Dokumen12 halaman
    Tugas
    Hansdika D'pabra
    Belum ada peringkat