Makalah Trauma Abdomen - IBU CRHISTINE
Makalah Trauma Abdomen - IBU CRHISTINE
Disusun Oleh :
KELOMPOK 1
ANITA
APRIYANTI
AYU SAPUTRI
CITRA LESTARI
A. Latar Belakang
Trauma merupakan keadaan yang disebabkan oleh luka atau cedera. Trauma
juga mempunyai dampak psikologis dan sosial. Pada kenyataannya, trauma adalah
kejadian yang bersifat holistik dan dapat menyebabkan hilangnya produktivitas
seseorang.
Pada pasien trauma, bagaimana menilai abdomen merupakan salah satu hal
penting dan menarik. Penilaian sirkulasi sewaktu primary survey harus mencakup
deteksi dini dari kemungkinan adanya perdarahan yang tersembunyi pada
abdomen dan pelvis pada pasien trauma tumpul. Trauma tajam pada dada di antara
nipple dan perineum harus dianggap berpotensi mengakibatkan cedera
intraabdominal. Pada penilaian abdomen, prioritas maupun metode apa yang
terbaik sangat ditentukan oleh mekanisme trauma, berat dan lokasi trauma,
maupun status hemodinamik penderita.
Cedera abdomen menduduki urutan ketiga penyebab kematian akibat trauma.
Cedera ini dilaporkan menyebabkan 13% hingga 15% kematian akibat trauma,
terutama disebabkan oleh pendarahan. Kematian yang terjadi lebih dari 48 jam
setelah cedera abdomen disebabkan oleh sepsis dan komplikasinya. Pada trauma
intra abdomen, jarang sekali terjadi hanya cedera pada satu organ saja.
Adanya trauma abdomen yang tidak terdeteksi tetap menjadi salah satu
penyebab kematian yang sebenarnya dapat dicegah. Sebaiknya jangan
menganggap bahwa ruptur organ berongga maupun perdarahan dari organ padat
merupakan hal yang mudah untuk dikenali. Hasil pemeriksaan terhadap abdomen
mungkin saja dikacaukan oleh adanya intoksikasi alkohol, penggunaan obat-obat
tertentu, adanya trauma otak atau medulla spinalis yang menyertai, ataupun adanya
trauma yang mengenai organ yang berdekatan seperti kosta, tulang belakang,
maupun pelvis. Setiap pasien yang mengalami trauma tumpul pada dada baik
karena pukulan langsung maupun deselerasi, ataupun trauma tajam, harus
dianggap mungkin mengalami trauma visera atau trauma vaskuler abdomen.
Trauma tumpul cenderung menyebabkan kerusakan serius di organ padat dan
trauma tembus paling sering mencederai organ berongga. Kompresi dan deselerasi
pada trauma tumpul menyebabkan fraktur pada kapsul organ padat dan parenkim,
sementara organ berongga dapat kolaps dan menyerap gaya tersebut. Namun usus
yang menempati sebagian besar rongga abdomen terpajan cedera yang disebabkan
oleh trauma tembus. Umumnya organ padat merespon trauma dengan pendarahan.
Organ berongga rupture dan mengeluarkan isinya ke dalam ruang peritoneum yang
menyebabkan peradangan dan infeksi. (Morton, P.G. et.al. 2008)
B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang diatas maka penulis merumuskan beberapa rumusan
masalah yang akan dibahas pada bab selanjutnya yaitu:
1. Bagaimana Konsep Dasar Medis Trauma Abdomen?
2. Bagaimana Konsep Asuhan Keperawatan Trauma Abdomen?
C. Tujuan
Penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas Kegawatdaruratan dan
meningkatkan pemahaman penulis maupun pembaca mengenai trauma
abdomen.
D. Manfaat
Manfaat penulisan makalah ini adalah untuk meningkatkan pemahaman
mengenai trauma abdomen sehingga dapat diterapkan dalam menangani kasus-
kasus trauma abdomen di klinik sesuai kompetensi tenaga medis terutama
perawat dan dapat dijadikan sebagai acuan pembelajaran bagi mahasiswa
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Definisi
Abdomen adalah bagian tubuh yang berbentuk rongga terletak diantara
toraks dan pelvis. Rongga ini berisi viscera dan dibungkus dinding (abdominal
wall) yang terbentuk dari dari otot-otot abdomen, columna vertebralis, dan ilium.
Trauma adalah sebuah mekanisme yang disengaja ataupun tidak disengaja
sehingga menyebabkan luka atau cedera pada bagian tubuh. Jika trauma yang
didapat cukup berat akan mengakibatkan kerusakan anatomi maupun fisiologi
organ tubuh yang terkena. Trauma abdomen adalah terjadinya cedera atau
kerusakan pada organ abdomen yang menyebabkan perubahan fisiologi sehingga
terjadi gangguan metabolisme, kelainan imunologi dan gangguan faal berbagai
organ (MH Assiddqi, 2014).
B. Klasifikasi
Trauma pada dinding abdomen terdiri dari:
1. Trauma penetrasi: trauma tembak, trauma tusuk (MH Assiddqi, 2014).
Trauma penetrans merupakan 8-12% dari abdominal trauma yang datang ke
trauma center. Luka tembak merupakan penyebab yang sering pada trauma
penetrasi pada populasi anak dan menyebabkan kematian pada laki-laki kulit
hitam pada umur 15-24 tahun. Penyebab lain trauma penetrans adalah stab
wound, impalements, gigitan anjing, dan kecelakaan mesin. Oleh karena
kebanyakan trauma penetrans pada abdomen biasanya memerlukan tindakan
pembedahan maka persiapan di ruang operasi harus simultan dengan
assessment pasien (Pratama, 2014)
2. Trauma non-penetrasi atau trauma tumpul: diklasifikasikan ke dalam 3
mekanisme utama, yaitu tenaga kompresi (hantaman), tenaga deselerasi dan
akselerasi. Tenaga kompresi (compression or concussive forces) dapat berupa
hantaman langsung atau kompresi eksternal terhadap objek yang terfiksasi.
Misalnya hancur akibat kecelakaan, atau sabuk pengaman yang salah (seat belt
injury). Hal yang sering terjadi adalah hantaman, efeknya dapat menyebabkan
sobek dan hematom subkapsular pada organ padat visera. Hantaman juga dapat
menyebabkan peningkatan tekanan intralumen pada organ berongga dan
menyebabkan rupture (MH Assiddqi, 2014).
Trauma tumpul abdomen lebih dominan pada populasi anak. Lebih dari
80% trauma pada anak adalah berupa trauma tumpul dan kebanyakan
berhubungan dengan kecelakan kendaraan bermotor. Cedera abdominal dapat
disebabkan juga oleh karena terjatuh dan langsung mengenai dinding abdomen
misalnya pada handlebar injuri (Pratama, 2014).
C. Etiologi
Penyebab trauma abdomen antara lain: trauma, iritasi, infeksi, obstruksi dan
operasi. Kerusakan organ abdomen dan pelvis dapat disebabkan trauma tembus,
biasanya tikaman atau tembakan dan trauma tumpul akibat kecelakaan mobil,
pukulan langsung atau jatuh. Luka yang tampak ringan bisa menimbulkan cedera
eksterna yang mengancam nyawa (MH Assiddqi, 2014).
D. Patofisiologi
Bila suatu kekuatan eksternal dibenturkan pada tubuh manusia (akibat
kecelakaan lalu lintas, penganiayaan, kecelakaan olahraga dan terjatuh dari
ketinggian), maka beratnya trauma merupakan hasil dari interaksi antara faktor
faktor fisik dari kekuatan tersebut dengan jaringan tubuh. Berat trauma yang
terjadi berhubungan dengan kemampuan obyek statis (yang ditubruk) untuk
menahan tubuh. Pada tempat benturan karena terjadinya perbedaan pergerakan
dari jaringan tubuh yang akan menimbulkan disrupsi jaringan. Hal ini juga
karakteristik dari permukaan yang menghentikan tubuh juga penting. Trauma
juga tergantung pada elastitisitas dan viskositas dari jaringan tubuh. Elastisitas
adalah kemampuan jaringan untuk kembali pada keadaan yang sebelumnya.
Viskositas adalah kemampuan jaringan untuk menjaga bentuk aslinya walaupun
ada benturan. Toleransi tubuh menahan benturan tergantung pada kedua keadaan
tersebut.. Beratnya trauma yang terjadi tergantung kepada seberapa jauh gaya
yang ada akan dapat melewati ketahanan jaringan. Komponen lain yang harus
dipertimbangkan dalam beratnya trauma adalah posisi tubuh relatif terhadap
permukaan benturan. Hal tersebut dapat terjadi cidera organ intra abdominal
yang disebabkan beberapa mekanisme :
1. Meningkatnya tekanan intra abdominal yang mendadak dan hebat oleh gaya
tekan dari luar seperti benturan setir atau sabuk pengaman yang letaknya
tidak benar dapat mengakibatkan terjadinya ruptur dari organ padat maupun
organ berongga
2. Terjepitnya organ intra abdominal antara dinding abdomen anterior dan
vertebrae atau struktur tulang dinding thoraks
3. Terjadi gaya akselerasi-deselerasi secara mendadak dapat menyebabkan gaya
robek pada organ dan pedikel vaskuler. Patoflow: Trauma (kecelakaan)
Penetrasi & Non-Penetrasi
E. Manifestasi Klinis
Secara umum manifestasi klinik trauma abdomen antara lain :
1. Nyeri
2. Nyeri tekan lepas menandakan iritasi peritoneum karena cairan
gastrointestinal atau darah
3. Distensi abdomen
4. Demam
5. Anoreksia
6. Mual dan muntah
7. Takikardi
8. Peningkatan suhu tubuh
G. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan kegawatdaruratan Trauma Abdomen
1. Trauma Tumpul Abdomen
Hal umum yang perlu mendapat perhatian adalah atasi dahulu ABC bila
pasien telah stabil baru kita memikirkan penatalaksanaan abdomen itu sendiri.
Pipa lambung, selain untuk diagnostic, harus segera dipasang untuk mencegah
terjadinya aspirasi bila terjadi muntah. Sedangkan kateter di pasang untuk
mengosongkan kandung kencing dan menilai urin. Pada trauma tumpul, bila
terdapat kerusakan intra peritoneum harus dilakukan laparotomi, sedangkan bila
tidak, pasien diobservasi selama 24-48 jam.
Tindakan laparotomi dilakukan untuk mengetahui organ yang mengalami
kerusakan. Bila terdapat perdarahan, tindakan yang dilakukan adalah
penghentian perdarahan. Sedangkan pada organ berongga, penanganan
kerusakan berkisar dari penutupan sederhana sampai reseksi sebagian.
Pengkajian
A. Pengkajian secara umum
Pada trauma abdomen pengkajian terdiri dari identitas klien dan
penanggung jawab, pengkajian darurat serta pengkajian lanjut. Pengkajian
darurat terdiri dari pengkajian primer dan skunder dimana perlu dilakukan
evaluasi cepat disertai resusitasi secara simultan. Pengkajian primer
dilakukan tanpa melakukan penilaian riwayat secara menyeluruh sampai
kondisi kegawatan teratasi. Namun untuk memprediksi pola cedera yang
lebih baik dan mengidentifikasi risiko yang lebih fatal maka perlu dipastikan
mekanisme cedera yang didapatkan dari berbagai elemen yang dapat
menjelaskan kronologi terjadinya trauma secara jelas dan ringkas baik dari
keluarga, saksi, pengantar atau pihak kepolisian.
Faktor penting yang berhubungan dengan pengkajian darurat,
khususnya dengan etiologi kecelakaan kendaraan bermotor meliputi hal-hal
berikut:
Tingkat kerusakan kendaraan.
Apakah ada penumpang lain yang terluka atau meninggal.
Penggunaan perangkat keselamatan seperti sabuk pengaman dan helm.
Penggunaan alkohol atau penggunaan obat adiktif.
Adanya cedera kepala/otak dan cedera spina.
Apakah ada masalah kejiwaan yang jelas.
B. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan abdomen harus sistematis, meliputi inspeksi, auskultasi,
palpasi, dan perkusi dengan hasil temuan sebagai berikut:
Inspeksi: Pada saat pemeriksaan dapat ditemukan adanya kondisi lecet
(abrasi) atau ekimosis. Tanda memar akibat sabuk pengaman, yakni luka
memar atau abrasi di perut bagian bawah sangat berhubungan dengan
kondisi patologis intraperitoneal. Inspeksi visual sangat penting
dilakukan untuk mendapatkan adanya distensi abdomen yang mungkin
dapat terjadi karena pneumoperitonium, dilatasi lambung, atau ileus
yang diproduksi oleh iritasi peritoneal. Fraktur iga bagian bawah dapat
berhubungan dengan cedera pada limpa atau cedera hati
Auskultasi: Ditemukannya bunyi usus pada bagian toraks menunjukkan
adanya cedera pada otot diafragma
Palpasi: Palpasi dapat menemukan adanya keluhan tenderness (nyeri
tekan) baik secara lokal atau seluruh abdomen, kekakuan abdominal,
atau rebound tenderness yang menunjukkan cedera peritoneal
Perkusi: untuk mendapatkan adanya nyeri ketuk pada organ yang
mengalami cedera
Pemeriksaan rektal: Dilakukan untuk mencari bukti cedera penetrasi
akibat patah tulang panggul dan pada feses dievaluasi adanya darah
kotor
Pemeriksaan fungsi perkemihan: Dilakukan terutama adanya tanda dan
riwayat trauma panggul yang dapat menyebabkan cedera pada uretra
dan kandung kemih. Palpasi kekencangan kandung kemih dan
kemampuan dalam melakukan miksi dilakukan untuk mengkaji adanya
ruptur uretra.
C. Pengkajian Psikososial
Pada pengkajian psikososial, pasien dan keluarga biasanya mengalami
kecemasan dan pasien memerlukan pemenuhan informasi tentang sesuatu
yang berhubungan dengan kondisi klinis dan rencana pembedahan darurat.
Apabila pasien trauma abdomen memiliki indikasi untuk dilakukan
prosedur pembedahan maka pada kondisi pascabedah pasien akan
mendapatkan perawatan di ruang intensif. Pada kondisi ini perlakuan
pengkajian disesuaikan dengan konteks keperawatan kritis. Pengkajian
lanjutan pada konteks keperawatan medikal-bedah di ruang rawat inap bedah
dilakukan secara anamnesis, pemeriksaan fisik, pengkajian diagnostik, dan
pengkajian penatalaksanaan medik. Pada pasien pascabedah setelah dari
ruang intensif di ruang bedah hasil pengkajian yang dapat ditemukan:
1. Keluhan utama: Nyeri, keluhan yang berhubungan denga penurunan
motilitas usus
2. Pengkajian riwayat penyakit: Merupakan pengkajian lanjutan riwayat
intervensi yang sudah didapat pasien selama di unit gawat darurat,
kamar bedah, dan ruang intensif, seperti jenis pembedahan, penggunaan
cairan dan transfusi darah, fungsi gastrointestinal, serta pengetahuan
dalam mobilisasi pasca bedah
3. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan disik yang didapatkan dapat sesuai dengan manifestasi
klinik. Pada survei umum, pasien terlihat lemah, TTV bisa didapatkan
adanya perubahan. Pada pemeriksaan fisik fokus akan didapatkan hal-
hal berikut:
Inspeksi: Kondisi yang paling sering adalah terdapat luka pascabedah
pada bagian abdomen dan terpasang Foley kateter. Pada kondisi ini
penting dikaji kondisi luka pascabedah dan berbagai risiko yang
meningkatkan masalah pada pasien, seperti adanya infeksi luka
operasi (ILO), risiko dehisens dan eviserasi terutama pada pasien
obesitas
Auskultasi: Pada kondisi klinik sering didapatkan bising usus tidak
ada, terutama dengan pasien yang memiliki keterbatasan mobilitas
Palpasi: pemeriksaan ini sering tidak dilakukan karena akan menjadi
stimulus nyeri pada pasien
Perkusi: Sering didapatkan adanya bunyi timpani akibat abdomen
mengalami kembung
4. Pengkajian diagnostik lanjutan: Dilakukan di ruang rawat inap bedah,
meliputi: pemeriksaan darah rutin (hemoglobin, leukosit, hematokrit,
trombosit, dan LED), pemeriksaan serum elektrolit, serta pemeriksaan
fungsi hati dan fungsi ginjal
5. Penatalaksanaan medis yang perlu dikaji: Adanya pemberian
antimikroba yang akan diberikan selama 5-7 hari pascabedah terutama
pada pasien trauma abdomen dengan kontaminasi rongga peritoneal.
Analisa Data
NO. Data Etiologi Masalah
Keperawatan
hematom di sekitar ↓
abdomen
Distensi abdomen
Nyeri akut
Defisiensi pengetahuan
Ansietas
Diagnosa Keperawatan
1. Risiko trauma b.d akses pada senjata, alat rumah tangga yang rusak, bahaya
listrik (mis. salah stop kontak, kabel terkelupas, kotak sikring kelebihan daya),
bermain dengan objek berbahaya, jalan tidak aman, jarak yang berdekatan
dengan jalur kendaraan (mis. jalan raya, rel kereta api), kontak dengan mesin
berbahaya, lingkungan tempat tinggal kriminal, tidak menggunakan sabuk
pengaman, kurang pengetahuan tentang kewaspadaan keselamatan, dan
gangguan keseimbangan.
2. Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera fisik (trauma) ditandai dengan
diaforesis, dilatasi pupil, ekspresi wajah nyeri, fokus menyempit, keluhan
tentang intensitas menggunakan standar skala nyeri, laporan tentang perilaku
nyeri/perubahan aktivitas, mengekspresikan perilaku (mis. gelisah, merengek,
menangis, waspada), perilaku distraksi, perubahan pada parameter fisiologis
(mis. TD, frekuensi jantung, frekuensi pernapasan, saturasi oksigen, dan end
tidal karbondioksida), perubahan posisi untuk menghindari nyeri, perubahan
selera makan, putus asa, dan sikap melindungi area nyeri.
3. Ansietas b.d ancaman pada status terkini, krisis situasi, dan stresor ditandai
dengan gelisah, kontak mata yang buruk, ekspresi kekhawatiran karena
perubahan dalam peristiwa, penurunan produktivitas, distres, gugup, takut,
sangat khawatir, peningkatan ketegangan, peningkatan keringat, wajah tegang,
anoreksia, dilatasi pupil, gangguan pernapasan, jantung berdebar, mulut
kering, peningkatan denyut nadi, peningkatan RR, peningkatan TD, mual,
nyeri abdomen, dan gangguan konsentrasi.
Rencana Keperawatan
1. Masalah keperawatan: Risiko trauma
Tujuan: Setelah dilakukan intervensi keperawatan diharapkan trauma pada
pasien berkurang. Didapatkan skor pada indikator NOC “Physical Injury
Severity“
Indikator 1 2 3 4 5
Abrasi kulit
Memar
Laserasi
Gangguan mobilitas
Penurunan kesadaran
Ruptur limpa
Perdarahan
Trauma abdomen
Intervensi: NIC “Pressure Management“
a. Memakaikan pakaian yang longgar kepada pasien
b. Memberikan tempat kepada pasien di tempat tidur yang sesuai/memberikan
efek terapeutik
c. Mencegah dari penerapan tekanan kepada bagian tubuh yang berkaitan
dengan cedera atau trauma
d. Tidak melakukan mobilisasi kepada pasien tiap 2 jam, berdasarkan jadwal
yang dibuat
e. Memantau adanya kemerahan atau luka disekitar kulit
f. Memantau mobilisasi dan aktifitas pasien
Pelaporan nyeri
RR
Ekspresi wajah nyeri
Tekanan darah
Lama episode nyeri
Administrasi analgetik :.
a. Cek program pemberian analogetik; jenis, dosis, dan frekuensi.
b. Cek riwayat alergi..
c. Tentukan analgetik pilihan, rute pemberian dan dosis optimal.
d. Monitor TTV sebelum dan sesudah pemberian analgetik.
e. Berikan analgetik tepat waktu terutama saat nyeri muncul
Sikap gelisah
Distress
Wajah tegang
Sulit berkonsentrasi
Serangan panik
Laporan ansietas
Peningkatan TD
Peningkatan nadi
Peningkatan RR
Dilatasi pupil
Berkeringat
Intervensi: NIC “Anxiety Reduction“
a. Melakukan teknik relaksasi
b. Menjelaskan semua prosedur, termasuk sensasi yang akan dirasakan ketika
prosedur sedang berlangsung
c. Memberikan informasi faktual tentang diagnosis, pengobatan dan
prognosis
d. Mendampingi pasien untuk mengurangi kecemasan pasien
e. Mengenali pengungkapan perasaan ketakutan, persepsi dan ketakutan
pasien
f. Mengidentifikasi perubahan tingkat ansietas
g. Membantu pasien mengidentifikasi keadaan yang dapat menyebabkan
ansietas
h. Mendukung penggunaan strategi coping pasien
Evaluasi
Hasil yang diharapkan setelah dilakukan tindakan keperawatan adalah sebagai
berikut:
1. Tidak terjadi syok hipovolemik.
2. Informasi kesehatan terpenuhi.
3. Tidak mengalami injuri pascaprosedur bedah laparotomi.
4. Nyeri berkurang dan teradaptasi.
5. Tidak terjadi ketidakseimbangan cairan dan elektrolit.
6. Infeksi luka operasi tidak terjadi.
7. Kecemasan berkurang.
8. Informasi prabedah terpenuhi.
BAB III
KASUS
Tn. P umur 65 tahun bekerja sebagai wiraswata, pendidikan terakhir SD, dan
bertempat tinggal di LORONG Libukang permai Blok E60 Kota Palopo datang ke
RS minggu tgl 5 Agustus 2019, dengan keluhan sakit pada perut sebelah kanan.
Riwayat kesehatan Tn. P : ± 2 jam yang lalu sebelum masuk rumah sakit, ketika
sedang mengendarai sepeda motor, klien mengalami kecelakaan. Sepeda motor
klien menabrak truk yang ada di depannya. Klien terjatuh dengan posisi dada dan
perut kanan membentur aspal. Setelah kejadian, klien masih bisa pulang sendiri
dengan mengendarai sepeda motornya. Tapi setelah beberapa saat di rumah, klien
merasa tidak enak saat bernapas, perut sebelah kanan perlahan kembung sampai
punggung dan nyeri dibagian perut kanan bertambah parah, pasien mengatakan
nyeri di rasakan sejak terjadinya kecelakaan sampai saat ini. Oleh keluarga di antar
ke IGD Rumah Sakit Rampoang Palopo. Sesampainya di IGD di lakukan
pengkajian pada pukul 14.00. Pasien dan keluarga cemas akan kondisi yang terjadi
saat ini. Mereka memerlukan informasi terkait kondisi dan rencana pembedahan
darurat. Pada saat di lakukan pemeriksaan oleh perawat di temukan wajah klien
tampak tegang, akrak dingin, wajah tampak pucat, dan mukosa bibir tampak
kering. Klien juga mengeluh nyeri terus-menerus dengan skala nyeri 7/10. Saat
dilakukan primary survey ABCDE didapatkan data sebagai berikut :
Airway : Bebas, tidak ada sumbatan, tidak ada secret
Breathing : Klien bermafas secara spontan. Klien menggunakan O2
4L/menit, RR : 26x/menit. Pernafasan irreguler.
Circulasi
TD : 130/90 mmHg, N : 90x/menit, Capillary reffil : 3 detik
Disability
GCS : E4M5V6, Kesadaran : compos mentis
Exposure : Terdapat luka lecet ,jejas dan hematoma pada abdomen
sebelah kanan
Saat dilakukan secondary survey, didapatkan data sebagai berikut:
Alergi :Klien dan keluarga mengatakan klien tidak memiliki alergi, baik
makanan ataupun obat-obatan.
Medicasi :Klien mengatakan sebelum masuk rumah sakit tidak
mengkonsumsi obat apapun.
Pastillnes :Klien sebelumnya pernah di rawat di RS Dr. Saiful Anwar
Malang dengan penyakit paru-paru.
Lastmeal :Klien mengatakan sebelum kecelakaan, klien hanya minum
segelas teh.
Environment : Klien tinggal di daerah yang padat penduduknya.
A. Pengkajian
1. Identitas Klien
Nama : Tn. P
Umur : 65 tahun
Pendidikan : SD
Pekerjaan : Wiraswasta
Agama : Islam
Alamat : Libukang permai Blok E60 Kota Palopo
Tanggal&Jam Pengkajian : 05 Agustus 2019 & 12.31 WIB
3. Riwayat Penyakit
Keluhan Utama
Sakit pada perut sebelah kanan
Riwayat Penyakit Sekarang
± 2 jam yang lalu sebelum masuk rumah sakit, ketika sedang
mengendarai sepeda motor, klien mengalami kecelakaan. Sepeda
motor klien menabrak truk yang ada di depannya. Klien terjatuh
dengan posisi dada dan perut kanan membentur aspal. Setelah
kejadian, klien masih bisa pulang sendiri dengan mengendarai sepeda
motornya. Tapi setelah beberapa saat di rumah, klien merasa perut
sebelah kanan ampeg sampai punggung dan terasa sesak nafas. Oleh
keluarga di antar ke IGD Rumah Sakit Dr. Saiful Anwar Malang
Riwayat Keluarga
Keluarga dan klien mengatakan anggota keluarga tidak ada yang
menderita penyakit serupa.
4. Primary Survay
Airway
Bebas, tidak ada sumbatan, tidak ada secret
Breathing
Klien bernafas secara spontan. Klien menggunakan O2 2 l/menitR :
26x/menit, pernafasan reguler
Circulasi
TD : 120/80 mmHg
N : 90x/menit Capillary reffil : 3 detik
Disability
GCS : E4M5V6 Kesadaran : Compos Mentis
Exposure
Terdapat luka lecet ,jejas dan hematoma pada abdomen sebelah kanan
5. Secondary Survay
AMPLE
- Alergi:
Klien dan keluarga mengatakan klien tidak memiliki alergi, baik
makanan ataupun obat-obatan.
- Medicasi:
Klien mengatakan sebelum masuk rumah sakit tidak mengkonsumsi
obat apapun.
- Pastillnes:
Klien sebelumnya pernah di rawat di RS Dr. Saiful Anwar Malang
dengan penyakit paru-paru.
- Lastmeal :
Klien mengatakan sebelum kecelakaan, klien hanya minum segelas
teh.
- Environment
Klien tinggal di daerah yang padat penduduknya.
B. Analisis Data
No Data Etiologi Masalah
1 DS : Kecelakaan motor Nyeri akut
Klien mengatakan perut sebelah
↓
kanan nyeri
DO : Menyebabkan
P :- cedera abdomen
Q : skor 7
↓
R : perut sebelah kanan
S : nyeri tumpul Cedera organ intra
T : terus-menerus abdomen
Terdapat jejas pada abdomen sebelah
↓
kanan
Menyebabkan nyeri
Nyeri terus-menerus
↓
Nyeri akut
2 DS : - Kecelakaan motor Resiko syok
DO :
↓
Akral dingin
Mukosa bibir kering Menyebabkan
Wajah tampak pucat cedera abdomen
Terdapat luka lecet pada perut kanan
↓
Terdapat jejas dan hematoma pada
abdomen sebelah kanan Perdarahan tertutup
Ht :36%
↓
Leukosit : 12,1 103/ul
CRT : 3 detik Penurunan volume
darah
Penurunan perfusi
perifer
Risiko syok
Diagnosa 1
Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera fisik ditandai dengan ekspresi
wajah nyeri, mengekspresikan perilaku
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam nyeri
klien berkurang
Kriteria Hasil : Pada evaluasi hasil didapatkan skor pada indikator NOC
Intervensi (NIC):
Pain Management
1. Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif meliputi lokasi, karakteristik,
durasi, frekuensi, kualitas dan factor resipitasi
2. Monitor TTV
3. Observasi reaksi nonverbal dari ketidaknyamanan
4. Control lingkungan yang dapat menpengaruhi nyeri seperti suhu ruangan,
pencahayaan dan kebisingan
5. Kurangi faktor presipitasi yg meningkatkan nyeri
6. Kaji tipe dan sumber nyeri untuk menentukan intervensi
7. Berikan analgesic untuk mengurangi nyeri
8. Evaluasi keefektifan control nyeri
9. Tingkatkan istirahat
10. Kolaborasikan dengan dokter jika ada keluhan dan tindakan nyeri tidak
berhasil
Administrasi analgetik:
Diagnosa 2
Resiko Syok
Airway
Menilai jalan nafas bebas. Apakah pasien dapat bicara dan bernafas dengan
bebas?
Jika ada obstruksi maka lakukan:
Chin lift / jaw thrust (lidah itu bertaut pada rahang bawah)
Suction / hisap (jika alat tersedia)
Guedel airway / nasopharyngeal airway
Intubasi trakhea dengan leher di tahan (imobilisasi) pada posisi netral
Breathing
Menilai pernafasan cukup. Sementara itu nilai ulang apakah jalan nafas bebas.
Jika pernafasan tidak memadai maka lakukan:
Dekompresi rongga pleura (pneumotoraks)
Tutuplah jika ada luka robek pada dinding dada
Pernafasan buatan Berikan oksigen jika ada
Penilaian ulang ABC harus dilakukan lagi jika kondisi pasien tidak stabil
Sirkulasi
Menilai sirkulasi / peredaran darah. Sementara itu nilai ulang apakah jalan nafas
bebas dan pernafasan cukup. Jika sirkulasi tidak memadai maka lakukan:
Hentikan perdarahan eksternal
Segera pasang dua jalur infus dengan jarum besar (14 - 16 G)
Berikan infus cairan
Disability
Menilai kesadaran dengan cepat, apakah pasien sadar, hanya respons terhadap
nyeri atau sama sekali tidak sadar. Tidak dianjurkan mengukur Glasgow Coma
Scale
AWAKE = A
RESPONS BICARA (verbal) = V
RESPONS NYERI = P
TAK ADA RESPONS = U
Cara ini cukup jelas dan cepat.
F. Implementasi
Nama pasien: Tn.P
No Tanggal/jam No dx Implementasi
G. Discharge planning
Nyeri Akut
1. Evaluasi kesiapan klien untuk pulang
a. Tidak ada secret di saluran pernafasan
b. RR dalam rentan normal; (12-20 X/Menit)
c. Rencana Pengobatan untuk di rumah:
- Keperluan perawatan di rumah dan istirahat disediakan
- Keluarga memiliki dukungan sosial yang dibutuhkan
- Keluarga memahami prosedur monitoring RR
- Keluarga memiliki sumber komunikasi dan akses ke pelayanan
kesehatan
PENUTUP
A. Kesimpulan
Trauma abdomen yang disebabkan benda tumpul biasanya lebih
banyak menyebabkan kerusakan pada organ-organ padat maupun organ-organ
berongga pada abdomen dibandingkan dengan trauma abdomen yang
disebabkan oleh benda tajam
B. Saran
Bagi seorang perawat dalam penanganan pasien yang mengalami
trauma abdomen yaitu perawat harus memperhatikan atau melakukan
tindakan kegawatdaruratan yang cepat dan tepat, terutama pada kasus trauma
abdomen akibat cidera atau kecelakaan.
Untuk memudahkan pemberian tindakan darurat secara sepat dan tepat
perlu dilakukan prosedur tetap/protocol yang dapat digunakan setiap hari. Bila
memungkinkan, sangat tepat apabila pada setiap unit keperawatan di lengkapi
dengan buku-buku yang diperlukan baik untuk perawat maupun pasien.
DAFTAR PUSTAKA