Anda di halaman 1dari 10

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan kehadirat ALLAH SWT atas segala nikmat dan karunia-Nya
yang telah diberikan, sehingga makalah tugas etika profesi kebidanan ini dapat
terselesaikan. Dalam penulisan tugas ini kami tidak terlepas dari dukungan dan bimbingan
dari berbagai pihak. Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. Orangtua yang telah memberi semangat dan berbagai fasilitas sehingga lancarnya
pengerjaan tugas ini.
2. Bapak Kuswanto,S.Kep,MH.Kes sebagai dosen mata kuliah pada tugas etika
profesi kebidanan ini.
3. Teman-teman angkatan 2015 atas kekompakan dan saling memotivasi antar kita
selama penulisan tugas ini.
Kiranya ALLAH SWT berkenan membalas semua yang telah diberikan kepada kami.

Blora , 23 Februari 2016

Kelompok 1
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Etik merupakan bagian dari filosofi yang berhubungan erat dengan nilai manusia
dalam menghargai suatu tindakan, apakah benar atau salah dan apakah penyelesaiannya
baik atau salah (Jones, 1994). Penyimpangan mempunyai konotasi yang negative yang
berhubungan dengan hukum. Seseorang bidan dikatakan professional bila ia mempunyai
kekhususan. Sesuai dengan peran dan fungsinya seorang bidan bertanggung jawab
menolong persalinan.Dalam hal ini bidan mempunyai hak untuk mengambil keputusan
sendiri yang harus mempunyai pengetahuan yang memadai dan harus selalu
memperbaharui ilmunya dan mengerti tentang etika yang berhubungan dengan ibu dan
bayi. Derasnya arus globalisasi yang semakin mempengaruhi kehidupan sosial masyarakat
dunia, juga mempengaruhi munculnya masalah/penyimpangan etik sebagai akibat
kemajuan teknologi/ilmu pengetahuan yang menimbulkan konflik terhadap nilai. Arus
kesejahteraan ini tidak dapat dibendung, pasti akan mempengaruhi pelayanan kebidanan.
Dengan demikian penyimpangan etik mungkin saja akan terjadi juga dalam praktek
kebidanan misalnya dalam praktek mandiri, tidak seperti bidan yang bekerja di RS, RB
atau institusi Kesehatan lainnya, mempertanggungjawabkan sendiri apa yang dilakukan.
Dalam hal ini bidang yang praktek mandiri menjadi pekerja yang bebas Mengontrol
dirinya sendiri. Situasi ini akan besar sekali pengaruhnya terhadap kemungkinan
terjadinya penyimpangan etik.
Akhir-akhir ini sering terjadi penyimpangan pada praktek bidan yang disebabkan
kelalaian,kecerobohan,lupa,dll yang sering disebut malpraktek, karena itu dibuat makalah
ini guna menekan angka malpraktek saat ini.

1.2 RUMUSAN MASALAH


1. Apa pengertian etika?
2. Apa yang dimaksud malpraktik?
3. Sebutkan contoh kasus malpraktik!
1.3 TUJUAN
1. Mengetahui pengertian etika.
2. Mengetahui pengertian malpraktik
3. Mengetahui contoh dan analisa suatu kasus malpraktik.
BAB 2
PEMBAHASAN

2.1 PENGERTIAN ETIKA

Etika diartikan “sebagai ilmu yang mempelajari kebaikan dan keburukan dalam hidup
manusia khususnya perbuatan manusia yang didorong oleh kehendak dengan didasari pikiran
yang jernih dengan pertimbangan perasaan.
Etik ialah suatu cabang ilmu filsafat. Secara sederhana dapat dikatakan bahwa etik
adalah disiplin yang mempelajari tentang baik atau buruk sikap tindakan manusia. Etika
Merupakan bagian filosofis yang berhubungan erat dengan nilai manusia dalam menghargai
suatu tindakan, apakah benar atau salah, dan penyelesaiannya baik atau tidak (Jones, 1994).
Menurut bahasa, Etik diartikan sebagai:
Yunani à Ethos, kebiasaan atau tingkah laku
Inggris à Ethis, tingkah laku atau prilaku manusia yang baik, tindakan yang harus
dilaksanakan manusia sesuai dengan moral pada umumnya.
Sedangkan dalam konteks secara luas dinyatakan bahwa:
Etik adalah aplikasi dari proses dan teori filsafat moral terhadap kenyataan yang
sebenarnya. Hal ini berhubungan dengan prinsip-prinsip dan konsep yang membimbing
makhluk hidup dalam berfikir dan bertidak serta menekankan nilai-nilai mereka. (Shirley R
Jones – Ethics in Midewifery)

2.2 MALPRAKTIK
2.2.1 Pengertian Malpraktek
Dalam suatu kasus di california tahun 1956 Guwandi (1994) mendifiniskan
mallpraktik adalah kelalaian dari seorang dokter atau perawat untuk menerapkan tingkat
keterampilan dan pengetahuannya didalam memberikan pelayanan pengobatan dan perawatan
terhadap seorang pasien yang lazim diterapkan dalam mengobati dan merawat orang sakit
atau terluka di lingkungan wilayah yang sama.
Ellis dan Hartley (1998) mengungkapkan bahwa malpraktik merupakan batasan
yang spesifik dari kelalaian (negligence) yang ditujukan kepada seseorang yang telah terlatih
atau berpendidikan yang menunjukkan kinerjanya yang sesuai bidang tugas/pekerjaannya.
Ada dua istilah yang sering dibicarakan secara bersamaan dalam kaitannya
dengan mal praktik yaitu kelalaian dan malpraktik. Kelalaian adalah melakukan sesuatu
dibawah standar yang ditetapkan oleh aturan/hukum guna melindungi orang lain yang
bertentangan dengan tindakan-tindakan yang tidak beralasan dan beresiko melakukan
kesalahan. Guwandi (1994) mengatakan bahwa kelalaian adalah kegagalan untuk bersikap
hati-hati yang pada umumnya wajar dilakukan seseorang dengan hati-hati dalam keadaan
tersebut.
Dengan pengertian diatas, dapat diartikan bahwa kelalaian lebih bersifat
ketidaksengajaan, kurang teliti, kurang hati-hati, acuh tak acuh, sembrono, tidak peduli
terhadap kepentingan orang lain, tetapi akibat yang ditimbulkan bukanlah tujuannya.
Kelalaian bukan suatu pelanggaran hukum atau kejahatan jika kelalaian itu tidak sampai
membawa kerugian atau cidera kepada orang lain dan orang itu dapat menerimanya (hanafiah
& Amir, 1999). Namun, jika kelalaian itu mengakibatkan kerugian materi, mencelakakan
bahkan merenggut nyawa orang lain, ini diklasifikasikan sebagai kelalaian berat(culpa lata),
serius dan kriminal.
Malpraktik tidak sama dengan kelalaian. Malpraktik sangat spesifik dan terkait
dengan status profesional dari pemberi pelayanan dan standar pelayanan profesional. Mall
praktek merupakan Kelalaian tenaga kesehatan untuk mempergunakan tingkat ketrampilan
dan ilmu pengetahuannya yg lazim dipergunakan dlm asuhan yang diberikan ke pasien,
menurut ukuran (standar) di lingkungan yang sama. Kelalaian memang termasuk dalam arti
malpraktik, tetapi di dalam malpraktik tidak selalu harus ada unsur kelalaian. Malpraktik
lebih luas dari pada kelalaian (negligence) karena selain mencakup arti kelalaian, istilah
malpraktik pun mencakup tindakan-tindakan yang dilakukan dengan sengaja (criminal
malpractice) dan melanggar undang-undang.
Dapat ditarik kesimpulan bahwa yang dimaksud dengan mal praktik adalah:
1) Melakukan suatu hal yang seharusnya tidak boleh dilakukan oleh seorang
tenaga kesehatan.
2) Tidak melakukan apa yang seharusnya dilakukan atau melalaikan
kewajibannya (negligence) dan;
3) Melanggar suatu ketentuan menurut atau berdasarkan peraturan perundang-
undangan.
Tuntutan malpraktik dapat bersifat pelanggaran-pelanggaran berikut:
1) Pelanggaran etika profesi
2) Sanksi administratif
3) Pelanggaran hukum
(Drs. Julianus Ake, S.Kp, 2012)
2. Faktor yang menyebabkan terjadinya mal praktik:
1) Standar Profesi Kedokteran Dalam profesi kedokteran, ada tiga hal yang
harus ada dalam standar profesinya, yaitu kewenangan, kemampuan rata-rata dan ketelitian
umum
2) Standar Prosedur Operasional (SOP) SOP adalah suatu perangkat
instruksi/ langkah-langkah yang dibakukan untuk menyelesaikan suatu proses kerja rutin
tertentu.
3) Informed Consent Substansi informed consent adalah memberikan
informasi tentang metode dan jenis rawatan yang dilakukan terhadap pasien, termasuk
peluang kesembuhan dan resiko yang akan dialami oleh pasien.
(Gruendeman & Fernsebner, 2006)
4) Petugas kesehatan (dokter, perawat, bidan ) tidak memahami benar tentang
filosofi keilmuannya sehingga pada saat melaksanakan asuhan kepada klien tidak sesuai
dengan kewenaangannya, kompetensinya, serta melakukan asuhan dibawah standar
operasinal prosedur, bertentangan dengan hukum, lalai dengan tugasnya dan akhirnya terjadi
komunikasi yang tidak baik antara nakes dan pasien, hasil perawatan dirasakan kurang
memuaskan, serta biaya yang dirasakan terlalu tinggi serta terjadi insiden KTD (Kejadian
yang tidak diharapkan) atau Sentinel yang pada akhirnya akan menimbulkan tuntutan dari
pasien tersebut.
3. Sebab-sebab terjadinya gugatan malpraktik:
1) Komunikasi yang tidak baik
2) Hasil perawatan yang tidak memuaskan
3) Biaya yang dianggap terlalu tinggi
4. Strategi untuk menanggulangi permasalahan malpraktik
Dengan adanya kecenderungan masyarakat untuk menggugat tenaga medis
karena adanya malpraktik diharapkan tenaga medis dalam menjalankan tugasnya selalu
bertindak hati-hati, yakni:
1) Tidak menjanjikan atau memberi garansi akan keberhasilan upayanya, karena
perjanjian berbentuk daya upaya ( inspaning verbintenis) bukan perjanjian akan berhasil
(resultaat verbintenis).
2) sebelum melakukan intervensi agar selalu dilakukan informed consent
3) mencatat semua tindakan yang dilakukan dalam rekam medis
4) apabila terjadi keragu-raguan, konsultasikan kepada senior atau dokter.
5) Memperlakukan pasien secara manusiawi dengan memperhatikan segala
kebutuhannya.
6) Menjalin komunikasi yang baik dengan pasien, keluarga dan masyarakat
sekitar.
7) Petugas kesehatan harus mengetahui dan mematuhi standar perawatan, harus
mengetahui standar asosiasi nasional dan praktik yang direkomendasikan, serta
memperhatikan isu – isu terbaru dari jurnal atau buku yang diterbitkan dan melaksanakan
asuhan berdasarkan evidence base dengan sumber bukti ini.
Apabila tuduhan kepada tenaga kesehatan merupakan criminal malpraktice, maka
tenaga kesehatan dapat melakukan:
1) Informal defence, dengan mengajukan bukti untuk menangkis/menyangkal
bahwa tuduhan yang diajukan tidak berdasarkan atau tidak menunjukkan pada doktrin-
doktrin yang ada.
2) Formal/legal defence, yakni melakukan pembelaan dengan mengajukan atau
menunjukkan pada doktrin-doktrin hukum. (Dampang, 2011)
4. Jenis-Jenis Malpraktek
Ngesti Lestari dan Soedjatmiko membedakan malpraktek medik menjadi dua
bentuk, yaitu malpraktek etik (ethical malpractice) dan malpraktek yuridis (yuridical
17
malpractice), ditinjau dari segi etika profesi dan segi hukum.
a. Malpraktek Etik
Yang dimaksud dengan malpraktek etik adalah tenaga kesehatan melakukan
tindakan yang bertentangan dengan etika profesinya sebagai tenaga kesehatan. Misalnya
seorang bidan yang melakukan tindakan yang bertentangan dengan etika kebidanan. Etika
kebidanan yang dituangkan dalam Kode Etik Bidan merupakan seperangkat standar etis,
prinsip, aturan atau norma yang berlaku untuk seluruh bidan.
b. Malpraktek Yuridis
Soedjatmiko membedakan malpraktek yuridis ini menjadi tiga bentuk, yaitu
malpraktek perdata (civil malpractice), malpraktek pidana (criminal malpractice) dan
malpraktek administratif (administrative malpractice).
Adapun isi dari pada tidak dipenuhinya perjanjian tersebut dapat berupa:
a. Tidak melakukan apa yang menurut kesepakatan wajib dilakukan.
b. Melakukan apa yang menurut kesepakatannya wajib dilakukan, tetapi
terlambat melaksanakannya.
c. Melakukan apa yang menurut kesepakatannya wajib dilakukan, tetapi tidak
sempurna dalam pelaksanaan dan hasilnya.
d. Melakukan apa yang menurut kesepakatannya tidak seharusnya dilakukan
Sedangkan untuk perbuatan atau tindakan yang melanggar hukum haruslah
memenuhi beberapa syarat seperti:
a. Harus ada perbuatan (baik berbuat maupun tidak berbuat).
b. Perbuatan tersebut melanggar hukum (tertulis ataupun tidak tertulis).
c. Ada kerugian
d. Ada hubungan sebab akibat (hukum kausal) antara perbuatan melanggar
hukum dengan kerugian yang diderita.
e. Adanya kesalahan (schuld)
Sedangkan untuk dapat menuntut pergantian kerugian (ganti rugi) karena
kelalaian tenaga kesehatan, maka pasien harus dapat membuktikan adanya empat unsur
berikut:
a. Adanya suatu kewajiban tenaga kesehatan terhadap pasien
b. Tenaga kesehatan telah melanggar standar pelayanan medik yang lazim
dipergunakan.
c. Penggugat (pasien) telah menderita kerugian yang dapat dimintakan ganti
ruginya.
d. Secara faktual kerugian itu diesbabkan oleh tindakan dibawah standar.

2.3 CONTOH KASUS MALPRAKTIK


Kasus :
Seorang Ibu Primigravida dibantu oleh seorang bidan untuk bersalin. Proses persalinannya
telah lama karena lebih 24 jam bayi belum juga keluar dan keadaan ibu nya sudah mulai
lemas dan kelelahan karena sudah terlalu lama mengejan. Bidan tersebut tetap bersikukuh
untuk menolong persalinan Ibu tersebut karena takut kehilangan komisi, walaupun asisten
bidan itu mengingatkan untuk segera di rujuk saja. Setelah bayi keluar, terjadilah perdarahan
pada ibu, baru kemudian bidan merujuk ibu ke RS. Ketika di jalan, ibu tersebut sudah
meninggal. Keluarganya menuntut bidan tersebut.

Analisa : I

bu tersebut sudah mengalami partus yang lama karena lebih dari 24 jam, seharusnya bidan
bisa mengetahui penyebab partus lama, apakah ada malpresentasi pada janin, emosi yang
tidak stabil pada ibu atau panggul yang kecil sehingga bidan bisa bertindak secepatnya untuk
menyelamatkan nyawa ibu dan bayi, bukan mementingkan komisi yang membahayakan
nyawa ibu dan bayi. Perdarahan itu disebabkan karena atonia uteri akibat partus yang terlalu
lama. Atonia uteri hanya bisa bertahan dalam waktu 2 jam setela Post Partum.
Dalam kasus tertentu justru Bidan dengan sengaja melakukanya demi uang, dan satu sisi
pasien juga tidak mengetahui tentang hak-hak apa yang dapat diperoleh pasien tentang
kondisi kesehatannya atau pasien sengaja tidak dikasih tahu informasi yang jelas tentang
resiko, tindakan serta prosedur persalinan yang yang seharusnya.Bidan tersebut telah
melanggar wewenangan bidan dan melakukan malpraktek.

Anda mungkin juga menyukai