Anda di halaman 1dari 37

MAKALAH

ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA


PADA USIA TUA ATAU
LANJUT USIA

KELOMPOK 8 :

1. Apriyanti
2. Nia Kurniawan
3. Sri Handayani

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
KURNIA JAYA PERSADA
PALOPO
2018
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Keluarga merupakan bagian dari manusia yang setiap hari selalu berhubungan
dengan kita. keadaan ini perlu kita sadari sepenuhnya bahwa setiap individu merupakan
bagiannya dari keluarga juga semua dapat diekspresikan tanpa hambatan yang berarti.
Keperawatan keluarga merupakan tingkat keperawatan kesehatan masyarakat yang
ditujukan atau dipusatkan pada keluarga sebagai unit atau satu kesatuan yang dirawat,
dengan sehat sebagai tujuan dan perawatan sebagai penyalur.
Sasaran keperawatan keluarga yaitu individu, family atau keluarga dan community atau
masyarakat. Prinsip utama dalam perawatan kesehatan masyarakat mengatakan bahwa
keluarga adalah unit atau kesatuan dari pelayanan kesehatan.
Berbagai ilmu ini tidak dapat dipisahkan dari kemajuan ilmu pengetahuan dan berbagai
istilah berkembang terkait dengan lanjut usia (lansia), yaitu gerontologi, geriatri serta
keperawatan gerontik, dan keperawatan geriatric. Proses menua merupakan proses
sepanjang hidup, tidak hanya dimulai dari suatu waktu tertentu, tetapi dimulai sejak
permulaan kehidupan. Memasuki usia tua berarti mengalami kemunduran, misalnya
kemunduran fisisk yang ditandai dengan kulit yang mengendur, rambut memutih, gigi
mulai ompong, pendengaran kurang jelas, penglihatan semakin buruk gerakan lambat, dn
figur tubuh yang tidak proporsional.
Sering kali keberadaan lansia dipersepsikan secra negatif, dianggap sebagai beban
keluarga dan masyarakat sekitar. Lansia cenderung dipandang masyarakat tidak lebih dari
sekelompok orang yang sakit-sakitan. Kurangnya perhatian yang memadai terhadap
populasi lansia ini menciptakan ruang kosong, yang kemudian diisi oleh dunia medis.
Disatu sisi, perhatian besar dari kalangan kedokteran ini harus disambut secara positif
oleh dunia keperawatan sehingga masalah kesehatan lansia dapat teratasi. Kesehatan
merupakan aspek sangat penting yang perlu diperhatikan pada kehidupan lansia. Semakin
tua seseorang, cenderung semakin berkurang daya tahan fisik mereka. Dalam kaitan ini,
kelompok kami tertarik mengambil judul makalah Asuhan Keperawatan Keluarga dengan
Keluarga Lansia.
B. Tujuan Penulisan
1. Agar mahasiswa mampu untuk mengetahui konsep dasar keperawatan keluarga
dengan lansia
2. Mahasiswa diharapkan mampu memahami dan meguasai konsep dasar keperawatan
kesehatan keluarga dengan lansia

C. Metode penulisan
Penulisan makalah ini penulis menggunakan metode deskriftif yaitu dengan
penjabaran masalah-masalah yang ada dan menggunakan studi keperpustakaan dari
literatur yang ada baik di perpustakaan maupun dimedia internet sebagai pelengkap
BAB II
TINJUAN PUSTAKA

A. Definisi
Keluarga didefinisikan dalam berbagai cara. Definisi keluarga berbeda-beda,
tergantung kepada orientasi teoritis “pendefinisi” yaitu dengan menggunakan
menjelaskan yang penulis dari untuk menghubungkan keluarga. Burgess dkk (2005)
membuat definisi yang berorientasi pada tradisi dan dingunakan sebagai referensi secara
luas :
 Keluarga terdiri dari orang-orang yang disatukan oleh ikatan perkawinan, darah dan
ikatan adopsi
 Para anggota sebuah keluarga biasanya hidup bersama-sama dalam satu rumah tangga,
atau jika mereka hidup secra berpisah, mereka tetap menggangap rumah tangga
tersebut sebagai rumah mereka
 Anggota keluarga berinteraksi dan berkomunikasi satu sama lain dalam peran peran
sosial keluarga seperti suami istri, ayah dan ibu, anak laki-laki dan perempuan, saudara
dan saudari
 Keluarga sama-sma menggunakan kultur yang sama, yaitu kultur yang di ambil dari
masyarakat dengan beberpa ciri unik tersendiri

Meskipun definisi-definisi ini sering digunakan, namun terbatas kepada


kemapuan aplikasinya dan sifat komprehensifnya definisi apa saja tentang keluarga harus
menggambarkan bentuk-bentuk keluarga yang ada sekarang, dan definis tradisional
seperti diats bisa memberikan gambaran tentang definisi yang dimaksud.
Whall (2006) dalam analisa konsep tentang keluarga sebagai unit yang perlu
dirawat dalam perawatan, ia mendefiniskan keluarga sebagai ”kelompok yang
mendefinisikan diri” dengan anggota sendiri terdiri dua individu atau lebih, yang
asosiasinya dicirikan oleh istilah istilah khusus, yang boleh jadi tidak di ikat oleh
hubungan darah atau hukum, tapi yang berfungsi sedemikian rupa sehingga mereka
menggagap diri meraka sebagai sebuah keluarga. Mengingat siapakah individu-individu
yang diindetifikasikan sebagai anggota keluarga merupakan sebuah komponen yang
sangat penting dari definisi ini.

a) Tipe keluarga
Pembagian tipe keluarga bergantung pada konteks keilmuwan dan orang yang
mengelompokan. Secara tradisional keluarga dikelompokan menjadi, yaitu :
 Keluarga inti (nuclear family)
adalah keluarga yang hanya terdiri ayah, ibu, dan anak yang diperoleh dari
keturunannya atau adopsi atau keduanya
 Keluarga besar (extended family)
adalah keluarga inti ditambah anggota keluarga lain yang masih mempunyai
hubungan darah (kakek/nenek, paman/bibi) Tipe-tipe keluarga secara umum yang
dikemukakan untuk mempermudah pemahaman terhadap literatur tentang kelurga.
(friedman, 2005)
 Keluarga inti (konjugal)
merupakan keluarga yang menikah, sebagai orang tua, atau pemberian nafkah.
Keluarga inti terdiri dari sumi, istri, dn ank mereka-anak kandung, anak adopsi atau
keduanya
 Keluarga orientasi (keluarga asal)
merupakan unit keluarga yang di dalamnya seseorang dilahirkan
 Keluarga besar
merupakan keluarga inti dan orang-orang yang berhubungan (oleh darah) yang
paling lazim menjadi anggota keluarga orientasi yaitu salah satu teman keluarga
inti, berikut ini termasuk “sanak keluarga” seperti kakek atau nenek, tante, paman,
dan sepupu

Namun, dengan berkembangnya peran individu dan meningkatnya rasa


individualisme, pengelompokan tipe keluarga selain tipe diatas berkembang
menjadi :
 Keluarga bentukan kembali (dyadic family)
adalah keluarga baru yang terbentuk dari pasangan yang telah cerai atau kehilangan
pasangannya. Keadaan ini di indonesia juga menjadi tren karena adanya pengaruh
gaya hidup barat yang pada zaman dahulu jarang sekali ditemui sehingga seorang
yang telah cerai atau ditinggal pasangan cenderung hidup sendiri untuk
membesarkan anak-anaknya
 Orang tua tunggal (single parent family)
adalah keluarga yang terdiri dari salah satu orang tua dengan anak-anak akibat
perceraian atau ditinggal pasangannya
 Ibu dengan anak tanpa perkawinan (the unmarried teenage mother)
 Orang dewasa (laki-laki atau perempuan) yang tinggal sendiri tanpa pernah
menikah (the single adult living alone). Kecenderungan di indonesia juga
meningkat dengan dalih tidak mau direpotkan oleh pasangan atau anaknya kelak
jika telah menikah
 Keluarga dengan anak tanpa pernikahan sebelumnya (the non-marital heterosexual
cohabiting family). Biasanya dapat dijumpai pada daerah kumuh perkotaan (besar),
tetapi pada akhirnya mereka dinikahkan oleh pemerintah daerah (kabupaten atau
kota) meskipun usia pasangan tersebut telah tua demi status anak-anaknya
 Keluarga yang dibentuk oleh pasangan yang berjenis kelamin sama (gay and
lesbian family)
b) Fungsi keluarga
Fungsi keluarga terdiri dari fungsi afektif, fungsi sosialisasi, fungsi reproduksi, fungsi
ekonomi, fungsi perawatan kesehatan. (friedman, 1998)
 Fungsi afektif
Berhubungan dengan fungsi-fungsi internal keluarga yaitu sebagai perlindungan
dan dukungan psikososial bagi para anggotanya. Keluarga melakukan tugas-tugas
yang menunjang pertumbuhan dan perkembangan yang sehat bagi anggotanya
dengan memenuhi kebutuhan-kebutuhan sosioemosional anggotanya, Mulai dari
tahun-tahun awal kehidupan individu dan terus berlangsung sepanjang hidupnya.
Pemenuhan fungsi afektif merupakan basis sentral bagi pembentukan dna
kelanjutan dari unit keluarga (stair, 1972)
Komponen fungsi afektif meliputi persepsi keluarga tentang pemenuhan kebutuhan-
kebutuhan psikososial anggota keluarga. Melalui pemenuhan fungsi ini, maka
keluarga menjalankan tujuan-tujuan psikososial yang utama, yaitu membentuk
sifat-sifat kemanusiaan dalam diri mereka, stabilisasi kepribadian dan tingkah laku,
kemampuan menjalin berhubungan secara lebih akrab dan harga diri

 Fungsi sosialisasi dan tempat bersosialisasi (socialization and social placement


function)
Adalah fungsi mengembangkan dan tempat melatih anak untuk berkehidupan sosial
sebelum meninggalkan rumah untuk berhubungan dengan orang lain di luar rumah

 Fungsi reproduksi (the reproductive function)


Adalah fungsi untuk mempertahankan generasi dn menjaga kelangsungan keluarga

 Fungsi ekonomi (the economic function)


yaitu keluarga berfungsi untuk memenuhi kebutuhan keluarga secara ekonomi dan
tempat untuk mengembangkan kemampuan individu meningkatkan penghasilan
untuk memenuhi kebutuhan keluarga

 Fungsi perawatan kesehatan (the health care function)


Yaitu fungsi untuk mempertahankan keadaan kesehatan anggota keluarga agar tetap
memiliki produktivitas tinggi. Fungsi ini dikembangkan menjadi tugas keluarga di
bidang kesehata
Dimensi struktur dasar keluarga Struktur keluarga dapat menggambar bagaimana
keluarga melaksanakan fungsi keluarga di masyarakat sekitarnya. Parad dan caplan
(2005) yang diadopsi oleh friedman mengatakan ada empat struktur keluarga yaitu :
 Struktur peran keluarga, menggambarkan peran masing-masing anggota keluarga dalam
keluarga sendiri dan perannya dilingkungan masyarakat atau peran formal dan informal
 Nilai atau norma keluarga, menggambarkan nilai dan norma yang dipelajari dan
diyakini oleh keluarga, khususnya yang berhubungan dengan kesehatan
 Pola komunikasi keluarga, menggambarkan bagaimana cara dan pola komunikasi ayah-
ibu (orang tua), orang tua dengan anak, anak dengan anak, dan anggota keluarga lain
(pada keluarga besar) dengan keluarga inti
 Struktur kekuatan keluarga, menggambarkan kemampuan anggota keluarga untuk
mempengaruhi dan mengendalikan orang lain untuk mengubah perilaku keluarga yang
mendukung kesehatan

Berdasarkan kemampuan keluarga untuk pemenuhan kebutuhan dasar, kebutuhan


psikososial, kemampuan memenuhi ekonominya dan aktualisasi keluarga dimasyarakat,
serta memperhatikan perkembangan negara indonesia menuju negara industri, indonesia
menginginkan keluarga dikelompokan menjadi lima tahap yaitu sebagai berikut :
 Keluarga prasejahtera
adalah keluarga yang belum dapat memenuhi kebutuhan dasar secara minimal yaitu
kebutuhan pengajaran agama, pangan, sandang, papan, dan kesehatan atau keluarga
yang belum dapat memenuhi salah satu atau lebih indicator Keluarga Sejahtera Tahap I

 Keluarga Sejahtera Tahap I (KS I)


adalah keluarga yang telah dapat memenuhi kebutuhan dasar secara minimal, tetapi
belum dapat memenuhi keseluruhan kebutuhan sosial psikologisnya, yaitu kebutuhan
pendidikan, keluarga berencana (KB), interaksi dalam keluarga, interaksi dengan
liungkungan tempat tinggal, dan transportasi

 Keluarga Sejahtera Tahap II (KS II)


adalah keluarga yang telah dapat memenuhi kebutuhan dasar secara minimal serta telah
memenuhi seluruh kebutuhan sosial psikologisnya, tetapi belum dapat memenuhi
kebutuhan pengembangan, yaitu kebutuhan untuk menabung dan memperoleh informasi

 Keluarga Sejahtera Tahap III (KS III)


adalah keluarga yang telah dapat memenuhi seluruh kebutuhan dasar, kebutuhan sosial
psikologisnya, dan kebutuhan pengembangan, tetapi belum dapat memberikan
sumbangan (konstribusi) yang maksimal terhadap masyarakat secara teratur(dalam
waktu tertentu) dalam bentuk material dan keuangan untuk sosial kemasyarkatan, juga
berperan serta secara aktif dengan menjadi pengurus lembaga kemasyarakatan atau
yayasasn sosial, keagamaan, kesenian, olahraga, pendidikan dan lain sebagaianya

 Keluarga Sejahtera Tahap III Plus (KS III Plus)


adalah keluarga yang telah dapat memenuhhi seluruh kebutuhannya, baik yang bersifat
dasar, sosial psikologis, maupun pengembangan, serta telah mampu memberikan
sumbangan yang nyata dan berkelanjutan bagi masyarakat

c) Peran perawat keluarga


Perawatan kesehatan masyarakat, sejak dahulu sampai sekarang, keluarga sudah
dianggap sebagai kesatuan dari pemeliharaan kesehatan. Perananan perawat keluarga
membantu keluarga untuk mengatasi dengan baik masalah-masalah kesehatan dengan
meningkatkan kesanggupan mereka untuk melaksanakan tugas-tugs kesehatan. Proses
membantu keluarga meningkatkan kesanggupan untuk menyelesaikan masalah kesehatan,
perawat dapat berperan sebagai :
 Pengenal kesehatan (health monitor)
 Pemberi perawatan pada anggota keluarga yang sakit
 Koordinator pelayanan kesehatan keluarga
 Facilitator
 Educator
 Advocat

B. Konsep Keperawatan Keluarga Lansia


1. Pengertian
Menua atau menjadi tua adalah suatu keadaan yang terjadi di dalam kehidupan
manusia. Menjadi tua merupakan proses alamiah, yang berarti seseorang telah melalui
tiga tahap kehidupannya, yaitu anak, dewasa dan tua. Tiga tahap ini berbeda, baik
secara biologis maupun psikologis. WHO dan Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1998
tentang kesejahteraan lansia pada Bab I Pasal 1 Ayat 2 menyebutkan bahwa umur 60
tahun adalah usia permulaan tua. Menua bukanlah suatu penyakit, tetapi merupakan
proses yang berangsur-angsur mengakibatkan perubahan yang kumulatif, merupakan
proses menurunnya daya tahan tubuh dalam menghadapi rangsangan dari dalam dan
luar tubuh yang berakhir dengan kematian.
Dalam buku ajar geriatri, Prof. Dr. R. Boedhi Darmojo dan Dr. H. Hadi Martono
(2004) mengatakan bahwa “menua” (menjadi tua) adalah suatu proses menghilangnya
secara perlahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri/mengganti diri dan
mempertahankan struktur dan fungsi normalnya sehingga tidak dapat bertahan terhadap
jejas (termasuk infeksi) dan memperbaikikeruskan yang diderita. Dari pernyataan
tersebut, dapat disimpulkan bahwa manusia secara perlahan mengalami kemunduran
struktur dan fungsi organ. Kondisi ini dapat mempengaruhi kemandirian dan kesehatan
lansia, termasuk kehidupan seksualnya.
Proses menua merupakan proses yang terus-menerus atau berkelanjutan secara
alamiah dan umumnya dialami oleh semua makhluk hidup. Proses menua merupakan
kombinasi bermacam-macam faktor yang sling berkaitan. Sampai saat ini, banyak
definisi dan teori yang menjelaskan tentang proses menua yang tidak seragam. Secara
umum, proses menua didefinisikan sebagai perubahan yang terkit waktu, bersifat
universal, intrinsik, progresif, dan detrimental. Keadaan tersebut dapat menyebabkan
berkurangnya kemampuan beradaptasi terhadap lingkungan untuk dapat bertahan hidup
berikut akan dikemukakan bermacam-macam teori proses menua yang penting.
Tahap terakhir siklus kehidupan keluarga dimulai dengan salah satu atau kedua
pasangan memasuki masa pensiun, terus berlangsung hingga salah satu pasangan
meninggal, dan berakhir dengan pasangan lain meninggal (Duvall dan Miller, 1985).
Menurut J.W. Santrock (J.W.Santrock, 2002, h.190), ada dua pandangan tentang
definisi orang lanjut usia atau lansia, yaitu menurut pandangan orang barat dan orang
Indonesia. Pandangan orang barat yang tergolong orang lanjut usia atau lansia adalah
orang yang sudah berumur 65 tahun keatas, dimana usia ini akan membedakan
seseorang masih dewasa atau sudah lanjut. Sedangkan pandangan orang Indonesia,
lansia adalah orang yang berumur lebih dari 60 tahun. Lebih dari 60 tahun karena pada
umunya di Indonesia dipakai sebagai usia maksimal kerja dan mulai tampaknya ciri-ciri
ketuaan.
Persepsi tahap siklus kehidupan ini sangat berbeda dikalangan keluarga lanjut
usia. Beberapa orang merasa menyedihkan, sementara yang lain merasa hal ini
merupakan tahun-tahun terbaik dalam hidup mereka. Banyak dari mereka tergantung
pada sumber- sumber finansial yang adekuat, kemampuan memelihara rumah yang
memuaskan, dan status kesehatan individu. Mereka yang tidak lagi mandiri karena sakit,
umumnya memiliki moral yang rendah dan keadaan fisik yang buruk sering merupakan
anteseden penyakit mental dikalangan lansia (Lowenthal, 1972). Sebaliknya lansia yang
menjaga kesehatan mereka, tetap aktif dan memiliki sumber-sumber ekonomi yang
memadai menggambarkan proporsi orang-orang yang lebih tua dan substansial dan
senantiasa berpikir positif terhadap kehidupan ini.

2. Teori proses menua


Proses menua bersifat individual :
 Tahap proses menua terjadi pada orang dengan usia berbeda
 Setiap lanjut usia mempunyai kebiasaan yang berbeda
 Tidak ada satu faktor pun yang ditemukan dapat mencegah proses menua
a) Teori biologis
 Teori genetic
Teori genetic lock. Teori ini merupakan teori instrinsik yang menjelskan
bahwa di dalam tubuh terdapat jam biologis yang mengatur gen dan menentukan
proses penuaan. Teori ini menyatakan bahwa menua itu telah terprogram secara
genetik untuk spesies tertentu. Setiap spesies di dalam inti selnya memiliki suatu
jam genetik/ jam biologis sendiri dan setiap spesies mempunyai batas usia yang
berbeda-beda yang telah diputar menurut replikasi tertentu sehingga bila jenis ini
berhenti berputar, ia akan mati
Teori mutasi somatic. Menurut teori ini penuaan terjadi krena adanya
mutasi somatik akibat pengaruh lingkungan yang buruk. Terjadi kesalahan
dalam proses transkripsiu DNA atau RNA dan dalam proses translasi RNA
protein/enzim. Kesalahan ini terjadi terus menerus sehingga akhirnya akan
terjadi penurunan fungsi organ atau perubahan sel menjadi kanker atau penyakit.
Setiap sel pada saatnya akan mengalami mutasi, sebagai contoh yang khas
adalah mutasi sel kelamin sehingga terjadi penurunan kemampuan fungsional sel
(Suhana, 1994: Constantinides, 1994)

 Teori nongenetik
Auto-immune theory. Mutasi yang berulang dapat menyebabkan
berkurangnya kemampuan sistem imun tubuh mengenali dirinya sendiri (self
recognition). Jika mutasi yang merusak membran sel, akan menyebabkan sistem
imun tidak mengenalinya sehingga merusaknya. Hal inilah yang mendasari
peningkatan penyakit auto-imun pad lansia (Goldstein, 1989). Dalam proses
metabolisme tubuh, diproduksi suatu zat khusus. Ada jaringan tubuh tertentu
yang tidak tahan terhadap zat tersebut sehingga jaringan tubuh menjadi lemah
dan sakit. Sebagai contoh, tambahan kelenjar timus pada usi dewasa berinvolusi
dan sejak itu terjadi kelainan auto-imun.
Free radical theory. Dapat terbentuk di alam bebas dan di dalam tubuh
karena adanya proses metabolisme atau proses pernapasan di dalam mitokondria.
Radikal bebas merupakan suatu atom atau molekul yang tidak stabil karena
mempunyai elektron yang tidak berpasangan sehingga sangat reaktif mengikat
atom atau molekul lain yang menimbulkan berbagai kerusakan atau peruibahan
dalam tubuh. Tidak stabilnya radikal bebas (kelompok atom) mengakibatkan
oksidasi oksigen bahan organik, misalnya karbohidrat dan protein. Radikal bebas
ini menyebabkan sel tidak dapat bergenerasi (Halliwel, 19944). Radikal bebas
dianggap sebagai penyebab penting terjadinya kerusakan fungsi sel. Radikal
bebas yang terdapat di lingkungan seperti: asap kendaraan bermotor, asap rokok,
zat pengawet makanan, radiasi, sinal ultraviolet yang mengakibatkan terjadinya
perubahan pigmen dan kolagen pada proses menua
Cross link theory. Menua disebabkan oleh lemak, protein, karbohidrat, dan
asam nukleat (molekul kolagen) bereaksi dengan zat kimia dan radiasi, mengubah
fungsi jaringan yang menyebabkan perubahan pada membran plasma, yang
mengakibatkan terjadinya jaringan yang kaku, kurang elastis, dan hilangnya fungsi
pada proses menua
Teori fisiologis. Teori ini merupakan teori instrinsik dan ekstrinsik. Terdiri
atas teori oksidasi stres, dan teori dipaki-aus (wear and tear theory). Disini terjadi
kelebihan usaha dan stres menyebabkan sel tubuh lelah terpakai (regenerasi
jaringan tidak dapat mempertahankan kestabilan lingkungan internal)

b) Teori sosiologis
Teori sosiologis tentang proses menua yang dianut selama ini antara lain :
 Teori interaksi sosial
Teori ini mencoba menjelaskan mengapa lansia bertindak pada suatu
situasi tertentu, yaitu atas dasar hal-hal yang dihargai masyarakat. Kemampuan
lansia untuk terus menjalin interaksi sosial meruipakan kunci mempertahankan
status sosialnya berdasarkan kemampuannya bersosialisasi. Pokok-pokok social
exchange theory antara lain :
 Masyarakat terdiri atas aktor sosial yang berupaya mencapai tujuannya
masing-masing
 Dalam upaya tersebut, terjadi interaksi sosial yang memerlukan biaya dan
waktu
 Untuk mencapai tujuan yang hendak dicapai, seorang aktor mengeluarlkan
biaya

 Teori aktivitas atau kegiatan


 Ketentuan tentang semakin menurunnya jumlah kegiatan secara langsung.
Teori ini menyatakan bahwa lansia yang sukses adalah mereka yang aktif
dan banyak ikut-serta dalam kegiatan social
 Lansia akan merasakan kepuasan bila dapat melakukan aktivitas dan
mempertahankan aktivitas tersebut selama mungkin
 Pola hidup dilanjutkan pada cara hidup lansia
 Mempertahankan hubungan antara sistem sosial dan individu agar tetap
stabil dari usia pertengahan sampai lansia

 Teori kepribadian berlanjut (continuity theory)


Dasar kepribadian atau tingkah laku tidak berubah pada lansia. Teori ini
merupakan gabungan teori yang disebabkan pada seorang lansia sangat
dipengaruhi oleh tipe personalisa yang dimilikinya. Teori ini mengemukakan
adanya kesinambungan dalam siklus kehidupan lansia. Dengan demikian,
pengalaman hidup seseorang pada suatu saat merupakan gambarannya kelak
pada saat ia menjadi lansia.
Hal ini dapat dilihat dari gaya hidup, perilaku, dan harapan seseorang ternyata
tidak berubah, walaupun ia telah lansia

 Teori pembebasan penarikan diri (disangagement theory)


Teori ini membahas putusnya pergaulan atau hubungan dengan masyarakat dan
kemunduran individu dengan individu lainnya. Teori yang pertama diajukan
oleh Cumming dan Henry (1961). Teori ini menyatakan bahwa dengan
bertambah lansia, apalagi ditambah dengan adanya kemiskinan, lansia secara
berangsur-angsur mulai melepaskan diri dari kehidupan sosialnya atau menarik
diri dari pergaulan sekitarnya. Keadaan ini mengakibatkan interaksi sosial
lansia menurun, baik secara kualitas maupun kuantitas sehingga sering lansia
mengalami kehilangan ganda (triple loss) :
 Kehilangan peran (loss of role)
 Hambatan kontak sosial (restriction of contact and relationship)
 Berkurangnya komitmen (reduced commitment to social mores and values)

3. Tipe Lansia
Mangkunego IV dalam surat Werdatama, yang dikutip oleh H.L Widyapratama
menyebutkn bahwa (lansia) dalam literatur lama (Jawa) dibagi dua golongan, yaitu :
 Wong sepuh : orang tua yang sepi hawa nfsu, menguasai ilmu”dwi tunggal”, yakni
mampu membedakan antra baik dan buruk, sejati dan palsu, gusti (Tuhan) dan kaula
nya atau hambanya
 Wong Sepah : Lansia yang kosong, tidak tau rasa, bicaranya muluk-muluk tanpa isi,
tingkah lakunya dibuat-buat dan berlebihan serta memalukan. Hidupnya menjadi
hambar (kehilangan romantika dan dinamika hidup)

Di zaman sekarang (zaman pembangunan), banyak ditemukan bermacam-macam tipe


lansia, antara lain :
 Tipe arif bijaksana : lansia ini kaya dengan hikmah pengalaman, menyesuaikan diri
dengan perubahan zaman, mempunyai kesibukan, bersikap ramah, rendah hati,
sederhana, dermawan, memenuhi undangan, dan menjadi panutan
 Tipe mandiri : lansia ini senang mengganti kegiatan yang hilang dengan kegiatan
baru, selektif dalam mencari pekerjaan dan teman pergaulan, serta memenuhi
undangan
 Tipe tidak puas: lanjut usia yang selalu mengalami konflik lahir batin, menentang
proses penuaan, yang menyebabkan kehilangan kecantikan, kehilangan daya tarik
jasmani, kehilangan kekuasaan, status, teman yang disayangi, pemarah, tidak sabar,
mudah tersinggung menuntut, sulit dilayani dan pengkritik
 Tipe pasrah : lansia yang selalu menerima dan menunggu nasib baik, mempunyai
konsep habis (habis gelap datang terang), mengikuti kegiatan beribadat, ringan kaki,
pekerjaan apa saja yang dilakukan
 Tipe bingung : lansia yng kagetan, kehilangan kepribadian, mengasingkan diri,
merasa minder, menyesal, pasif, acuh tak acuh. Lansia dapat pula dikelompokan
dalam beberapa tipe yang bergantung pada karakter, pengalaman hidup, lingkungan,
kondisi fisik, mental, sosial, dan ekonominya

Ciri-ciri Lansia :
 Adanya periode penurunan atau kemunduran yang disebabkan oleh faktor fisik dan
psikologis
 Perbedaan individu dalam efek penuaan ada yang menganggap periode ini sebagai
waktunya untuk bersantai dan ada pula yang menganggapnya sebagai hukuman
 Ada stereotip-stereotip mengenai usia lanjut. Yang menggambarkan masa tua
tidaklah menyenangkan
 Sikap sosial terhadap usia lanjut. Kebanyakan masyarakat menganggap orang berusia
lanjut tidak begit dibutuhkan katena energinya sudah melemah. Tetapi, ada juga
masyarakat yang masih menghormati orang yang berusia lanjut terutama yang
dianggap berjasa bagi masyarakat sekitar
 Mempunyai status kelompok minoritas. Adanya sikap sosial yang negatif tentang
usia lanjut
 Adanya perubahan peran. Karena tidak dapat bersaing lagi dengan kelompok yang
lebih muda
 Penyesuaian diri yang buruk. Timbul karena adanya konsep diri yang negatif yang
disebabkan oleh sikap sosial yang negative
 Ada keinginan untuk menjadi muda kembali. Mencari segala cara untuk
memperlambat penuaan

Kehilangan-Kehilangan yang Lazim bagi Keluarga Lansia


Karena proses menua berlangsung dan masa pensiun menjadi suatu kenyataan,
maka ada berbagai macam stressor atau kehilangan-kehilangan yang dialami oleh
mayoritas lansia dan pasangan-pasangan yang mengacaukan transisi peran mereka. Hal
ini meliputi :
 Ekonomi ; menyesuaikan terhadap pendapatan yang turun secara substansial,
mungkin kemudian menyesuaikan terhadap ketergantungan ekonomi
(ketergantungan pada keluarga atau subsidi pemerintah)
 Perumahan ; sering pindah ke tempat tinggal yang lebih kecil dan kemudian dipaksa
pindah ke tatanan institusi
 Sosial ; kehilangan (kematian) saudara, teman-teman dan pasangan
 Pekerjaan ; keharusan pensiun dan hilangnya peran dalam pekerjaan dan perasaan
produktifitas
 Kesehatan ; menurunnya fungsi fisik, mental dan kognitif ; memberikan perawatan
bagi pasangan yang kurang sehat

4. Perkembangan Lansia
a. Perkembangan Fisik
Pada masa lansia terlihat pada perubahan perubahan fisiologis yang bisa dikatakan
mengalami kemunduran, perubahan perubahan biologis yang dialami pada masa
lansia yang terlihat adanya kemunduran tersebut sangat berpengaruh terhadap
kondisi kesehatan dan terhadap kondisi psikologis. Kebanyakan perubahan fisik pada
lansia mengalami hal yang sama, misalnya rambut yang memutih, kulit keriput, dan
gigi yang tunggal. Pada periode ini penurunan fungsi organ tampak jelas

Sistem peredaran darah


Tidak lama berselang terjadi penurunan jumlah darah yang dipompa oleh jantung
dengan seiringnya pertambahan usia sekalipun pada orang dewasa yang sehat.
Bagaimanapun, kita mengetahui bahwa ketika sakit jantung tidak muncul, jumlah
darah yang dipompa sama tanpa mempertimbangakan usia pada masa dewasa.
Kenyataannya para ahli penuaan berpendapat bahwa jantung yang sehat dapat
menjadi lebih kuat selama kita menua dengan kapasitas meningkat bukan menurun
(Fozard, 1992). Meningkatnya tekanan darah yang terjadi akibat bertambah kerasnya
dinding pembuluh arteri aorta dan pusat merupakan gejala umum bagi orang yang
berusia lanjut.

Sistem pernafasan
Kapasitas paru-paru akan menurun pada usia 20 hingga 80 tahun sekalipun tanpa
penyakit. Paru paru kehilangan elatisitasnya, dada menyusut, dan diafragma
melemah. Meskipun begitu, berita baiknya adalah bahwa orang dewasa lanjut dapat
memperbaiki fungsi paru paru dengan latihan-latihan memperkuat diafragma.

Seksualitas
Penuaan menyebabkan beberapa perubahan penurunan dalam hal seksualitas
manusia, dan terdapat perubahan yang lebih banyak pada laki laki dari pada
perempuan. Rubin (Harlock) mengatakan bahwa hubungan seksual tidak mungkin
berhenti secara otomatis pada usia berapapun. Mereka yang tidak melakukan
hubungan seksual pada usia lanjut, biasanya disebabkan oleh penyakit yang diderita
pasangannya
b. Perkembangan Psikis dan Intelektual
Otak dan Sistem syaraf berubah dengan tanda adanya penurunan kecepatan belajar
sesuatu yang diikuti dengan menurunnya kemampuan intelektual. Beberapa peneliti
memperkirakan 5 sampai 10% neuron akan berhenti tumbuh sampai kita mencapai
usia 70 tahun, setelah itu hilangnya neuron menjadi dipercepat. Aspek yang
signifikan dari proses penuaan adalah pada neuron-neuron yang tidak mengganti
dirinya sendiri yang menyebabkan hilangnya sebagian kecil kemampuan pada masa
dewasa akhir

c. Perkembangan Emosional
Memasuki masa tua, sebagian besar lanjut usia kurang siap menghadapi dan
menyikapi masa tua tersebut, sehingga menyebabkan para lanjut usia kurang dapat
menyesuaikan diri dan memecahkan masalah yang dihadapi (Widyastuti, 2000).
Munculnya rasa tersisih, tidak dibutuhkan lagi, ketidakikhlasan menerima kenyataan
baru seperti penyakit yang tidak kunjung sembuh, kematian pasangan, merupakan
sebagian kecil dari keseluruhan perasaan yang tidak enak yang harus dihadapi lanjut
usia. Sejalan dengan bertambahnya usia, terjadinya gangguan fungsional, keadaan
depresi dan ketakutan akan mengakibatkan lanjut usia semakin sulit melakukan
penyelesaian suatu masalah. Sehingga lanjut usia yang masa lalunya sulit dalam
menyesuaikan diri cenderung menjadi semakin sulit penyesuaian diri pada masa-
masa selanjutnya

d. Perkembangan Spiritual
Sebuah penelitian menyatakan bahwa lansia yang lebih dekat dengan agama
menunjukkan tingkatan yang tinggi dalam hal kepuasan hidup, harga diri dan
optimisme. Kebutuhan spiritual (keagamaan) sangat berperan memberikan
ketenangan batiniah, khususnya bagi para Lansia. Rasulullah bersabda “semua
penyakit ada obatnya kecuali penyakit tua”. Sehingga religiusitas atau penghayatan
keagamaan besar pengaruhnya terhadap taraf kesehatan fisik maupun kesehatan
mental

Masalah-Masalah Kesehatan
Faktor-faktor seperti menurunnya fungsi dan kekuatan fisik, sumber-
sumber finansial yang tidak memadai, isolasi sosial, kesepian dan banyak kehilangan
lainnya yang dialami oleh lansia menunjukkan adanya kerentanan psikofisiologi dari
lansia (Kelley et al, 1977). Oleh karena itu, terdapat masalah-masalah kesehatan yang
multipel. Pasangan atau individu lansia dalam semua fase sakit kronis mulai dari fase
akut hingga fase rehabilitasi sangat membutuhkan bantuan. Baik fungsi-fungsi yang
terkait secara medis (pengkajian fisik, reaksi-reaksi yang buruk) dan fungsi-fungsi
keperawatan (mengkaji respons klien terhadap sakit dan pengobatan serta
kemampuan koping) adalah relevan disini. Promosi kesehatan tetap menjadi hal yang
sangat penting, khususnya dalam bidang nutrisi, latihan, pecegahan cidera,
penggunaan obat yang aman, pemakaian pelayanan preventif dan berhenti
merokok.Semakin tua, kemungkinan terkena beberapa penyakit atau penurunan
kondisi tubuh semakin meningkat. Penyakit yang biasanya menyerang usia lanjut
adalah radang sendi dan osteoporosis

Kesehatan mental tidak hanya dilihat dari ketidak hadiran gangguan-


gangguan mental, berbagai kesulitan dan frustasi, tetapi juga merefleksikan
kemampuan seseorang untuk menghadapi masalah-masalah kehidupan dengan cara
efektif dan memuaskan. Depresi yang dimaksud adalah suatu gangguan suasana hati
dimana individu merasa sangat tidak bahagia., kehilangan semangat, dan bosan.
Orang yang menderita depresi seperti ini mudah kehilangan stamina, tidak merasa
sehat, nafsu makan kurang, lesu, dan kurang bergairah. Gangguan kecemasan adalah
gangguan psikologis yang dicirikan dengan ketegangan motorik (seperti gelisah dan
gemetar), hiperaktivitas (pusing, jantung berdebar, atau berkeringat), dan pikiran
yang mencemaskan. Penelitian membuktikan bahwa orang usia lanjut memiliki
kemungkinan yang lebih tinggi untuk mengalami gangguan kecemasan daripada
depresi (George dkk, 1988)

Isolasi sosial, depresi, gangguan kognitif (yang mungkin berkaitan dengan


sejumlah masalah termasuk penyakit (Alzheimer), dan masalah-masalah psikologis
adalah masalah kesehatan yang serius, khususnya bila bersama-sama dengan sakit
fisik. Pengkajian dan penggunaan sistem dukungan sosial keluarga atau individu
harus menjadi bagian integral dari perawatan kesehatan keluarga

Proses menua dan menurunnya kesehatan menyebabkan betapa


pentingnya pasangan menikah saling menolong satu sama lain. Karena wanita hidup
lebih lama dari pada pria, dan biasanya mereka orang yang membantu suami yang
sakit atau yang tidak berdaya. Dalam kebanyakan kasus, penyakit bersifat kronis dan
berkembang menjadi tak berdaya, sehingga perlu waktu untuk menyesuaikan
terhadap situasi terakhir. Suami menemukan tugas merawat istri sebagai suatu tugas
yang lebih sulit, karena peran merawat, memelihara dan menjadi ibu rumah tangga
semata-mata masih sebagai peran wanita. Definisi nutrisi dikalangan lansia terjadi
secara luas dan menimbulkan banyak masalah yang berkaitan dengan penuaan
(lemah, bingung, depresi, konstipasi, dan ada beberapa lagi)
5. Tugas perkembangan lansia
a. Mempertahankan pengaturan hidup yang memuaskan. Pengaturan hidup bagi lansia
merupakan suatu faktor yang sangat penting dalam mendukung kesejahteraan lansia
missal : perpindahan tempat tinggal lansia
b. Penyesuaian terhadap pendapatan menurun Ketika lansia memasuki pensiun,
pendapatan menurun secara tajam dan semakin tidak memadai, karena biaya hidup
terus meningkat, sementara tabungan/pendapatan berkurang
c. Mempertahankan hubungan perkawinan Hal ini menjadi penting dalam mewujudkan
kebahagiaan keluarga. Perkawinan mempunyai kontribusi yang besar bagi moral dan
aktivitas yang berlangsung dari pasangan
Contoh: mitos tentang aseksualitas
d. Penyesuaian terhadap kehilangan pasangan Tugas perkembangan ini secara umum:
tugas yang pali traumatis. Lansia menyadari bahwa kematian adalah bagian dari
kehidupan normal, tetapi kesadaran akan kematian tidak ada. Hal ini akan berdampak
pada reorganisasi fungsi keluarga secara total
e. Pemeliharaan ikatan keluarga antar generasi Ada kecenderungan lansia untuk
menjauhkan diri dari hub.sosial, namun keluarga menjadi fokus interaksi lansia dan
sumber utama dukungan social

6. Mitos lansia dan kenyataanya


a. Mitos konservatif Ada pandangan bahwa lansia pada umumnya
 Konservaatif
 Tidak kreatif
 Menolak inovasi
 Berorientasi ke masa silam
 Merindukan masa lalu
 Kembali ke masa kanak-kanak
 Susah menerima ide baru
 Susah berubah
 Keras kepala
 Cerewet
Faktanya : tidak semua lansia bersikap, berfikiran, dan berperilaku demikian

b. Mitos berpenyakit dan kemunduran


Lansia sering kali dipandang sebagai masa degenerasi biologis yang disertai dengan
berbagai penderitaan akibat bermacam penyakit yang menyertai proses menua (lansia
merupakan masa berpenyakitan dan kemunduran). Faktanya : memang proses menua
disertai dengan menurunnya daya tahan tubuh dan metabolisme sehingga rawan
terhadap penyakit. Akan tetapi, saat ini telah banyak penyakit yang dapat dikontrol
dan diobati
c. Mitos senilitas
Lansia dipandang sebagai masa pikun yang disebabkan oleh adanya kerusakan sel
otak. Faktanya: banyak lansia yang masih tetap sehat dan segar bugar, daya pikirnya
masih jernih dan cenderung cemerlang, bnyak cara untuk menyesuaikan diri terhadap
perubahan daya ingat

d. Mitos ketidakproduktifan
Lansia dipandang sebagai masa usia yang tidak produktif, bahkan menjadi beban
keluarganya. Faktanya: tidak demikian, banyak individu yang mencapai kebenaran,
kematangan, kemantapan, serta produktifitas mental dan material dimas lanjut usia

e. Mitos asektualitas
Ada pandangan bahwa pada lansia, minat, dorongan, gairah, kebutuhan, dan daya
seks menurun. Faktanya: kehidupan seks pada lansia berlangsung normal, dan
frekuensi hubungan seksual menurun sejalan meningkatnya usia, tetapi masih tetap
tinggi

f. Mitos tidak jatuh cinta


Lansia sudah tidak lagi jatuh cinta, tidak tertarik atau bergairah kepada lkawan jenis.
Faktanya: perasaan dan emosi setiap orang berubah sepanjang masa, perasaan cinta
tidak berhenti hanya karena menjadi lansia

g. Mitos kedamaian dan ketenangan


Lansia dapat santai menikmati hasil kerja dan jerih payahnya di masa muda dan
dewasanya. Badai dan berbagai goncangan kehidupan seakan-akan telah berhasil
dilewatinya. Faktanya: lebih sering ditemukan stres karena kemiskinan dan berbagai
keluhan serta penderitaan karena penyakit, kecemasan, kekhawatiran, depresi,
paranoid, dan psikotik. Jadi, ada keanekaragaman yang besar dalam proses menua,
oleh karena itu secara tipologi, lansia dikelompokan dalam berbagai tipe dalam
menghadapi atau menerima proses menua.
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA PADA LANJUT USIA

A. Konsep Dasar Teoritis


1. Konsep asuhan keperawatan pada lanjut usia
Asuhan keperawatan lansia atau gerontik diberikan berupa bantuan kepada klien lanjut
usia karena adanya :
 Kelemahan fisik, mental dan social
 Keterbatasan pengetahuan
 Kurangnya kemampuan dan kemauan dalam melaksanakan aktivitas sehari-hari
secara mandiri

Tujuan asuhan keperawatan pada lanjut usia :


 Agar lanjut usia dapat melakukan kegiatan sehari-hari secara mandiri dengan
peningkatan kesehatan, pencegahan penyakit, dan pemeliharaan kesehatan, sehingga
memiliki ketenangan hidup dan produktif sampai akhir hayatnya
 Mempertahankan kesehatan dan kemampuan mereka yang usianya telah lanjut
dengan perawatan dan pencegahan
 Membantu mempertahankan serta membesarkan daya hidup atau semangat hidup
klien lanjut usia
 Menolong dan merawat klien lanjut usia yang menderita penyakit atau mengalami
gangguan tertentu
 Merangsang petugas kesehatan untuk dapat mengenal dan menegakkan diagnosis
yang tepat dan dini bila mereka menemukan kelainan tertentu
 Mencari upaya semaksimal mungkin agar klien lanjut usia yang menderita suatu
penyakit / gangguan masih dapat mempertahankan kebebasan yang maksimal tanpa
perlu pertolongan (memelihara kemandirian secara maksimal)

Fokus asuhan keperawatan pada lanjut usia :


 Peningkatan kesehatan
 Pencegahan penyakit (preventif)
 Mengoptimalkan fungsi mental
 Mengatasi gangguan kesehatan secara umum
B. Pengkajian
Perawat harus ingat, akibat adanya perubahan fungsi yang sangat mendasar pada
proses menua yang meliputi seluuh organ tubuh, dalam melakukan pengkajian perawat
memerlukan pertimbangan khusus. Pengkajian harus dilakukan terhadap fungsi semua
system, status gizinya, dan aspek psikososialnya.
Hal-hal yang dapat ditemukan pada pengkajian lanjut usia :
1. Mulut dan gigi
Gigi menjadi ompong yang dapat menyebabkan timbulnya berbagai penyakit
periodontal sehingga gusi menjaadi atrofi secara progresif. Mulut kering sehingga air
ludah mudah mengental. Selain itu dapat menimbulkan risiko mukosa mudah mulut
mudah pecah sehingga timbul stomatitis dan perasaan tidak nyaman
2. Kulit
Akan sering ditemukan data subjektif dari lanjut usia gatal-gatal dan nampak kulit
kering serta mudah terluka
3. Ekstermitas atas dan bawah
Terjadi penebalan pada kulit yang tertekan terutama pada telapak kaki, mata kaki
termasuk telapak tangan. Beberapa kulit di daerah ekstermitas bahkan menipis, kulit
terkelupas, pecah-pecah dan mudah tergores. Terjadi pula kelainan pada kuku seperti
lapisan tanduk yang semakin mengeras, hipertrofi kuku atau kuku yang merusak
jaringan lunak di bawahnya
4. Mobilitas
Terdapat keterbatasan pergerakan yang terjadi akibat beratnya penyakit atau
kompleksitas dari gangguan fungsi tubuhnya, sehingga dapat menimbulkan masalah
mobilitas. Untuk itu perlu dikaji kemampuan lama dan jenis aktivitas yang dapat
dilakukan serta waktu yang digunakan untuk beristirahat setelah menjalani aktivitas
tertentu
5. Eliminasi
Konstipasi, inkontinensia urin dan atau fekal, diare merupakan keluhan utama klien
lanjut usia yang paling menonjol. Perlu dilakukan pengkajian frekuensi dan pola
defekasi, pola diet, masukan dan keluaran cairan, aktivitas klien, integritas kulit sekitar
anus dan kemaluan serta mengidentifikasi factor penyebab munculnya masalah
eliminasi
6. Penglihatan
Klien lanjut usia akan sering mengalami gangguan penglihatan diantaranya akan
ditemukan glaucoma dan katarak. Perlu dikaji jenis alat bantu penglihatan yang
digunakan serta pemeriksaan fisik pada mata sesuai dengan masalah yang muncul
7. Pendengaran
Ketahuilah tentang penggunaan alat bantu pendengaran yang digunakan klien,
keterbatasan melakukan aktivitas sehari-hari atau terjadi gangguan hubungan social
akibat gangguan pendengaran
8. Jantung dan pembuluh darah
Terjadi peningkatan tekanan darah, hipotensi orthostasis, penyakit jantung koroner
atau bahkan gagal jantung merupakan penyakit yang lazim terjadi pada lanjut usia.
Perubahan hemodinamik, pola diet, nyeri dada, kembung, bingung, sesak nafas,
palpitasi, vertigo bahkan sinkop akan sering dijumpai pada pemeriksaan fisik
9. Pernafasan
Pneumonia dan obstruksi paru menahun juga merupakan masalah kesehatan pada
system respirasi yang menonjol pada lanjut usia. Akan ditemukan adanya data batuk,
kesulitan mengeluarkan dahak, mudah lelah, lemah, berat badan menurun, tidak nafsu
makan dan lain-lain
10. Endokrin
Diabetes mellitus dan penyakit-penyakit tiroid kerap merupakan masalah kesehatan
yang banyak ditemui pada lanjut usia. Maka perawat perlu mengidentifikasi adanya
tanda- tanda dan gejala terhadap kehilangan atau meningkatnya berat badan, hilangnya
atau meningkatnya nafsu makan, sesak nafas, palpitasi, tremor, kelemahan atau adanya
intoleransi terhadap perubahan cuaca dingin atau panas
11. Nyeri
Nyeri pada lanjut usia dirasakan dua kali lebih berat dibandingkan pada usia muda.
Data- data yang dapat ditemukan antara lain adanya temuan skala nyeri, menangis,
mengerang kesakitan, agitasi, lemah dan tampak tertekan disamping adanya perubahan
tanda-tanda vital
12. Depresi
Perasaan tidak berdaya muncul akibat hilangnya berbagai fungsi organ tubuh oleh
karena bertambahnya usia. Sulit berkonsentrasi, merasa sedih dan pesimis, kesulitan
atau terlalu banyak tidur, kelebihan atau kehilangan berat badan, hilangnya minat
melakukan motivasi serta energy merupakan tanda-tanda bagi klien yang mengalami
depresi
13. Demensia
Kehilangan daya ingat terutama ingatan jangka pendek, gangguan dalam memberikan
alasan yang abstrak, sangat tergantung dengan bantuan orang lain dalam memenuhi
kebutuhan sehari-hari serta tidak mampu berkomunikasi dengan jelas secara lengkap
dan ekspresif
BAB IV
PEMBAHASAN KASUS

Kasus :
Dijalan Yos Sudarso, Gang Bunga no.15 dilakukan pengkajian pada keluarga Tn.T.
Tn.T yang berusia 70 tahun tinggal bersama istrinya Ny.S yang berusia 60 tahun. Pendidikan
terakhir Tn.T adalah sarjana dan pekerjaan sehari-harinya sekarang adalah wirausaha.
Keluarga Tn.T merupakan tipe keluarga Nuclear Family. Dengan diagnose diabetes mellitus
dengan keluhan. Klien tampak gelisah, lemah, nafas terengah-engah, kulit tampak kering dan
turgor tidak elastic. Dan setelah dilakukan pemeriksaan tanda-tanda vital didapat TD :130/100
mmHg, RR : 26x/mnt, N : 75x/mnt

A. Pengkajian Identitas Pasien


1. Data umum :
a. Nama : Tn.T
b. Umur : 70 tahun
c. Agama : Islam
d. Pendidikan : Sarjana
e. Pekerjaan : Wirausaha
f. Alamat : Jl. Kom.Yos Sudarso, Gg Bunga No 15
g. Komposisi Keluarga

No. Nama L/P Umur Hub. klg Pekerjaan Pendidikan


1. Tn. T L 70 th Ayah Wirausaha Sarjana
2. Ny. S P 60th Ibu IRT SMA
h. Genogram :

Tn.T Ny.S

Menikah

Keterangan :

= Laki-Laki

= Perempuan

= Pasien
i. Tipe Keluarga :
 Jenis tipe keluarga : Nuclear Family
 Masalah yang terjadi dengan tipe tersebut : tidak pernah ada masalah dalam
keluarga tersebut

j. Suku Bangsa :
 Asal suku bangsa : Melayu
 Budaya yang berhubungan dengan kesehatan : tidak ada budaya yang
berhubungan dengan kesehatan dalam keluarga tersebut

k. Agama dan kepercayaan yang mempengaruhi kesehatan : Islam

l. Status Sosial Ekonomi Keluarga :


 Anggota keluarga yang mencari nafkah : Suami
 Penghasilan : minimal 6 juta / bulan
 Upaya lain : tidak ada
 Harta benda yang dimiliki : Tn.T memiliki 1 buah rumah pribadi, 1 buah rumah
kosan, 3 buah rumah kontrakan, 1 buah sepeda motor
 Kebutuhan yang dikeluarkan tiap bulan : 2 juta
m. Aktifitas Rekreasi Keluarga : Tn.T mengatakan jarang mengadakan aktifitas rekreasi
keluarga

2. Riwayat Dan Tahap Perkembangan Keluarga


a) Tahap perkembangan keluarga saat ini ( ditentukan dengan anak tertua ) : keluarga
dengan lanjut usia
b) Tahap perkembangan keluarga yang belum terpenuhi dan kendalanya : tidak ada
c) Riwayat kesehatan keluarga inti :
 Riwayat kesehatan keluarga saat ini : Tn.T menderita penyakit Diabetes Melitus
 Riwayat penyakit keturunan : -
 Riwayat kesehatan masing – masing anggota keluarga
 Sumber pelayanan kesehatan yang dimanfaatkan : Rumah sakit dan Dokter praktik
 Riwayat kesehatan keluarga sebelumnya : Tn.M mengatakan di keluarganya tidak
ada yang menderita penyakit seperti yang dideritanya

No. Nama BB Keadaan Kes. Imunisasi Masalah Tindakan yg


Kes. telah dilakuan
1. Ayah 80 kg Klien mudah capek, Terpenuhi DM Pergi ke dokter
sering berkemih praktek setiap
dimalam hari bulan
2. Ibu 65 kg Terpenuhi - -

1. Pengkajian Lingkungan
a. Karakteristik rumah :
 Luas rumah : 15 x 12 m persegi
 Type rumah : permanen
 Kepemilikan : Milik Sendiri
 Jumlah dan ratio kamar/ruangan : Kamar : 4, Ruang Depan, Tengah, Dan Dapur
 Ventilasi / Jendela : 14/ 8
 Pemanfaatan ruangan : dimanfaatkan dengan baik
 Septic tank : ada
 Sumber air minum : Air Galon
 Kamar mandi / WC : 1 / 1(WC jongkok)
 Sampah : Buang ketempat pembuangan sampah
 Kebersihan lingkungan : Bersih

b. Karakteristik Tetangga dan Komunitas RW


 Kebiasaan : klien mengatakan orang-orang di sekitar tempatnya mempunyai
kebiasaan menyabung ayam dan jarang diadakan kegiatan gotong royong
 Aturan / kesepakatan : jika ada pendatang baru wajib lapor RT
 Budaya : tedapat banyak kebudayaan di daerah setempat

c. Mobilitas Geografis Keluarga : keluarga baru berpindah tempat tinggalsebanyak 1 kali

d. Perkumpulan Keluarga dan Interaksi dengan Masyarakat : Keluarga hanya berkumpul


setahun sekali pada saat idul fitri dengan anak-anaknya. Klien jarang berinteraksi
dengan masyarakat, hanya sesekali ngobrol-ngobrol dengan tetangga didepan rumah

e. Sistem pendukung keluarga : Tn.T dan Ny.S selalu merawat satu sama lain apabila ada
yang sakit

2. Struktur Keluarga
a. Pola / cara Komunikasi Keluarga : keluarga berkomunikasi menggunakan bahasa
melayu
b. Struktur Kekuatan Keluarga : pada ayah
c. Struktur Peran (peran masing-masing anggota keluarga) : Ayah : KK, Ibu : IRT d.
Nilai dan Norma Keluarga : keluarga Tn.T beragam islam dan Tn.T menanamkan
kepada keluarganya tidak boleh meninggalkan shalat
3. Fungsi Keluarga
a. Fungsi afektif : Ayah berperan dalam mencari nafkah dan memenuhi kebutuhan
keluarga sekaligus mengatur keuangan, sesekali ibu ikut berperan dalam mengatur
keuangan
b. Fungsi sosialisasi
 Kerukunan hidup dalam keluarga : keluarga hidup dengan kurang harmonis
karena Tn.T lebih sering tinggal di rumah kontrakannya yang sekarang ditempati
oleh adiknya dengan alasan tidak nyaman dengan lingkungan tempat tinggalnya
dan Tn.T mengatakan ia ingin meninggal di kamar yang dulunya di tempati orang
tuanya di rumah kontrakan tersebut
 Interaksi dan hubungan dalam keluarga : setiap anggota berinteraksi dengan baik
tetapi lebih sering berkomunikasi melalui telfon
 Anggota keluarga yang dominan dalam pengambilan keputusan : Ayah(Tn.T)
 Kegiatan keluarga waktu senggang : Kumpul dengan keluarga tetapi Tn.T dan
Ny.S lebih sering berkumpul dengan anak-anaknya hanya di waktu lebaran
meskipun sesekali anak-anaknya mengunjungi mereka
 Partisipasi dalam kegiatan sosial : di lingkungan keluarga Tn.T jarang diadakan
kegiatan social

c. Fungsi perawatan kesehatan : ibu berperan penting dalam perawatan kesehatan


keluarga

d. Fungsi reproduksi
 Perencanaan jumlah anak : klien tidak merencanakan untuk mempunyai anak lagi
 Akseptor : tidak

e. Fungsi ekonomi
Upaya pemenuhan sandang pangan : terpenuhi

4. Stress Dan Koping Keluarga


a. Stressor jangka pendek : Tn.T mengatakan cemas dengan penyakit yang dideritanya
b. Stressor jangka panjang : Tn.T mengatakan sangat tidak menyukai kebiasaan
tetangagnya yaitu menyabung ayam
c. Respon keluarga terhadap stressor : Tn.T mengatasi cemasnya dengan membiasakan
untuk rutin cek gula darah
d. Strategi koping : beribadah dan sering membaca dzikir
e. Strategi adaptasi disfungsional : Tn.T lebih sering tinggal dirumah yang ditempati
adiknya
5. Keadaan Gizi Keluarga
Pemenuhan gizi : Makan 2 x sehari, dengan pagi sarapan kue, siang makan nasi sedikit
dengan menu bervariasi dan malam lebih sering makan buah-buahan.
Upaya lain : tidak ada

6. Harapan Keluarga
a. Terhadap masalah kesehatannya : kadar gula darahnya dapat dikontrol sehingga tidak
memperburuk kondisi klien
b. Terhadap petugas kesehatan yang ada : Puskesmas lebih ditingkatkan lagi pelayanan
kesehatannya jadi klien bisa berobat ke puskesmas dan tidak perlu ke dokter praktik
lagi

7. Pemeriksaan Fisik

No. Variabel Nama Anggota Keluarga


Tn. T Ny. S
1. Riwayat penyakit saat ini Diabetes mellitus -
2. Keluhan yang dirasakan Mudah capek, pusing, Tidak adakeluhan yang
sering kesemutan dan dirasakan
ngilu pada kaki femur dan
sering berkemih pada
malam hari
3. Tanda dan gejala Klien tampak gelisah, Tidak ada tanda dan
lemah, nafas terengah- gejala yang timbul
engah, kulit tampak kering
dan turgor tidak elastic
4. Riwayat penyakit Klien mengatakan -
sebelumnya sebelumnya mengira
terkena tekanan asam urat,
tetapi setelah diperiksa
pasien menderita DM
5. Tanda-tanda vital TD :130/100 mmHg TD :120/70 mmHg
RR : 26x/mnt RR : 24x/mnt
N : 75x/mnt N : 60x/mnt
S : 37 C S : 37 C
6. System cardiovaskuler
7. System respirasi
8. System muskuleskeletal Kekuatan otot : 5 Kekuatan otot : 5
TIPOLOGI MASALAH KESEHATAN

No. Daftar masalah kesehatan


1. Ancaman :
 Tidak dapat mempertahankan keakraban suami istri
 Tn.T menganggap lingkungan tempat tinggalnya merupakan ancaman
karena kebiasaan tetangga yang bertentangan dengan nilai dan norma yang
dianutnya
2. Kurang/tidak sehat :
 Tn.T merasa tidak sehat akibat penyakit DM yang dideritanya
3. Devisit

Pengkajian Khusus Berdasarkan 5 Tugas Keluarga

No. Kriteria Pengkajian


1. Mengenal masalah Keluarga mengatakan sudah mengetahui bahwa Tn.T
menderita penyakit diabetes mellitus
2. Mengambil Tn.T mengatakan keputusan yang diambil adalah rutin
keputusan yang periksa gula darah dan periksa ke dokter
tepat
3. Merawat anggota Keluarga saling merawat apabila ada anggota keluarga
keluarga yang sakit yang sakit
atau punya masalah
4. Memodifikasi Keluarga mengatakan belum mampu memodifikasi
masalah lingkungan sekitar tempat tinggala termasuk kebiasaan
buruk yang dilakukan oleh tetngga Tn.T
5. Memanfaatkan Keluarga memafaatan sarana kesehatan berupa rumah
sarana kesehatan sakit dan dokter praktik untuk mengobati DM
Daftar Masalah

No. Data Etiologi Masalah


1. Ds : Modifiasi dalam Proses perubahan
- Tn.T mengatakan jarang status sosial keluarga
berkomunikasi dengan anggota keluarga
keluarganya kecuai melalui
telepon
- Tn.T mengatakan lebih sering
berada dirumah kontrakan yang
ditempati adiknya
Do :
- Kurang keakraban antara Tn.T
dan istrinya
- Tn.T sering tiggal di rumah
kontrakan ang ditempati
adiknya
2. Ds : Ketidakefektifan Penatalaksanaan
Tn.T mengatakan merasa tidak komunikasi di program teraupetik
nyaman dengan lingkungan tempat antara : Komunitas
tinggalnya subkelompok atau
Do : komunitas
Klien tampak jarang berkumpul
dgan masyarakat sekitar
3. Ds : Dieresis osmotik Kekurangan
- Klien mengatakan mengetahui volume cairan
menderita DM sejak 1 tahun
yang lalu
- Kien mengatakan mudahapek
dan sering pusing
- Klien mengatakan sering
kesemutan dan ngilu pada kaki
- Klien mengatakan
serinberkemih dimalam hari
Do :
- Klien tampak gelisah, lemah,
dan nafas terengah-engah
- Kulit tampak kering dan turgor
tidak elastis
Skoring :
Dx 1 : Perubahan proses keluarga b.d Modifikasi dalam status sosial keluarga

Kriteria Skor Bobot Nilai Pembenaran


Sifat Masalah : Sifat masalah ini adalah
- Tidak sehat 3 ancaman kesehatan karena Tn.T
- Ancaman 2 1 2/3X1=2/3 mengatakan sudah jarang
kesehatan berkumpul dengan keluarganya
- Krisis atau 1
keadaan sejahtera
Kemungkinan Kemungkinan masalah dapat
masalah dapat diubah hanya sebagian karena
diubah : Tn.T mengatakan masih
- Dengan mudah 2 2 1/2X2=1 kesulitan untuk beradaptasi
- Hanya sebagian
- Tidak dapat 1

0
Potensial masalah Potensial masalah dapt dicegah
dapat dicegah : adalah cukup karena Tn.T
- Tinggi sesekali pulang kerumahnya
- Cukup 3
- Rendah 2 1 2/3X1-2/3
1
Menonjolnya Menonjolnya masalah adalah
masalah : masalah berat, harus segera
- Masalah berat, 2 1 2/2X1=1 ditangani karena apabila
harus segera dibiarkan makan akan
ditangani berpengaruh pada keharmonisan
- Ada masalah, tapi rumah tangga Tn.T
tidak perlu segera 1
ditangani
- Masalah tidak
dirasakan
0

2/3+1+2/3+1 =3 1/3
Dx 2 : Penatalaksanaan program terapeutik : Komunitas b.d Ketidakefektifan komunikasi di
antara subkelompok atau komunitas

Kriteria Skor Bobot Nilai Pembenaran


Sifat masalah : Sifat masalah adalah ancaman
- Tidak sehat 3 kesehatan karena dengan
- Ancaman 2 1 2/3X1=2/3 ketidakefektifan komunikasi antara
kesehatan Tn.T dan masyarakat sehingga
- Krisis atau 1 menyebabkan Tm.T tidak merasa
keadaan nyaman dengan masyarakat sekitar
sejahtera dan menjadi pikiran buat Tn.T baik
tentang dirinya dengan masyarakat
sekitar maupun dengan keluarganya.
Tn.T meninggalkan istrinya karena
tidak merasa nyaman dengan
lingkungan sekitar
Kemungkinan Kemungkinan masalah dapat diubah
masalah dapat hanya sebagian karena untuk
dirubah : mengubah masalah tersebut
- Dengan 2 diperlukan kerjasama dari semua
mudah anggota masyarakat
- Hanya 1 2 1/2X2=1
sebagian
- Tidak dapat 0
Potensial Potensial masalah dapat dicegah
masalah dapat adalah cukup karena masalah
dicegah : tersebut masih bisa diatasi apabila
- Tinggi 3 Tn.T dan masyarakat mampu
- Cukup 2 1 2/3X1=2/3 mengungkapkan permasalahan
- Rendah 1 tersebut
Menonjolnya Menonjolnya masalah adalah
masalah : masalah berat, harus segera ditangani
- Masalah 2 1 2/2X1=1 karena apabila masalah tersebut
berat, harus dibiarkan maka masyarakat
segera khususnya Tn.T akan merasa
ditangani semakin tidak nyaman dengan
- Ada masalah, 1 lingkungannya
tapi tidak
peril segera
ditangani
- Masalah 0
tidak
dirasakan

2/3+1+2/3+1=2 1/3

Dx 3 : Hiperglikemi b.d peningkatan kadar gula darah

Kriteria Skor Bobot Nilai Pembenaran


Sifat masalah : Sifat masalah adalah tidak
- Tidak sehat 3 1 3/3X1=1 sehat karena Tn.T mengatakan
- Ancaman merasa tidak sehat akibat
kesehatan 2 penyakit DM yang dideritanya
- Krisis atau
keadaan 1
sejahtera
Kemugkinan Kemungkinan masalah tidak
masalah dapat dapat diubah karena penyakit
diubah : DM merupakan penyakit yang
- Dengan sulit untuk disembuhkan
mudah 2
- Hanya 1
sebagian
- Tidak dapat 0 2 0
Potensial masalah 1/3X1=1/3 Potensial masalah dapat
dapat dicegah : dicegah adalah rendah karena
- Tinggi Tn.T mengatakan hanya bisa
- Cukup 3 mengatasi penyakitnya dengan
- Rendah 2 mengontrol makanannya dan
1 1 sekali-kali minum obat
Menonjolnya Menonjolnya masalah adalah
masalah : masalah berat, harus segera
- Masalah 2 1 2/2X1=1 ditangani karena Tn.T
berat, harus mengatakan harus selalu
segera mengontrol makanannya dan
ditangani harus segera minum obat
- Ada masalah, 1 apabila merasa tidak sehat
tapi tidak
perlu segera
ditangani
- Masalah tidak 0
dirasakan

1+0+1/3+1=2 1/3

B. Diagnosa Keperawatan
1. Perubahan proses keluarga b.d Modifikasi dalam status sosial keluarga
2. Penatalaksanaan program terapeutik : Komunitas b.d Ketidakefektifan komunikasi di
antara subkelompok atau komunitas
3. Kekurangan volume cairan b.d diuresis osmotic

C. Rencana Tindakan

No. Dx Keperawatan Intervensi Keperawatan


Tujuan dan Tindakan Rasional
kriteria hasil keperawatan
1. Perubahan proses Keluarga dapat - Pantau - Untuk
keluarga b.d menyesuaikan diri hubungan mengetahui
modifikasi dalam dengan perubahan keluarga saat ini keharmonisan
status sosial keluarga proses keluarga - Kaji interaksi dikeluarga
yang ditandai dengan dengan KH : antara Tn.T dan tersebut
Ds : - Keluarga keluarga - Untuk
- Tn.T mengatakan dapat - Kaji mengetahui
jarang memahami keterbatasan apakah Tn.T
berkomunikasi perubahan anak dalam
dengan anggota peran dalam - Dukung berinteraksi
keluarganya keluarga keluarga untuk dengan anggota
kecuali melalui - Keluarga menyatakan keluarga lainnya
telepon dapat perasaan dan lancer dan baik
- Tn.T mengatakan meningkatkan masalahnya atau ada
lebih sering berada komunikasi secara verbal masalah dalam
dirumah kontrakan antara anggota interaksi dengan
yang ditempati keluarga keluarga lainnya
adiknya - Keluarga - Untuk
dapat memberikan
Do : meningkatkan kebebasan yang
Kurang keakraban keharmonisan positif kepada
antara Tn.T dan keluarga anak
istrinya - Agar interaksi
antara klien dan
keluarga
menjadi
harmonis dan
komunikasi
lancer antar
keluarga
2. Penatalaksanaan
program teraupetik :
Komunitas b.d
ketidakefektifan
komunikasi diantara
subkelompok atau
atau komunitas yang
ditandai dengan :
Ds :
- Tn.T mengatakan
merasa tidak
nyaman dengan
lingkungan tempat
tinggalnya

Do :
Klien tampak jarang
berkumpul dengan
masyarakat sekitar
3. Kekurangan volume
cairan b.d dieresis
osmotic yang ditandai
dengan :
Ds :
- Klien mengatakan
telah menderita
DM sejak 1 tahun
yang lalu
- Klien mengatakan
sering merasa
pusing dan mudah
lelah
- Klien mengatakan
sering kesemutan
dan ngilu pada
kakinya
- Klien mengatakan
sering berkemih
dimalam hari

Do :
- Klien tampak
gelisah, lemah dan
nafas terengah-
engah
- Kulit tampak
kering dan turgor
tidak elastic
BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan
Keluarga merupakan kumpulan dua orang / lebih hidup bersama dg keterikatan
aturan dan emosional, dan setiap individu punya peran masing-masing (friedman 2005).
Dimana keluarga juga bagian atau unit terkecil dari masyarakat yang beranggotakan dua
orang ataupun lebih dan masing – masing mempunyai ikatan perkawinan dan hubungan
darah, mempunyai kepala dalam rumah tangga, mempunyai peran masing – masing serta
menganut suatu budaya yang keluarga itu yakini. Keluarga mempunyai beberapa tipe dan
memiliki fungsi. Keluarga juga mempunyai struktur yang dapat digambarkan bagaimana
keluarga menjalankan peran dan fungsinya sebagai bagian dari masyarakat sekitar.
Dalam hal ini, perawat mempunyai peran juga untuk membantu keluarga untuk
menyelesaikan masalah kesehatan yang dihadapi oleh keluarga.

Asuhan keperawatan keluarga dengan tahap usia lanjut merupakan salah satu dari
proses keperawatan dimana dalam hal ini dapat mengoptimalkan peran dan fungsi lansia.
Jadi, semakin tinggi tingkat pengetahuan lansia terhadap masalah-masalah yang terjadi,
maka dapat diminimalisir masalah itu terjadi

B. Saran
1. Perawat
Sebagai perawat dalam menjalankan tugas pelayanan kesehatan, perawat harus lebih
tanggap dalam mengidentifikasi masalah – masalah apa saja yang terkait dengan
keluarga lanjut usia, sehingga dapat memberikan asuhan yang sesuai dengan tahap
lanjut usia serta perawat menjadi fasilitator dalam membantu penyelesaian masalah
2. Pasien dan keluarga
Pasien diharapkan agar menjalankan tugas perkembangan sesuai dengan tahap lanjut
usia, dapat menjaga keharmonisan keluarga, juga menjaga kesehatan dengan
menkonsumsi makanan-makanan yang bernutrisi tinggi serta mengoptimalkan
kemampuan yang dimiliki
3. Masyarakat
Sebagai masyarakat juga harus memahami tentang masalah-masalah yang sering
terjadi pada lansia serta perawatannya pada masing-masing masalah tersebut dengan
mengikuti pendidikan kesehatan yang diadakan oleh perawat sehingga apabila
dikeluarga masyarakat terdapat keluarga dengan tahap lanjut usia, masyarakat dapat
memberikan saran-saran yang bermanfaat pada lansia-lansia yang ada disekitar
masyarakat itu sendiri.
DAFTAR PUSTAKA

Friedman.2005.Keperawatan Keluarga.Jakarta : EGC Nugroho,

Wahyudi.2008.Asuhan Keperawatan Gerontik.Jakarta : EGC

Suprajitno.2004.Asuhan Keperawatan Keluarga: Aplikasi dalam Praktik.Jakarta : EG

https://www.slideshare.net/GinaAnggraeni4/askep-keluarga-tahap-lansia

Anda mungkin juga menyukai