Anda di halaman 1dari 38

LAPORAN PENDAHULUAN

DIARE

2019

NAMA : APRIYANTI

NIM : 01.2016.003

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN

KURNIA JAYA PERSADA

PALOPO

2019
DIARE

A. Definisi

Diare didefenisikan sebagai suatu kondisi di mana terjadi perubahan dalam

kepadatan dan karakter tinja dan tinja air di keluarkan tiga kali atau lebih per

hari (Ramaiah, 2007:13)

Diare tejadi akibat pencernaan bakteri E.COLI terhadap makanan. Bakteri ini

sangat senang berada dalam tinja manusia, air kotor, dan makanan basi. Untuk

mencegah terjadinya diare, makanan yang diberikan kepada anak harus hygenis.

Jangan lupa juga untuk selalu mencuci tangan dengan bersih (Widjaja. 2005:26)

Sedangkan menurut Suriadi (2006:80) menyatakan bahwa diare adalah

kehilanangn cairan dan elektrolit secara berlebihan yang terjadi karena frekuiensi

satu kali atau lebih buang air bentuk tinja encer atau cair.

Menurut Suradi, dan Rita (2001), diare diartikan sebagai suatu keadaan

dimana terjadinya kehilangan cairan dan elektrolit secara berlebihan yang terjadi

karena frekuensi buang air besar satu kali atau lebih dengan bentuk encer atau

cair.

Jadi diare dapat diartikan suatu kondisi, buang air besar yang tidak normal

yaitu lebih dari 3 kali sehari dengan konsistensi tinja yang encer dapat disertai
atau tanpa disertai darah atau lendir sebagai akibat dari terjadinya proses

inflamasi pada lambung atau usus.

B. Etiologi

Menurut Dr. Haikin Rachmat, MSc., penyebab diare dapat diklasifikasikan

menjadi enam golongan:

1. Infeksi yang disebabkan bakteri, virus atau parasit

2. Adanya gangguan penyerapan makanan atau disebut malabsorbsi

3. Alergi

4. Keracunan bahan kimia atau racun yang terkandung dalam makanan

5. Imunodefisiensi yaitu kekebalan tubuh yang menurun

6. Penyebab lain

Direktur Pemberantasan Penyakit Menular Langsung (PPML), Ditjen

Pemberantasan Penyakit Menular dan Penyehatan Lingkungan (P2MPL) Depkes

yang sering ditemukan di lapangan adalah diare yang disebabkan infeksi dan

keracunan. Setelah melalui pemeriksaan laboratorium, sumber penularannya

berasal dari makanan atau minuman yang tercemar virus. Konkretnya, kasus

diare berkaitan dengan masalah lingkungan dan perilaku. Perubahan dari musim

kemarau ke musim penghujan yang menimbulkan banjir, kurangnya sarana air

bersih, dan kondisi lingkungan yang kurang bersih menyebabkan meningkatnya

kasus diare. Fakta yang ada menunjukkan sebagian besar pasien ternyata tinggal

di kawasan kurang bersih dan tidak sehat.


Saat persediaan air bersih sangat terbatas, orang lantas menggunakan air

sungai yang jelas-jelas kotor oleh limbah. Bahkan menjadi tempat buang air

besar. Jelas airnya tak bisa digunakan. Jangan heran kalau kemudian penderita

diare sangat banyak karena menggunakan air yang sudah tercemar oleh kuman

maupun zat kimia yang meracuni tubuh. Masalah perilaku juga bisa

menyebabkan seseorang mengalami diare. Misalnya, mengkonsumsi makanan

atau minuman yang tidak bersih, sudah tercemar, dan mengandung bibit

penyakit. Jika daya tahan tubuh ternyata lemah, alhasil terjadilah diare.

Diare dapat disebabkan dari faktor lingkungan atau dari menu makanan.

Faktor lingkungan dapat menyebabkan anak terinfeksi bakteri atau virus

penyebab diare. Makanan yang tidak cocok atau belum dapat dicerna dan

diterima dengan baik oleh anak dan keracunan makanan juga dapat menyebabkan

diare.

Kadang kala sulit untuk mengetahui penyebab diare. Diare dapat disebabkan

oleh infeksi pada perut atau usus. Peradangan atau infeksi usus oleh agen

penyebab :

1. Faktor infeksi : Bakteri, virus, parasit, kandida

2. Faktor parenteral : infeksi di bagian tubuh alin (OMA sering terjadi pada

anak-anak)

3. Faktor malbabsorpsi : karbohidrat, lemak, protein

4. Faktor makanan : makanan basi, beracun, terlampau banyak lemak, sayuran

yang dimasak kurang matang, kebiasaan cuci tangan


5. Faktor psikologis : rasa takut, cemas

C. Patofisiologi

Penyakit ini dapat terjadi karena kontak dengan tinja yang terinfeksi secara

langsung, seperti:

1. Makan dan minuman yang sudah terkontaminasi, baik yang sudah dicemari

oleh serangga atau terkontaminasi oleh tangan kotor

2. Bermain dengan mainan terkontaminasi apalagi pada bayi sering memasukkan

tangan/mainan/apapun kedalam mulut. Karena virus ini dapat bertahan

dipermukaan udara sampai beberapa hari

3. Penggunaan sumber air yang sudah tercemar dan tidak memasak air dengan

air yang benar

4. Tidak mencuci tangan dengan bersih setelah selesai buang air besar Penyebab

gastroenteritis akut adalah masuknya virus (Rotravirus, Adenovirus

enteris,VirusNorwalk), Bakteri atau toksin (Compylobacter, Salmonella,

Escherihia Coli, Yersinia dan lainnya), parasit (Biardia Lambia,

Cryptosporidium). Beberapa mikroorganisme patogen ini menyebabkan

infeksi pada sel-sel, memproduksi enterotoksin atau Cytotoksin dimana

merusak sel-sel, atau melekat pada dinding usus pada gastroenteritis akut.

Mekanisme dasar penyebab timbulnya diare adalah adanya peningkatan

bising usus dan sekresi isi usus sebagai upaya tubuh untuk mengeluarkan agen

iritasi atau agen infeksi. Selain itu menimbulkan gangguan sekresi akibat toksin
di dinding usus, sehingga sekresi air dan elektrolit meningkat kemudian terjadi

diare dan absorpsi air serta elektrolit terganggu. Sebagai homeostasis tubuh,

sebagai akibat dari masuknya agen pengiritasi pada kolon, maka ada upaya untuk

segera mengeluarkan agen tersebut. Sehingga kolon memproduksi mukus dan

HCO3 yang berlebihan yang berefek pada gangguan mutilitas usus yang

mengakibatkan hiperperistaltik dan hipoperistaltik. Akibat dari diare itu sendiri

adalah kehilangan air dan elektrolit (dehidrasi) yang mengakibatkan gangguan

asam basa, gangguan gizi, dan gangguan sirkulasi darah.

Proses terjadinya Gastroenteritis dapat disebabkan oleh berbagai

kemungkinan faktor diantaranya :

1. Faktor infeksi, proses ini dapat diawali adanya mikroorganime (kuman) yang

masuk ke dalam saluran pencernaan yang kemudian berkembang dalam usus

dan merusak sel mukosa usus yang dapat menurunkan daerah permukaan

usus. Selanjutnya terjadi perubahan kapasitas usus yangakhirnya

mengakibatkan gangguan fungsi usus dalam absorbsi cairan danelektrolit.

Atau juga dikatakan adanya toksin bakteri akan menyebabkan system

transport aktif dalam usus halus, sel di dalam mukosa intestinal mengalami

iritasi dan meningkatnya cairan dan elekrtolit. Mikroorganisme yang masuk

akan merusak sel mukosa intestinalsehingga menurunkan area permukaan

intestinal, perubahan kapasitas intestinal dan terjadi gangguan absorbsi cairan

dan elektrolit
2. Faktor malabsorbsi merupakan kegagalan dalam melakukan absorbsi yang

mengakibatkan tekanan osmotic meningkat sehingga terjadipergeseran air dan

eletrolit ke ronga usus yang dapat meningkatkan isirongga usus sehingga

terjadilah Gastroenteritis.

3. Faktor makanan ini dapat terjadi apabila toksin yang ada tidak mampu diserap

dengan baik. Sehingga terjadi peningkatan peristaltic usus yang

mengakibatkan penurunan kesempatan untuk menyerap makanan yang

kemudian menyebabkan Gastroenteritis

4. Faktor psikologi dapat mempengaruhi terjadinya peningkatan peristalticusus

yang akhirnya mempengaruhi proses penyerapan makanan yangdapat

mnyebabkan Gastroenteritis (Hidayat Azis, 2006)

D. Manifestasi Klinis

1. Bising usus meningkat, sakit perut atau mules

2. Diare, vomitus, tanda dehidrasi (+)

3. Asidosis, hipokalemia, hipotensi, oliguri, syok, koma

4. Pemeriksaan mikro organisme (+) ( misalnya amoeba)

5. Bisa ada darah dan mukus (lendir) dalam feses (misalnya pada disentri

amuba)

6. Sering buang air besar dengan konsistensi tinja cair atau encer

7. Terdapat tanda dan gejala dehidrasi; turgor kulit jelek (elastisitas kulit

menurun), ubun-ubun dan mata cekung, membran mukosa kering


8. Kram abdominal

9. Demam

10. Mual dan muntah

11. Anoreksia

12. Lemah

13. Pucat

14. Perubahan tanda-tanda vital; nadi dan pernapasan cepat

15. Menurun atau tidak ada pengeluaran urine

Diare akut karena infeksi dapat disertai muntah-muntah, demam, tenesmus,

hematoschezia, nyeri perut dan atau kejang perut. Akibat paling fatal dari diare

yang berlangsung lama tanpa rehidrasi yang adekuat adalah kematian akibat

dehidrasi yang menimbulkan renjatan hipovolemik atau gangguan biokimiawi

berupa asidosis metabolik yang berlanjut. Seseoran yang kekurangan cairan akan

merasa haus, berat badan berkurang, mata cekung, lidah kering, tulang pipi

tampak lebih menonjol, turgor kulit menurun serta suara menjadi serak. Keluhan

dan gejala ini disebabkan oleh deplesi air yang isotonik.

Karena kehilangan bikarbonat (HCO3) maka perbandingannya dengan asam

karbonat berkurang mengakibatkan penurunan pH darah yang merangsang pusat

pernapasan sehingga frekuensi pernapasan meningkat dan lebih dalam

(pernapasan Kussmaul)

Gangguan kardiovaskuler pada tahap hipovolemik yang berat dapat berupa

renjatan dengan tanda-tanda denyut nadi cepat (> 120 x/menit), tekanan darah
menurun sampai tidak terukur. Pasien mulai gelisah, muka pucat, akral dingin

dan kadang-kadang sianosis. Karena kekurangan kalium pada diare akut juga

dapat timbul aritmia jantung.

Penurunan tekanan darah akan menyebabkan perfusi ginjal menurun sampai

timbul oliguria/anuria. Bila keadaan ini tidak segera diatsi akan timbul penyulit

nekrosis tubulus ginjal akut yang berarti suatu keadaan gagal ginjal akut.

E. Pemeriksaan Diagnostik/Penunjang

1. Riwayat alergi pada obat-obatan atau makanan

2. Kultur tinja

3. Pemeriksaan elektrolit, BUN, creatinin, dan glukosa

4. Pemeriksaan tinja; pH, lekosit, glukosa, dan adanya darah

F. Penatalaksanaan

Penanggulangan kekurangan cairan merupakan tindakan pertama dalam

mengatasi pasien diare. Hal sederhana seperti meminumkan banyak air putih atau

oral rehidration solution (ORS) seperti oralit harus cepat dilakukan. Pemberian

ini segera apabila gejala diare sudah mulai timbul dan kita dapat melakukannya

sendiri di rumah. Kesalahan yang sering terjadi adalah pemberian ORS baru

dilakukan setelah gejala dehidrasi nampak.

Pada penderita diare yang disertai muntah, pemberian larutan elektrolit

secara intravena merupakan pilihan utama untuk mengganti cairan tubuh, atau
dengan kata lain perlu diinfus. Masalah dapat timbul karena ada sebagian

masyarakat yang enggan untuk merawat-inapkan penderita, dengan berbagai

alasan, mulai dari biaya, kesulitam dalam menjaga, takut bertambah parah setelah

masuk rumah sakit, dan lain-lain. Pertimbangan yang banyak ini menyebabkan

respon time untuk mengatasi masalah diare semakin lama, dan semakin cepat

penurunan kondisi pasien kearah yang fatal

Diare karena virus biasanya tidak memerlukan pengobatan lain selain ORS.

Apabila kondisi stabil, maka pasien dapat sembuh sebab infeksi virus penyebab

diare dapat diatasi sendiri oleh tubuh (self-limited disease).

Diare karena infeksi bakteri dan parasit seperti Salmonella sp, Giardia

lamblia, Entamoeba coli perlu mendapatkan terapi antibiotik yang rasional,

artinya antibiotik yang diberikan dapat membasmi kuman.

Oleh karena penyebab diare terbanyak adalah virus yang tidak memerlukan

antibiotik, maka pengenalan gejala dan pemeriksaan laboratorius perlu dilakukan

untuk menentukan penyebab pasti. Pada kasus diare akut dan parah, pengobatan

suportif didahulukan dan terkadang tidak membutuhkan pemeriksaan lebih lanjut

kalau kondisi sudah membaik.

Adapun penatalaksanaan yang dapat dilakukan adalah sebagai berikut :

1. Banyak minum

2. Rehidrasi perinfus

3. Antibiotika yang sesuai

4. Diit tinggi protein dan rendah residu


5. Obat anti kolinergik untuk menghilangkan kejang abdomen

6. Tintura opium dan paregorik untuk mengatasi diare (atau obat lain)

7. Transfusi bila terjadi perdarahan

8. Pembedahan bila terjadi perforasi

9. Observasi keseimbangan cairan

10. Cegah komplikasi

G. Komplikasi

Kondisi ini jika diatasi dengan cepat dengan perawatan dan pengobatan yang

benar, kemungkinan bisa sembuh dalam waktu beberapa hari. Namun jika tidak

ditangani dan didiamkan begitu saja, ini akan menyebabkan diare kronis dengan

risiko berikut :

1. Kehilangan banyak nutrisi

Diare yang kronis dapat menyebabkan Anda mengalami dehidrasi.

Pasalnya, buang air berlebih dalam waktu lebih dari sebulan bisa

menyebabkan tubuh Anda kehilangan terlalu banyak cairan.

Selain cairan, Anda juga bisa kehilangan vitamin, mineral, protein, dan

lemak ketika terkena kondisi ini. Diare kronis juga dapat menurunkan berat

badan jika tubuh Anda tidak menyerap cukup karbohidrat dan kalori dari

makanan yang Anda makan.


2. Perdarahan dan iritasi

Diare kronis dapat menyebabkan iritasi pada usus besar atau rektum. Iritasi

bisa berupa luka yang menyebabkan jaringan di usus rapuh. Iritasi ini juga

dapat membuat perdarahan di usus maupun pada feses yang keluar.

3. Dehidrasi

Ketika Anda sedang buang-buang air, Anda dapat mengalami dehidrasi

karena kehilangan banyak cairan tubuh.

Dehidrasi ringan dapat mudah diatasi dengan memperbanyak asupan

cairan. Baik dari air putih, oralit, atau makanan berkuah.

Namun, diare kronis dapat menyebabkan dehidrasi parah yang

mengakibatkan penurunan volume urin, urin gelap, kelelahan, sakit kepala

ringan, dan tekanan darah rendah.


DAFTAR PUSTAKA

Bernardo, Simatupang. 2011. Makalah Diare. Diakses tanggal 30 September 2012


di http://bernardosimatupang.wordpress.com

Midwery. 2009. Diare. Diakses tanggal 20 juli 2019 di http://midwifery-


materials.blogspot.com

Ramaiah, safitri, 2007. All You Wanted To Know About Diare. Jakarta: Bhuana Ilmu
Popular.

Rizky, Kurniadi. 2009. Makalah Asuhan Keperawatan Anak dengan Diare. Diakses
tanggal 30

Suryadi, dkk. 2006. Asuhan Keperawatan Pada Anak. Jakarta:percetakan penebar


swadaya.

Widjaja. 2007. Penyakit Tropis, Epidemiologi, Penularan, Pencegahan Dan


Pemberantasannya. Jakarta: Erlangga.

Widoyono, 2005. Penyakit Tropis, Epidemiologi, Penularan, Pencegahan, dan


Pemberantasan. Jakarta: Erlangga.
ASUHAN KEPERAWATAN DIARE

A. Pengkajian

1. Identitas

Identitas klien meliputi nama, umur, jenis kelamin, agama,suku bangsa,

bahasa,pekerjaan, pendidikan, status, alamat

2. Keluhan Utama

BAB lebih dari 3 x, muntah, diare, kembung, demam

3. Riwayat Penyakit Sekarang

BAB warna kuning kehijauan, bercamour lendir dan darah atau lendir saja.

Konsistensi encer, frekuensi lebih dari 3 kali, waktu pengeluaran : 3-5 hari

(diare akut), lebih dari 7 hari ( diare berkepanjangan), lebih dari 14 hari (diare

kronis)

4. Riwayat Penyakit Dahulu

Pernah mengalami diare sebelumnya, pemakian antibiotik atau kortikosteroid

jangka panjang (perubahan candida albicans dari saprofit menjadi parasit),

alergi makanan, ISPA, ISK, OMA campak

5. Riwayat Nutrisi

Pada anak usia toddler makanan yang diberikan seperti pada orang dewasa,

porsi yang diberikan 3 kali setiap hari dengan tambahan buah dan susu.
kekurangan gizi pada anak usia toddler sangat rentan. Cara pengelolahan

makanan yang baik menjaga kebersihan dan sanitasi makanan, kebiasan cuci

tangan

6. Riwayat Kesehatan Keluarga

Ada salah satu keluarga yang mengalami diare

7. Riwayat Kesehatan Lingkungan

Penyimpanan makanan pada suhu kamar, kurang menjaga kebersihan,

lingkungan tempat tinggal

8. Pemeriksaan Fisik

a. Keadaan umum : klien lemah, gelisah, rewel, lesu, kesadaran menurun

b. Kepala : ubun-ubun tak teraba cekung karena sudah menutup pada anak

umur 1 tahun lebih

c. Mata : cekung, kering, sangat cekung

d. Sistem pencernaan : mukosa mulut kering, distensi abdomen, peristaltic

meningkat > 35 x/mnt, nafsu makan menurun, mual muntah, minum

normal atau tidak haus, minum lahap dan kelihatan haus, minum sedikit

atau kelihatan bisa minum

e. Sistem Pernafasan : dispnea, pernafasan cepat > 40 x/mnt karena asidosis

metabolic (kontraksi otot pernafasan)

f. Sistem kardiovaskuler : nadi cepat > 120 x/mnt dan lemah, tensi menurun

pada diare sedang


g. Sistem integumen : warna kulit pucat, turgor menurun > 2 dt, suhu

meningkat > 375 0 c, akral hangat, akral dingin (waspada syok), capillary

refill time memajang > 2 dt, kemerahan pada daerah perianal

h. Sistem perkemihan : urin produksi oliguria sampai anuria (200-400 ml/ 24

jam ), frekuensi berkurang dari sebelum sakit

i. Dampak hospitalisasi : semua anak sakit yang MRS bisa mengalami stress

yang berupa perpisahan, kehilangan waktu bermain, terhadap tindakan

invasive respon yang ditunjukan adalah protes, putus asa, dan kemudian

menerima

9. Pengkajian Primer

a. Airway

 Pantikan kepatenan jalan napas

 Siapkan alat bantu untuk menolong jalan napas jika perlu

 Jika terjadi perburukan jalan napas segera hubungi ahli anestesi dan

bawa ke ICU

b. Breathing

 Kaji respiratory rate

 Kaji saturasi oksigen

 Berikan oksigen jika ada hypoksia untuk mempertahankan saturasi >

92%

 Auskultasi dada
 Lakukan pemeriksaan rontgent

c. Circulation

 Kaji denyut jantung

 Monitor tekanan darah

 Kaji lama pengisian kapiller

 Pasang infuse, berikan ciaran jika pasien dehidrasi

 Periksakan dara lengkap, urin dan elektrolit

 Catat temperature

 Lakukan kultur jika pyreksia

 Lakukan monitoring ketat

 Berikan cairan per oral

 Jika ada mual dan muntah, berikan antiemetik IV

d. Disability

 Kaji tingkat kesadaran dengan menggunakan AVPU/GCS :

Menurut (Heriana, 2014, hal. 63-65) ada tiga hal yang dinilai dalam

penilaian kuantitatif kesadaran yang menggunakan GCS (Glasgow

Coma Scale) :

 Respon membuka mata (eyes)

Nilai 4 Mata membuka spontan, misalnya sesudah disentuh

Nilai 3 Dapat membuka mata jika diajak bicara, dipanggil nama

atau diperintahkan untuk membuka mata


Nilai 2 Mata membuka hanya kalau dirangsang kuat/ nyeri

Nilai 1 Tidak membuka mata walaupun diberikan rangsang

nyeri

 Respon bicara (verbal)

Nilai 5 Pasien orientasi penuh atau baik dan mampu berbicara.

Orientasi waktu, tempat, orang, siapa dirinya, berada di

mana, tanggal dan hari

Nilai 4 Pasien konfusi atau tidak orientasi penuh

Nilai 3 Bisa bicara, kata-kata yang diucapkan jelas dan baik,

tetapi tidak menyambung dengan apa yang sedang

dibicarakan

Nilai 2 Mampu bersuara namun tidak dapat ditangkap secara

jelas apa artinya/ “ngrenyem”, suara tidak mampu

dikenali makna katanya

Nilai 1 Tidak bersuara apapun walau diberi rangsangan nyeri

 Respon motorik

Nilai 6 Dapat menirukan perintah sederhana yang telah

pemeriksa anjurkan seperti: mengangkat tangan, dapat

menunjuk jumlah jari-jari, serta mampu melepaskan


genggaman

Nilai 5 Mampu menunjuk tepat, tempat rangsang nyeri yang

diberikan seperti tekanan pada sternum, cubitan pada

muskulus trapizius

Nilai 4 Gerakan fleksi menjauhi dari rangsangan nyeri yang

diberikan, tetapi tidak mampu menunjuk dengan tangan

dimana lokasi atau tempat rangsang nyeri yang

diberikan

Nilai 3 Bila diberi rangsangan nyeri bahu mengalami fleksi

abnormal, bahu mengalami abduksi, fleksi dan pronasi

lengan bawah, fleksi pada pergelangan tangan dan

mengepal

Nilai 2 Bila diberi rangsang nyeri bahu mengalami ekstensi

abnormal. Bahu abduksi dan rotasi interna, ekstensi

lengan bawah, fleksi pergelangan tangan dan tinju

mengepal

Nilai 1 Sama sekali tidak ada respons

 Skor penilaian GCS :

- GCS 14-15: Compos Mentis

- GCS 12-13: Apatis


- GCS 11-10: Delirium

- GCS 7-9: Somnolen

- GCS 8-10: Stupor

- GCS <5: Koma

e. Exposure

 Kaji riwayat sedetil mungkin

 Kaji makanan dan minuman yang dikonsumsi sebelumnya

 Kaji tentang waktu sampai adanya gejala

 Kaji apakah ada anggota keluarga atau teman yang terkena

 Apakah sebelumnya baru mengadakan perjalanan?

 Lakukan pemeriksaan abdomen

 Lakukan pemeriksaan roentgen abdominal

 Ambil samper feses untuk pemeriksan mikroskopi, kultur dan

sensitivitas

 Berikan anti diare seperi codein atau loperamide sampai hasil kultur

diketahui

 Jangan dulu berikan antibiotic sampai dengan hasil kultur diketahui

 Laporkan jika mengalami keracunanan makanan


Diagnosa Medis :

No Diagnosa Tujuan Intervensi Rasional

1. Ketidakseimban Setelah  Pantau tanda dan  Penurunan

gan cairan dan dilakukan gejala dehidrasi volume

elektrolit tindakan  Pantau input dan cairan dan

berhubungan keperawatan output elektrolit

dengan dalam waktu  Bina hubungan menyebabka

kehilangan 1X24 jam saling percaya n dehidrasi

cairan sekunder diharapkan :  Pemberian cairan jaringan

 TTV parenteral sesuai  Dehidrasi

dalam dengan umur dapat

batas  Kolaborasi dengan meningkatka

normal dokter dalam n laju filtasi

 Tidak ada pemberian obat glomerulus

tanda-  Mempermud

tanda ah

dehidrasi melakukan

 Frekuensi intervensi

BAB 1X / selanjutnya

hari  Pemberian

cairan secara
cepat dapat

sebagai

penganti

cairan yang

hilang

 Menentukan

pemberian

obat secara

tepat

2. Hipertermi Setelah  Bina hubungan  Mempermud

brerhubungan diberikan saling percaya ah

dengan proses tindakan  Berikan kompres melakukan

infeksi penyakit keperawatan pada klien intervensi

dalam waktu  Anjurkan klien selanjutnya

1X24 jam untuk memakai  Membantu

diharapkan : baju tipis dan dapat menurunkan

Suhu tubuh menyerap keringat suhu tubuh

normal  Anjurkan klien klien

Keluhan minum sedikit tapi  Membantu

utama sering mengurangi

kembali  Kolaborasi dengan penguapan


normal dokter dalam pada tubuh

Demam klien pemberian obat  Menganti

turun cairan yang

hilang

 Menentukan

pemberian

obat secara

tepat

B. Implementasi

Pelaksanaan adalah tahap pelaksanaan terhadap rencana tindakan

keperawatan yang telah ditetapkan untuk tindakan perawatan klien. Implementasi

dilaksanakan sesuai dengan rencana setelah dilakukan validasi, disamping itu

juga dibutuhkan keterampilan interpersonal, intelektual. Tekhnikal yang

dilakukan dengan cermat dan efisien pada situasi yang tepat dengan selalu

memperhatikan keamanan fisik dan psikologis. Setelah selesai implementasi

dilakukan evaluasi kemudian didokumntasikan yang meliputi intervensi yang

sudah dilakukan serta bagaimana respon klien


C. Evaluasi

Evaluasi merupakan tahap akhir dari proses keperawatan. Kegiatan

evaluasi ini adalah membandingkan hasil yang telah dicapai setelah implementasi

keperawatan dengan tujuan yang diharapkan dalam perencanaan. Dalam

dokumentasi dikenal 2 cara yaitu secara sumatif dan formatif. Biasanya evaluasi

menggunakan acuan SOAP atau SOAPIER sebagai tolak ukur pencapaian

implementasi. Perawat mempunyai tiga alternatif dalam menentukan sejauh

mana tujuan tercapai :

1. Berhasil : perilaku klien sesuai pernyataan tujuan dalam waktu atau tanggal

yang ditetapkan pada tujuan

2. Tercapai sebagian : pasien menunjukkan perilaku tetapi tidak sebaik yang

ditentukan dalam pernyataan tujuan

3. Belum tercapai : pasien tidak mampu sama sekali menunjukkan perilaku yang

diharapkan sesuai dengan pernyataan tujuan


KASUS

Pada tanggal 25 April 2017, pukul 11.30 WIB Ny.S dating dari UGD RSUD

SAWERIGADING ke ruang perawatan anggrek 1 dengan keluhan diare. Klien

berumur 50 tahun dan mengatakan sudah diare selama 2 hari. BAB encer berlendir

dengan frekuensi 6-7 kali setiap harinya. Menurut hasil observasi perawat badan

klien panas, warna dan bau feses khas. Setelah ditanya kembali klien mengatakan

sebelumnya makan makanan pedas. Berdasarkan pemeriksaan fisik didapatkan

Tanda-tanda vital :

Tensi : 110/70 mmHg

Nadi : 84 x/menit

RR : 20x/menit

Suhu : 38 º C

Keadaan umum : Lemah Mukosa bibir kering, turgor kulit kurang elastic
A. Pengkajian Data Keperawatan :

No. Register : 2017

Ruang : anggrek 1

Tgl/ jam MRS : 25 April 2017, jam 11.30 WIB

Tgl pengkajian : 25 April 2017

Diagnosa medis : Diare

a) Identitas

1. Biodata Klien :

Nama : Ny.S

Jenis kelamin : Perempuan

Umur : 50 tahun

Agama : Islam

Suku/Bangsa : Jawa/Indonesia

Pendidikan : SLTA

Pekerjaan : Ibu rumah tangga

Alamat : PegadunganRT 01/05


2. Penanggung Jawab :

Nama : Tn.A

Jenis kelamin : Laki-laki

Umur : 25 tahun

Agama : Islam

Suku/Bangsa : Jawa/Indonesia

Pendidikan : SMA

Pekerjaan : Swasta

Hub. Dgn klien : Anak klien

Alamat : Gadung 1

b) Riwayat Kesehatan

1. Keluhan Utama

Klien menyatakan diare 2 hari

2. Riwayat Penyakit Sekarang

Klien menyatakan sudah diare ± 2 hari yang lalu sejak tanggal 25 April

2017. Klien BAB encer,dengan frekuensi 6-7x setiap harinya ( ±

300cc),warna dan bau khas feses. Klien menyatakan sebelumnya

mengkonsumsi makanan pedas. Klien juga mengatakan badannya panas


c) Riwayat Penyakit dahulu

Klien mengatakan sebelumnya Klien tidak pernah sakit seperti ini. Klien juga

tidak pernah MRS sebelumnya

d) Riwayat Penyakit Keluarga

Klien mengatakan tidak ada anggota keluarga yang mengalami DM,

Hipertensi, dan penyakit menurun lainnya

Pola aktivitas sehari-hari :

No Pola Aktivitas Di Rumah Di Rs

1. Nutrisi : - 3x/ hari dengan porsi - 3x/ hari dengan porsi

- Makan sedang (± 8 sendok sedang (± 4 sendok

- Minum makan) Nasi, lauk, makan) bubur merah

sayur

- Air putih ± 7 gelas/ hari - air putih ± 7 gelas / hari

(± 1500 cc) (± 1500 cc )

2. Pola Eliminasi - 1 – 2x / hari, dengan - 4 – 5x / hari, dengan

- BAB konsisten lunak dan konsisten cair

- BAK berwarna kuning

- 6 – 7x / hari ( ± 1400 - 6 – 7x / hari (± 1400 cc)


cc) berwarna kuning berwarna kuning jernih

jernih

3. Aktivitas Fisik Klien biasanya bekerja Klien hanya menghabiskan


waktunya di tempat tidur
sebagai ibu rumah tangga

dan waktu senggang

biasanya digunakan klien

untuk berkumpul bersama

keluarganya

4. Istirahat Tidur Klien tidur ± 10 jam / hari Klien tidur ± 12 jam / hari

menggunakan kasur, menggunakan kasur dengan

bantal, guling, dengan penerangan terang

penerangan terang

5. Personal

Hygiene 1 x / hari

- Mandi - 2x / hari (Belum sejak MRS)

- Keramas - 3x/ minggu 1x / hari

- Gosok gigi - 2x / hari 1x / hari

- Ganti - 2x / hari 1x / hari

pakaian
e) Data Psikososial

1. Status Emosi

Klien tampak tenang saat dilakukan pengkajian

2. Konsep Diri :

- Body image

Klien menerima penyakitnya dengan ikhlas dan menganggapnya sebagai

cobaan dari Tuhan

- Self Ideal

Klien mengatakan ingin cepat sembuh dan pulang agar dapat beraktivitas

seperti biasa dan dapat berkumpul dengan keluarganya kembali

- Self Esteem

Klien mengatakan diperlakukan dengan baik oleh dokter dan perawat

- Role Performance

Klien di rumahnya berperan sebagai ibu rumah tangga

- Self Identify

Klien adalag seorang ibu dengan tiga orang anak dan seorang istri dari

seorang suami

- Interaksi Sosial

Klien sangat kooperatif saat dilakukan pengkajian

- Spiritual

- Klien beragama Islam


B. Pemeriksaan Fisik

1. Keadaan Umum : Lemah

2. Kesadaran : Composmentis

3. TTV : TD : 110/70 mmHg

N : 78x/ menit

RR : 20x/ menit

S : 37,5 º C

4. Kepala

Ekspresi Wajah : Tenang

Rambut : Rambut beruban, persebaran merata, berminyak

Wajah : Simetris, tidak ada luka

Mata : Sklera putih, Konjungtiva merah muda, dapat

membuka mata secara spontan

Hidung : Tidak ada pernapasan cuping hidung, tidak ada Secret.

Mulut : Tidak ada sariawan, simetris, mukosa kering

Telinga : Simetris, tidak ada serumen, fungsi pendengaran baik

Leher : Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid, tidak ada

pembengkakan vena jugularis

5. Thorax

Inspeksi : Simetris, tidak ada benjolan dan luka

Palpasi : Tidak ada nyeri tekan pada dada


Perkusi : Suara paru sonor, suara jantung dullness

Auskultasi : Tidak ada bunyi tambahan, irama jantung teratur

6. Abdomen

Inspeksi : Bentuk perut datar

Auskultasi : Bising usus 14x / menit

Perkusi : Suara hipertimpani

Palpasi : Tidak ada pembesaran hepar

7. Ekstermitas

Atas : Jari lengkap, terpasang infuse

RA : D5 pada tangan kanan, tonus otot 5 I 5

Bawah : Jari lengkap, tonus otot 5I5

8. Genetalia : Tidak dikaji

C. Data Penunjang

HB : 11,56

Leukosit : 6100

Trombosit : 154.000

PCU : 36

Widal : TO : - TH : -
D. Terapi

Infus RA : D5 30 TMP

Injeksi Cefotaxime 3 x 1

Sanmol 3 x 1

Plantasit syrup 3 x 1

Luminal 2x1 / 2

E. Data Senjang

DS :

 klien mengatakan diare 2 hari

 klien mengatakan BAB klien encer dengan frekuensi 4 – 5 x / hari

 klien mengatakan feses berbau dab berwarna khas feses

 klien mengatakan sebelumnya mengkonsumsi makanan pedas

 klien mengatakan badannya panas

DO :

 Keluhan utama Lemah

 Suhu : 37,5 º C

 TD : 110/70 mmHg

 Nadi : 78 x / menit

 RR : 20 x /menit
 Konsistensi feses cair

 Mukosa bibir kering

 Suara perut hipertimpani

F. Diagnosa Keperawatan

No. Diagnosa Medis

1. Ketidakseimbangan cairan dan elektrolit berhubungan dengan

kehilangan cairan sekunder

2. Hipertermi brerhubungan dengan proses infeksi penyakit

G. Intervensi

No Diagnosa Tujuan Intervensi Rasional

1. Ketidakseimban Setelah  Pantau tanda dan  Penurunan

gan cairan dan dilakukan gejala dehidrasi volume

elektrolit tindakan  Pantau input dan cairan dan

berhubungan keperawatan output elektrolit

dengan dalam waktu  Bina hubungan menyebabka

kehilangan 1X24 jam saling percaya n dehidrasi


cairan sekunder diharapkan :  Pemberian cairan jaringan

 TTV parenteral sesuai  Dehidrasi

dalam dengan umur dapat

batas  Kolaborasi dengan meningkatka

normal dokter dalam n laju filtasi

 Tidak ada pemberian obat glomerulus

tanda-  Mempermud

tanda ah

dehidrasi melakukan

 Frekuensi intervensi

BAB 1X / selanjutnya

hari  Pemberian

cairan secara

cepat dapat

sebagai

penganti

cairan yang

hilang

 Menentukan

pemberian

obat secara
tepat

2. Hipertermi Setelah  Bina hubungan  Mempermud

brerhubungan diberikan saling percaya ah

dengan proses tindakan  Berikan kompres melakukan

infeksi penyakit keperawatan pada klien intervensi

dalam waktu  Anjurkan klien selanjutnya

1X24 jam untuk memakai  Membantu

diharapkan : baju tipis dan dapat menurunkan

Suhu tubuh menyerap keringat suhu tubuh

normal  Anjurkan klien klien

Keluhan minum sedikit tapi  Membantu

utama sering mengurangi

kembali  Kolaborasi dengan penguapan

normal dokter dalam pada tubuh

Demam klien pemberian obat  Menganti

turun cairan yang

hilang

 Menentukan

pemberian

obat secara

tepat
H. Implementasi

1. Memantau TTV

2. Memantau intake dan output dengan memperhatikan tetesan infus dan BAB,

BAK klien

3. Membina hubungan saling percaya dengan klien

4. Memberikan cairan parentera dengan memasang infus pada klien.

5. Mengkolaborasikan dengan dokter

6. Membina hubungan saling percaya antara perawat dengan klien

7. Memberikan kompres pada klien

8. Membantu menggati pakaian klien

9. Memberi klien minum

I. Evaluasi

S : Klien mengatakan diare dan panas

O : Keluhan utama hilang, diare berkurang 3-4x/hari, panas, T = 120/70

mmHg, S = 37 C

A : Masalah teratasi sebagian

P : lanjutkan intervensi 1-5


DAFTAR PUSTAKA

Lynda Juall Carpenito R.N., M.S.N., Rencana Asuhan & Dokumentasi

Keperawatan, Buku Kedokteran EGC, Jakarta, 1999

Midwery. 2009. Diare. Diakses tanggal 28 juli 2019 di http://qurotul-


ayun.blogspot.com/2015/04/contoh-kasus-ashuan-keperawatan-
dengan_89.html

Mi Ja Kim, Gertrude K. McFarland, Audrey M. McLane, Diagnosa

Keperawatan, Buku Kedokteran EGC, Jakarta, 1994

Marilynn E/ Doengoes, Rencana Asuhan Keperawatan,Edisi 3, Buku

Kedokteran EGC, Jakarta, 1999

Potter & Perry, Fundamental Keperawatan, Edisi 4, Buku Kedokteran EGC,

Jakarta, 2005

Anda mungkin juga menyukai