Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

“DOPING DALAM OLAHRAGA”

Dibuat guna memenuhi salah satu tugas mata kuliah Fisiologi Olahraga

Disusun oleh: ( Kelompok 11 )

1. Aldiansyah Dwi Putra (17089055)


2. Andri Saputra (17089169)
3. Sulistio Zulhikmah (17089039)
4. Alan Ghazali (17089053)
5. Alberindo (17089054)
6. Prayuda n

Kelas : FIK 02302


Hari/Pukul : Senin, 10.40-12.20
Seksi : 201820890079
Dosen Pengampu:

1. Dr.Bafirman, M.Kes., AIFO


2. Endang Sepdanius, S.Si.,M.Or

PROGRAM STUDI ILMU KEOLAHRAGAAN


JURUSAN KESEHATAN DAN REKREASI
FAKULTAS ILMU KEOLAHRAGAAN
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
2019
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Penyayang, kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami
sanggup dan dapat menyusun salah satu tugas Mata Kuliah Fisiologi Olahraga
tentang “DOPING DALAM OLAHRAGA” ini hingga selesai.

Kami menyadari bahwa tulisan ini masih jauh dari kata kesempurnaan. Oleh
karena itu, kami sangat berharap kepada pembaca, dapat mengkoreksi makalah ini
demi penyempurnaan tugas ini kearah yang lebih baik lagi dan kami juga berharap
semoga tugas ini mampu menambah pengalaman serta ilmu bagi pembaca sehingga
untuk kedepannya juga sanggup memperbaiki bentuk maupun tingkatan isian tugas
ini sehingga memiliki wawasan yang luas dan lebih baik lagi.

Akhirnya kami berharap agar tulisan ini dapat bermanfaat dalam proses
pembelajaran dikemudian hari.

Padang, April 2019

Ttd

Penulis

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................. i

DAFTAR ISI ........................................................................................................... ii

BAB I ...................................................................................................................... 1

PENDAHULUAN .................................................................................................. 1

A. LATAR BELAKANG ................................................................................. 1

B. RUMUSAN MASALAH ............................................................................. 1

C. TUJUAN PENULISAN ............................................................................... 1

BAB II ..................................................................................................................... 2

PEMBAHASAN ..................................................................................................... 2

A. SEJARAH DOPING .............................................................................. 2

B. PENGERTIAN DOPING ...................................................................... 3

C. ORGANISASI PENANGANAN DOPING .......................................... 4

D. ALASAN PELARANGAN DOPING ................................................... 4

E. DAFTAR DOPING DAN EFEKNYA .................................................. 5

F. ALASAN PENGGUNAAN DOPING ................................................... 8

G. PROSEDUR PENGAWASAN DOPING ............................................. 9

H. HUBUNGAN ANTARA PRESTASI DAN SPORTIVITAS ............ 10

BAB III ................................................................................................................. 11

PENUTUP ............................................................................................................. 11

A. KESIMPULAN .......................................................................................... 11

B. SARAN ...................................................................................................... 12

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 13

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Istilah dope pertama kali timbul pada tahun 1889 pada suatu perlombaan

balap kuda di Inggris sedangkan kata dope itu sendiri berasal dari salah satu suku

bangsa Afrika Tengah. Doping sendiri berasal dari kata dope, bahasa suku

Kaffern di Afrika Selatan yang artinya minuman keras berkonsentrasi tinggi dari

campuran akar tumbuhan yang biasa dipakai suku setempat untuk perangsang

(stimulan) pada acara trance adat.

B. RUMUSAN MASALAH

1. Sejarah Doping?

2. Pengertian Doping ?

3. Organisasi Penanganan Doping ?

4. Alasan Pelarangan Doping ?

5. Daftar doping dan efeknya ?

6. Alasan Pengguunaan doping?

7. Prosedur Pengawasan doping?

8. Hubungan antara prestasi dan sportifitas ?

C. TUJUAN PENULISAN

Ada pun tujuan dari penulisan makalah ini agar kita dapat memahami dengan

baik apa itu “Atensi”, perkembangan atensi dan implikasinya dalam pendidikan,

serta dapat mengaplikasikannya dalam dunia pendidikan nantinya.

1
BAB II

PEMBAHASAN

A. SEJARAH DOPING
Sejarah doping dimulai kurang lebih pada abad 19 yakni pada kejuaraan

yang atletnya mempergunakan doping tahun 1865 dalam kejuaraan renang di

Amsterdam, para perenang mempergunakan “dope” untuk meningkatkan

kemampuan, tetapi yang paling sering dijumpai pemakaian doping ini adalah

pada olahraga balap sepeda. Pada waktu itu zat-zat yang populer dipakai adalah

caffein, gula dilarutkan dalam ether, minuman-minuman yang mengandung

alkohol, nitroglycerine, heroin dan cocain. Dalam perang dunia II, para prajurit

tempur dalam usaha meningkatkan kemampuan fisik bertempur seperti; untuk

menghindari perasaan lelah, mengantuk, berjalan jau dan sebagainya

mempergunakan dope dari “wake amine”. (Bafirman, 293:2013)

Istilah dope pertama kali timbul pada tahun 1889 pada suatu perlombaan

balap kuda di Inggris sedangkan kata dope itu sendiri berasal dari salah satu

suku bangsa Afrika Tengah. Doping sendiri berasal dari kata dope, bahasa suku

Kaffern di Afrika Selatan yang artinya minuman keras berkonsentrasi tinggi

dari campuran akar tumbuhan yang biasa dipakai suku setempat untuk

perangsang (stimulan) pada acara trance adat. Sedangkan Doping dalam

Bahasa Inggris berarti zat campuran opium dan narkotika untuk perangsang.

Kata doping pertama kali dipakai di Inggris pada tahun 1869 untuk balapan

kuda di Inggris, di mana kuda didoping agar menjadi juara.

2
B. PENGERTIAN DOPING

Kata doping sendiri berasal dari kata dope, bahasa suku Kaffern di Afrika

Selatan yang artinya minuman keras berkonsentrasi tinggi dari campuran akar

tumbuhan yang biasa dipakai suku setempat untuk perangsang (stimulan) pada

acara trance adat. Sedangkan Doping dalam Bahasa Inggris berarti zat campuran

opium dan narkotika untuk perangsang.

Beberapa definisi untuk doping ini berubah terus sesuai perkembangan

zaman. Definisi yang pertama digariskan adalah pada tahun 1963 dan berbunyi:

doping adalah pemakaian zat-zat dalam bentuk apapun yang asing bagi tubuh,

atau zat yang fisiologis dalam jumlah yang tak wajar dengan jalan yang tak wajar

pula oleh seseorang yang sehat dengan tujuan untuk mendapatkan suatu

peningkatan kemampuan yang buatan secara tidak jujur. Juga bermacam-macam

usaha psikologis untuk meningkatkan bermacam-macam usaha psikologis untuk

meningkatkan kemampuan dalam olahraga harus dianggap sebagai suatu doping

juga. (Bafirman, 293:2013)

Menurut International Congress of Sport Sciences; Olympiade

Tokyo 1964 : Doping adalah pemberian/penggunaan oleh peserta lomba berupa

bahan yang asing bagi organisme melalui jalan apa saja atau bahan fisiologis

dalam jumlah yang abnor-mal atau diberikan melalui jalan yang abnormal,

dengan tujuan meningkatkan prestasi.

Dalam UU No.3 tahun 2005 tentang sistem keolahragaan nasional Bab I

ketentuan umum pasal 1 ayat 22, Doping adalah penggunaan zat atau metode

terlarang untuk meningkatkan prestasi olahraga.

3
C. ORGANISASI PENANGANAN DOPING
Pada konfrensi doping dalam olahraga se-dunia di Lausane Swiss dan

deklarasinya pada 4 februari 1999, sepakat mendirikan World Anti Agency

(WADA). Usaha ini dilakukan karena doping bertentangan dengan semangat

olahraga, oleh karena itu perang melawan doping haruslah lebih diintesifkan,

dipacu, diselaraskan dan disatukan. Perang melawan doping sangat memerlukan

usaha bersama, kerjasama dan dukungan dari pemerinth, gerakan olahraga dan

organisasi masyarakat.

Indonesia juga sangat berkepentingan untuk melakukan usaha guna

memberantas doping didalam olahraga dan oleh karena itu Indoneisa ikut

sebagai penandatanganan Deklarasi Compenhagen, 5 maret 2003 bersama

negara lain yang telah dicatat sampai dengan 13 agustus 2004 dan telah

mengadopsi World anti Doping Code. Di Indonesia, wadah untuk melakukan

pengawasan doping adalah LADI (Lembaga Anti Doping Indonesia).

D. ALASAN PELARANGAN DOPING


IOC (Internationak Olympic Committee) tahun 1990. Adapun alasan
pelarangan doping:

1. Alasan Etis, penggunaan doping melanggar norma fairplay dan sportifitas


yang merupakan jiwa olahraga
2. Alasan Medis, membahayakan keselamatan pemakainya, atlet akan
mengalami kebiasaan (Habituation) dan ketagihan (addiction) serta
ketergantungan obat (drugs abuse) yang dapat membahayakan jiwa, seperti
kasus yang pernah terjaddi kurun waktu tahun 1967, yaitu kematian atlet
balap sepeda, sepakbola dan tinju setelah mengkonsumsi obat-oatan doping.

(Bafirman, 293:2013)

4
Sesuai dengan Undang Undang No.3 tahun 2005 tentang Sistem
Keolahragaan Nasional dalam Bab XVIII pasal 85 ayat (1) diuraikan : Doping
dilarang dalam semua kegiatan olahraga. Ayat (2) : Setiap induk organisasi
cabang olah-raga dan/atau lembaga/organisasi olahraga nasional wajib membuat
peraturan doping dan disertai sanksi. Ayat (3) : Pengawasan doping sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dilakukan oleh Pemerintah.

Menurut Lembaga Anti Doping Indonesia (2008) mengemukakan:

1. Doping bertentangan dengan semangat olahraga


2. Doping merupakan pelanggaran terhadap etika dan medis serta prinsip-
prinsip dasar gerakan olimpiade
3. Doping merupakan ancaman bagi kesehatan olahragawan
4. Alasan etis: penggunaan doping melanggar norma fairplay dan sportifitas
yang merupakan jiwa olahraga
5. Alasan medis: membahayakan keselamatan pemakainya.
Atlet akan megalami: 1) Kebiasaan (habituation)
2) Kecanduan (addiction)
3) Ketergantungan obat (Drug Abuse)

E. DAFTAR DOPING DAN EFEKNYA


Obat-obatan yang dilarang oleh Badan Anti Doping Dunia dalam daftar
tahun 2004 dapat dimasukan dalam delapan golongan. Ke delapan golongan
tersebut adalah sebagai berikut :

1) Stimulants
Stimulan adalah obat yang digunakan untuk meningkatkan aktivitas fisik
dan kewaspadaan dengan meningkatkan gerak jantung dan pernapasan serta
meningkatkan fungsi otak. Dengan berkerja pada sistem saraf pusat,
stimulan bisa merangsang tubuh baik secara mental dan fisik. Contohnya
adalah adrafinil, kokain, modafinil, pemoline, selegiline. Dilarang karena
dapat merangsang pikiran atau tubuh, sehingga meningkatkan kinerja dan
memberi atlet keuntungan yang tidak adil. Atlet menggunakannya untuk

5
meningkatkan kemampuan mereka dalam latihan pada tingkat yang optimal,
menekan kelelahan tempur dan nafsu makan.
2) Narcotic Analgesics
Analgesik narkotik biasanya mengambil bentuk obat penghilang rasa
sakit yang bekerja pada otak dan sumsum tulang belakang untuk mengobati
rasa sakit yang terkait dengan stimulus yang menyakitkan. Contohnya :
buprenorfin, dextromoramide, heroin, morfin, petidin. Analgesik narkotik
dilarang karena dapat digunakan untuk mengurangi atau menghilangkan
nyeri dirasakan dari cedera atau sakit sehingga untuk membantu atlet dalam
latihan yang lebih keras dan untuk jangka waktu yang lama. Bahaya dalam
hal ini adalah bahwa obat itu hanya menyembunyikan rasa sakit tidak
mengobati sakitnya itu sendiri.
Akibatnya, atlet mungkin memiliki rasa aman yang palsu, dan dengan
terus melatih dan bersaing, resiko kesehatan menjadi meningkat. Oleh
karena itu obat ini dilarang digunakan dalam kompetisi.
3) Cannabinoids
Cannabinoids adalah bahan kimia psikoaktif berasal dari tanaman ganja
yang menyebabkan perasaan relaksasi. Contohnya adalah hashis, minyak
hashis, marijuana. Marijuana umumnya tidak dianggap meningkatkan
kinerja, tapi dilarang karena penggunaannya merusak citra olahraga. Ada
juga faktor keamanan terlibat karena penggunaan ganja dapat melemahkan
kemampuan atlet, sehingga mengorbankan keselamatan atlet dan pesaing
lainnya.
Atlet menggunakannya untuk meningkatkan waktu pemulihan mereka
setelah latihan, meningkatkan denyut jantung mereka, mengurangi
kelemahan mereka. Obat ini Dilarang dalam kompetisi.
4) Anabolic Agents
Anabolik steroid androgenik (AAS) adalah versi sintetis dari hormon
testosteron. Testosteron adalah hormon kelamin laki-laki ditemukan dalam
jumlah besar pada kebanyakan laki-laki dan di beberapa perempuan.
Anabolik steroid androgenik masuk ke dalam salah satu dari dua kategori:
1). Steroid eksogen adalah substansi yang tidak mampu diproduksi oleh

6
tubuh secara alami, dan 2). Steroid endogen adalah mereka zat yang mampu
diproduksi oleh tubuh secara alami. Contoh steroid eksogen adalah
drostanolone, metenolone dan oksandrolon, sedangkan contoh steroid
endogen adalha androstenediol (andro), dehydroepiandrosterone (DHEA)
dan testosterone. Agen anabolik hanya boleh diresepkan untuk penggunaan
medis saja. Dilarang karena penggunaan agen anabolik dapat meningkatkan
kinerja seorang atlet, memberikan mereka keuntungan yang tidak adil.
Kemungkinan lain adalah efek samping yang serius medis bagi pengguna.
Atlet menggunakannya untuk meningkatkan ukuran dan kekuatan otot,
mengurangi jumlah waktu yang diperlukan untuk pulih setelah latihan,dan
untuk melatih lebih keras dan untuk jangka waktu yang lama. Obat ini
dilarang di dalam dan di luar kompetisi.
5) Peptides Hormones
Hormon peptida adalah zat yang diproduksi oleh kelenjar dalam tubuh
,dan setelah beredar melalui darah, dapat mempengaruhi organ-organ dan
jaringan lain untuk mengubah fungsi tubuh. Contohnya adalah eritropoietin,
hormon pertumbuhan manusia, insulin, corticotrophins. Hormon Peptida
yang merupakan pelayan pembawa pesan antara organ berbeda, dilarang
karena merangsang berbagai fungsi tubuh seperti pertumbuhan, perilaku dan
sensitifitas terhadap rasa sakit.
Atlet menggunakannya untuk merangsang produksi hormone alami,
meningkatkan pertumbuhan otot dan kekuatan, dan meningkatkan produksi
sel darah merah yang bisa meningkatkan kemampuan darah untuk membawa
oksigen. Obat ini filarang di dalam dan di luar kompetisi.
6) Beta-2 Agonists
Beta-2 agonis adalah obat yang biasa digunakan untuk mengobati asma
dengan relaksasi otot-otot yang mengelilingi jalan napas dan membuka
saluran udara. Contohnya : bambuterol hidroklorida, hidroklorida reproterol,
hidroklorida tulobuterol. Dilarang karena mereka dapat memberikan
keuntungan yang sama dengan Stimulan (no 1) atau, jika diberikan ke dalam
aliran darah, memiliki efek anabolic (lihat no 4).

7
Atlet menggunakannya untuk meningkatkan ukuran otot mereka dan
mengurangi lemak tubuh. Bila dimasukan melalui mulut atau pun dengan
suntikan, Beta-2dapat memiliki efek stimulasi yang kuat. Obat ini dilarang
di dalam dan di luar kompetisi.
7) Masking Agents
Agen masking adalah produk yang berpotensi dapat menyembunyikan
keberadaan zat terlarang dalam urin atau sampel lainnya. Contohnya :
epitestosterone, dekstran, diuretik, probenesid. Dilarang karena Masking
Agen dapat menyembunyikan keberadaan zat terlarang dalam urin seorang
atlet atau sampel lainnya, yang memungkinkan mereka untuk menutupi
penggunaan dan memperoleh keunggulan kompetitif yang tidak adil.
Atlet memang menggunakannya untuk menyembunyikan penggunaan
zat terlarang dalam proses pengujian. Obat ini dilarang di dalam dan di luar
kompetisi
8) Glucocorticosteroids
Dalam pengobatan konvensional, glukokortikosteroid digunakan
terutama sebagai obat anti-inflamasi dan untuk meringankan rasa sakit.
Mereka umumnya digunakan untuk mengobati asma, demam, peradangan
jaringan dan rheumatoid arthritis. Contohnya : deksametason, flutikason,
prednison, triamsinolon, asetonid dan rofleponide. Dilarang karena ketika
diberikan secara sistemik (ke dalam darah) glukokortikosteroid dapat
menghasilkan perasaan euforia, berpotensi memberikan keuntungan yang
tidak adil bagi atlet. Atlet menggunakannya biasanya untuk menutupi rasa
sakit yang dirasakan dari cedera dan penyakit. Obat ini dilarang di dalam
kompetisi saja.

F. ALASAN PENGGUNAAN DOPING


Saat ini walapun sudah ada pengawasan secara ketat tetapi penggunaannya
pada setiap kejuaraan selalu ditemukan.

1. Ambisi untuk menang dalam jagat olahraga, baik bagi kebanggan diri
sendiri, keluarga, maupun negara, menyebabkan atlet, pelatih, ataupun orang
tua atlet menghalalkan segala cara.

8
2. Aspek psikososial, setiap individu memiliki potensi melakukan pelanggaran,
ditambah lagi apabila lingkungan memberi kesempatan untuk melakukan
pelanggaran tersebut.
3. Lingkungan sosial individu, kekalahan dalam bertanding selalu mendapat
respon dari masyarakat baik berupa cacian, kritikan, amukan bahkan
kemarahan yang tidak proposional, sehingga yang ada dibenak atlet adalah
harus menag dalam setiap event yang diikuti.
4. Kurangnya informasi tentang bahaya doping bagi diri sendiri dan orang lain.
5. Ketatnya persaingan.
6. Komersialisasi, para atlet atau pelatih sering kurang selektif menghadapi
gencarnya tawaran obat-obatan dari produsen.
7. Propaganda, persaingan merebut bonus merupakan salah satu pendorong
bagi atlet untuk menang, sehingga mengahalkan segala cara termasuk
menggunakan doping.
8. Frustasi karena latihan yang telah dilakukan tidak kunjung membuahkan
prestasi.

(Bafirman, 293:2013)

G. PROSEDUR PENGAWASAN DOPING


Menurut LADI (2008) pengawasan doping dilaukan pada semua kegiatan
olahraga, yaitu pada saat pertandingan (in-competition) dan pada saat di luar
pertandingan (Out of Competition). Dalam hak dan kewajiban olahragawan
dalam pengujian doping menurut LADI (2007):

Hak Olahragawan Kewajiban Olahragawan

1. Mempunyai seorang 1. Tetap berada dakam


pendamping dan jika pengawasan petugas
diperlukan, seorang pengantar atau petugas
penterjemah yang bersama pengawasan doping sejak
olahragawan datang keruang menandatangani surat
pengawasan doping. pemberitahuan (notifikasi)
2. Mendapat informasi tentang 2. Melaporkan diri keruang
proses pengumpulan sampel. pengawasan doping dalam
3. Mengajukan surat penundaan waktu paling lama 60 menit
sementara pengumpulan setelah menandatangani surat
sampel dengan alasan yang pemberitahuan

9
disetujui oleh petugas 3. Mematuhi prosedur dan
pengawas doping,antara lain: peraturan anti doping yang
- Mengikuti upacara berlaku
pemenang 4. Membawa tanda pengenal
- Melakukan jumpa pers lengkap dengan foto diri
- Menjalani pertandingan yang bersangkutan ke ruang
selanjutnya pengawasan doping
- Mendapat penanganan 5. Memberikan keterangan yang
medis yang diperlukan diperlukan kepada petugas
- Melakukan pemanasan pengawas doping
- Menyelesaikan seshi 6. Menjaga keamanan sampel
latihan mulai dari saat pengumpulan
- Melakukan kegiatan lain sampai selesai disegel dalam
beralasan yang disetujui perangkat pengumpul sampel
oleh petugas pengawas 7. Memeriksa keamanan dan
doping. identifikasi perangkat
4. Memilih kit pengumpul pengumpul sampel bersegel
sampel yang telah disediakan 8. Menandatangani formulir
5. Memperoleh salinan formulir pengumpulan sampel
pengumpulan sampel yang
telah ditanda tangani

H. HUBUNGAN ANTARA PRESTASI DAN SPORTIVITAS


Menurut LADI (2007) Dalam rangka meraih juara dalam kompetisi olahraga
tersebut masih ada olahragawan yang bertindak curang, yaitu dengan
menggunakan obat-obatan atau metode lain sebagai doping untuk meningkatkan
kinerja fisiknya. Padahal penggunaan doping didalam olahraga selain
mengkhianati semangat dan jiwa olahraga, yaitu sportifitas dab kejujuran, juga
akan merusak dan membahayakan kesehatan para olahragawan penggunanya.

Sportifitas dalam olahraga adalah perilaku atau tindakan dari seorang atau
sekelompok olahragawan yang memperlihatkan sikap jujur, ksatria, disiplin dan
mentaati ketentuan dan peraturan petandingan/perlombaan olahraga. Untuk
mencapai prestasi dalam suatu pertandingan/perlombaan olahraga, olahragawan
sangat dimungkinkan memakai/menggunakan doping yang bertentangan dengan
prinsip dasar keolahragaan yang menjunjung tinggi nilai sportifitas.

10
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Doping adalah penggunaan obat obatan untuk meningkatkan perfomance

dalam berolahraga. Bila karena suatu pengobatan terjadi kenaikan suatu

kemampuan fisik karena khasiat obat atau karena dosis yang berlebih maka

pengobatan tersebut dianggap sebagai suatu doping. Secara kesehatan, doping

juga tidak dianjurkan atau bahkan dilarang oleh pemerintah. Secara psikologi,

seorang yang memakai doping pasti akan dihantui ketakutan baik mental

maupun psiskis atlet tersebut. Apabila seorang atlet ingin diakui dan berprestasi,

maka ia harus berlatih dengan giat dan tekun serta bersaing dengan jujur tanpa

doping. Karena doping hanya akan menejerumuskan dan merusak tubuh serta

bila ketahuan menggunakan doping maka akan menanggung malu dan

mendapatkan hukuman dari pihak yang berwenang yaitu WADA ( World Anti

Doping Agency ), sebuah lembaga yang khusus menangani doping.

Segala keberhasilan itu perlu proses, tidak asal datang secara tiba-tiba seorang

altet menjadi juara. Maka untuk menjadi juara perlu latihan yang teratur serta

selalu berusaha dengan baik. Sebagai calon seorang guru olahraga, kelak kita

tidak mengutamakan prestasi dengan cara curang tetapi kita harus menanamkan

sifat jujur serta menjunjung tinggi sifat sportif dan fair play agar kemenangan itu

sangat berarti dan lawan mengakui kehebatan kita. Pemerintah harus benar-

benar menangani untuk masalah doping, pemerintah harus bekerja sama dengan

pelatih serta memberi pengetahuan tentang bahaya doping terhadap kesehatan

11
dan efek dari doping dalam jangka panjang terhadap tubuh nanusia agar para

atlet terhindar dari doping.

B. SARAN
Penulis telah berusaha membuat makalah tentang “DOPING DALAM

OLAHRAGA”, namun apabila masih terdapat sekiranya kekurangan penulis

sangat mengharapkan kritik yang membangun dari teman-teman semua untuk

kebaikan makalah ini dimasa yang akan datang. Melalui makalah ini, penulis

berharap semoga makalah ini sedikit banyaknya dapat membantu pembaca

semua dalam memahami pembahasan tersebut.

12
DAFTAR PUSTAKA

Bafirman. 2013. Fisiologi olahraga. Wineka Media Malang

http://ridwanaz.com/kesehatan/pengertian-doping-jenis-jenis-

doping-obat-perangsang-prestasi-yang-dilarang/comment-page-1/ ,diakses

pada 10 april 2019

http://smamuhbulukumba.blogspot.com/2010/02/penggunaan-

doping-dalam-olahraga.html ,diakses pada 10 april 2019

http://rendrapjk08.wordpress.com/2010/10/27/doping-terhadap-

olahraga-di-indonesia/ , diakses pada 10 april 2019

13

Anda mungkin juga menyukai